• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikir Terdepan Gerakan Buruh

dan Demokrasi Sosial

3.4.1. Pemikir Terdepan Gerakan Buruh

„Kapan lahirnya sosialisme demokrasi sebagai sebuah gagasan?” Sebuah per- tanyaan yang sulit untuk dijawab. Hermann Duncker memastikan: “Sejarah sosialisme dimulai dengan sejarah umat manusia” (Duncker 1931 : 9) . Ada pula yang mengaitkan gagasan sosialis dengan ajaran kristen purba. Sedangkan yang lainnya mengemukakan, bahwa sosialisme awal berasal dari Prancis atau Inggris. Demikianlah orang membicarakannya melalui sejarah dan selalu saja ada tema baru mengenai kelahirannya. Semua posisi tentu memiliki alasannya masing- masing dan juga legitimasinya. Meskipun demikian, semua itu menyesatkan, karena lebih penting dari pertanyaan, kapan lahirnya sebuah, adalah pertanyaan, sejak kapan gagasan tersebut berdampak menentukan dan apa penyebabnya. Pertanyaan ini mudah dijawab: gagasan sosialisme berpengaruh besar dengan adanya gerakan buruh – di Jerman dengan industrialisasi pada abad ke 19. Di sini tidak dimaksudkan untuk mengedepankan sejarah sebuah gagasan secara yang lengkap, melainkan mendiskripsikan secara singkat kemunculan dan dinamikanya.

73 Ketidaksetaraan dan ketidakadilan sebagai penanda Persaingan dan tekanan terhadap buruh

Untuk pertama kalinya, sebuah program gerakan buruh diformu- lasikan dalam bahasa yang mudah dimengerti .

Landasan teori dari program politik ini kemudian diperkuat dalam karya-karya Karl Marx. Asumsi mendasar dari sosia- lisme sebagai model pemikiran pada saat itu dapat disimpulkan sebagai berikut :

•฀ Menurut Marx, kapitalisme (pasar) telah mengakibatkan terjadinya ketimpangan dan ketidak bebasan banyak manusia terhadap beberapa orang yang “bebas”. Di satu sisi terdapat pemilik modal dan di sisi lain mereka yang tidak memiliki modal dan oleh karenanya harus menjual tenaganya dalam kerja upahan. Kapitalisme dibangun berdasarkan kondisi bahwa buruh tidak memperoleh upah yang sama dengan nilai barang yang diproduksi. Dengan demikian, pemilik modal selalu dapat mengakumulasi lebih banyak modal. Tidaklah penting, apakah pemilik modal tersebut dalam bentuk perora- ngan, perusahaan bermodal besar atau pemberi modal.

•฀ Melalui persaingan dan tekanan yang berlanjut, pemilik modal harus selalu mengakumulasi modal agar dapat kembali berinvestasi dalam produksi dan selanjutnya dapat berproduksi lebih murah dibandingkan pemilik modal lainnya. Melalui ”roda tupai” ini kondisi kerja para buruh selalu berada dalam keadaan tertekan dan, di samping kemiskinan, akan terjadi over pro- duction. Kelebihan barang, selanjutnya tidak dapat dijual, dan modalpun tidak dapat lagi diinvestasikan atau dan akan akibat krisis over production, barang-barang dimusnahkan. Hal inilah - secara garis besarnya - mengapa Marx berpikiran bahwa krisis ekonomi merupakan bagian terpenting (dan yang tidak dapat dihindarkan) dari sistem kapitalistik.

•฀ Ketimpangan dan ketidakbebasan yang dilihat sebagai akibat sistematis dari kapitalisme pasar, menegasikan tuntutan kebebasan yang sama bagi seluruh manusia.

Karl Marx (1818-1883) seorang ekonom sosial yang menonjol dan salah satu ilsuf ter- penting abad ke 19.

Yang tetap sangat penting sampai sekarang ini adalah analisa ekonominya mengenai kapita- lisme, jauh melampaui uraian sederhana para pengritiknya, maupun para pengikutnya.

Lassalle dan lahirnya ADAV

Asumsi Lassalle

•฀ Dengan demikian, demokrasi sebagai sebuah tuntutan hanya bisa direalisasi bila pemilikan alat produksi dimasyarakatkan (kolektiitas) serta keputusan tentang pemanfaatan modal diambil lewat struktur demokratis. Kepemilikan pribadi – berbeda yang umum diasumsikan, bukanlah bagian dari sesuatu yang “dimasyarakatkan”.

•฀ Gambaran (tentang) manusia yang marxistis, biasanya dibangun berdasarkan perbedaan: secara prinsip, manusia yang bebas, setara dan solider hidup dalam sebuah sistem yang tidak setara, tidak bebas dan sepenuhnya ber- orientasi maksimalisasi keuntungan.

