• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI-TEORI SOSIAL DEMOKRASI THOMAS MEYER

Solusi Baru

4. TEORI-TEORI SOSIAL DEMOKRASI THOMAS MEYER

Dalam bab Ini akan

•฀diperkenalkan฀teori฀sosial฀demokrasi฀dari฀Thomas฀Meyer;

•฀diterangkan฀relasi฀antara฀kapitalisme฀pasar฀dan฀demokrasi,฀bahwa฀di฀satu฀sisi฀

terdapat tensi, namun pada sisi lainnya keduanya saling melengkapi;

•฀dideskripsi฀perbedaan฀utama฀antara฀liberal,฀libertarian฀dan฀sosial฀demokrasi; •฀diterangkan฀relasi฀antara฀nilai-nilai฀dasar,฀hak-hak฀dasar฀dan฀perangkatnya; •฀didiskusikan฀฀dan฀diolah฀฀perbedaan฀antara฀฀hak฀฀kebebasan฀฀negatif฀฀dan฀

positif; dan

•฀didiskusikan฀tentang฀kewajiban฀bertindak฀negara.

Berbagai diskusi tentang nilai-nilai dasar dan tinjauan terhadap perbedaan model-model masyarakat dalam bab-bab sebelumnya memperlihatkan, bahwa sosial demokrasi mempunyai satu tradisi pemikiran. Pengertiannya membeda- kan diri dari model-model gagasan lain. Bahkan sangat berbeda. Sehingga tak cukup menjelaskan pengertian tersebut dengan hanya menyebut nilai-nilai dasar seperti kebebasan, persamaan dan solidaritas guna merealisasikan satu mas- yarakat yang adil. Juga tak cukup menjelaskan dengan menyebut liberalisme, konservatisme dan sosialisme.

Pada awal pengantar tulisan ini disebutkan ihwal teori sosial demokrasi. „Sosial Demokrasi“, mesti dideinisikan secara jelas, jika ingin didiskusikan dan dijadikan argumen.

Empat perspektif tentang sosial demokrasi sudah diutarakan. Tiga darinya akan diulang kembali di bawah ini:

”Sosial demokrasi – bukankah adalah istilah yang menjawab diri sendiri?” tanya seseorang;

Lalu, „Sosial Demokrasi – bukankah kita di Jerman telah merealisasikannya den- gan ekonomi pasar sosial sebagai „model Jerman?“, tanya yang lain

87

Dari sudut pandang politik praktis terhadap sebuah teori, maka pertanyaan- pertanyaan awal tersebut di atas, tentulah benar. Pertanyaan-pertanyaan ter- sebut haruslah dijawab, bila teori tentang sosial demokrasi akan dimanfaatkan secara politis.

Pertanyaan pertama, bahwa „sosial demokrasi sebagai istilah yang menjelaskan dirinya sendiri“, telah terjawab sebelumnya. Yakni, mengembangkan gam- baran tentang pengertian „sosial demokrasi“ secara tepat itu perlu. Alasannya:, terdapat kaitan-kaitan yang sangat berbeda, yang hanya bisa dijelaskan secara bersama. Hanya saja, ke dalam pengertian tersebut di atas telah termaktubkan pokok normatif yang utama: aturan-aturan dan norma-norma bersama apa saja yang dapat kita jadikan landasan, jika permasalahannya adalah merealisasikan sosial demokrasi.

Sekilas mencermati nilai-nilai dasar telah menunjukkan, bahwa banyak argumen ilosois bisa memperjelas, namun tidak cukup buat dijadikan landasan norma- tif, justru karena plural dan kontroversialnya deinisi-deinisi tersebut. Alhasil, untuk teori sosial demokrasi haruslah ditemukan landasan normatif yang spe- siik sebagai titik tolak.

Pertanyaan kedua, bahwa „sosial demokrasi di Jerman telah direalisasikan lewat ekonomi pasar yang sosial dalam „model Jerman“, selanjutnya dibahas, terutama lewat studi-studi banding antar negara (bandingkan hal. 107 dst). Pada wilayah yang bertensi tinggi telah diperlihatkan, bahwa sosial demokrasi bukanlah menyangkut masalah „Pencapaian sosial demokrasi secara seketika atau bersamaan“ (seperti pertandingan lari cepat 100 meter). Apalagi terdapat keanekaragaman yang luas untuk model-model masyarakat yang berbeda. Di situ pulalah kelompok-kelompok yang berkepentingan berkendak menavigasi menuju model-model masyarakat tersebut. Petunjuk tentang „model Jerman“ atau „ekonomi pasar sosial“ tidak cukup menjelaskan, sebab petunjuk itu men- gabaikan para pelaku politik kemasyarakatan yang berbeda.atau „ekonomi pasar sosial“ akan tidak cukup menjelaskan, oleh sebab petunjuk itu mengabaikan para pelaku politik kemasyarakatan yang berbeda.

