• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pemikiran Keuangan Publik Islam

Dalam dokumen Keuangan Publik Analisis Sejarah Pemikir (Halaman 26-35)

Untuk menemukan fokus kajian dari pemikiran para sarjana Muslim tentang keuangan publik dan sejauhmana para ahli dengan teori, pendekatan, dan paradigma yang digunakan dalam mengkaji persoalan ini, maka penelusuran atas berbagai kajian ini sangat penting baik dari keluasan pembahasan, originalitas dari karya ini, ataupun fokus utama dari kajian-kajian yang pernah ada.

Studi atas pemikiran para sarjana Muslim tentang keuangan publik lebih banyak menguraikan atau bercampur dengan bidang politik Islam (fiqh

al-siyasah), sehingga sisi intelektual dan kecendekiawan pada bidang lain, seperti

ekonomi belum banyak diminati oleh para sarjana Muslim dan Barat. Hal ini tentunya perlu dicermati, sebab ada kecenderungan di kalangan para sarjana Muslim pada abad pertengahan banyak menuangkan gagasan yang konstruktif dan cukup komprehensif dalam berbagai subyek keilmuan. Sebagaimana yang ada pada sosok Abu Yusuf, al-Ghazali, al-Mawardi, dan lainnya yang cukup

44 Abu Yusuf, Kitab al-Kharaj (Beirut: Dar al-Ma’arif, 1979), 119.

45 Al-Mawardi, Ahkam al-Sulthaniyah, 199.

17 produktif dalam menghasilkan karya-karya ilmiah dan menguasai dalam banyak

bidang, seperti tafsir, hadits, fiqih, filsafat, politik, akhlak, pendidikan, sastera

Arab, dan teologi.

Karena itulah, studi ini dilakukan dalam rangka menganalisis gagasan para sarjana Muslim dalam bidang pemikiran ekonomi Islam, khususnya keuangan publik. Beberapa hal yang dapat dicatat dalam karya-karya mereka, antara lain bukan hanya memaparkan sekelumit tentang persoalan negara, melainkan juga mengandung aspek-aspek keuangan publik yang bisa dianalisis untuk menemukan gagasal-gagasan dan praktek keuangan yang terjadi sejak masa awal Islam. Karya monumental mereka memaparkan pula tentang politik ekonomi yang dipraktekkan saat itu, namun belum memperoleh gambaran yang jelas dari segi sistem maupun kebijakan yang dilakukan negara, khususnya untuk memenuhi kepentingan publik. Pada sisi lain, karya-karya yang diproduksi oleh mereka saat itu bukan hanya menunjukkan semangat dan kualitas intelektualnya, melainkan lebih dari itu, menunjukkan suatu minat dan tanggung jawab seorang ilmuwan dalam memandang dan menganalisis kehidupan masyarakat secara luas yang terlingkupi oleh setting sosial budaya pada masa tersebut, sebagai ciri khas dari realitas kehidupan masyarakat muslim abad pertengahan.

Untuk menelusuri kajian pustaka yang dilakukan atas karya-karya dan intelektualitas mereka tentang pemikiran ekonomi Islam, maka dilakukan studi literatur yang pernah dilakukan oleh para sarjana Muslim dan Barat. Kepentingan ini di samping untuk meninjau ulang sejauhmana studi-studi tersebut difokuskan pada pemikiran mereka, juga menelusuri sejauhmana studi atau penelitian yang pernah dilakukan tersebut memfokuskan kajiannya pada pemikiran keuangan publik. Tentunya, hal tersebut akan memberikan kejelasan bagi analisis terhadap materi buku ini, sehingga akan ditemukan konsep, teori, atau rumusan lainnya yang belum pernah dikaji atau kurang mendapat perhatian serius dari para pengkaji tentang pemikiran ekonomi Islam sampai sekarang ini.

Kajian keuangan publik Islam, sejauh pengamatan penulis belum banyak dilakukan dan cukup terbatas di kalangan para sarjana Muslim kontemporer maupun Barat. Meskipun demikian, rujukan singkat tentang keuangan publik Islam pada akhir-akhir ini mempresentasikan suatu perkembangan subyek keilmuan ini.

