• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMILIHAN ALTERNATIF TEKNOLOG

Dalam dokumen INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI PERTAMBA (Halaman 166-173)

MEGA PROYEK PABRIK BAJA KRAKATAU STEEL DI BATULICIN TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN

5. PEMILIHAN ALTERNATIF TEKNOLOG

Pemilihan teknologi diawali dengan melakukan kajian teknis untuk membandingkan seluruh alternatif pengolahan bijih besi yang tersedia. Selanjutnya mempertimbangkan kesesuaian antara kebutuhan bahan baku dengan karakteristik bahan baku lokal, dipilihlah teknologi Direct Reduction-Rotary Kiln (DR-RK). Bahan baku utama proses Rotary Kiln terdiri dari bijih besi (iron ore), batubara (coal), dan batu kapur (limestone).

Bijih besi dapat berupa iron ore pellet, lump ore, maupun pasir besi. Batubara yang dapat digunakan sebagai reduktor pada proses Rotary Kiln bervariasi mulai dari jenis antrasit sampai lignite. Tiap jenis batu bara memerlukan adaptasi operasi Rotary Kiln terutama dalam hal rasio antara bijih besi dan jumlah reduktor yang dibutuhkan. Sedangkan batu kapur digunakan sebagai bahan aditif pada proses reduksi bijih besi di Rotary Kiln yang berfungsi sebagai penyerap senyawa belerang.

Teknologi ini dipilih karena relatif sederhana, fleksibel terhadap berbagai bentuk bijih besi, menggunakan batubara jenis non-coking coal, dan juga menghasilk.an off-gas yang dapat dimanfaatkan untuk membuat steam penggerak turbin listrik melalui waste

156 heat recovery boiler. Untuk setiap DR-RK berkapasitas 350 ton/hari atau setara dengan 100.000 ton/tahun dapat dibangkitkan listrik sebesar 7 MW, sedangkan pemakaian listrik untuk keperluan internal DR-RK hanya 1,5 MW (Prasad, 2008).

Rotary Kiln Rotary Cooler Magnetic Separator BESI SPONS - Bijih Besi - BatuBara Combustion Chamber Waste heat Recovery Boiler Electorstatic Pricipator Stack Steam Generator LISTRIK

Waste Recovery System

Gambar 7. Skema Pabrik Rotary Kiln dengan system pembangkit Listrik

Kemudian Tailing dari usaha Pertambangan bijih besi, batubara dan industri baja ini menjadi pusat perhatian ketika pembuangannya dilakukan tanpa memperhatikan dampak terhadap lingkungan. Lebih jauh lagi apabila tailing tersebut mengandung unsur-unsur berpotensi racun seperti arsen (As), merkuri (Hg), timbal (Pb), dan kadmium (Cd), sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dengan akibat yang merugikan bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu diperlukan penerapan program perlindungan terhadap lingkungan melalui pengembangan: metode penambangan dan pengolahan; sistem penanganan dan daur ulang tailing; rancangan konstruksi penampung tailing dan pengawasan pembuangannya; serta pencegahan pencemaran oleh unsur-unsur berpotensi racun dimaksud.

157

6. PROSPEK PENGEMBANGAN

Pabrik yang akan dibangun pada tahap pertama rotary kiln diperlengkapi dengan pembangkit listrik memanfaatkan gas buang (off-ga s) proses reduksi. Kapasitas yang akan dibangun pada tahap awal adalah 2 x 500 ton/hari atau setara dengan 300.000 ton/tahun (Irvan dan Hartono, 2008). Lahan yang akan digunakan pada tahap pertama tahun 2009 seluas 30 Ha. (hectare), tahap II tahun 2010 dilanjutkan perluasan 5 (lima) Ha. untuk membangun pabrik pig iron(smelter) dengan produksi 250.000 ton per tahun, Pada tahun 2011 perluasan 55 Ha. untuk peningkatan kapasitas produksi seperti pada tahap I dan II. Peningkatan 10 Ha terus berlanjut sampai tahun 2017, kemudian tahun 2021 perluasan 80 Ha dan tahun 2025 seluas 10 Ha. Sampai terwujud Cilego mini di Kalimantan Selatan (Banjarmasin Post, 10 Januari 2009).

