BAB 5 PEMBAHASAN DAN ANALISIS MASALAH
5.4 Pemilihan Metode Transfer Pricing
5.4.3 Pemilihan Profit Level Indicator untuk Analisis TNMM
Penerapan metode transfer pricing memerlukan seleksi Profit Level Indicator yang tepat (PLI). PLI adalah rasio yang mengukur hubungan antara keuntungan dan biaya yang timbul atau sumber daya yang digunakan. Hasil profitabilitas yang wajar dapat ditetapkan dengan salah satu dari beberapa indikator keuangan. Pemilihan PLI yang tepat didasarkan pada sejumlah faktor, termasuk sifat dari aktivitas perusahaan. Keandalan data yang tersedia dipengaruhi oleh dengan data pembanding independen dan seberapa jauh PLI tertentu menghasilkan tingkat pengukuran yang wajar
Secara singkat, evaluasi dari PLI yang akan digunakan dalam melakukan analisis TNMM dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 – Evaluasi Pemilihan Profit Level Indicators
Rasio Rumus Deskripsi Alasan Pemikiran
Net Cost Plus (NCP) Operating Profit / Total Costs
Rasio NCP dianggap sebagai PLI yang paling sesuai dimana total biaya adalah pendorong utama dari tingkat profitabilitas perusahaan yang diuji. NCP biasanya digunakan untuk perusahaan di industri manufaktur dan sangat sesuai untuk penyedia jasa layanan dan Limited Risk Manufacturers (Contract Manufacturers).
Diterima
Karena bisnis utama PT X (penjualan dan pengadaan) sangat bergantung pada pihak afiliasi, biaya menjadi pendorong
utama dari
profitabilitas
NCP mencerminkan transaksi secara
Rasio Rumus Deskripsi Alasan Pemikiran
NCP tidak sensitif terhadap pendekatan yang berbeda mengenai klasifikasi biaya sebagai beban operasi dan harga pokok penjualan. lebih langsung dibandingkan pendekatan lain Operating Margin (OM) Operating Profit / Operating Revenue Rasio OM dipertimbangkan sebagai PLI yang paling sesuai ketika penjualan menjadi pendorong utama dari tingkat profitabilitas perusahaan yang diuji. OM sering digunakan untuk perusahaan distributor
atau manufaktur yang
memperoleh sebagian besar pendapatan dari pihak ketiga yang independen.
Ditolak
PT X tidak melakukan semua fungsi penjualan dan juga penjualan bukanlah pendorong
utama dari
profitabilitas untuk perusahaan yang diuji. Oleh karena itu OM tidak dianggap sebagai PLI yang paling tepat
Berry Ratio (BR)
Gross Profit / Operating Expense
BR sering digunakan untuk menguji fungsi distributor yang rendah dan perusahaan yang menghasilkan mark-up yang tetap pada biaya operasi.
Ditolak
Dikarenakan PT X adalah perusahaan
manufatur yang
memiliki risiko terbatas dan bukan distributor, maka BR merupakan PLI yang tidak tepat.
Return on Assets Operating Profit / Operating Assets
Rasio ROA dipertimbangkan sebagai PLI yang sesuai ketika perusahaan yang diuji memiliki aset operasional yang besar dan memiliki peranan penting dalam menghasilkan laba usaha, seperti pada kasus perusahaan
Ditolak
ROA tidak dianggap sebagai PLI yang tepat dikarenakan sensitifitas terhadap perbedaan fungsi perusahaan. oleh karena itu, ROA
Rasio Rumus Deskripsi Alasan Pemikiran
manufaktur. ditolak karena
dianggap kurang andal dibandingkan NCP.. Return on Equity (ROE) Operating Profit befor Financial Expenses / Book Equity
ROE adalah rasio yang beguna untuk menentukan tingkat pengembalian investasi. ROE dipengaruhi oleh faktor yang bervariasi, termasuk leverage dan nilai buku ekuitas, dan ROE juga mudah terdistorsi.
