ANALISIS PENYUSUNAN TRANSFER PRICING
DOCUMENTATION PADA PT X ATAS TAHUN BUKU 2011
LAPORAN MAGANG
RANGGA YUDYSTIRA AGAM 0906638856
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK JANUARI 2013
ANALISIS PENYUSUNAN TRANSFER PRICING
DOCUMENTATION PADA PT X ATAS TAHUN BUKU 2011
LAPORAN MAGANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
RANGGA YUDYSTIRA AGAM 0906638856
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK JANUARI 2013
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Penulisan laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan dan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa selama proses perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sampai proses penyusunan laporan magang ini, banyak pihak yang telah membantu, mendukung, dan membimbing sehingga laporan magang ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Ibu Christine, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis selama proses penyusunan laporan magang.
2. Ibu Debby Fitriasari dan Ibu Rafika Yuniasih, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan berarti bagi laporan magang ini.
3. Ibu Wasilah, selaku pembimbing akademis penulis.
4. PT Multi Utama Consultindo Group (MUC), selaku tempat penulis melaksanakan magang selama periode Juli-September 2011 dan telah memberikan kesempatan serta pengalaman yang berharga selama magang berlangsung.
5. PT X, selaku klien MUC yang membantu penulis dalam mengumpulkan data untuk keperluan laporan magang ini.
6. Bapak Sugiyanto, selaku Managing Partner MUC yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, dan bimbingan kepada penulis selama kegiatan magang berlangsung.
7. Bapak Wahyu selaku Partner of Transfer Pricing di MUC yang telah membimbing penulis selama program magang dan berbagi ilmu kepada penulis
8. Bang Tigor, Bang Hanif, Bang Fahrur, Bang Iwan, Bang danar, Bang Rezki, Mbak Sutiah, Mbak Mega dan Mbak Nutri selaku senior penulis di MUC yang telah membimbing, mengajarkan, membagi ilmu serta menceriakan hari-hari penulis selama bekerja di MUC.
ilmu tersebut dengan baik dan dapat berguna bagi masyarakat.
10. Para dosen Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang telah memberikan arahan, bantuan, bimbingan serta ilmu di dalam maupun di luar lingkungan perkuliahan.
11. Karyawan-karyawan dan starf di Departemen Akuntansi yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam berbagai hal akademis maupun non-akademis.
12. Seluruh pegawai FEUI yang telah berjasa bagi penulis.
13. Almarhum Journizon dan Yuni Harti, selaku orang tua penulis yang selalu memberikan perhatian, dukungan, dan kasih sayangnya yang membantu penulis dalam menyelesaikan laporan magang ini.
14. Aulia Ulfa, selaku adik penulis yang telah menjadi inspirasi dan menghadirkan keceriaan dalam hidup penulis agar selalu bersemangat dalam menyelesaikan laporan magang.
15. Sherly, Rama, Deni, Vina, Zhiyan, Iqbal, Nanda, Dika, Reza, Revan, Fadhil, Fikri, Ayu, Nayla, Uda Putra, Uni Hexi, Uni Windy dan semua saudara penulis yang selalu menghibur dan memberi warna dalam hidup penulis.
16. Natasha Amanda Thamrin, Evelina Pramana, Febrianto Dwiputra, M. Yufansa, dan Gromy P. Purba yang selalu menemani hari hari penulis menjalani kehidupan perkuliahan dan selalu berbagi canda tawa dan air mata bersama penulis dan tidak akan pernah terlupakan dan tergantikan dalam hidup penulis. SAYA SAYANG KALIAN !
17. Geng Maker terutama Ripa Endriman, Putri Almaida, Ferina Debby, Febrian Ilham, Lupitta Adyaksari, Enrico Bobob, Indra Cahyadi, Dini, Nana, Aisyah, Adit, Naqib, Prasya, Amas, Andre, dan Duta yang selalu ada untuk menghibur dan melengkapi hari-hari penulis dengan kenangan dan pengalaman yang tak terlupakan. LUAR BIASA KAWAN !
18. Neshya Alexsandra dan Mahardika Prasetyadi yang tergabung dalam Geng B yang selalu membuat penulis tertawa dengan tingkah mereka.
yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan masalah hidup yang ada dan membantu penulis untuk selalu ceria dan fokus mengerjakan laporan ini.
20. Sely, Rika, Natasha, Evelina, Boni, Tami, Ima, dan Maisie yang tergabung dalam Geng Piip yang telah menemani dan membantu penulis selama masa perkuliahan dan menjadi teman yang selalu berbagi suka dan duka dikala lapar dan kenyang.
21. Arif Darmawan, Maria Imakulata dan Yolanda Oclines yang menjadi teman satu bimbingan yang selalu mengingatkan penulis untuk mengerjakan laporan ini dan selalu menyemangati dan menenangkan penulis.
22. Sukha, Rina, Sely, Andrew, Dika, Kasih, Karlina, Olive, Tiwil, Iren, Gisel, Jo, Ega, Tya, Martin dan seluruh staf Audit Seminar Training and
Company Visit 2011 yang telah memberikan pengalaman, semangat,
kenangan dan menjadi keluarga bagi penulis.
23. Kapten, Gio dan Cliv dan seluruh keluarga besar Audit Seminar Training
and Company Visit 2010 yang telah mempercayai dan memberikan
kesempatan besar kepada penulis.
24. Omang, Benny, Viriya, Nadya, Gromy, Yufan, Gede, Ipung, Ryan, Nadya, Indah, Rina, Vivin, Jason, Andrew, Rifa, Iren, Nisa dan semua keluarga besar TST 2011 yang telah memberikan kenangan dan pengalaman yang seru dan luar biasa dan telah menjadi keluarga bagi penulis
25. Benmarch, Wichan, Skai, Ello, Ivan, Luthfi, Sono, Dini, Reid an semua keluarga besar Taekwondo FEUI yang selalu memberikan penulis semangat dan menjadi penghilang stress di masa-masa perkuliahan.
26. Biro Fundraiser SPA FEUI periode 2010 (Shinta, Nadia, Sely, Maisie, Kinjie, Ella, Ingan) dan periode 2011 (Maisie, Tiwil. Ega, Iren, Gisel, Sely, Kinjie, Rachel) yang telah memberikan pengalaman dan pengembangan ilmu soft skill sehingga penulis terus menjadi lebih baik.
Natasha, Riri, Evelin) yang telah memberikan kontribusi, saran, dan masukan tak terkira kepada penulis selama menjadi associate SPA FEUI dan Project Officer ATV 2011. Terima kasih pula kepada seluruh teman dan keluarga besar SPA FEUI periode 2010-2012 yang telah memberikan pengalaman berharga serta menjadi tempat penulis bernaung selama masa perkuliahan.
28. Alumni SPA dan semua teman-teman SPA FEUI yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih telah memberikan pelajaran dan pengalaman kepada penulis. Terima kasih untuk kenangan dan kebersamaan selama ini.
29. Jessica Cuanita, Elda Indrawati senior FEUI yang selalu memberi masukan dan membantu penulis dalam pengerjaan laporan magang ini. 30. Teman-teman FEUI angkatan 2009 yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
31. Semua pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala bantuan, dukungan, semangat dan doa yang diberikan kepada penulis.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dari semua pihak yang telah menemani penulis dan selalu membantu penulis hingga saat ini. Akhirnya, penulis berharap laporan magang ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pengembangan ilmu.
