• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA AUDIT ATAS AKUN UTANG SEWA KAPAL (BARGERS) DAN BEBAN SEWA KAPAL (BARGERS) PT X LAPORAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA AUDIT ATAS AKUN UTANG SEWA KAPAL (BARGERS) DAN BEBAN SEWA KAPAL (BARGERS) PT X LAPORAN MAGANG"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

AUDIT ATAS AKUN UTANG SEWA KAPAL (BARGERS)

DAN BEBAN SEWA KAPAL (BARGERS) PT X

LAPORAN MAGANG

KAPTEN TARIGAN 0806351432

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPOK JANUARI 2012

(2)

UNIVERSITAS INDONESIA

AUDIT ATAS AKUN UTANG SEWA KAPAL (BARGERS)

DAN BEBAN SEWA KAPAL (BARGERS) PT X

LAPORAN MAGANG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

KAPTEN TARIGAN 0806351432

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPOK JANUARI 2012

(3)
(4)
(5)

iv Universitas Indonesia

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan magang ini tepat pada waktunya. Penulisan laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Laporan magang ini akan memberikan gambaran tentang prosedur audit yang dilakukan untuk melaksanakan audit atas akun utang sewa bargers dan beban sewa bargers atas salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan minyak dan gas. Prosedur yang dilaksanakan akan dibandingkan dengan berbagai referensi yang ada untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita semua.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan hingga pada penyusunan laporan magang ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan magang ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1) Bapak Firdaus A. Dunia selaku dosen pembimbing penulis dalam menyelesaikan laporan magang ini yang selalu bersabar memberi arahan kepada penulis. Terima kasih atas segala waktu, dukungan, cerita pengalaman dan pengetahuan, serta bimbingan yang diberikan kepada penulis;

2) Ibu Sylvia Veronica dan Ibu Rini Yulius selaku dosen penguji. Terima kasih atas segala masukan dan kritikan yang diberikan sewaktu sidang yang berguna unutk menyempurnakan hasil laporan magang ini.

3) Pihak kantor akuntan publik tempat penulis menjalani magang. Bang Doly Damanik, Mas Daddy Mulyana, Mbak Lies, Kak Ariadi, Kak Charlie, Kak Erly Rosni, Kak Alfa Firmana, Kak Tetti, Kak Adhi Ciuyono, Kak Alfi Rahmi, Kak Pamela Hutapea, Kak Dianita Budiyanti, Kak Aiko Soekasah, Kak Lala, Kak Eka Styani, Kak Genesius Kristianto, Kak Windy, Kak Utie,

(6)

v Universitas Indonesia

Kak Aulia Rinsela, Kak Ross. Terima kasih atas kesempatan dan bimbingannya selama penulis mengikuti program magang;

4) Para dosen dan karyawan FEUI yang telah memberikan penulis begitu banyak pengetahuan dan pengalaman intelektual maupun moral yang tidak ternilai harganya;

5) Orang tua terkasih yang telah membesarkan, mendidik, membimbing, mendukung, mendoakan, serta memberikan kasih sayang yang begitu besar kepada penulis selama ini. Terima kasih atas kepercayaan, jerih payah, kesabaran, dukungan baik materil dan moril, serta nasihat yang diberikan sehingga penulis dapat semakin mengerti tentang arti kehidupan ini;

6) Seluruh keluarga dan sanak saudara penulis yang selalu memberikan dukungan, nasihat, kebebasan, dan kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan sarjana ini;

7) Seluruh teman-teman penulis yang turut memberikan dukungan selama mengikuti program magang begitu juga dalam penyusunan laporan magang ini. Samuel Krissandi, Stephen Sinalsal, Deodatus Bayu Segara, Misha Siahaan, Benyamin Dwiwana, Christianta Randall, Hernanda Wicaksono, Christian Armantyo, Abraham Christo, Arnold Sitanggang, Aji Wiradharma, David Parlindungan, Januarius Rettob, Maringan Hutagalung, Pharel Jonathan, Mochamad Triawan, Dani Pardamean, Quito Gunadharma, dan teman-teman lain yang tidak saya sebutkan satu per satu. Terima kasih atas waktu yang diberikan untuk saling berbagi pengalaman, kritikan, saran, ataupun hiburannya;

8) Seluruh tim Audit Seminar, Training, and Company Visit (ATV) 2010. Penulis sangat berterima kasih atas pertemanan dan kerja sama yang telah kita ciptakan sehingga memberikan berbagai pengalaman yang begitu berharga bagi penulis.