Teorinya Marx dan Engel, menjadi sebuah titik tolak bagi gerakan buruh - di samping berbagai teori dan ajaran lainnya,.

Namun, dampak dari program politik ini ternyata terbatas. Hal ini, karena Marx dan Engel dalam analisanya tidak memasukkan atau tidak mampu memperhati- kan beberapa faktor kunci. Teru- tama, terkait pertanyaan tentang relasi antara sosialisme dan negara.

Pertanyaan inilah yang menjadi titik tolak bagi Ferdinand Lassalle. Pemikirannya tentang beberapa titik tolak penting, antara lain:

Lassalle bertolak dari asumsi bahwa sistem negara dan sistem hukum harus berangkat dari kebebasan manusia. Hasilnya, bagi Lassalle, basis UU harus merupakan cerminan dari kesadaran tentang hukum dari seluruh masyarakat. Dengan pemahaman inilah, maka secara prinsip negara dibayangkan sebagai gabungan dari manusia-manusia bebas. Sebuah provokasi, mengingat pemiki- ran ini lahir pada masa negara Prusia dan - beberapa tahun kemudian lahir pula Ferdinand Lassalle (1825–1864) terlibat

dalam kelahiran ADAV (“Allgemeinen Deutschen Arbeitervereins”/Perhimpunan Gerakan Buruh Jerman) pada tahun 1863 di Leipzig.

Dalam karyanya “System der Erworbenen Rechte”, ia mendorong pemahaman tentang negera demokratis

75

Tuntutan dasar Lassalle

August Bebel dan Wilhelm Liebknecht

Penyatuan kongres partai di Gotha pada 1875

“Negara memiliki fungsi mensukseskan pengembangan kebebasan serta pen- gembangan umat manusia. Tujuan negara, dengan demikian, bukanlah sekedar melindungi kepemilikan pribadi dan kebebasan pribadi yang konon menurut ide borjuasi telah ada di dalam sebuah negara. Tujuan negara seharusnya lebih pada mempersatukan orang per orang ke dalam kondisi mencapai sebuah tangga keberadaan, yang tidak mungkin dicapai oleh orang per orang; mereka (harus) dimungkinkan untuk menggapai pendidikan, kekuasaan dan kebebasan yang tidak mungkin dicapai secara sendiri-sendiri.” (Lassalle 1987:222 dst.)

Tujuan negara adalah “pendidikan dan pengembangan umat manusia menuju kebebasan”. Arti dari pilar ke empat atau pilar buruh, bagi Lassalle, adalah sepen- uhnya mendukung pemahaman tentang negara seperti ini. Tuntutan dasar, den- gan demikian, adalah pelaksanaan pemilihan umum dan pemilihan langsung serta emansipasi lewat pembentukan asosiasi/serikat buruh. Pembentukan ini, demikian Lassalle, harus terjadi lewat dukungan negara.

Dengan demikian, Lassalle telah mengemukakan dua titik tolak bagi dsikusi tentang sosial demokrasi dan sosialisme demokrasi. Di satu sisi, pertanyaan terkait negara demokratis dan persyaratan sosialnya. Di lain sisi, adalah pertanyaan tentang stra- tegi terbaik apakah yang memungkinkan terpenuhinya kepentingan buruh.

Kritik terhadap Lassalle, yang ter- penting, berasal dari Wilhelm Lieb- knecht dan August Bebel. Fokus kritik mereka terutama berkaitan dengan terlalu sederhananya pro- gram Lassalle. Tanpa kebebasan pers, kebebasan berkumpul dan ber- himpun serta transformasi menda- sar dari negara, maka kepentingan buruh di dalam dan lewat negara, menurut mereka, tidak akan tercapai. Pada tahun 1875, “Allgemeine Deutsche Arbeiterverein” dan “Sozialdemokratische Arbeiterpartei” bergabung menjadi “Arbeiterpartei Deutschland” (Partai Buruh Jerman) di Gotha. Di Kekaisaran Jerman, dengan demikian, telah diletakkan fon- Wilhelm Liebknecht (1826–1900) dan

August Bebel (1840–1913) adalah pen- diri terpenting “Sozialdemokratische Arbei- terpartei” (Partai Buruh Sosial Demokrasi), di Eisenach pada tahun 1869. Selain itu, mereka adalah anggota parlemen (Norddeut- schen Reichstag), 186701870. Liebknech ada- lah juga pemimpin redaksi jurnal Vorwaerts.

Teori pokok permasalahan dan tiga kubu

seputar Karl Kautsky dan August Bebel

Revisionis contoh, z. B. Eduard Bernstein

dasi bagi penyebaran sosial demokrasi – termasuk melawan UU Sosialis Bismarck. Namun, penggabungan ini menyisakan titik-titik konlik yang awalnya di desak ke belakang, namun kemudian meledak dan berakibat pecahnya gerakan buruh.