Depok, 25 Januari 2013
Nama : Rangga Yudystira Agam Program Studi : Akuntansi
Judul : Analisis Penyusunan Transfer Pricing Documentation pada PT X atas tahun buku 2011
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk menjelaskan mengenai proses pembuatan transfer pricing documentation pada PT X. Transfer pricing
documentation ini penting untuk dimiliki perusahaan sebagai bukti pendukung
bagi otoritas perpajakan Indonesia yang menjelaskan bahwa transaksi yang dilakukan perusahaan dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa berada pada tingkat harga yang wajar dan bebas dari upaya penghindaran pajak. Laporan ini menjelaskan mengenai analisis yang dilakukan dalam penyusunan transfer
pricing documentation yang terdiri dari, Function Asset and Risk (FAR) analysis, comparability analysis dan economic analysis yang mencangkup financial analysis. Analisis ini digunakan untuk mencari data pembanding dalam
menentukan tingkat kewajaran transaksi. Secara singkat, laporan ini mencangkup transaksi penjualan barang jadi, pembelian bahan baku, pembelian aset tetap, pembayaran jasa service yang menggunakan Transactional Net Margin Method dan pembayaran royalti yang menggunakan metode Comparable Uncontrolled
Price.
Kata kunci:
Name : Rangga Yudystira Agam Study Program : Accounting
Title : The Analysis of Transfer Pricing Documentation Process in PT X for Fiscal Year 2011
The purpose of this report is to explain about the process involved in creating transfer pricing documentation in PT X. Transfer pricing documentation is very important for a company to have as a supporting evidence for the tax authority in Indonesia that explains that the transactions being done by related parties are done in an arms-length price and is free from any effort of tax evasion. This report explains the analysis in making the transfer pricing documentation which consists of: Function Asset and Risk (FAR) analysis, comparability analysis, and economic analysis that include financial analysis. This analysis is used to search comparable data in deciding the fairness of the transaction. In brief, this report consist of finished goods sales transaction, raw materials purchase transaction, fixed assets purchase transaction, payment of services which uses Transactional Net Margin Method, the payment of royalty which uses Comparable Uncontrolled Price method.
Key words:
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
KATA PENGANTAR ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ...x
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL ...xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang...1
1.2 Tujuan Program Magang dan Penulisan Laporan ...2
1.3 Tempat dan Waktu Magang ...3
1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang ...3
1.5 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang...5
1.6 Perumusan dan Pembahasan Masalah...6
1.7 Sistematika Penulisan ...7
BAB 2 LANDASAN TEORI ...9
2.1 Konsep dan Definisi Transfer Pricing ...10
2.2 Hubungan Istimewa ...10
2.2.1 Menurut Standart Akuntansi Keuangan ...11 2.2.2 Menurut OECD (Organization for Economic
(Arm’s –Length Principle) ...13
2.4 Analisis Kesebandingan ...14
2.5 Metode Penentuan Harga Transfer...16
BAB 3 PERATURAN PERPAJAKAN YANG BERLAKU DI INDONESIA ...22
3.1 Konsep dan Definisi Transfer Pricinig ...22
3.2 Hubungan Istimewa ...22
3.3 Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (Arm’s –Length Principle) ...23
3.4 Analisis Kesebandingan ...25
3.5 Metode Penentuan Harga Transfer...29
BAB 4 PROFIL PERUSAHAAN...34
4.1 Profil Perushaaan Magang ...34
4.2 Profil Klien...36
4.2.1 Profil Umum ...36
4.2.2 Data Keuangan ...39
BAB 5 PEMBAHASAN DAN ANALISIS MASALAH ...40
5.1 Analisis Transaksi Hubungan Istimewa dengan Perusahaan Afiliasi...40
5.1.1 Penjualan Barang jadi ...42
5.1.2 Pembelian Bahan Baku ...43
5.1.3 Pembelian Aset Tetap ...44
dan Pemeriksaan...48
5.1.5.2 Pembayaran Lainnya...50
5.2 Melakukan Analisis Fungsi, Aset, dan Risiko (Function, Assets, Risk–FAR Analysis)...51
5.2.1 Analisis Fungsi...51
5.2.2 Analisis Aset ...56
5.2.3 Analisis Risiko ...56
5.2.4 Ringkasan dari Analisis Fungsi, Aset dan Risiko (FAR–Analysis) ...59
5.3 Melakukan Comparability Analysis atas Bisnis Utama PT X ...60
5.4 Pemilihan Metode Transfer Pricing...66
5.4.1 Transaksi Penjualan dan Pembelian...66
5.4.1.1 Pemilihan TNMM Sebagai Metode yang Paling Sesuai ...66
5.4.1.2 Evaluasi dari Metode Lainnya ...66
5.4.2 Transaksi jasa Bantuan Teknis, Pemeriksaan dan lainnya.68 5.4.2.1 Pemilihan TNMM Sebagai Metode yang Paling Sesuai ...68
5.4.2.2 Evaluasi dari Metode Lainnya ...69
5.4.3 Pemilihan Profit Level Indicator untuk Analisis TNMM ..70
5.4.4 Pembayaran Royalti ...73
5.4.4.1 Pemilihan Metode CUP Sebagai Metode yang Paling Sesuai ...73
5.4.4.2 Evaluasi dari Metode Lainnya ...73
5.5 Economic Analysis ...74
5.5.1.3 Pencarian Perusahaan Pembanding–
ORIANA Parameter Screening ...76
5.5.1.4 Manual Review...77
5.5.1.5 Hasil Pencarian Perusahaan Pembanding ...79
5.5.1.6 Analisis Tingkat Kewajaran–Transaksi Konsolidasi...80
5.5.2 Analisa Metode CUP–Pembayaran Royalti ...82
5.5.2.1 Sumber Data...82
5.5.2.2 Pencarian Pembanding dan Tinjauan Manual...82
5.5.2.3 Analisis Tingkat Kewajaran–Pembayaran Royalti ...85
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...87
6.1 Kesimpulan ...87
6.2 Saran...88
6.2.1 PT X ...88
6.2.2 MUC Consulting Group...88
DAFTAR REFERENSI ...89 LAMPIRAN
Tabel 4.2 Data Keuangan PT X ...39
Tabel 5.1 Ringkasan Transaksi PT X dengan Pihak Afiliasi (2011) ...41
Tabel 5.2 Penjualan Barang Jadi PT X kepada Pihak Afiliasi (2011) ...42
Tabel 5.3 Pembelian Bahan Baku PT X dengan Pihak Afiliasi (2011) ...44
Tabel 5.4 Pembelian Aset tetap PT X dengan Pihak Afiliasi (2011) ...45
Tabel 5.5 Pembayaran Biaya Service PT X dengan Pihak Afiliasi (2011) ...49
Tabel 5.6 Ringkasan FAR Analysis PT X ...59
Tabel 5.7 Analisis Kesebandingan Penjualan Barang Jadi PT X...61
Tabel 5.8 Analisa Kesebandingan Pembelian Bahan Baku PT X...64
Tabel 5.9 Evaluasi Pemilihan Profit Level Indicators ...70
Tabel 5.10 Daftar US SIC Codes yang Dipilih...76
Tabel 5.11 Pemilihan Perusahaan Pembanding untuk TNMM...79
Tabel 5.12 Interquartile Range dan Perhitungan WANCP Pembanding - TNMM ...81
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT X ...37
Gambar 4.3 Struktur Kepemilikan PT X ...38
Gambar 5.1 Skema Penjualan Barang Jadi PT X...42
Gambar 5.2 Skema Pembelian Bahan Baku PT X...43
Gambar 5.3 Skema Pembelian Aset tetap PT X ...45
Gambar 5.4 Skema Pembayaran Royalti PT X...46
Gambar 5.5 Skema Pembayaran Biaya Bantuan Teknis dan Pemeriksaan ...48
1 Universitas Indonesia PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang
Di tengah bertumbuhnya arus globalisasi yang sangat cepat, perbedaan teritori tidaklah lagi menjadi hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari khususnya aktivitas ekonomi. Kencangnya arus globalisasi yang tengah melanda Indonesia menimbulkan kemudahan dalam melakukan aktivitas ekonomi dengan negara lain. Batas - batas negara menjadi semakin hilang dan menyebabkan distribusi barang dan jasa tidak lagi terbatas pada satu teritori tertentu saja. Hal ini mengakibatkan timbulnya kompetitor baru yang berasal dari negara maupun kawasan lain.