9) Teman-teman organisasi Studi Profesionalisme Akuntan dan Liga Fotografi FEUI. Terima kasih atas dukungan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk ikut bergabung bersama kalian untuk belajar berorganisasi.

(7)

vi Universitas Indonesia

semangat berkarya untuk meraih kesuksesan.

Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Akhir kata, saya menyampaikan permintaan maaf saya jika di dalam penulisan laporan magang ini, terdapat hal-hal yang kurang berkenaan di hati pembaca. Dan saya akan berkenan jika pembaca memberikan kritikan beserta saran yang bersifat membangun dan semoga laporan magang ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, Januari 2012

(8)
(9)

viii Universitas Indonesia

Nama : Kapten Tarigan

Program Studi : Akuntansi

Judul : Audit Atas Akun Utang Sewa Kapal (Bargers) dan

Beban Sewa Kapal (Bargers) PT X

Laporan magang ini membahas mengenai audit atas akun utang sewa kapal (bargers) dan beban sewa kapal (bargers) yang dimiliki PT X. Laporan ini ditulis berdasarkan praktik lapangan yang dilakukan oleh penulis sewaktu menjalani program magang di salah satu kantor akuntan publik di Indonesia ketika mengaudit PT X. Pertimbangan profesional seorang auditor sangat dibutuhkan ketika melakukan audit. Sistem pengendalian internal yang tidak baik merupakan salah satu temuan audit sehingga pengujian substantif atas transaksi diuji lebih intensif. Sedikitnya jumlah transaksi sewa dan nilainya yang begitu besar menjadi pertimbangan dilakukannya pengujian 100% bukti transaksi. Salah saji material tidak ditemukan selama audit transaksi sewa.

Kata Kunci: prosedur audit, utang sewa kapal, beban sewa kapal, pertimbangan profesional, pengendalian internal.

(10)

ix Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Kapten Tarigan

Study Program : Accounting

Title : Audit for Bargers Rent Payable and Bargers Rent Expense of PT X

This internship report describes audit for bargers rent payable and bargers rent expense owned by PT X. This report was written based on field practice that had been done by writter when he experienced internship program in one of public accountant firm in Indonesia when did an audit in PT X. Professional judgment by an auditor is really needed when do an audit. Ineffective internal control system is one of audit findings thus substantive test over transactions was tested more intensive. Few rental transactions coupled with large dollar amounts become a consideration to do test 100% over transaction’s evidence. Material misstatement was not found during audit of rental transactions.

Key Words: audit procedure, bargers rental payable, bargers rental expense, professional judgment, internal control.

(11)

x Universitas Indonesia

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Program Magang ... 1

1.2. Tujuan Program Magang dan Penulisan Laporan Magang ... 2

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang ... 3

1.4. Ruang Lingkup Pelaksanaan Magang dan Penulisan Laporan ... 4

1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... 4

2. LANDASAN TEORI ... 6

2.1. Definisi Auditing ... 6

2.2. Jenis-jenis Audit ...7

2.2.1. Audit Operasional (Operational Audit)... 7

2.2.2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)... 8

2.2.3. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)... 8

2.3. Tujuan Audit atas Laporan Keuangan ... 8

2.3.1. Tujuan Audit Terkait Transaksi (Transaction-Related Audit Objective)... 10

2.3.2. Tujuan Audit Terkait Saldo (Balance-Related Audit Objective)... 11

2.3.3. Tujuan Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure-Related Audit Objective)... 11

2.4. Langkah-langkah Audit atas Laporan Keuangan ... 12

2.4.1. Merencanakan dan Mendesain Pendekatan Audit ... 12

2.4.2. Melakukan Test of Control dan Substantive Test of Transaction ... 15

2.4.3. Melakukan Prosedur Analitis dan Test of Details of Balances ... 17

2.4.4. Menyelesaikan Audit dan Mengeluarkan Laporan Audit ... 18

2.5. Audit Sampling ... 18

2.6. Audit atas Akun Utang Usaha (Account Payable)... 19

2.6.1. Tahap I ... 20

2.6.2. Tahap II ... 21

2.6.3. Tahap III ... 21

(12)

xi Universitas Indonesia

2.7.1. Prosedur Ananlitis ... 22

2.7.2. Pengujian Pengendalian dan Substantif atas Transaksi ... 23

2.7.3. Pengujian Detail atas Saldo – Analisis Beban ... 23

2.8. Sewa (Lease)... 24

3. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN KLIEN DAN PERUSAHAAN TEMPAT MAGANG ... 26

