BAGIAN HUMAS
BAB 3: PROFIL SANITASI WILAYAH
3.1.2 Tatanan Sekolah
PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu : 1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun
2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah 3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat 4. Olahraga yang teratur dan terukur
5. Memberantas jentik nyamuk 6. Tidak merokok di sekolah
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan 8. Membuang sampah pada tempatnya
Indikator yang memiliki kedekatan dengan Sanitasi dalam tatanan sekolah adalah mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, menggunakan jamban yanag bersih dan sehat, memberantas jentik nyamuk dan membuang sampah pada tempatnya.
Terkait dengan indikator tersebut maka hampir seluruh sekolah di Kabupaten Wonosobo memiliki akses air bersih yang bersumber dari PDAM, dengan fasilitas toilet/WC, namun dari jumlah itu masih sangat sedikit yang memiliki fasilitas cuci tangan/wastafel (lihat tabel 3.2.), Namun secara bertahap dalam pembangunan sekolah ataupun rehab gedung sekolah akan disediakan fasilitas cuci tangan ini.
Hampir semua sekolah telah tersedia tong sampah dan masing-masing sekolah pengolahan sampahnya berbeda-beda, sebagian besar hanya dikumpulkan saja, ada yang sudah dilakukan pemisahan bahkan ada yang sudah dilakukan dengan cara pengkomposan hal ini akan memberikan dampak baik dalam pengurangan sampah maupun dalam hal penanaman sejak dini tentang pengelolaan sampah pada anak sekolah.Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan untuk sampah dikumpulkan prosentasenya paling tinggi yakni 56,06%, dipisahkan 16,44% dan sisanya 27,49% dikomposkan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel (3.3.)
Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 4 Tabel 3.1.b.
Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan)
Nama Sekolah Jumlah Siswa Jumlah Guru
Sumber Air Bersih Jml
Toilet/WC Jml Tempat Kencing Fas. Cuci Tangan Persediaan Sabun Siapa yang membersihkanToilet
PDAM SPT SGL Siswa Guru Pesuruh
L P L P S K T S K T S K T Guru L P Guru L P Y T Y T L P L P L P SD (487) 47,362 43,762 2,238 3,028 408 - - - - - - - - 1,691 - - - - - - - - - - - - - - - MI (94) 6,286 5,821 334 541 71 - - - - - - - - 317 (94) 6,286 5,821 334 541 71 - - - - - - - - 317 SMP (94) 13,795 14,106 834 906 93 - - - - - - - - 614 - - - - - - - - - - - - - - - MTS (28) 3,597 3,637 244 281 28 - - - - - - - - 186 - - - - - - - - - - - - - - - SMA (17) 2,868 3,875 251 284 11 - - - - - - - - 164 - - - - - - - - - - - - - - - MA (4) 655 983 62 56 4 - - - - - - - - 63 - - - - - - - - - - - - - - - SMK (18) 4,297 3,274 276 262 15 - - - - - - - - 102 - - - - - - - - - - - - - - -
Keterangan ; L = Laki-laki, P = Perempuan, S = selalu, K = Kadang-kadang, T = Tidak ada persediaan air, Y = Ya, T = Tidak, SPT = Sumur pompa tangan, SGL = Sumur gali Suber :Dinkes Kab. Wonosobo Tahun2010
Tabel 3.2.
Kondisi sarana sanitasi sekolah (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (pengelolaan sampah dan pengetahuan higiene)
Nama Sekolah
Apakah pengetahuan ttg Higiene dan Sanitasi diberikan
Apakah ada dana utk air bersih/sanitasi
higiene
Cara Pengelolaan Sampah Tempat buangan
air kotor Kapan Tangki
Septik Dikosongkan
Kondisi Higiene Sekolah
Dikumpulkan Dipisahkan Kompos Dibuat
Ya, saat pertemuan/ penyuluhan tertentu
Ya, saat mata pelajaran PenJas di kelas
Tidak
pernah Toilet Dari
Dari Kamar Mandi Ya Tidak SD 77 410 - V - 286 81 120 - - - - MI 15 79 - V - 61 8 25 - - - - SMP 35 59 - V - 42 12 40 - - - - MTS 7 21 - V - 12 11 5 - - - - SMA 7 10 - V - 10 4 3 - - - - MA 2 2 - V - 1 1 2 - - - - SMK 7 11 - V - 4 5 9 - - - -
Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo
BAB III - 5
BAB III - 5
3.2 Pengelolaan Air Limbah Domestik
Pada saat ini sistem pengelolaan limbah secara off-site belum dimiliki oleh Kabupaten Wonosobo. Sebagian besar warga membuang limbah kakus atau yang juga dikenal sebagai black water belum menggunakan septic tank yang dirancang dan dibangun dengan baik sehingga tidakmemberikan pengolahan optimal kepada limbah tersebut, walaupun sudah ada yang melakukan dengan baik dengan menggunakan Septi tank komunal walaupun jumlahnya masih sangat sedikit seperti yang di lakukan di Kelurahan Mlipak, Jaraksari, Wonosobo Barat dan Wonosobo Timur. Kebiasaan masyarakat mengelola Limbah kakus dengan dibuang ke kolam, kebun, atau sungai/drainase lingkungan.