Globalisasi ini tentu menimbulkan persaingan yang semakin ketat khususnya di bidang ekonomi. Barang dan jasa harus mulai bersaing dengan barang dan jasa dari negara lain. Arus globalisasi juga menyebabkan arus tenaga kerja dari luar negeri, yang dikenal dengan sebutan expatriate semakin mudah masuk maupun keluar. Sehingga para tenaga kerja dituntut untuk memiliki kompetensi yang lebih agar dapat bersaing di pasar tenaga kerja. Tingginya permintaan terhadap sumber daya manusia yang lebih berkualitas inilah yang menjadi salah satu tantangan besar yang harus dihadapi oleh mahasiswa untuk dapat terjun ke dunia kerja. Tingginya permintaan serta kesadaran atas kondisi dunia saat inilah yang kemudian menyita perhatian dan menjadi tantangan tersendiri di kalangan lembaga perguruan tinggi. Tingginya kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan serta ketatnya persaingan di pasar tenaga kerja menuntut mereka untuk menghasilkan
output sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat bersaing di pasar global.
Tantangan inilah yang ingin dijawab oleh Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Untuk menjawab tantangan tersebut, Departemen Akuntansi FEUI kemudian membuat dan menyediakan berbagai program untuk para mahasiswa agar dapat meningkatkan kualitas lulusanannya.
Salah satu program yang dilaksanakan adalah program magang yang menjadi salah 1 (satu) dari 3 (tiga) pilihan cara kelulusan selain dari skripsi dan studi mandiri. Program magang ini memiliki bobot 6 SKS dan diperuntukan bagi mahasiswa tingkat akhir yang telah menyelesaikan minimal 120 SKS dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 2,75.
Dengan adanya program magang ini, mahasiswa diharapkan dapat memiliki pengalaman praktikal di dalam dunia kerja sebagai terapan dari ilmu teori yang telah diperoleh di bangku kuliah. Melalui program ini, mahasiswa juga diharapkan mendapatkan pengalaman kerja nyata yang tidak bisa didapat dari pembelajaran teori di dalam kelas yang akan berguna untuk memasuki dunia kerja nanti.
1.2. Tujuan Program Magang dan Penulisan Laporan
Beberapa tujuan dilaksanakannya program magang oleh Departemen Akuntansi FEUI antara lain adalah :
1. Memberikan gambaran pada mahasiswa mengenai kondisi serta situasi lingkungan kerja yang sebenarnya.
2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang didapatkan di bangku kuliah.
3. Memberikan pengalaman kerja serta ilmu yang didapat dalam praktik yang berguna ketika terjun di dunia kerja. Memberikan manfaat bagi organisasi dalam penggunaan sumber daya manusia yang kompeten.
Adapun tujuan dari pembuatan laporan magang ini adalah :
1. Memberikan gembaran mengenai kegiatan yang dilakukan selama periode magang.
2. Memberikan penjelasan serta gambaran dalam melakukan penyusunan dokumentasi transfer pricing di suatu perusahaan.
3. Sebagai laporan pertanggungjawaban mengenai kegiatan yang telah penulis lakukan selama program magang.
1.3. Tempat dan Waktu Magang
Penulis melaksanakan program magang di PT Multi Utama Consultindo, atau lebih dikenal dengan sebutan MUC Consulting Group sebagai transfer pricing
analyst dalam divisi Transfer Pricing. Kegiatan magang ini berlangsung selama
98 hari terhitung sejak 20 Juli 2012 hingga 25 September 2012.
1.4. Pelaksanaan Kegiatan Magang
Selama pelaksanaan kegiatan magang tersebut, penulis mendapat kesempatan untuk bergabung dengan divisi transfer pricing yang bertugas untuk membuat dokumen transfer pricing untuk berbagai perusahaan. Kegiatan yang dilakuan oleh penulisan dalam menyusun dokumentasi transfer pricing tersebut adalah sebagai berikut :
Menganalisis bisnis perusahaan
Dalam analisis ini, penulis melihat berupa latar belakang perusahaan, struktur group perusahaan, struktur perusahaan dan kepemilikan, posisi keuangan, customers, aktivitas bisnis dan lain-lain. Analisis bisnis perusahaan dilakukan agar kita mengerti mengenai jenis bisnis yang dilakukan oleh perusahaan serta karakteristik perusahaan, hubungan istimewa, fungsi dan lain lain.
Menganalisis industri manufaktur sektor spare part otomotif
Dalam analsis ini, penulis melihat bagaimana pertumbuhan dan kondisi industri yang bersangkutan pada tahun buku. Hal ini sangat penting dikarenakan kondisi industri dapat sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada periode tersebut. Analisis industri juga diperlukan agar penulis lebih mengerti mengenai industri perusahaan, baik dari karakteristik produk, konsumen, kompetitor dan isu going concern.
Meeting dengan klien dan membuat Minutes of Meeting
Meeting merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses pembuatan Transfer Pricing Documentation. Selama meeting, tim transfer pricing
memiliki kesempatan untuk bertanya lebih jauh mengenai bisnis perusahaan secara menyeluruh dan rinci, transaksi hubungan istimewa
yang lebih jelas, informasi operasional perusahaan, fungsi yang dijalankan oleh perusahaan, meminta informasi dan dokumen yang diperlukan, dan lain sebagainya. Hasil dari meeting tersebut adalam minutes yang merupakan rangkuman dari keseluruhan meeting. Minutes tersebut akan sangat penting untuk melengkapi informasi transfer pricing documentation, khususnya membantu dalam melengkapi Function, Asset, Risk Analysis dan Comparability Analysis.
Menganalisis transaksi hubungan istimewa
Dalam analasis ini, penulis memeriksa struktur group tempat perusahaan bernaung serta para pemegang saham yang merupakan pihak afiliasi. Penulis juga mengidentifikasi transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dengan perusahaan afiliasi serta menyelidiki alasan terjadinya transaksi tersebut. Hal ini berguna untuk memahami mengenai isu transaksi transfer
pricing yang terjadi pada perusahaan.
Melakukan analisis Fungsi, Aset dan Resiko (Function, Assets, Risk–FAR Analysis)
Pada bagian ini, penulis melakukan analisis mengenai fungsi-fungsi yang dilakukan oleh perusahaan, aset apa saja yang digunakan dalam kegiatan usahanya, resiko yang ada dan ditanggung oleh perusahaan. Penulis juga melihat apakah ada keterkaitan pihak afiliasi dalam fungsi yang dilakukan perusahaan, aset yang dibeli dari pihak afiliasi, atau resiko yang ditanggung oleh pihak afiliasi. Informasi-informasi yang dibutuhkan dalam melakukan FAR Analysis ini didapatkan melalui proses meeting yang dilakukan dengan perusahaan, guna mendapatkan informasi menyeluruh mengenai fungsi operasional, aset yang dimiliki, serta resiko yang ditanggung perusahaan. Ketiga analisis ini sangat penting untuk menilai aspek-aspek yang dimiliki perusahaan secara menyeluruh serta pengaruh pihak afiliasi terhadap aspek tersebut.