3.1. Gambaran Umum Perusahaan Klien: PT X ... 26

3.2. Gambaran Umum Perusahaan Tempat Magang: KAP Y ... 28

4. PEMBAHASAN ... 30

4.1. Audit Secara Umum atas PT X ... 30

4.1.1. Estimasi materiality dan tolerable misstatement ... 30

4.1.2. Pemahaman serta penilaian internal control dan resiko terhadap PT X ... 32

4.1.3. Dasar penentuan banyaknya sampel yang dipilih untuk diuji ... 34

4.2. Audit atas Akun Utang Usaha PT X ... 35

4.2.1. Perjanjian Kerjasama PT X dengan salah satu vendor kapal ... 36

4.2.2. Alur Transaksi dan Pencatatan ... 38

4.2.3. Proses Pembayaran ... 39

4.2.4. Audit atas Akun Utang Usaha (Account Payable)... 41

4.3. Hasil Audit atas Akun Utang Usaha – Utang Sewa Kapal (Bargers)... 43

4.4. Audit atas Akun Beban Usaha (Operating Expense) – Beban Sewa Kapal (Bargers)... 47

4.5. Hasil Audit atas Akun Beban Sewa Kapal ... 49

4.6. Analisis Penentuan Sewa Pembiayaan atau Sewa Operasi ... 50

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1. Kesimpulan... 52

5.2. Saran... 53

(13)

xii Universitas Indonesia

(14)

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Invoice SFP ... 56

Lampiran 2 Form Konfirmasi Account Payable ... 57

Lampiran 3 Working Paper Trade Payable ... 58

Lampiran 4 Working Paper Operating Expense ... 59

(15)

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Program Magang

Menghasilkan lulusan yang mampu bersaing secara global merupakan salah satu misi yang harus dijalankan Departemen Akuntansi FEUI dalam mencapai visinya, yaitu menjadi salah satu Departemen Akuntansi terbaik di ASEAN. Lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif yang berbekal pengetahuan dan pengalaman akan menjadi salah satu kunci sukses suatu fakultas dalam menghantarkan mahasiswanya meraih masa depan yang cerah dan dapat mengharumkan almamater mereka.

Kata-kata “pengalaman merupakan salah satu guru terbaik dalam menyelesaikan suatu masalah”, patut menjadi teladan bagi semua orang termasuk penulis sehingga apa yang telah mereka alami sebelumnya dapat dibagikan kepada orang lain dan menjadi pelajaran berharga di masa yang akan datang. Karena itulah mengapa program magang dijadikan sebagai salah satu alternatif pilihan tugas akhir mahasiswa untuk menempuh kelulusan.

Departemen Akuntansi FEUI memahami betul bahwa setiap mahasiswa memiliki minat dan bakat serta keahlian yang berbeda. Ada mahasiswa yang lebih tertarik berkecimpung di dunia akademis untuk memperdalam pengetahuan mereka, sehingga tugas akhir skripsi akan menjadi pilihan yang menarik untuk dijalani. Akan tetapi, kita juga tidak boleh lupa bahwa ada mahasiswa yang lebih menyukai praktik nyata dari apa yang mereka pelajari di perguruan tinggi untuk menamabah wawasan dan pengalaman mereka.

Program magang ini merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa untuk lebih mengenal dunia kerja yang sesungguhnya. Kesempatan ini akan menambah wawasan baru bagi mahasiswa karena akan terdapat perbedaan antara apa yang dipelajari di bangku perkuliahan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi di

(16)

2

Universitas Indonesia

lapangan. Di kesempatan inilah, mahasiswa diharapkan dapat lebih kritis dalam memahami kenapa perbedaan itu dapat terjadi sehingga dapat menjadikan pengalaman magang tersebut menjadi pengalaman yang berharga untuk berkompetisi secara global dalam memasuki dunia kerja.

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk mengikuti program magang ini adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan mata kuliah minimal 120 sks dan memiliki Indeks Prestasi Kumulatif di atas 2,75. Dan kewajiban mahasiswa yang mengikuti program magang ber-sks ini adalah membuat laporan kegiatan magang dengan cara memilih suatu topik tertentu yang pernah dijalankan mahasiswa selama mengikuti magang, kemudian topik tersebut akan dibahas secara mendalam untuk dijadikan karya tulis sebagai salah satu syarat kelulusan mahasiswa tersebut.