Beberapa literatur klasik yang dapat dikaji dan menjadi sumber utama

sebagai produk awal dalam keuangan publik Islam, sebagaimana diklasifikasikan

Sabahuddin Azmi, terdiri dari; pertama, karya yang berjudul al-kharaj, seperti

Kitab al-Kharaj karya Abu Yusuf (w. 798 M), Yahya ibn Adam al-Qarasyi

(w. 818 M), dan Qudamah ibn Ja’far (w. 932); kedua, kitab yang berjudul

al-Amwal, seperti Kitab al-Amwal karya Abu Ubaid al-Qasim ibn Sallam (w. 838

M), Humayd ibn Zanjawaih, dan Abu Ja’far ibn Nashir al-Dawudi (w. 1012);

al-Mawardi (w. 1058 M) dan Abu Ya’la al-Hambali47, dan keempat, karya-karya bunga rampai yang muncul pada paruh kedua abad ke-5 H, seperti Kitab

al-Muhalla karya Muhammad Ibn Hazm, al-Ghiyathi al-Juwayni karya Imam

al-Haramayn al-Juwayni, dan al-Tibr al-Masbuk fi Nashihah al-Muluk karya Imam Al-Ghazali.

Secara khusus, kajian atas keuangan publik Islam lebih bersifat historis daripada uraian yang bersifat analisis dan mendudukkannya dalam bahasan ekonomi. Beberapa diantaranya, Aghnide yang menulis Mohammaden Theories

of Finance.48 Uraiannya tentang keuangan publik dalam perspektif fiqih cukup

lengkap, namun tidak dikaitkan dengan implikasi-implikasi secara ekonomi. Ben Shemesh telah menulis Taxation in Islam sebagai bentuk terjemahan dari beberapa bagian Kitab al-Kharaj yang ditulis Abu Yusuf, Yahya Ibn Adam dan Qudamah.49 Meskipun cukup baik untuk menggambarkan gagasan dari tiga orang penulisnya, namun tidak nampak analisisnya mengenai persoalan keuangan publik.

Karya Abdul Azim Islahi, Contributions of Muslim Scholars to Economic

Thought and Analysis (11-905 A.H./632-1500 A.D),50lebih banyak mengungkap

sisi historis kontribusi para sarjana Muslim, dalam pemikiran ekonomi Islam. Uraiannya yang representatif tentang perkembangan pemikiran ekonomi Islam hanya menempatkan gagasan para sarjana Muslimi yang cukup ringkas, sehingga belum menunjukkan gagasan sentralnya dalam keuangan publik.

Adiwarman Azwar Karim menulis tentang Sejarah Pemikiran Ekonomi

Islam51 yang menguraikan secara singkat perkembangan ekonomi dari para

47Baik Al-Mawardi maupun Abu Ya’la menulis kitab Ahkam al-Sulthaniyah pada akhir pemerintahan Dinasti Buwayhi Shi’ah (945-1055 M) di Baghdad. Al-Mawardi menulis kitab ini sekitar tahun 421 H sebelum kematian Khalifah al-Qadir (w. 422 H), sedangkan al-Farra’ sekitar tahun 440 H. Meskipun demikian dapat

dicatat beberapa persamaan dan perbedaan keduanya. Aspek persamaannya antara lain: (1) berjudul sama, (2) banyak persamaan dalam susunan bab, sub-judul, dan ushlub bahasa. Hanya saja Al-Mawardi

membagi 20 bagian dan al-Farra’ membagi 17 bagian, (3) bentuk kajian sama dalam ketatanegaraan