Terhadap pernyataan ketiga, bahwa „sosial demokrasi termasuk ke dalam Par- tai Sosial Demokrat Jerman (SPD) dan oleh karenanya sosial demokrasi cuma

Sosial demokrasi sebagai model gagasan

urusannya dan teorinya kaum sosial demokrat belaka“, patutlah diragukan. Menunjuk „sosial demokrasi“ sebagai partai dan aliran politik bolehlah dinilai sebagai jawaban yang mendekati, tapi bukanlah jawaban yang lengkap: „Menurut kebiasaan saat ini, sosial demokrasi itu bermakna ganda, yaitu sebagai definisi dasar teori demokrasi dan sebutan bagi program sebuah aliran politik. Kendati antara kedua definisi yang lazim dipakai ini terdapat hubungan timbal balik yang beraneka ragam, namun kedua definisi itu adalah merupakan dua fakta yang jelas untuk dibedakan, . Sebab keduanya memiliki perbedaan tuntutan. Baik landasan normatif maupun peranan yang termaktub di dalamnya. Selain itu, perbedaan dalam cara untuk merealisasikannya, teori sosial demokrasi tidak bertumpu pada para pelaku politis tertentu. Kendati demikian, tentu saja setiap langkah realisasinya tergantung pada aktor-aktor politis yang memperjuangkan program tindakan praktis yang dijabarkan dari teori tersebut. Para pelaku poli- tis yang beranekaragam dapat memanfaatkan definisi sosial demokrasi sebagai nama program, jika nama ini dipandang menguntungkan, terlepas dari apakah dan seberapa jauh upaya-upaya politis itu terwadahi atau terkait dengan teori sosial demokrasi, “ (Meyer 2005:12).

Pada prinsipnya, sosial demokrasi sebagai model gagasan dan sosial demokrasi sebagai partai politik (atau aliran) selalu memiliki titik-titik temu. Tapi keduanya tidak sama. Sebagai model gagasan, sosial demokrasi harus memiliki tuntutan, bahwa gagasannya berbasis ilmiah terkait norma dan nilai, bahwa dalam pen- jabaran dan realisasi hak-hak dasarnya dapat dilakukan penelitian di beraneka- ragam negara dan kemudian dibeberkan secara konsisten. Soal partai-partai politik yang menganut gagasan tersebut, tidak akan dibicarakan di sini. Dengan demikian, bahasan berikut ini bukan tentang sosial demokrasi, melain- kan terkait sebuah model gagasan yang wacananya terbentuk sejak 1980an dan 1990an.

Sebagai titik awal pembahasan, digunakan teori sosial demokrasi karya Thomas Meyer. Di sana terkait teramat banyak untaian yang beraneka ragam, yang telah mewarnai bingkai wacana tentang sosial demokrasi dan, masih terus mewar-

89 Pertanyaan awal: bagaimana sikap dan keterkaitan antara demokrasi dan kapitalisme pasar? Syarat kelahiran dan faktor kerawanan? Apa sikap kapitalisme pasar terhadap demokrasi?

4.1. Titik Awal

Pertanyaan utama dalam teori sosial demokrasi Thomas Meyer (seperti yang sudah diungkapkan di atas) adalah, sejauh mana hubungan antara demokrasi dan kapitalisme pasar

Keduanya – demokrasi dan kapitalisme pasar – dipahami sebagai dua pilar utama sistem masyarakat kita dalam “ketegangan” hubungan satu dengan lainnya.

Gambar. 7: Keterkaitan antara Kapitalisme Pasar dan Demokrasi

Jadi, Meyer beranggapan, bahwa di satu pihak kapitalisme dan demokrasi saling melengkapi. Jadi, kapitalisme pasar merupakan persyaratan pembentukan dan stabilitas demokrasi. Di lain pihak, Meyer menemukan ketegangan yang unik , sebab pasar yang tanpa kendali bertentangan dengan persyaratan yang diper- lukan bagi partisipasi publik.

Relasi tegang dan potensi terkuburnya demokrasi Kapitalisme Pasar Kebebasan memproduksi barang; Kebebasan mempertukarkan barang Demokrasi Kebebasan bagi semua manusia Sebagai hak dasar keputusan demokratis

sebagai Persyaratan dan Stabilisasi

Bagaimana Meyer mempertahankan tesisnya?

Historis argumen

Meyer menggambarkan hubungan sistem ekonomi dan demokrasi lewat dua tesis (asumsi) berikut. Di satu pihak, ia menganalisa persyaratan kelahiran demo- krasi secara historis. Dilain pihak, ia meneliti keterkaitan empiris antara demo- krasi dan ekonomi pasar untuk masyarakat mutakhir.

Semula, kehadiran kedua tesis itu bukanlah sesuatu yang bisa diterima luas, : karena dianggap kontroversial, baik secara teoritis maupun politis, seperti yang dapat dibaca di atas.

Pertanyaannya, apa yang merangsang Meyer tetap mewakili kedua tesis tersebut sekalipun banyak ditentang?

4.1.1. Alasan Historis

Jawaban atas pertanyaan tersebut di atas, terutama karena tesis itu berkaitan dengan alasan historis. Bagi Meyer, demokrasi dalam sejarahnya, umumnya ter- bentuk setelah atau berhubungan langsung dengan kebangkitan pasar-pasar bebas – di Eropa. Demokrasi berhasil ditegakkan di negeri-negeri yang berbeda dalam kurun waktu yang tidak sama sebagai satu „model masyarakat borjuis“: Masyarakat borjuis dimaksud sebagai model tatanan ekonomi, sosial dan politik demi penaklukan absolutisme, peniadaan privilise berdasarkan kelahiran dan pemaksaan seseorang menjadi penurut model klerikal (keagamaan). Caranya, lewat realisasi prinsip kebebasan individu berdasarkan hukum dan keteraturan bagi segenap manusia; menjamin kehidupan manusia secara bersama berdasar- kan ukuran akal budi; terorganisirnya ekonomi berdasarkan persaingan pasar, hukum dan keteraturan; terjamininnya peluang hidup sesuai dengan akal budi, pembatasan kekuasaan negara berdasarkan negara hukum dan konstitusi yang liberal di satu pihak serta pengikatan kekuasaan negara pada kehendak warga yang dewasa lewat kepublikan, pemilihan umum dan organ keterwakilan dilain pihak (Kocka 1995: 23).

91 Alasan berdasarkan penelitian stabilitas demokrasi Tensi antara demokrasi dan kapitalisme

4.1.2. Alasan Berdasarkan Studi Banding