1.2 Tujuan Program Magang dan Penulisan Laporan Magang

Pengalaman di dunia kerja merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga bagi mahasiswa yang hendak lulus dari perguruan tinggi ataupun dalam tahap memasuki dunia kerja. Dengan berbekal pengalaman tersebut, para mahasiswa tentunya sudah mengenal dan memperoleh gambaran dunia kerja secara umum dan kondisi kerja tempat mereka pernah mendapatkan pengalaman tersebut. Program magang ini akan menjadi salah satu sarana penilaian tentang seberapa jauh persiapan yang telah dimiliki oleh mahasiswa terkait untuk memasuki dunia kerja, sehingga setelah meyelesaikan program ini para mahasiswa diharapkan dapat membenahi diri sebelum benar-benar memasuki dunia kerja setelah lulus dari perguruan tinggi.

Program ini akan melatih mahasiswa tentang bagaimana cara bekerja di dalam suatu tim, berkomunikasi dengan baik, menjaga kepercayaan orang lain, meningkatkan rasa tanggung jawab, dan membentuk etika dalam bekerja yang menjunjung tinggi profesionalisme. Selain itu, mahasiswa yang mengikuti program ini akan memiliki keterampilan tersendiri di bidang yang telah mereka

(17)

Universitas Indonesia

kerjakan selama magang dibandingkan dengan mahasiswa lainnya sehingga akan menjadi modal penting untuk bersaing secara global.

Setelah menyelesaikan program magang, mahasiswa diwajibkan untuk membuat suatu laporan tentang aktivitas yang mereka kerjakan di perusahaan tempat magang. Laporan tersebut nantinya akan dijadikan sebagai tugas akhir perkuliahan di perguruan tinggi. Akan tetapi, laporan tersebut bukan semata hanya untuk formalitas syarat kelulusan, melainkan juga sebagai bentuk pertanggungjawaban bahwa mahasiswa bersangkutan mendapatkan suatu pengalaman kerja yang berharga dan dapat dianalisis untuk menambah pengetahuan serta wawasan mahasiswa tersebut. Hal ini tentu akan sangat berguna bagi mahasiswa lain yang hendak mencari informasi tentang pengalaman nyata di dunia kerja. Selain itu, topik yang dibahas dalam laporan magang tersebut akan membantu mahasiswa untuk berpikir secara kritis dalam memahami titik permasalahan yang dihadapi perusahaan khususnya di bidang yang dibahas mahasiswa tersebut.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang

Pelaksanaan program magang yang diikuti oleh penulis dimulai pada tanggal 10 Juni 2011 sampai dengan tanggal 26 Agustus 2011 yang dilaksanakan di KAP Y yang berada di Jakarta. Penulis ditempatkan sebagai assistant auditor dengan status intern yang tergabung dalam group Oil & Mining, Assurance and Advisory

Business Services (AABS) Division.

Waktu kerja yang dijalankan tidak berbeda dengan karyawan tetap di KAP tersebut, yakni dari hari Senin sampai dengan Jum’at yang dimulai setiap harinya pada pukul 08.30 – 17.30 WIB, namun tidak menutup kemungkinan adanya jam lembur di luar jam kerja reguler tersebut termasuk hari Sabtu maupun Minggu.

(18)

4

Universitas Indonesia

1.4 Ruang Lingkup Pelaksanaan Magang dan Penulisan Laporan

Selama mengikuti program magang, penulis membatu pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan pada dua perusahaan klien, yaitu PT X dan PT Y di mana kedua perusahaan tersebut tidak memiliki hubungan. Selain membatu pelaksanaan audit secara umum atas Laporan Keuangan, penulis juga pernah membantu pelaksanaan reporting atas perusahaan PT Z.

Dalam mengaudit PT X dan PT Y, penulis banyak membantu melaksanakan audit atas berbagai akun, namun penulis paling banyak terlibat dalam audit atas akun utang usaha dan beban usaha yang dimiliki oleh PT X. Oleh karena itu, penulis mengambil topik tentang kedua akun tersebut karena lebih memahami dan banyak terlibat jika dibandingkan dengan akun lainnya. Akan tetapi, penulis membatasi lingkup penulisan laporan ini hanya terbatas pada audit atas akun utang usaha yang merupakan utang sewa kapal (bargers) dan akun beban sewa kapal (bargers) dikarenakan kedua akun tersebut saling berkaitan dan merupakan akun yang paling signifikan jika dibandingkan dengan akun utang ataupun beban usaha lainnya yang dimiliki PT X.

1.5 Sistematika Penulisan

Laporan magang ini terdiri dari 5 (lima) bab yang disusun secara sistematis dan dilengkapi dengan lampiran sebagai pendukung laporan. Adapun sistematika penulisan laporan magang ini adalah sebagai berikut:

BAB 1 – PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas latar belakang program magang, tujuan pelaksanaan program magang dan penulisan laporan, waktu dan tempat pelaksanaan magang, ruang lingkup pelaksanaan magang dan penulisan laporan serta sistematika penulisan laporan magang ini.