Pada sebuah lokasi yang hanya mempunyai cadangan 3 juta ton sudah dapat dibangun pabrik Rota r y Kiln dengan kapasitas 350 ton/hari atau setara dengan 100.000 ton/tahun dengan pasokan bahan baku yang terjamin selama 15 tahun. Keterbatasan pasokan listrik dapat diatasi dengan pemanfaatan gas buang. Sebagai gambaran, setiap Rotary Kiln berkapasitas 100.000 ton/tahun mempunyai kemampuan untuk menghasilkan listrik sebesar 7 MW. Dengan kebutuhan internal untuk mengoperasikan Rotary Kiln hanya sebesar 1,5 MW, maka terdapat akses listrik sebesar 5,5 MW dapat digunakan untuk kepentingan industri hilir dan masyarakat di sekitar lokasi pabrik (Irvan dan Hartono, 2008).

7. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Pembangunan industri baja PT. Krakatau Steel di Batulicin sebagai suatu unit proses industri yang menghasilkan produk-produk sampingan dan limbah yang dibuang ke lingkungan. Strategi pencegahan pencemaran adalah memfokuskan pada

158 perbaikan sistem proses industri yang memberikan kinerja lingkungan yang lebih baik dan ekonomis dengan metode ekologi industri

Pada awal pembangunan, industri besi baja yang akan dibangun PT. Krakatau Steel sebagai suatu unit proses yang tersendiri, terpisah dengan industri lain dan lingkungan. Proses industri ini menghasilkan produk, produk sampingan dan limbah yang dibuang ke lingkungan.

Perencanaan pembangunan mega proyek ini perlu mengadopsi system ekologi industri yang sudah berhasil diterapkan di Negara-negara maju seperti industri di Kalundborg, Denmark. Ekologi industri tidak hanya membahas tentang masalah polusi dan lingkungan tetapi juga mempertimbangkan kesinambungan industri serta aspek ekonomi tetap diutamakan. Ekologi industri merupakan suatu sistem industri yang terpadu diantara industri-industri yang ada di dalamnya dan saling bersimbiosis secara mutualisme. Dalam sistem ini mengacu pada sistem ekologi di alam.

Tujuan utama dari sistem ekologi adalah untuk mengorganisasi sistem industri sehingga diperoleh suatu jenis operasi yang ramah lingkungan dan berkesinambungan. Strategi untuk mengimplementasikan konsep ekologi industri ada empat elemen utama yaitu : mengoptimasi penggunaan sumber daya yang ada, membuat suatu siklus material yang tertutup dan meminimalkan emisi, proses dematerialisasi dan pengurangan dan penghilangan ketergantungan pada sumber energi yang tidak terbarukan.

7.2. Saran

Diperlukan perencanaan yang matang agar sistem ekologi dan simbiosis industri dapat berjalan serta penerapan program perlindungan terhadap lingkungan melalui pengembangan: metode penambangan dan pengolahan; sistem penanganan dan daur ulang tailing; rancangan konstruksi penampung tailing dan pengawasan pembuangannya; serta pencegahan pencemaran oleh unsur-unsur berpotensi racun dimaksud.

159

8. DAFTAR PUSTAKA

Banjarmasin Post, 10 Januari 2009, Halaman 2.

Deni Swantomo, Maria Christina, P., Kartini Megasari, 2007. Kajian penerapan ekologi industri di Indonesia, Yokyakarta: Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir.

Irvan Kamal H., Hartono. 2008. Pengembangan Pabrik Besi Baja Berbahan Baku lokal Oleh PT. Krakatau Steel (Persero). Bandung: Indonesian Process Metalurgy.

http://www.depperin.go.id

Pramusant,dkk. 2008. Peningkatan Nilai Tambah Mineral besi di Indonesia. Bandung: Indonesian Process Metalurgy.

Prasad, 2009, Carbon Trading Potential in Indian Sponge Iron,

http://wwvv.spongeironindia.in/GodawarrY020Power.pdf (acessed 10-01- 2009)

Tim PIBB Kalimantan. 2007. Laporan Hasil Trial bahan baku Lokal.

Yusuf, Haryono, A, 2005, Pemanfaatan Endapan Mineral (logam) Skala kecil, Serpong: Prosiding Seminar Material Metalurgi.