Memilih metode transfer pricing
Dalam penyusunan dokumentasi transfer pricing, penulis juga perlu untuk memilih metode-metode yang sesuai untuk melakukan analisis sehingga mendapatkan hasil yang reliable. Pemilihan metode ini berguna untuk
menentukan bagian mana dari laporan keuangan perusahaan yang akan digunakan untuk menguji kewajaran suatu transaksi. Metode yang dapat digunakan ada 5 (lima) macam, yaitu Comparable Uncontrolled Price
(CUP), Resale Price Method (RPM), Cost Plus Method (CPM), Profit Split Method dan Transactional Net Margin Method (TNMM).
Melakukan analisis kesebandingan
Analisis kesebandingan (comparability analysis) adalah analisis yang dilakukan dengan membandingkan kondisi transaksi hubungan istimewa yang dilakukan perusahaan dengan kondisi transasksi independen lain. Transaksi pembanding dapat berasal dari transaksi internal perusahaan dengan independent party atau transaksi perusahaan lain yang independen yang terdapat dalam industri yang sama dan memiliki fungsi, aset dan resiko yang sebanding.
1.5. Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang
Selama magang, penulis berkesempatan untuk bergabung dengan beberapa team dan terlibat dengan 5 (lima) klien, dimana salah satunya adalah PT X. PT X diangkat menjadi topik bahasan laporan magang ini karena penulis terlibat dari awal hingga akhir proses pembuatan transfer pricing documentation dengan klien tersebut. Dalam laporan magang ini akan dibahas mengenai proses pembuatan dokumentasi PT X secara umum untuk transaksi pembelian, penjualan, biaya manajemen dan pembayaran royalti kepada related party dan analisis yang dibutuhkan, khususnya comparability analysis dalam pencarian perusahaan pembanding, pemilihan metode transfer pricing dan financial analysis.
Ruang lingkup penulisan laporan ini, difokuskan dan ditekankan pada
comparability analysis dalam pencarian perusahaan pembanding dan analisis
tingkat kewajaran karena kedua analisis ini merupakan hal yang menarik untuk dibahas dan ditelaah lebih lanjut. Selain itu, pencarian perusahaan pembanding merupakan proses yang menggunakan pendekatan yang berbeda beda dari para
analyst. Kedua analisis tersebut juga merupakan analisis yang paling krusial dan
1.6. Perumusan dan Pembahasan Masalah
Sejalan dengan derasnya arus globalisasi yang semakin kuat, transfer pricing pun mengalami perkembangan yang sangat pesat dan menjadi salah satu isu yang paling sering dan hangat untuk diperbincangkan. Hal ini terjadi karena globalisasi yang sangat luas membuat transaksi yang dilakukan perusahaan dengan negara lain memiliki jumlah yang sangat besar. Related-party transaction merupakan transaksi yang tidak dapat lepas dalam proses operasional perusahaan multinasional atau perusahaan yang bernaung dalam 1 (satu) group. Transaksi dengan hubungan istimewa ini sering dikaitkan dengan isu transfer pricing, salah satunya adalah menjadikan transfer pricing sebagai salah satu cara media penghindaran pajak yang sering dilakukan.
Hal inilah yang menimbulkan potensi penghindaran pajak ke luar negeri yang semakin besar dan menyebabkan pemerintah lebih berupaya untuk menghilangkan praktik ini dengan cara memperketat peraturan dan ketentuan pajak terkait
transfer pricing yang bersifat hubungan istimewa. Di sisi lain, perusahaan akan
berusaha untuk meyakinkan dan membuktikan kepada pemerintah bahwa transaksi yang mereka lakukan dengan pihak hubungan istimewa menggunakan harga yang wajar dan mereka tidak melakukan praktik penghindaran pajak melalui transfer pricing. Kantor pajak mensyaratkan perusahaan untuk
memberikan dokumen pendukung mengenai transaksi yang dilakukan dengan hubungan istimewa masih dalam tahap nilai harga wajar. Salah satu dokumen pendukung tersebut adalah transfer pricing documentation dimana dokumentasi ini dapat menjadi bukti dan menguatkan posisi perusahaan di mata kantor pajak. Melalui jasa konsultan pajak, mereka akan memastikan dan membuktikan bahwa transaksi yang mereka lakukan dengan pihak hubungan istimewa sesuai dengan peraturan dan menggunakan harga yang wajar. Perusahaan menggunakan jasa konsultan pajak untuk membuat dokumentasi transfer pricing sebagai alat bukti yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk menjelaskan kewajaran transaksi hubungan istimewa yang dilakukan. Dokumentasi transfer pricing tersebut akan menunjukan bahwa transaksi hubungan istimewa yang dilakukan oleh perusahaan
sudah sesuai dengan peraturan yang ada dan juga sesuai dengan harga wajar dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle).
Dalam laporan ini, penulis akan menjelaskan mengenai gambaran dan proses dalam penyusunan dokumentasi transfer pricing pada PT X untuk tahun pajak tahun 2011. Penulis juga akan menjelaskan bagaimana cara melakukan
comparability analysis untuk menemukan transaksi pembanding dan membuktikan kewajaran transaksi hubungan istimewa. Penyusunan transfer
pricing ini sesuai dan mengacu pada Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor
PER-32/PJ/2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
Beberapa pokok bahasan yang akan dibahas penulis dalam laporan magang ini adalah:
Apa saja transaksi hubungan istimewa yang dilakukan oleh klien dan berapakah besarnya?
Bagaimana fungsi operasional, aset yang dimiliki, dan pengelolaan resiko yang dilakukan oleh perusahaan (FAR Analysis)?
Bagaimana comparability analysis atas kondisi transaksi perusahaan?
Apa metode yang digunakan untuk mempersiapkan transfer pricing
documentation dan alasan pemilihannya?
Bagaimana menentukan perusahaan pembanding atau transaksi pembanding serta menentukan tingkat kewajaran transaksi?
1.7. Sistematika Penulisan
Laporan magang ini dibagi menjadi 5 (lima) bagian, yaitu :
Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini memberikan gambaran umum mengenai keseluruhan laporan magang yang ditulis. Bab ini juga menjadi bagian pembuka dan menjelaskan mengenai latar belakang dari program magang sebagai salah
satu alternatif syarat kelulusan mahasiswa jurusan Akuntansi. Penulis juga menjelaskan mengenai tujuan magang serta tujuan dibuatnya laporan magang ini. Penulis juga menjelaskan lamanya waktu program magang ini dilakukan serta menjelaskan apa saja kegiatan yang penulis lakukan selama program magang ini berlangsung.
Bab 2 : Landasan Teori
Bagian ini menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dan berhubungan dengan transfer pricing.
Bab 3 : Peraturan Perpajakan yang berlaku di Indonesia
Bagian ini menjelaskan mengenai peraturan transfer pricing yang berlaku di Indonesia dan implementasinya kepada pembuatan transfer pricing
documentation
Bab 4: Profil Perusahaan
Bagian ini menjelaskan metodologi penelitian dan mendeskripsikan profil kantor konsultan pajak tempat penulis melaksanakan magang dan PT X sebagai klien. Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan mengenai siklus bisnis, struktur perusahaan serta produk dan fungsi yang dimiliki perusahaan.
Bab 5 : Pembahasan dan Analisis Masalah
Pada bagian ini, akan dijelaskan lebih lanjut mengenai proses analisis dan penyusunan dokumentasi transfer pricing di PT X, dengan dasar acuan PER-32/PJ/2011. Analisis yang ada serta pembahasan mengenai proses analisis transfer pricing diperoleh selama penulis melaksanakan pendokumentasian transaksi transfer pricing pada program magang.