(19)

Universitas Indonesia

BAB 2 - LANDASAN TEORI

Teori-teori yang mendukung pembahasan topik yang dipilih penulis akan dipaparkan di dalam bab ini. Teori tersebut merupakan teori-teori akuntansi dan auditing yang diambil dari buku-buku teks yang dipakai penulis selama menjalani perukuliahan dan dari standar-standar yang berhubungan dengan topik tersebut. BAB 3 - GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN KLIEN DAN PERUSAHAAN TEMPAT MAGANG

Bab ini memberikan gambaran umum atas perusahaan klien, yakni PT X sebagai salah satu perusahaan yang pernah diaudit penulis. Selain itu, bab ini juga akan memberikan gambaran umum kantor akuntan publik Y tempat penulis mengikuti magang.

BAB 4 – PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas tentang prosedur audit atas utang sewa kapal (bargers) dan beban sewa kapal PT X serta hasil yang diperoleh dengan melaksanakan prosedur audit tersebut.

BAB 5 – KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini akan memaparkan kesimpulan atas semua pembahasan prosedur audit laporan keuangan khususya akun utang sewa kapal dan beban sewa kapal PT X serta memberikan saran yang diharapkan dapat berguna baik bagi pembaca maupun mahasiswa yang akan mengambil program magang.

(20)

6 Universitas Indonesia

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Auditing

Di dalam bukunya, Arens et al. (2009) secara garis besar menjelaskan bahwa auditing adalah pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti mengenai suatu informasi untuk mengukur dan melaporkan tingkat kesepadanan antara informasi yang ada dengan kriteria yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen. Sedangkan menurut Mulyadi (2002), secara umum auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk melaksanakan audit diperlukan informasi yang dapat diuji kebenarannya dan beberapa kriteria atau standar sehingga auditor dapat mengevaluasi informasi tersebut. Informasi tersebut dapat berasal dari berbagai bentuk bahan bukti, seperti bukti fisik, testimonial, dokumenter, atau bukti analitis. Suatu bukti dapat memberikan informasi yang berguna kepada auditor jika bukti tersebut memenuhi kriteria, seperti sufficiency, competence, material, dan relevance (Sawyer & Sumners, 2003).

Selanjutnya, orang yang layak melaksanakan audit adalah auditor yang kompeten dan mempunyai pemahaman atas kriteria yang dipakai serta mengetahui jenis dan banyaknya bukti yang dikumpulkan untuk memberikan kesimpulan yang tepat setelah bukti-bukti tersebut diperiksa. Selain itu, karena di dalam suatu area audit terdapat berbagai pihak yang berkepentingan, maka auditor harus bertindak secara independen dan adil kepada setiap pihak yang

(21)

Universitas Indonesia

berkepentingan. Dengan demikian, kepercayaan users terhadap laporan audit dapat tetap terjaga.

2.2 Jenis-jenis Audit

Di dalam kehidupan ekonomi yang semakin kompleks seperti saat ini, terdapat banyak jenis audit yang dapat dilakukan. Namun, secara umum Arens et

al. (2009) membaginya ke dalam 3 jenis utama, yaitu audit operasional,

kepatuhan, dan audit atas laporan keuangan.

2.2.1 Audit Operasional (Operational Audit)

Arens et al. (2009) mendefinisikan audit operasional sebagai evaluasi atas efisiensi dan efektivitas dari setiap bagian yang ada dalam metode dan prosedur operasi yang dimiliki organisasi. Pengertian lain dari audit operasional adalah pemeriksaan yang sistematis terhadap kegiatan, program organisasi dan seluruh atau sebagian dari aktivitas dengan tujuan menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana digunakan secara ekonomis dan efisien dan apakah tujuan program, kegiatan, aktivitas, yang telah direncanakan dapat dicapai dengan tidak bertentangan dengan peraturan, ketentuan dan undang-undang yang berlaku (BPKP, 1993).

Dengan adanya audit operasional ini, manajemen mengharapkan adanya rekomendasi yang berguna untuk memperbaiki atau menyempurnakan kegiatan, program, atau aktivitas agar pengelolaanya dapat dilaksanakan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Peninjauan yang dilakukan dalam audit operasional tidak terbatas pada wilayah akuntansi, melainkan dapat berupa evaluasi terhadap struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan area lain yang sesuai dengan kompetensi auditor.