dan pembagiannya, misalnya bab jizyah dan kharaj, (4) Al-Mawardi menerapkan metode komparatif antara pendapat madzhab dan aliran Fiqh dengan mengutip pendapat Imam Madzhab, al-Thabari, Abu Yusuf, dan Abu Ubaid, sedangkan al-Farra’ banyak mengambil pendapat madzhab Hambali, (5) Al-Mawardi banyak merujuk ayat al-Qur’an, hadits, riwayat sahabat dan tabi’in, kata-kata dan kisah Khalifah Abbasiyah, dan sya’ir, sedangkan al-Farra’ tidak mengutip sya’ir satupun. Al-Mawardi mengutip hadits sebanyak 124 dan al-Farra’ hanya 84 hadits dengan sanad yang lebih panjang, (6) Keduanya memiliki fasal dan bahasan yang hampir sama uraiannya, seperti pada bagian wazir tanfidz. Adapun aspek perbedaannya antara lain: (1) pada bagian muqaddimah, Al-Mawardi menerapkan metode komparatif dalam pembahasannya, sedangkan al-Farra’ mengikuti metode madzhab Hambali tanpa perbedaan pendapat dan dalil-dalilnya, (2) Al-Mawardi tidak mensyaratkan keturunan Quraish pada wazir tanfidz, sedangkan al-Farra’ mensyaratkannya.

48 Aghnide, Mohammedan Theories of Finance (New York: McGraw-Hill, Inc., 1969)

49 Ben Shemesh, Taxation in Islam (Leiden: E.J. Brill, 1965).

50 Abdul Azim Islahi, Contributions of Muslim Scholars to Economic Thought and Analysis (11-905 A.H./632-1500 A.D) (Jeddah: IERC King Abdul Aziz University, 2004).

19 pemikira abad klasik dan pertengahan, namun uraiannya yang ringkas tidak menunjukkan suatu analisis ekonomi dan teori-teori keuangan publik yang berkembang saat itu.

Irfan Rana menjelaskan cacatan sejarah tentang pengelolaan keuangan publik pada masa Umar Ibn Khattab dengan karyanya Economic System under

Umar the Great52, namun tidak dijumpai eksplorasi teori-teori tentang persoalan

tersebut.

Karya-karya lain yang secara khusus membahas keuangan publik Islam antara lain S.A. Siddiqui menulis Public Finance in Islam53 yang menguraikan tentang perkembangan keuangan publik pada Islam awal berdasarkan pendapat

fuqaha’, namun sama sekali tidak ditemukan teori-teori tentang keuangan publik.

Karya ‘Abd al-Salam Balaji, al-Maliyat al-‘Ammah ‘inda al-Mawardi wa

Ibn Khaldun,54 cukup representatif dalam memaparkan keuangan publik Islam

yang mengkomparasikan pemikiran al-Mawardi dan Ibn Khaldun. Namun, uraiannya kurang memaparkan penjelasan secara analisis dan keterkaitannya dengan keuangan publik modern kurang mendapat penjelasan yang memadai.

Yasin Ghadi dalam al-Amwal wa al-Amlak al-‘Ammah fi al-Islam wa-Hukm

al-I’tida’ ‘Alaiha 55 memberikan analisis hukum Islam tentang keuangan publik

(al-mal al-‘am) yang dihubungkan dengan konsep harta dan pengelolaannya

berdasarkan kaidah-kaidah dan hukum Islam. Namun, karya ini kurang banyak mengungkap dimensi keuangan publik dan penerapannya melalui kebijakan pemerintah.

Mahmud Julayd dalam Qira’at fi al-Maliyat al-‘Ammah fi al-Islam56

melakukan analisis terhadap konsep keuangan publik (al-maliyat al-‘ammah) dan penerapannya dalam pemerintahan Islam pada masa klasik, sehingga relevansi keuangan publik dalam konteks pemerintahan sekarang ini tidak cukup memberi penjelasan yang lengkap.

M. Nejatullah Siddiqi melalui karyanya, Teaching Public Finance in Islamic

Perspective,57 menjelaskan secara komprehensif tentang keuangan publik Islam

dan penerapannya dalam konteks ekonomi modern di negara-negara Muslim. Namun, karena karya ini lebih bercorak “modul” sebagai bahan kuliah, sehingga tidak ditemukan analisis mendalam tentang “diskusi” pengelolaan keuangan publik dari para pemikir ekonomi Islam.