Bab 6 : Kesimpulan dan Saran
Bab ini merupakan bagian terakhir dari laporan ini yang berisi kesimpulan analisis yang dilakukan terhadap isu transfer pricing pada bab sebelumnya serta saran yang diberikan oleh penulis pada PT X terkait transaksi
transfer pricing yang dilakukan di perusahaannya, MUC Consulting
LANDASAN TEORI 2.1. Konsep dan Definisi Transfer Pricing
Pada mulanya, transfer pricing erat dikaitkan dengan kebijakan penetapan harga untuk barang yang diserahkan dari suatu divisi kepada divisi lain dalam satu perusahaan. oleh karena itu, transfer pricing lebih dikenal di dalam konsep
costing dalam akuntansi biaya atau manajemen biaya dalam menentukan harga
transfer dari suatu divisi ke divisi lain dalam satu perusahaan. Kemudian, seiring meningkatnya globalisasi ekonomi, bisnis dan investasi, suatu divisi di dalam perusahaan semakin terspesialisasi dan menjadi suatu badan yang berdiri sendiri bahkan terkadang berkembang di jurisdiksi pajak negara lain. Namun badan-badan ini tetap terafiliasi dan menjalankan fungsi yang sama dalam sebuah grup perusahaan. Dengan adanya hubungan afiliasi, maka isu transfer pricing pun mulai muncul bersamaan dengan perpindahan barang dan jasa antar perusahaan tersebut.
Menurut Gunadi (2007) dalam bukunya yang berjudul Perpajakan Internasional mendefinisikan transfer pricing sebagai penentuan harga atau imbalan sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, atau pengalihan teknologi antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dan suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis dengan maksud mengurangi laba artificial, membuat seolah-olah perusahaan rugi, menghindari pajak atau bea di suatu negara. Sedangkan menurut Rachmanto Surahmat (2000), pada prinsipnya transfer
pricing adalah penentuan harga antar perusahaan dalam suatu grup yang sama.
Mengacu pada peraturan internasional yang berlaku mengenai transfer pricing, OECD Transfer Pricing Guidelines 2010 sendiri menyatakan “Transfer prices
are the prices at which an enterprise transfer physical goods and intangible
property or provides services to associated enterprises”. Hal tersebut dapat diartikan sebagaimana jika terdapat dua pihak yang memiliki hubungan secara langsung atau tidak langsung dalam hal manajemen, kontrol, atau modal satu
sama lain, maka harga transaksi yang terjadi di antara kedua belah pihak tersebut adalah memiliki isu transfer pricing.
2.2. Hubungan Istimewa
2.2.1. Menurut Standart Akuntansi Keuangan
Berdasarkan penyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 7 (revisi 2010) tentang Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi, Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas yang menyiapkan laporan keuangannya
(dalam pernyataan ini dirujuk sebagai “entitas pelapor”), yaitu :
(a) Orang atau anggota keluarga terdekatnya berelasi dengan entitas pelopor jika orang tersebut:
i. Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama terhadap entitas pelapor;
ii. Memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor; atau
iii. Personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk entitas pelapor.
(b) Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi hal-hal berikut:
i. Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya entitas induk, entitas anak dan entitas anak berikutnya berelasi dengan entitas lain.
ii. Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama bagi entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, dimana entitas lain tersebut adalah anggotanya.
iii. Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama.
iv. Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.
v. Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang berelasi dengan entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang menyelenggarakan program tersebut, entitas sponsor juga berelasi dengan entitas pelapor.
vi. Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam butir (a).
vii. Orang yang diidentifikasi dalam butir (a) (i) memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas atau anggota menejemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).
PSAK no. 7 ini juga menjelaskan bahwa transaksi pihak berelasi adalah suatu pengalihan sumber daya, jasa atau kewajiban antara entitas pelapor dengan pihak-pihak berelasi, terlepas apakah ada harga yang dibebankan.
Penjelasaan lebih lanjut juga mempertimbangkan setiap kemungkinan hubungan pihak berelasi, perhatian diarahkan pada substansi hubungan dan tidak hanya dalam bentuk hukum. Pada paragraph 11 PSAK no. 7 dijelaskan bahwa pihak-pihak yang yang bukan merupakan pihak-pihak-pihak-pihak berelasi adalah:
(a) Dua entitas hanya karena mempunyai direktur atau personil manajemen kunci yang sama, atau karena anggota dari manajemen kunci tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap entitas lain
(b) Dua venturer yang mempunyai pengendalian bersama atas suatu ventura bersama.
(c) (i) Penyandang dana; (ii) Serikat dagang;
(iv) Departemen dan instansi pemerintah yang tidak mengendalikan, mengendalikan bersama, atau memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor;
Semata-mata dalam pelaksanaan urusan normal dengan entitas pelapor meskipun pihak-pihak tersebut dapat membatasi kebebasan suatu entitas atau ikut serta dalam proses pengambilan keputusan.
(d) Pelanggan, pemasok, pemegang hak franchise, distributor atau
perwakilan/agen umum dengan siapa suatu perusahaan mengadakan transaksi usaha dengan volume yang signifikan, semata – mata karena ketergantungan ekonomis yang diakibatkan oleh keadaan.
2.2.2. Menurut OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) 2010
Berdasarkan OECD Model Tax Convention on Income and On Capital Pasal 9 ayat 1 dan 2, associated enterprise:
1. Where
(i) An enterprise of a Contracting State participants directly or indirectly in the management, control or capital of an enterprise of the other Contracting State, or
(ii) The same persons, participate directly or indirectly in the management, control or capital of an enterprise of a Contracting State and an enterprise of the other Contracting State, and in either case conditions are made or imposed between the two enterprises in their commercial or financial relations which differ from those which would be made between independent enterprises, then any profits which would, but for those conditions, have accrued to one of the enterprises, but, by reasons of those conditions, have not so accrued, may be included on the profits of the enterprises and taxed accordingly.
2. Where a Contracting State include in the profits of the enterprise of that
State-and taxed accordingly-profits on which an enterprise of the other Contracting State has been charged to tax in that other State and the profits so included are profits which would have accrued to the enterprise of the first-mentioned State if the conditions made between the two enterprises had been those which would have been made between independent enterprises, then the other State shall make an appropriate adjustment to the amount of the tax charged therein on those profits. In determining such adjustment, due regard shall be had to the other provisions of the Agreement and the competent authorities of the Contracting State shall, if necessary consult each other.
Ayat 1 di atas menjelaskan jika satu transaksi terjadi antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dan transaksi tersebut di dasarkan atas harga pasar, salah satu negara tidak perlu melakukan verifikasi. Sedangkan ayat 2 mengatur bahwa jika terjadi transaksi antara dua pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dan transaksi tersebut tidak arm’s length, salah satu negara pihak pada persetujuan dapat melakukan penyesuaian dan pihak lain harus mengikuti penyesuaian tersebut.
2.3. Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (Arm’s Length Principle)
Dalam transfer pricing, dikenal juga istilah prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle). Alasan utama mengapa OECD memilih metode ini adalah karena prinsip ini menempatkan perusahaan-perusahaan dari satu grup dalam kondisi yang sama dengan perusahaan yang independen sehingga menghilangkan faktor-faktor yang menguntungkan maupun yang merugikan (Rachmanto Surahmat, 2000).