(22)

8

Universitas Indonesia

2.2.2 Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Kepatuhan berarti sesuai dengan spesifikasi atau standar dan peraturan atau hukum yang berlaku. Audit kepatuhan dilaksanakan untuk mengetahui apakah auditee telah taat terhadap prosedur, peraturan, atau hukum yang telah diterapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit jenis ini biasanya dilaporkan kepada pihak manajemen karena mereka merupakan kelompok utama yang dilibatkan dengan tingkat kepatuhan perusahaan terhadap prosedur dan aturan yang ada.

2.2.3 Audit atas Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit atas laporan keuangan dilaksanakan untuk mengetahui apakah semua informasi keuangan yang disajikan sebuah entitas sesuai dengan kriteria dan aturan yang berlaku secara umum, seperti PSAK, IFRS, atau aturan Bapepam-LK. Untuk menentukan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku, auditor terlebih dahulu harus memahami prinsip akuntansi yang diterima secara umum dan mengumpulkan bahan bukti yang mendukung informasi yang tersaji di dalam laporan tersebut. Selain itu, auditor juga harus mempunyai pemahaman menyeluruh atas entitas dan lingkungannya.

2.3 Tujuan Audit atas Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan suatu dokumen penting yang dibuat oleh manajemen perusahaan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan kepada pihak yang berkepentingan. Dengan demikian, diharapkan bahwa apa yang tertera di dalam laporan keuangan akan mencerminkan keadaan sesungguhnya yang terjadi di dalam perusahaan. Namun, tidak seorang pun dapat memastikan laporan tersebut benar-benar lepas dari segala kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja (human error). Oleh karena itu, audit atas laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memastikan informasi yang disajikan oleh manajemen di dalam laporan keuangan bebas dari salah saji material

(23)

Universitas Indonesia

sehingga tidak menyebabkan pihak yang berkepentingan salah dalam mengambil keputusan.

PSA No.2 (SA Seksi 110) tahun 2001 menyatakan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Untuk tujuan lainnya, seperti kepentingan pasar modal, Buletin Akuntansi Staf (BAS) No.9 menjelaskan bahwa Laporan keuangan yang disampaikan baik untuk penawaran umum maupun untuk laporan berkala, wajib diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Bapepam dan LK. Kewajiban audit tersebut berlaku bagi Emiten dan Perusahaan Publik yang merupakan entitas tunggal maupun sebagai induk perusahaan dari anak perusahaan yang dimilikinya.

Asersi yang terdapat di dalam suatu laporan keuangan diharapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia untuk menghindari konflik kepentingan (conflict of interest) antar pihak yang berkepentingan di suatu perusahaan. Berdasarkan PSA No.7 (SA Seksi 326) tahun 2001, Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit ataupun eksplisit serta dapat diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar sebagai berikut ini:

Keberadaan atau Keterjadian (Existence or Occurrence)

Hal ini berhubungan dengan apakah informasi, baik transaksi ataupun akun yang ada dalam laporan keuangan, telah terjadi selama periode tertentu.

Kelengkapan (Completeness)

Hal ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya.

(24)

10

Universitas Indonesia

Hal ini berhubungan dengan apakah aset merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

Penilaian (Valuation) atau Alokasi (Allocation)

Hal ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen aset, kewajiban, pendapatan dan beban sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.

Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure)

Hal ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan telah diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan sebagaimana semestinya.

Terkait asersi manajemen di dalam laporan keuangan, Arens et al. (2009) membagi tujuan audit ke dalam 3 (tiga) bagian utama, yaitu tujuan audit terkait transaksi umum, saldo, dan terkait penyajian dan pengungkapan.

2.3.1 Tujuan Audit Terkait Transaksi Umum (General Transaction-Related Audit Objectives)

Occurrence, untuk memastikan apakah transaksi yang tercatat merupakan suatu transaksi yang benar-benar terjadi;

Completeness, apakah semua transaksi yang seharusnya disajikan dalam jurnal telah dicantumkan di dalamnya;

Accuracy, memastikan bahwa transaski yang telah dicatat disajikan pada jumlah yang tepat;

Posting and Summarization, memastikan bahwa pemindahan informasi atas transaksi tercatat beserta ringkasannya telah dilaksanakan dengan benar;

Classification, untuk memastikan apakah suatu transaksi telah dimasukkan ke dalam akun yang tepat dengan pengklasifikasian yang benar;

Timing, memastikan bahwa semua transaksi telah dicatat pada tanggal yang benar karena akan memberikan interpretasi yang berbeda jika tidak dicatat pada saat terjadinya transaksi.