Kajian penting keuangan publik dalam Islam dapat ditemukan pula pada karya

52Irfan Rana, Economic Shstem under Umar the Great (Lahore: t.p., 1977).

53Siddiqui, S.A., Public Finance in Islam (Lahore: Sh. Muh. Ashraf, 1965).

54‘Abd al-Salam Balaji, al-Maliyat al-‘Ammah ‘inda Al-Mawardi wa Ibn Khaldun (Mansurah: Dar

al-Kalimah li al-Nashr wa al-Tawzi’, 2000).

55 Yasin Ghadi, al-Amwal wa al-Amlak al-‘Ammah fi al-Islam wa Hukm al-I’tida’ ‘Alaiha (Mu’tah: Mu’assasah

Ram, 1994).

56Mahmud Julayd, Qira’at fi al-Maliyat al-‘Ammah fi al-Islam (Jeddah: IDB-IRTI, 1995/1415).

57 M. Nejatullah Siddiqi, Teaching Public Finance in Islamic Perspective (Jeddah: Centre for Research in

Zafar Iqbal, an Islamic Perspective on Public Finance.58Karya ini mengungkap keuangan publik yang membahas secara komprehensif teori keadilan dalam ekonomi, teori pajak, teori anggaran, dan organisasi komersial sektor keuangan publik. Meskipun karya ini membandingkan teori-teori tersebut perspektif Islam dan Barat, namun kurang memberikan analisis politik ekonomi Islam.

Ziauddin Ahmad dalam Public Finance in Islam59memberikan gagasan awal tentang komparasi keuangan publik perspektif Islam dan ekonomi konvensional

tentang instrumen kebijakan fiskal. Namun, karya ini cukup ringkas sehingga

tidak mengungkap secara lengkap aspek-aspek lain keuangan publik.

Mohammad Akram Khan dalam Public Finance in Islam (a Bibliography

of Works in English)60 melakukan input kepustakaan dari literatur-literatur

berbahasa Inggris yang membahas materi keuangan publik. Karena karya ini

hanya memberikan sumber data dalam bentuk bibliografi keuangan publik,

sehingga diperlukan penelusuran lebih jauh tentang karya-karya subyek ini. Berdasarkan uraian tersebut di atas, literatur yang mengkaji pemikiran keuangan publik Islam belum terfokus, dan juga diperlukan implementasinya dalam pengelolaan keuangan publik kontemporer, khususnya pengelolaan keuangan negara di Indonesia. Oleh karena itu, studi ini perlu memfokuskan pada persoalan keuangan publik termasuk teori-teori yang mungkin dicetuskan dalam karya-karya mereka, analisis teks dan historisitasnya, serta implikasi-implikasinya dalam ekonomi.

Untuk memahami ide-ide dan pemikiran mereka tersebut diperlukan suatu metode yang tepat dan memiliki akurasi dalam pengungkapan dan analisisnya. Karena itu, studi atas keuangan publik termasuk studi tekstual terhadap pemikiran tokoh dengan karya-karya yang diproduksinya sebagai sumber utama penulisan buku ini. Meskipun demikian, studi ini tidak mengabaikan setting sosio-budaya dan intelektual yang mengitarinya sepanjang dibutuhkan dalam pengkajian dan

bentuk personifikasi dari idealitas dan gagasan masyarakat yang berkembang

pada masa tersebut. Karena bersifat historis, maka pembacaan atas “teks” dan menganalisis “konteks”-nya menjadi penting untuk mengeksplorasi gagasan-gagasan para sarjana Muslim.

Untuk memahami sejarah pemikiran ekonomi Islam, khususnya keuangan publik, pendekatan yang terpaku pada analisis kritis pada teks-teks saja tidaklah memadai, sebab melalui studi komparatif teks-teks yang umumnya berisikan idealisasi dari situasi sosial yang dihadapi dan doktrin yang seharusnya dipancarkan dalam kehidupan pribadi dan sosial, tidaklah dapat memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang persoalan tersebut. Karenanya, studi

58 Zafar Iqbal, an Islamic Perspective on Public Finance (University of South Australia, 2003).

59Ziauddin Ahmad, Public Finance in Islam (IMF: IMF Working Paper, 1989).