Ditolak
ROE tidak dianggap sesuai dikarenakan fungsi ROE kurang menonjol di PT X. Retun on Capital Employed (RoCE) Operating Profit / (Average Debt Liability + Average Shareholder Equity)
RoCE adalah rasio keuangan yang biasanya melengkapi rasio ROE dengan menambahkan kewajiban utang perusahaan untuk mencerminkan total
modal perusahaan yang
digunakan. Rasio ini berguna untuk menilai tingkat efektifitas
perusahaan menggunakan
modal yang dimiliki untuk menghasilkan laba. RoCE biasanya diterapkan untuk yang bisnis dengan modal yang intens
Ditolak
RoCE dianggap
sebagai PLI yang tidak sesuai untuk PT X yang merupakan perusahaan dengan risiko yang terbatas.
Sumber: Transfer Pricing Documentation PT X (telah diolah kembali)
Mengingat profil fungsi dan risiko bisnis PT X dan memeriksa data pembanding yang tersedia, TNMM menggunakan NCP sebagai PLI terpilih menjadi metodologi yang paling tepat untuk menghasilkan tingkat kewajaran yang handal. NCP akan membandingkan keuntungan yang didapatkan perusahaan independen
lain yang menjalankan fungsi yang sama, menanggung risiko yang sama dan menggunakan aset yang sama di pasar yang sama.
5.4.4. Pembayaran Royalti
5.4.4.1. Pemilihan Metode CUP Sebagai Metode yang Paling Sesuai CUP
Dalam menerapkan metode CUP, diperlukan identifikasi atas data eksternal terkait royalti independen sebanding di bawah persyaratan dan ketentuan yang sama dengan kondisi royalti dengan pihak afiliasi. Untuk transaksi royalti, terdapat database independen eksternal yang dapat digunakan untuk mencari transaksi royalti sebanding dengan ketentuan yang sama atau mirip. Oleh karena itu, penggunaan metode CUP dianggap sebagai metode yang paling sesuai dengan transaksi ini dan dapat menciptakan hasil yang lebih andal dibandingkan dengan metode lainnya.
5.4.4.2. Evaluasi dari Metode Lainnya RPM
RPM tidak dapat diterapkan sebagai metode transfer pricing yang potensial untuk mengevaluasi transaksi ini dikarenakan transaksi terjadi bukan dalam bentuk transfer barang.
CPM
CPM dapat digunakan untuk menentukan kewajaran harga sehubungan dengan transaksi pihak afiliasi didasarkan pada perbandingan keuntungan yang didapat dari transaksi dengan pihak afiliasi dan pihak independen. Karena metode CUP didasarkan perbandingan langsung antara harga dari transaksi dengan pihak afiliasi dan pihak independen, penggunaan metode CUP akan menyediakan hasil yang lebih akurat atas kewajaran harga.
PSM
Metode PSM biasanya digunakan dalam kasus-kasus dimana transaksi yang terjadi terlalu erat terkait untuk memungkinkan dilakukannya evaluasi secara terpisah. Sementara operasi PT X tidak terlalu terintergrasi dengan operasional pihak afiliasi yang tidak dapat dievaluasi secara terpisah. Praktisnya, PSM akan sangat sulit digunakan karena akan sangat membutuhkan identifikasi kunci alokasi untuk mendistribusikan profit berdasarkan pembagian fungsi, aset, dan risiko antara PT X dengan pihak afiliasi. Bahkan jika PSM sesuai, penerapan metode akan membutuhkan asumsi dan data eksternal yang sangat banyak untuk mengetahui kewajaran pembagian profit untuk mendapatkan hasil yang andal. Akibatnya, akan sangat sulit untuk mempercayai metode PSM akan memberikan hasil yang lebih andal dibandingkan dengan CUP.
TNMM
Mirip dengan CPM, ketika data pembanding tersedia, metode CUP masih lebih baik dibandingkan dengan TNMM karena lebih sempit mengukur kewajaran dari transaksi dengan pihak afiliasi dan menyediakan tingkat kesebandingan yang lebih tinggi antara transaksi dengan pihak afiliasi dan pihak independen. Perbandingan TNMM dari profitabilitas PT X dengan profitabilitas pihak independen akan mencerminkan banyak faktor selain nilai properti tidak berwujud. Analisis menggunakan metode CUP dianggap lebih efektif mengisolasi dan menguji kewajaran transaksi PT X dengan pihak afiliasi.