(25)

Universitas Indonesia

2.3.2 Tujuan Audit Terkait Saldo (Balance-Related Audit Objectives)

Existence, tujuan ini berguna untuk memastikan bahwa jumlah yang dimasukkan ke dalam laporan keuangan merupakan jumlah yang nyata;

Completeness, memastikan bahwa seluruh jumlah yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya;

Accuracy, memastikan bahwa jumlah yang ada dalam laporan keuangan telah disajikan dengan jumlah yang telah dihitung secara tepat;

Classification, apakah jumlah yang masuk ke dalam daftar klien telah diklasifikasikan dengan benar berdasarkan standar yang berlaku;

Cut-off, tujuan auditor adalah untuk memastikan apakah transaksi telah dicatat dan dimasukkan ke dalam saldo akun pada periode yang tepat;

Detail Tie-In, untuk memastikan apakah detail dalam saldo akun telah sesuai dengan jumlah dalam master file yang terkait, dan jika ditotalkan akan sesuai dengan total yang ada dalam general ledger ;

Realizable Value, memperhatikan apakah suatu jumlah saldo akun telah disajikan pada nilai realisasinya;

Rights and Obligations, untuk memastikan bahwa aset dan kewajiban yang dimasukan memang benar-benar sesuai dengan hak dan kewajiban entitas.

2.3.3 Tujuan Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure-Related Audit Objective)

Terdapat empat tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa penyajian dan pengungkapan telah dinyatakan dengan benar. Keempat tujuan audit tersebut adalah sebagai berikut:

Occurrence and Rights and Obligations, asersi ini membahas apakah kejadian-kejadian yang diungkapkan telah benar-benar terjadi dan merupakan hak dan kewajiban entitas tersebut;

Completeness, asersi ini terkait dengan apakah semua pengungkapan yang diharuskan telah dimasukkan dalam laporan keuangan;

(26)

12

Universitas Indonesia Valuation and Allocation, asersi ini terkait dengan apakah informasi keuangan telah diungkapkan dengan wajar dan dengan jumlah yang tepat;

Classification and Understandability, asersi ini terkait dengan apakah jumlah-jumlah telah diklasifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan dan catatan-catatan kaki dan apakah penjelasan saldo dan pengungkapan terkait dapat dipahami.

2.4 Langkah-langkah Audit atas Laporan Keuangan

Di dalam audit atas laporan keuangan, auditor berkewajiban untuk memeriksa bahwa asersi manajemen di dalam laporan tersebut bebas dari salah saji material. Karena itu, tim audit akan berusaha mencari dan mengumpulkan bukti pendukung yang memberikan informasi tentang asersi tersebut sehingga tujuan audit dapat tercapai. Untuk melakukan hal tersebut, auditor harus mengikuti proses audit, yakni sebuah metodologi yang didefinisikan dengan baik untuk mengorganisasikan suatu audit sehingga dapat memastikan bahwa bukti yang dikumpulkan memang tepat dan cukup serta semua tujuan audit yang dibutuhkan dan ditetapkan dapat tercapai. Menurut Arens et al. (2009), proses audit tersebut terbagi dalam empat tahap, yaitu (1) perencanaan dan desain sebuah pendekatan audit; (2) melakukan pengujian pengendalian internal dan uji substantif atas transaksi; (3) melaksanakan prosedur analitis dan uji detail atas saldo; dan (4) menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit.

2.4.1 Merencanakan dan Mendesain Pendekatan Audit

Informasi yang diperoleh dari prosedur penilaian risiko terhadap perusahaan klien akan sangat berguna untuk menerima perusahaan sebagai

auditee dan berguna untuk perencanaan awal. Terdapat beberapa alasan mengapa

diperlukan suatu perencanaan yang matang dalam suatu pekerjaan audit, seperti untuk memungkinkan auditor agar mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat sehingga masalah legal dapat diminimalisir dan reputasi baik auditor dalam komunitas bisnis dapat dipertahankan, kemudian membantu agar biaya audit tetap

(27)

Universitas Indonesia

wajar serta dapat mengestimasi waktu audit yang diperlukan sehingga dapat tetap kompetitif, dan menghindari kesalahpahaman dengan klien agar relasi dengan klien dapat tetap terjaga.