60 Mohammad Akram Khan, Public Finance in Islam (a Bibliography of Works in English) (Jeddah: Islamic

tekstual harus dilengkapi dengan studi atas realitas sosial dan dinamika historis,61

sehingga akan terbuka perspektif yang lebih jelas tentang dinamika dan kehidupan agama itu sendiri.

Studi tekstual dengan pandangan filosofis tertentu memungkinkan

terumuskannya ide-ide Islam dan acuan dasar bagi seluruh lapangan kehidupan, sebab menghasilkan suatu “struktur sosial” dan “pola perilaku” yang diperkirakan sebagai salinan murni dan orisinal dari “doktrin Islam.”62 Studi realitas sosial dan dinamika historis digunakan untuk memahami terwujudnya suatu ajaran dengan pemeluk agama melalui internalisasi, yaitu penghayatan dan penjelmaan keutuhan ajaran tersebut dalam kehidupan pribadi dan corak hubungan sosial.63

Kajian ini merupakan eksplorasi dari analisa secara filosofis dalam

waktu tertentu di masa lalu, maka secara metodologis menerapkan pendekatan sejarah (historical approach).64 Bentuk pendekatan sejarah antara lain berupa

studi biografis, yaitu studi atas kehidupan seseorang dalam hubungannya dengan

masyarakat, sifat-sifat, pengaruh pemikiran dan idenya, serta pembentukan watak tokoh tersebut selama hidupnya.65 Dengan kata lain, keberadaan seorang pemikir dimanapun tidak akan dapat melepaskan diri dari bentukan sejarah yang mengitarinya.66

Untuk mengungkap secara mendalam pemikiran para sarjana Muslim tentang keuangan public Islam, maka sumber informasi diperoleh dari karya-karya original mereka. Beberapa di antaranya Ahkam al-Sulthaniyah wa Wilayat

al-Diniyah al-Mawardi, Kitab al-Kharaj karya Abu Yusuf, Kitab al-Amwal karya

Abu Ubaid, Ahkam al-Sulthaniyah karya Abu Ya’la, al-Muhalla karya Ibn Hazm,

al-Ghiyatsi al-Juwayni karya al-Juwaini, dan Tibr Masbuk fi Nashihah

al-Muluk karya Al-Ghazali, dan buku-buku lain yang berbentuk uraian, komentar,

dan penjelasan pemikiran para sarjana Muslim, atau terkait dengan fokus kajian keuangan publik.

Buku ini terdiri dari tujuh pembahasan. Bagian pertama merupakan pendahuluan yang memaparkan latar belakang dan fokus pembahasan penelitian

ini, serta tujuan dan signifikansi kajian ini baik secara teoritis maupun akademik.

Kerangka teori diuraikan untuk melakukan pendekatan terhadap fokus kajian, khususnya tentang keuangan publik dan politik ekonomi Islam. Tinjauan pustaka

61 Taufik Abdullah (ed.), Sejarah dan Masyarakat: Lintasan Historis Islam di Indonesia (Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 1987), 9-12.

62Taufik Abdullah (ed.), Sejarah dan Masyarakat, 10.

63 Taufik Abdullah (ed.), Sejarah dan Masyarakat, 7.

64 Ilmu penelitian modern membagi penelitian kepada lima bentuk, yaitu penelitian sejarah, deskripsi,

eksperimental, grounded research, dan tindakan. Keunggulan penelitian searah antara lain ia mampu menyelidiki secara kritis mengenai pemikiran yang berkembang di zaman lampau dan mengutamakan

sumber primer. Lihat M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesiia, 1984), 141-143.

65 M. Nazir, Metode Penelitian, 62.

66 Lihat Mark B. Woodhouse, A Preface to Philosophy (California: Worddworth Publishing Company, 1984), 3, dan bandingkan dengan Anton Bekker, Metode-metode Penelitian Filsafat (Jakarta: Ghalia Indonesia,

digunakan untuk melakukan kritik terhadap persoalan keuangan publik dan pemikiran para sarjana Muslim. Adapun metode yang digunakan pada kajian ini sebagai bentuk pendekatan secara ilmiah dalam mengungkap lingkup keuangan publik.