160

BIAYA PERTAMBANGAN BATUBARA DI INDONESIA

Riswan1, Adip Mustofa1

1 Staf Pengajar Teknik Pertambangan UNLAM

Email: riswan@mining-unlam.ac.id

ABSTRAK

Batubara merupakan satu dari energi alternatif dari sektor pertambangan merupakan kegiataan usaha padat modal sehingga memerlukan penanaman modal, pertambangan batubara secara umum beberapa tahapan yang dilakukan seperti perijinan, penyelidikan umum (prospeksi), eksplorasi, studi kelayakan, eksploitasi, pengolahan, pemurnian serta pengangkutan/penjualan dan reklamasi. Pada studi Kasus PT X akan diketahui contoh-contoh biaya pertambangan batubara yang mempunyai IUP dengan luas area 91 ha, direncanakan akan ditambang dengan tambang terbuka (open pit mining). Berdasarkan studi kelayakan SR cadangan yang tertambang 8,5 : 1. Jumlah batubara yang akan ditambang 657.383 ton dengan nilai kalori rata-rata 6998 kcak/kg, belerang < 1% dan kadar abu 15%. Dari desain tambang yang telah dibuat dapat diketahui bahwa pit potensial terdiri dari 1 pit yaitu pit A dengan panjang tambang searah jurus adalah 1000 meter dan lebar bukaan sekitar 100 meter. Besarnya biaya penambangan bergantung Stripping Ratio. Jumlah penerimaan dipengaruhi oleh Kualitas dan harga batubara dipasaran

161

1. PENDAHULUAN

Batubara merupakan satu dari energi alternatif yang termasuk memiliki pertumbuhan yang pesat, baik dari segi produksi maupun konsumsi. Hal ini yang membuat industri batubara kian populer, terutama setelah kenaikan harga bahan bakar utama, yaitu minyak bumi. Selain penggunaanya yang lebih efisien, batubara juga tersedia dalam jumlah yang melimpah di dunia sehingga memberikan kemungkinan untuk dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Selama kurun waktu tahun 1997-2008, produksi dan konsumsi batubara dunia telah naik lebih dari 35% (Asia Securities Industry Research - Sektor Batubara 2009 ), dengan kenaikan tertinggi terjadi di wilayah Asia Pasifik.

Kegiatan usaha di Sektor Pertambangan merupakan kegiatan usaha padat modal dan padat teknologi yang sarat dengan berbagai resiko, mulai dari pencarian cadangan, eksplorasi, sampai pada kegiatan ekploitasi. Resiko yang dihadapi dalam dunia usaha pertambangan antara lain resiko geologi, resiko teknologi, resiko politik dan resiko kebijaksanaan serta memiliki dampak negatif yang dapat menurunkan kualitas lingkungan.

Tujuan investasi bagi para penanam modal adalah untuk mendapatkan return on investment yang wajar, sehingga segala kebijaksanaan yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan baik langsung maupun tidak langsung akan sangat mempengaruhi perkembangan investasi pertambangan batubara di Indonesia.

Di samping itu, pemerintah sebagai penyelenggara negara yang berhak atas kebijakan pertambangan seperti royalti dan pajak/iuran tambang harus mampu memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun daerah.

Dalam usaha pertambangan batubara secara umum beberapa tahapan yang dilakukan seperti perijinan, penyelidikan umum (prospeksi), eksplorasi, studi kelayakan, eksploitasi, pengolahan dan pemurnian serta pengangkutan/penjualan.

Untuk melihat prospek cadangan batubara, dilakukan tinjauan teknis, kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian serta aspek lingkungan. Analisis ini dilakukan berdasarkan umur tambang dan rencana produksi.

162 Analisis keuangan dan keekonomian dapat dilakukan berdasaran konsep aliran kas disconto (discounted cash flow analysis) sebagai dasar analisis,komponen-komponen biaya capital, biaya produksi, tingkat produksi batubara dan perkiraan harga jual batubara, dimana operasi penambangan dapat dilakukan sendiri dengan peralatan sewa atau operasi penambangan diserahkan kepada kontraktor.

Dalam dokumen INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI PERTAMBA (Halaman 166-173)