Hal ini juga dapat dilihat dalam Article 9 OECD Model Tax Convention, prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dinyatakan sebagai berikut :
“[When] conditions are made or imposed between the two [associated] enterprises in their commercial or financial relations which differ from those which would be made between independent enterprises, then any
profits which would, but for those conditions, have accrued to one of the enterprises, but, by reasons of those conditions, have not so accrued, may be
included on the profits of the enterprises and taxed accordingly.”
Rumusan di atas memberi jalan bagi penentuan laba usaha yang seharusnya bila terjadi transaksi antara dua pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan memperlakukan perusahaan-perusahaan tersebut sebagai entitas yang terpisah. Harga atau laba yang dijadikan ukuran kewajaran transaksi ini disebut sebagai harga wajar atau laba wajar. Dalam pengertiannya, harga wajar atau laba wajar adalah harga atau laba yang terjadi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang independen dalam kondisi yang sebanding.
Harga wajar atau laba wajar ini dapat ditentukan dalam bentuk harga atau laba tunggal (single price) atau rentang harga wajar atau laba wajar (arm’s length
range). OECD Transfer Pricing Guidelines menyebutkan pengertian rentang
harga wajar sebagai :
“A range of figures that are acceptable for establishing whether the
conditions of a controlled transaction are arm’s length and that are derived
either from applying the same transfer pricing method to multiple
comparable data or from applying different transfer pricing methods.” Arm’s length principle umumnya efektif dalam beberapa kasus, seperti pada penentuan harga wajar dalam transaksi pembelian, penjualan, pembayaran royalti maupun pembayaran bunga. Namun terkadang, prinsip ini sangat sulit dilakukan apabila transaksi tersebut menyangkut barang-barang yang bersifat khusus atau tidak diproduksi untuk umum. Kesulitan dalam menerapkan harga wajar suatu transaksi adalah bahwa perusahaan-perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa seringkali melakukan transaksi yang tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang independen (Rachmanto Surahmat, 2000)
2.4. Analisis Kesebandingan
OECD Transfer Pricing Guidelines menyebutkan pengertian analisis kesebandingan (comparablility analysis) sebagai :
“A comparison of a controlled transaction with an uncontrolled transaction
or transactions. Controlled and uncontrolled transactions are comparable if none of the differences between the transactions could materially affect the factor being examined in the methodology (e.g. price or margin), or if reasonably accurate adjustments can be made to eliminate the material effects of any such differences.”
Berdasarkan Paragraf 1.39-1.63, faktor-faktor dalam menentukan comparability adalah sebagai berikut :
1. Characteristics of property or services
Physical features Quality
Volume of supply
Type of property (patent, trademark, or know how)
2. Functional Analysis
Functions performs (design, manufacturing, assembling, research and development, servicing, purchasing, distribution, marketing, advertising, transportation, financing and management)
Assets used (plant and equipment, the use of valuable intangibles, financial assets, etc)
Risks assumed (market risks, financial risks, credit risks, risks of loss associated with the investment in and use of property, plant, and equipment, risks of the success or failure of investment in research and development, etc)
3. Contractual Terms 4. Economic Circumstances
Size of the markets
Competition (relative competitive positions of buyers and sellers, availability of substitute goods and services, levels of supply and demand)
5. Business Strategies
Innovation
New product development Diversification
Risk aversion
Assessment of political changes, etc
Berdasarkan penjelasan di atas, analisis kesebandingan ini sangat penting untuk menggambarkan tingkat kewajaran suatu transaksi dengan transaksi lainnya dalam kondisi yang sama. Analisis kesebandingan ini juga dapat menjadi suatu penjelasan atas ketidaksamaan transaksi yang terjadi pada kondisi yang tidak sama dengan transaksi lainnya sehingga tidak dapat dicari transaksi pembanding lain yang sebanding.
2.5. Metode Penentuan Harga Transfer
Dalam OECD Transfer Pricing Guidelines for Multinational Enterprises and Tax
Administration July 2010, yang merupakan revisi dari OECD tahun 1995,
paragraph 2.2 berbunyi :
“The selection of a transfer pricing method always aims at finding the most appropriate method for a particular case. For this purpose, the selection process should take account of the respective strengths and weaknesses of the OECD recognized methods; the appropriateness of the method considered in view of the nature of the controlled transaction, determined in particular through a functional analysis; the availability of reliable information (in particular on uncontrolled comparables) needed to apply the
selected method and/or other methods; and the degree of comparability between controlled and uncontrolled transactions, including the reliability of comparability adjustments that may be needed to eliminate material differences between them. No one method is suitable in every possible situation, nor is it necessary to prove that a particular method is not suitable
under the circumstances.”
Paragraf tersebut menjelaskan bahwa penentuan metode harga transfer ditetapkan berdasarkan metode yang paling sesuai dengan transaksi yang terjadi. Hal ini berarti bahwa Wajib Pajak tidak perlu mencoba setiap metode transfer pricing secara hirarkis tetapi langsung menggunakan metode yang tepat sesuai dengan kondisi yang sesuai. Sejalan dengan penjelasan di atas, terdapat beberapa metode yang digunakan dalam menguji tingkat kewajaran harga pada transfer pricing. Berdasarkan OECD Transfer Pricing Guidelines 2010, beberapa metode tersebut adalah :
1. Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable
uncontrolled price / CUP)
OECD Transfer Pricing Guidelines menyebutkan pengertian metode CUP sebagai berikut.
“a transfer pricing method that compares the price for property
or services transferred in a controlled transaction to the price charged for property or services transferred in a comparable uncontrolledtransaction in comparable circumstances.”
Metode ini membandingkan transaksi atas barang atau jasa yang sejenis yang dilakukan dengan pihak afiliasi dan dengan pihak independen. Transaksi yang dibandingkan dapat benar-benar sama atau bisa jadi hanya identik. Jika transaksi yang dibandingkan sama, maka tidak perlu dilakukan penyesuaian lanjutan. Namun, jika terdapat perbedaan atau transaksi tersebut identik tetapi tidak sama, maka harga barang atau jasa harus disesuaikan. Penyesuaian yang dilakukan menunjukan perbedaan
kondisi pada transaksi yang dibandingkan, seperti perbedaan demografis, rantai distribusi, diskon dan sebagainya.
Metode ini dapat digunakan untuk menguji berbagai macam transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dengan pihak afiliasinya, seperti royalti, tingkat suku bunga, pembelian, penjualan dan sebagainya. Metode ini membandingkan transaksi yang ada secara langsung, sehingga dibutuhkan tingkat kemiripan dan kesamaan yang tinggi antara transaksi dengan pihak afiliasi dan pihak independen.
2. Metode harga penjualan kembali (resale price method / RPM)
OECD Transfer Pricing Guidelines menyebutkan pengertian metode harga penjualan kembali (resale price method / RPM) sebagai berikut:
“A transfer pricing method based on the price which a product
that has been purchased from an associated enterprise is resold to an independent enterprise. The resale price is reduced by the resale price margin. What is left after subtracting the resale price margin can be regarded, after adjustment for other costs associated with the purchase of the product (e.g. custom duties),
as an arm’s length price of the original transfer of property between the associated enterprises.”
RPM adalah metode penentuan harga transfer yang membandingkan harga produk dalam transaksi dengan pihak afiliasi atas harga jual kembali produk tersebut setelah dikurangi laba kotor wajar dengan pihak independen. Selisih antara harga produk dan harga jual kembali itu disebut sebagai resale price margin. Menurut OECD Transfer Pricing Guidelines,
resale price margin adalah :
“a margin representing the amount out of which a reseller would
seek to cover its selling and other operating expenses and, in the light of the functions performed (taking into account assets used and risks assumed), make an appropriate profit.”