Bagian kedua memaparkan filsafat ekonomi dan kesejahteraan negara. Pada bagian ini akan dipaparkan filsafat ekonomi sebagai landasan pemikiran

para tokohnya tentang peran ekonomi negara dalam pengelolaan keuangan publik. Adapun uraian dimensi negara kesejahteraan Islam memfokuskan pada model “welfare state” yang menekankan moralitas agama dan etika dunia yang berimplikasi terhadap perilaku ekonomi dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.

Bagian ketiga menjelaskan peran negara dalam keuangan publik. Pada bagian ini diuraikan studi ilmiah tentang keuangan publik. Pengertian dan ruang lingkup keuangan publik dikaji berdasarkan perspektif keuangan publik positif dan normatif untuk mengetahui kedudukan ilmu ini sebagai cabang dari ilmu ekonomi. Kemudian uraian survey historis perkembangan keuangan publik untuk mengetahui persamaan, perbedaan, dan kontinuitas kajian ini pada masa modern. Berikutnya diuraikan peran ekonomi pemerintah, kegagalan mekanisme pasar dan campur tangan pemerintah. Kemudian akan dikaji tentang ummah dan pembangunan ekonomi berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an tentang ummah, predikat dan pemaknaannya dalam konteks pembangunan ekonomi. Adapun uraian institusi hisbah terkait dengan peran utama lembaga ini sebagai supervisor dan regulator pasar dalam mengontrol mekanisme pasar.

Bagian keempat menjelaskan sumber-sumber pendapatan negara. Pada bagian ini akan dipaparkan pengertian dan bentuk-bentuk pendapatan negara sebagai sumber-sumber utama bagi pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Adapun pendapatan pajak dan pendapatan non-pajak dibahas dalam bentuk uraian sumber-sumber pendapatan pemerintah pada masa itu berupa fay’, jizyah, kharaj, ghanimah,

zakat, dan sumber-sumber alam. Pembahasan tentang zakat diuraikan secara luas

mengingat jenis pendapatan ini cukup strategis sebagai bagian dari kebijakan

fiskal pemerintah.

Bagian kelima menjelaskan tentang pengeluaran pemerintah. Uraiannya dimulai dengan pengertian dan kedudukan pembelanjaan publik dalam sistem ekonomi Islam. Kriteria pengadaan proyek kesejahteraan diuraikan dengan menerapkan prinsip mashlahah dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat yang dianalisis dengan teori barang publik. Adapun tujuan pengeluaran publik akan dibahas sesuai dengan kebutuhan negara dalam membelanjakan harta tersebut, baik menjalankan roda pemerintahan maupun mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kemudian jenis pengeluaran pemerintah diuraikan sesuai dengan pendapatan yang diperoleh pemerintah sesuai dengan pos-pos masing-masing,

23 seperti zakat, ghanimah, dan fay’. Sedangkan sistem pendistribusian pendapatan publik diuraikan dengan membandingkan pemikiran para sarjana Muslim dengan para ahli keuangan publik, seperti Harvey S. Rossen, Ted Gayer, John F. Due, dan lainnya terkait dengan prinsip-prinsip pengeluaran pemerintah.

Bagian keenam merupakan penerapan pemikiran sarjana Muslim dalam konteks pengelolaan keuangan negara sekarang ini, khususnya di Indonesia. Pada bagian ini akan diuraikan peran negara dalam pembangunan, pengelolaan keuangan negara di Indonesia, dan pembelanjaan pemerintah.

Bagian ketujuh merupakan penutup. Pada bagian ini diuraikan kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya.

25

BAB II

FILSAFAT EKONOMI DAN NEGARA KESEJAHTERAAN

Dalam dokumen Keuangan Publik Analisis Sejarah Pemikir (Halaman 26-35)