Demikian juga air limbah mandi, cuci dan masak (grey water) dalam pengelolaanya didak jauh berbeda dengan black water, yaitu dibuang langsung ke kolam, kebun, tanah resapan dan saluran drainase mikro maupun ke saluran terbuka lainnya. Untuk lebih jelasnya diagram pengelolaan limbah domestik dapat dilihat pada tabel 3.5.
Permasalahan terkait dengan pengelolaan air limbah domestik, yaitu : a. Faktor Topografi Wilayah
Dengan melihat kondisi alam yang ada di Kabupaten Wonosobo, dengan kelerengan yang relatif tinggi dan keberadaan drainase alam maupun buatan yang cukup banyak, dan terbatasnya luasan lahan yang cukup datar sehingga permukiman yang sangat berimpitan antara rumah satu dengan lainnya (baik diperkotaan maupun diperdesaannya) dan ditambah dengan ketersediaan air permukaan yang cukup banyak, sehingga masyarakat sangat mudah mengalirkan limbah pada drainase tersebut dengan biaya yang sangat murah, walaupun tanpa disadari bahwa membuang limbah dengan cara seperti itu akan membawa dampak pada kesehatan lingkungan yang akan berimbas kepada kesehatan masyarakat.
b. Faktor SDM Kesadaran Masyarakat
Dengan Kapasitas masyarakat yang masih relatif terbatas maka belum menyadari tentang bahayanya membuang limbah dengan cara yang tidak baik akan berdampak kepada kesehatan. Dan yang terpenting lagi bahwa seolah-olah dengan mengalirkan air limbah ke saluran irigasi maka masalah limbah sudah selesai artinya dalam tataran rumah mungkin bisa dimengerti tetapi dalam kontek lingkungan bisa bisa menimbulkan dampak negatif yang serius.
Dengan melihat permasalahan tersebut di atas maka dengan melihat data bahwa jumlah keluarga yang memiliki kloset/WC/Kakus dirumah sudah cukup besar berdasar data sensus penduduk tahu 2010yaitu 56,71 % namun dari jumlah itu yang memiliki tanki septik yang baik dan benar baru mencapai 13,97 % saja, artinya bahwa limbah dari kloset/WC/Kakus sebagian besar belum dikelola dengan baik dan masih memiliki potensi menimbulkan dampak pada kesehatan lingkungan/masyarakat.
3.2.1 Kelembagaan
Sanitasi merupakan sektor yang menjadi tanggung jawab dari berbagai dinas dan instansi. Identifikasi dinas dan instansi terkait dalam pengelolaan sanitasi menjadi sangat penting dalam pelaksanaan tata kelola sanitasi secara menyeluruh. organisasi utama yang terlibat dalam bidang sanitasi sebagai pemangku kepentingan di Kabupaten Wonosobo sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dapat dilihat pada tabel 3.4. berikut.
Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten/Kota dan kondisi aktual pengelolaan air limbah di kabupaten/kota ini, maka SKPD pengelola air limbah domestik adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonosobo.
Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonosobo (berdasarkan Perda No 28 tentang Organisasi Dinas Kabupaten Wonosobo) terdiri dari :
a. Kepala;
b. Sekretariat terdiri dari :
1) Sub Bagian Perencanaan Program, Evaluasi dan Pelaporan; 2) Sub Bagian Keuangan;
3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. c. Bidang Pengairan, terdiri dari:
1) Seksi Operasi dan Pemeliharaan; 2) Seksi Pembangunan dan Peningkatan; 3) Seksi Bina Manfaat.
d. Bidang Bina Marga, terdiri dari :
1) Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan; 2) Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan;
Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo
BAB III - 6
BAB III - 6
3) Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jembatan. e. Bidang Cipta Karya, terdiri dari :
1) Seksi Tata Ruang, Tata Bangunan dan Tata Kota; 2) Seksi Perumahan dan Pemukiman;
3) Seksi Bina Manfaat.
f. Bidang Pertambangan dan Energi, Kebersihan dan Pertamanan terdiridari: 1) Seksi Pertambangan dan Energi;
2) Seksi Kebersihan;
3) Seksi Pertamanan dan Pemakaman; g. Kelompok Jabatan Fungsional;
h. Unit Pelaksana Teknis Dinas.
Bentuk unit pengelola sub sektor air limbah domestik tersebut adalah seksi Perumahan dan Permukiman Bidang Cipta Karya. Adapun untuk daftar pemangku kepentingan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.3.
Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan air limbah
FUNGSI Pemerintah PEMANGKU KEPENTINGAN
Kabupaten Swasta Masy
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan air limbah skala kab/kota DPU
Menyusun rancana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian total DPU
Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian
target DPU
PENGADAAN SARANA
Menyediakan sarana pembangunan awal air limbah domestik DPU Ada
Membangun sarana pembuangan awal air limbah domestik (Tangki Septik) DPU Ada
Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) DPU
Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa
kolektor DPU
Membangun sarana IPLT dan atau IPAL DPU
PENGELOLAAN
Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja DPU
Mengelola IPLT dan atau IPAL DPU Ada
Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja DPU Ada
Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air
limbah domestik KPPT
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan
saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB DPU
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil,
peralatan, dll) -
Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah
domestik -
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik MONITORING DAN EVALUASI
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah
domestik skala kab/kota BAPPEDA
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana
pengelolaan air limbah domestik BAPPEDA / DPU
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestik,
dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik LH/DKK/DPU
Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo
BAB III - 7
BAB III - 7
Dari tabel 3.4. di atas, dapat terlihat Sub fungsi pengelolaan air limbah domestik yang belum ditangani oleh stakeholder manapun di kabupaten Wonosobo, yaitu terkait dengan fungsi pembinaan dan pengaturan dengan subfungsi Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) dan Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik. Hal tersebut tentunya menjadi tantangan Pemerintah Kabupaten Wonosobo untuk mengakomodasi fungsi tersebut di masa mendatang. Selain itu, terlihat pula sub fungsi pengelolaan air limbah domestik dimana pihak swasta sudah mulai terlibat untuk mengelola yaitu terkait fungsi pengadaan prasarana dengan subfungsi berupa Menyediakan sarana pembangunan awal air limbah domestik dan Membangun sarana pembuangan awal air limbah domestik (Tangki Septik). Meskipun keterlibatan swasta ini masih terbatas dari 1 pihak saja yaitu dari CSR PT. Tirta Investama (aqua danone) dan hanya di satu lokasi di Kelurahan Kejiwan, namun diharapkan dapat menjadi pilot project dimasa mendatang yang dapat mendatangkan sektor swasta yang lain untuk ikut terlibat. Adanya keterlibatan swasta tentunya cukup membantu Pemerintah yang notabene memiliki keterbatasan anggaran. Dengan demikian, pada masa mendatang perlu digalakkan adanya pola kemitraan Pemerintah dan swasta yang djuga didukung masyarakat untuk penanganan sanitasi.
Disamping itu diperlukan perangkat kebijakan dalam pengelolaan sanitasi, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka acuan dalam pelaksanaan oleh SKPD atau pemangku kepentingan, dalam kaitannya dengan hal tersebut di Kabupaten Wonosobo masih dirasa kurang dalam hal kebijakan yang terkait dengan sanitasi utamanya air limbah, oleh karena itu kedepan masih diperlukan kebijakan yang mengatur tentang air limbah dengan secara terinci dan jelas. Kerangka kebijakan/peraturan terkait sanitasi air limbah di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dalam tabel 3.4 dibawah.
Tabel 3.4.
Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Wonosobo
Peraturan Ketersediaan Ada Pelaksanaan Keterangan
(sebutkan) Tidak ada Dilaksanakan Efektif Dilaksanakan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Target capaian pelayanan pengelolaan
air limbah domestik di di Kabupaten ini (RPJMD) Ada V
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam penyediaan layanan
pengelolaan air limbah domestik Tidak Ada
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah
Kabupaten dalam memberdayakan
masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik
Tidak Ada
Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat
dan atau pengembang untuk
menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah
Ada (Perda
Bang. Gedung)
V Perda
Kewajiban dan sanksi bagi industi rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha
Ada (Perda
Lingkungan) V
Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik
Tidak Ada
Retribusi penyedotan air limbah domestik (SK Bupati) Ada V
Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan pemukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran
Ada
(IMB) V
Berdasarkan tabel 3.5. di atas, ditemukan hanya ada 2 (dua) isian tabel yang menyatakan bahwa Peraturan terkait air limbah domestik yang sudah ada, dan dilaksanakan secara efektif. Sebagian besar peraturan terkait limbah domestik yang sudah ada, namun belum berlaku atau tidak berlaku secara efektif. Contohnya, Target
Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo
BAB III - 8
BAB III - 8
capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik, Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah, Kewajiban dan sanksi bagi industi rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha. Hal tersebut sudah di atur, namun belum menyentuh pada aspek penegakan peraturan ini. Semuanya masih dibiarkan. Tentunya ini juga menjadi tantangan Pemerintah dengan dukungan swasta dan masyarakat dalam upaya penegakan peraturan dan pencapaian target peraturan yang ada.
Peraturan terkait air limbah domestik yang belum ada di kabupaten ini:
1. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik
2. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik
3. Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik
Hal itu dapat dijadikan bahan evaluasi, bahwa selama ini peraturan yang dibuat selain Perda tata ruang, hanya memuat ketentuan sanksi bagi pelanggar dari unsur masyarakat, belum melibatkan unsur pemerintah sebagai pelayan masyarakat untuk dikenai sanksi pula jika tidak memenuhi kewajibannya. Berbeda halnya dengan Peraturan terkait tata ruang yang sudah mengamanatkan adanya ketentuan sanksi yang dapat menjerat dua sisi baik itu pelanggar tata ruang dari unsur masyarakat/swasta maupun dari pejabat pemerintah yang memberikan izin yang tidak sesuai dengan tata ruang. Kedepannya, jika model peraturan yang ada mengakomodasi hal tersebut, tentunya dapat meningkatkan supremasi hukum peraturan yang ada.