Metode ini diterapkan atas produk atau transaksi yang tidak menambahkan nilai secara signifikan dalam proses bisnisnya. Metode ini tidak dapat diterapkan pada perusahaan yang memberikan sentuhan tambahan atau nilai tambah yang berbeda pada produk sehingga produk berubah menjadi produk lain yang lebih kompleks.
Metode ini dapat diterapkan dalam dua cara, yaitu transactional basis atau
company wide basis. Penerapan transactional basis dilakukan dengan
membandingkan margin yang ditambahkan dalam proses penjualan kembali pada transaksi pihak afiliasi dengan margin yang ditambahkan pada transaksi pihak independen. Penerapan company wide basis dilakukan dengan membandingkan rasio laba kotor (gross profit) per penjualan (sales) perusahaan dengan rasio laba kotor per penjualan perusahaan yang berada di industri yang sama dengan fungsi, aset, dan risiko yang dapat diperbandingkan.
3. Metode biaya-plus (cost plus method / CPM)
Dalam OECD Transfer Pricing Guidelines disebutkan pengertian cost plus
method (CPM) sebagai:
“A transfer pricing method using the costs incurred by the
supplier of property (or services) in a controlled transaction. An appropriate cost plus mark up is added to this cost, to make an appropriate profit in light of the functions performed (taking into account assets used and risks assumed) and the market conditions. What is arrived at after adding the cost plus mark up
to the above costs may be regarded as an arm’s length price of the original controlled transaction.”
CPM adalah metode penentuan harga transfer yang dilakukan dengan menambahkan laba kotor yang diperoleh perusahaan dari transaksi dengan pihak afilaisi dan dengan pihak independen. Tingkat laba kotor yang ditambahkan ini disebut sebagai cost plus mark up. OECD Transfer
“a markup that is measured by reference to margins computed
after the direct and indirect costs incurred by a supplier of
property or services in a transaction.”
Metode ini diterapkan pada semi-finished goods yang ditransfer dari satu perusahaan ke perusahaan lain yang berada dalam grup yang sama atau memiliki hubungan istimewa. Harga pasar normal yang diuji dalam transaksi ini dihitung dengan menambahkan harga mark-up pada biaya produksi. Metode ini juga mengisyaratkan tingkat kesebandingan yang tinggi dengan titik berat pada fungsi perusahaan. Metode ini juga sama dengan RPM yaitu dapat diterapkan dalam dua cara, yaitu transactional
basis atau company wide basis.
4. Metode pembagian laba (profit split method / PSM)
OECD Transfer Pricing Guidelines menyebutkan metode pembagian laba (profit split method / PSM) sebagai berikut:
“a transactional profit method that identifies the combined profit
to be split for the associated enterprises from a controlled transaction (or controlled transactions that is appropriate to aggregate under the principles of Chapter III – Comparability Analysis) and then splits those between the associated enterprises based upon an economically valid basis that approximates the division of profits that would have been anticipated and reflected
in an agreement made at arm’s length.”
Metode ini membagi laba yang ada sesuai dengan kontribusi ekonomi yang diberikan setiap pihak afiliasi pada nilai ekonomi dari transaksi yang terjadi. Nilai ekonomi yang dikontribusikan ditentukan berdasarkan kontribusi aset yang diberikan dan fungsi yang dilakukan dengan asumsi risiko yang dapat diperbandingkan. Metode ini hanya dapat diterapkan pada grup usaha atau pihak-pihak afiliasi yang memiliki keterkaitan erat antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Pengukuran kontribusi dari masing-masing pihak yang berafiliasi ini juga memiliki cenderung
subjektif sesuai dengan pertimbangan dan keadaan yang ada pada transaksi tersebut.
5. Metode laba bersih transaksional (transactional net margin method/TNMM)
Menurut OECD Transfer Pricing Guidelines, metode laba bersih transaksional (transactional net margin method / TNMM) adalah sebagai berikut:
“a transactional profit method that examines the net profit margin
relative to an appropriate base (e.g. costs, sales, assets) that a taxpayer realizes from a controlled transaction (or transactions that it is appropriate to aggregate under the principles of Chapter III– Comparability Analysis).”
Sedangkan transactional profit method sendiri diartikan sebagai
“transfer pricing methods that examines the profits that arise from particular controlled transactions of one or more of the
associated enterprises participating in those transactions.”
Pemikiran utama dari metode ini adalah anggapan bahwa perusahan yang melakukan transaksi yang sama dengan fungsi, aset dan risiko yang identik akan memiliki tingkat pendapatan yang hampir sama dalam periode waktu tertentu. Pengujian transaksi dengan menggunakan metode ini dilakukan dengan membandingkan laba usaha atas pihak yang diuji dengan laba usaha dari pihak independen lain dalam industri atau bisnis yang sama. Dalam penggunaan metode ini, perusahaan pembanding harus memiliki kesamaan dalam hal jenis produk, fungsi, aset, risiko dan jenis usaha yang identik yang masih masuk dalam batas toleransi.
PERATURAN PERPAJAKAN YANG BERLAKU DI INDONESIA 3.1. Konsep dan Definisi Transfer Pricing
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa, penentuan harga transfer (transfer pricing) adalah penentuan harga dalam transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Berdasarkan Surat Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor S-153 Tahun 2010 Tentang Panduan Pemeriksaan Kewajaran Transaksi Afiliasi, transfer pricing adalah penetapan harga dalam transaksi afiliasi. Sedangkan transaksi afiliasi itu sendiri adalah transaksi antar pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
3.2. Hubungan Istimewa
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa, mengartikan hubungan istimewa sebagai hubungan antara Wajib Pajak dengan pihak lain, sebagaimana di maksud dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang PPh atau Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang PPN. Hubungan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain, atau hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir dengan Wajib Pajak,
b) Terdapat penguasaan dari Wajib Pajak kepada Wajib Pajak lain, atau kedua Wajib Pajak ini berada dalam satu penguasaan yang sama, baik langsung maupun tidak langsung. Penguasaan ini bisa berupa penguasaan manajemen atau teknologi, atau bentuk penguasaan lainnya,
c) Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat dan/atau ke samping satu derajat.
Dalam penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa merupakan pihak-pihak yang dianggap memiliki kemampuan untuk mengendalikan atau memberikan pengaruh terhadap setiap keputusan yang diambil pihak lain.
Keberadaan hubungan istimewa antara Wajib Pajak dengan lawan transaksinya merupakan hal yang sangat diperhatikan mengingat adanya kemungkinan penggunaan harga yang tidak wajar dan terjadinya isu penghindaran pajak dalam praktiknya. Seperti yang disebutkan dalam Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai, “dalam hal Harga Jual atau Penggantian dipengaruhi oleh
hubungan istimewa, maka Harga Jual atau Penggantian dihitung atas dasar harga pasar wajar pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak itu
dilakukan.” juga pada Pasal 18 Ayat 3 Undang-Undang Pajak Penghasilan,
“Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya
penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus atau metode lainnya.”
3.3. Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (Arm’s Length Principle)
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi
Antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa, prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle) adalah prinsip yang mengatur bahwa apabila kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sama atau sebanding dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa yang menjadi pembanding, maka harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa harus sama dengan atau berada dalam rentang harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa yang menjadi pembanding.
Pasal 3 Ayat 2 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 menyebutkan langkah-langkah penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle) adalah sebagai berikut:
a) Melakukan analisis kesebandingan dan menentukan pembanding; b) Menentukan metode penentuan harga transfer yang tepat;
c) Menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha berdasarkan hasil analisis kesebandingan dan metode penentuan harga transfer yang tepat ke dalam transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa; dan
d) Mendokumentasikan setiap langkah dalam menentukan harga wajar atau laba wajar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Harga atau laba yang dijadikan ukuran kewajaran ini disebut sebagai harga wajar atau laba wajar. Dalam pengertiannya, harga wajar atau laba wajar adalah harga atau laba yang terjadi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa dalam kondisi yang sebanding, atau harga atau laba yang ditentukan sebagai harga atau laba yang memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha.
Kemudian menurut PER-32/PJ/2011, yang merupakan perubahan atas PER43/PJ/2010, Pasal 3 (3), Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (Arm's
Length Principle) mendasarkan pada norma bahwa harga atau laba atas transaksi
yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa ditentukan oleh kekuatan pasar, sehingga transaksi tersebut mencerminkan harga pasar yang wajar (Fair Market Value). Pasal 3 (4) menetapkan wajib pajak yang melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan nilai seluruh transaksi tidak melebihi Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) dalam satu tahun pajak untuk setiap lawan transaksi, tidak perlu dilakukan penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, tapi cukup dengan membukuan seperti cara biasa.
Dalam Pasal 13 Ayat 4 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER 43/PJ/2010 disebutkan bahwa rentang harga wajar atau laba wajar (arm’s length range) adalah rentang harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, yang merupakan hasil pengujian beberapa data pembanding dengan menggunakan metode penentuan harga transfer yang sama. Sementara itu, dalam Pasal 13 Ayat 2 disebutkan rentang harga wajar atau laba wajar merupakan rentang antara kuartil pertama hingga kuartil ketiga yang harus memenuhi persyaratan berikut:
a) Transaksi atau data pembanding yang dapat digunakan dapat diandalkan; b) Didukung dengan bukti-bukti dan penjelasan memadai bahwa penetapan
harga atau laba tunggal tidak dapat dilakukan.
3.4. Analisis Kesebandingan
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa Pasal 1 Ayat 8,
“Analisis kesebandingan adalah analisis yang dilakukan oleh Wajib Pajak atau Direktorat Jenderal Pajak atas kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa untuk diperbandingkan dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihakpihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, dan melakukan identifikasi atas perbedaan kondisi dalam kedua jenis transaksi
dimaksud.”
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan analisis kesebandingan menurut Pasal 4 Ayat 1 adalah sebagai berikut:
a) Transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dianggap sebanding dengan transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa dalam hal:
1. Tidak terdapat perbedaan kondisi yang material atau signifikan yang dapat mempengaruhi harga atau laba dari transaksi yang diperbandingkan, atau
2. Terdapat perbedaan kondisi, namun dapat dilakukan penyesuaian untuk menghilangkan pengaruh yang material atau sugnifikan dari perbedaan kondisi tersebut terhadap harga atau laba.
b) Dalam hal tersedia Data Pembanding Internal dan Data Pembanding Eksternal dengan tingkat kesebandingan yang sama, maka Wajib Pajak wajib menggunakan Data Pembanding Internal untuk penentuan Harga Wajar atau Laba Wajar.
Dalam menganalisis kesebandingan kondisi transaksi, Pasal 5 Ayat 1 menyebutkan beberapa faktor yang harus dianalisis akibat pengaruhnya terhadap tingkat kesebandingan, antara lain:
a) Karakteristik barang / harta berwujud dan barang / harta tidak berwujud yang diperjualbelikan, termasuk jasa,
Untuk menganalisis karakteristik barang / harta berwujud, hal-hal yang harus dipertimbangkan, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6 Ayat 2, adalah sebagai berikut:
Ciri-ciri fisik barang,
Kualitas barang,
Daya tahan barang,
Tingkat ketersediaan barang,
Jumlah penawaran barang.
Untuk menilai dan menganalisis karakteristik barang berwujud harus mempertimbangkan, antara lain:
Jenis transaksi
Jenis barang tidak berwujud yang diserahkan
Jangka waktu dan tingkat perlindungan yang diberikan
Potensi manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan barang tidak berwujud tersebut
b) Fungsi masing-masing pihak yang melakukan transaksi,
Analisis fungsi (functional analysis), sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 7, dilakukan dengan mengidentifikasi dan membandingkan kegiatan ekonomi yang signifikan dan tanggung jawab utama yang diambil atau akan diambil oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Kegiatan ekonomi yang signifikan adalah kegiatan ekonomi yang berpengaruh secara material pada penetapan harga atau perolehan laba dari transaksi yang dilakukan. Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan analisis fungsi, yaitu:
Struktur organisasi dan posisi perusahaan yang diuji dalam kelompok usaha serta manajemen mata rantai (supply chain
management) kelompok usaha;
Fungsi-fungsi utama yang dijalankan oleh suatu perusahaan seperti desain, pengolahan, perakitan, penelitian, pengembangan, pelayanan, pembelian, distribusi, pemasaran, promosi, transportasi, keuangan, dan manajemen serta karakteristik utama perusahaan seperti jasa maklon (toll manufacturing), manufaktur dengan fungsi dan risiko terbatas (contract manufacture) dan manufaktur dengan fungsi dan risiko penuh (fully fledge
manufacturing)
Jenis aktiva yang digunakan atau akan digunakan dan sifat aktiva tersebut,
Risiko yang mungkin timbul dan harus ditanggung oleh masing-masing pihak yang melakukan transaksi, seperti risiko pasar, risiko kerugian investasi, dan lain sebagainya.
c) Ketentuan-ketentuan dalam kontrak / perjanjian,
Dalam menganalisis faktor ini, harus diperhatikan tingkat tanggung jawab, risiko, dan keuntungan yang dibagi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa, untuk kemudian dibandingkan dengan ketentuan dalam kontrak / perjanjian yang dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Hal ini tercantum dalam Pasal 8 ayat 1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER 32/PJ/2011. Dan ayat 2 menjelaskan bahwa jika tidak terdapat dokumen tertulis yang jelas, maka hubungan kontrak para pihak yang bersangkutan dapat ditentukan dari peran/ perilaku para pihak yang umumnya mengatur hubungan para pihak tersebut.
d) Keadaan ekonomi,
Dalam melakukan analisis fungsi ini, menurut Pasal 9, harus diperhitungkan juga kondisi ekonomi yang relevan, seperti keadaan geografis, ukuran pasar, tingkat persaingan, besarnya permintaan dan penawaran, ketersediaan barang atau jasa substitusi, daya beli konsumen, peraturan pemerintah, biaya produksi serta tanggal dan waktu transaksi pada transaksi yang dilakukan antara pihak yang memiliki hubungan istimewa dan pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa.
e) Strategi usaha,
Analisis atas strategi usaha dilakukan dengan mengidentifikasi inovasi dan pengembangan produk baru, tingkat diversifikasi barang / jasa, tingkat penetrasi pasar, dan kebijakan-kebijakan usaha lainnya, yang terjadi antara pihak yang memiliki hubungan istimewa dan pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa. Hal ini disebutkan dalam Pasal 10.
3.5. Metode Penentuan Harga Transfer
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak no. PER-32/PJ/2011 Pasal 11 (1), penentuan metode Harga Wajar atau Laba Wajar wajib dilakukan kajian untuk menentukan metode Penentuan Harga Transfer yang paling sesuai (The Most
Appropriate Method).
Metode Penentuan Harga Transfer sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 (1) yang dapat diterapkan adalah :
a) Metode Perbandingan Harga antara Pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa (Comparable Uncontrolled Price/CUP)
Metode Perbandingan Harga antara Pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa (Comparable Uncontrolled Price/CUP) adalah metode Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan membandingkan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan harga barang atau jasa