Ada delapan aktivitas penting dalam tahap pertama langkah audit ini, yakni:

Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal (accept client and

perform initial audit planning)

Memahami bisnis dan industri dari klien (understand the client’s business

and industry)

Menilai risiko bisnis dari klien (assess client business risk)

Melakukan prosedur analitis awal (perform preliminary analytical

procedure)

 Mematok tingkat materialitas dan menilai acceptable audit risk dan inherent risk (set materiality and assess acceptable audit risk and inherent

risk)

Memahami kontrol internal dan menilai risiko pengendalian (understand

internal control and assess control risk)

Mengumpulkan informasi untuk menilai fraud risk (gather information to

assess fraud risk)

Menghasilkan perencanaan audit keseluruhan dan program audit (develop

overall audit plan and audit program)

Di dalam PSA No. 05 (SA Seksi 311) dijelaskan bahwa perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas. Pada saat merencanakan audit, auditor harus mempertimbangkan masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat usaha entitas tersebut, kebijakan dan prosedur akuntansinya, metode yang digunakan untuk mengolah informasi akuntansi yang signifikan, tingkat risiko

(28)

14

Universitas Indonesia

pengendalian yang direncanakan, pos laporan keuangan yang memerlukan penyesuaian, pertimbangan awal tentang materialitas, dan sebagainya.

Pengetahuan tentang bisnis merupakan suatu kerangka acuan (frame of

reference) yang menjadi pertimbangan profesional auditor dalam penaksiran

risiko dan identifikasi masalah, perencanaan dan pelaksanaan audit yang efektif dan efisien, ataupun evaluasi bukti audit. PSA No.67 (SA Seksi 318) menyebutkan sumber informasi yang dapat menambah pengetahuan auditor tentang industri dan entitas. Misalnya, diskusi dengan orang dalam entitas (seperti direktur, personel operasi senior), pengalaman sebelumnya, diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat lain yang telah memberikan jasa kepada entitas atau dalam industri, diskusi dengan orang yang berpengetahuan di luar entitas (seperti ahli ekonomi industri, badan pengatur industri, pelanggan, pemasok, dan pesaing), perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas, kunjungan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas, dokumen yang dihasilkan entitas (seperti notulen rapat), dan publikasi yang berkaitan dengan industri.

Tujuan prosedur analitis dalam perencanaan audit seperti yang dijelaskan dalam PSA No. 22 (SA Seksi 329) adalah untuk membantu dalam perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti saldo akun atau golongan transaksi tertentu. Untuk itu prosedur analitis dimaksudkan untuk menambah pengetahuan auditor atas entitas dan mengidentifikasi bidang tertentu yang memiliki risiko tinggi atau tidak biasa. Prosedur analitis umumnya menggunakan data keuangan dan nonkeuangan.

PSA No. 25 (SA Seksi 312) menjelaskan bahwa risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari (a) risiko [yang meliputi risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk)] bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji (disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan) yang dapat menjadi material

(29)

Universitas Indonesia

terhadap laporan keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan transaksi lainnya, dan (b) risiko [risiko deteksi (detection

risk)] bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut.

Di dalam PSA No. 69 (SA Seksi 319) dijelaskan bahwa Dalam semua audit, auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern yang memadai untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut telah dioperasikan. Dengan demikian, auditor dapat menaksir risiko pengendalian untuk asersi yang terdapat dalam saldo akun, golongan transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan.

Sebagai bagian dari penaksiran risiko, PSA No. 70 (SA Seksi 316) menyebutkan kalau auditor juga harus meminta keterangan kepada manajemen (a) untuk memperoleh pemahaman dari manajemen tentang risiko kecurangan dalam entitas dan (b) untuk menentukan apakah manajemen memiliki pengetahuan tentang kecurangan yang telah dilakukan terhadap atau terjadi dalam entitas. Informasi dari permintaan keterangan ini dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko kecurangan yang mungkin berdampak terhadap taksiran auditor dan tanggapan yang bersangkutan.

Aktivitas terakhir di tahap ini adalah mengembangkan semua rencana audit dan membuat suatu program audit. Program audit tersebut harus mencakup semua prosedur yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan audit. Dalam mengembangkan program audit, auditor harus diarahkan oleh hasil pertimbangan dan prosedur perencanaan auditnya. Selama berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat menyebabkan diperlukannya perubahan prosedur audit yang telah direncanakan tersebut.

2.4.2 Melakukan Test of Control dan Substantive Test of Transaction

Dalam PSA NO. 25 (SA Seksi 312) Paragraf 30: “Auditor juga

menggunakan pertimbangan profesional dalam menetapkan risiko pengendalian untuk suatu asersi yang berhubungan dengan suatu saldo akun atau golongan

(30)

16

Universitas Indonesia transaksi. Penetapan risiko pengendalian didasarkan atas cukup atau tidaknya bukti audit yang mendukung efektivitas pengendalian dalam mencegah dan mendeteksi salah saji asersi dalam laporan keuangan. Apabila auditor yakin bahwa pengendalian intern tidak ada kaitannya dengan asersi tersebut atau tidak efektif, atau jika ia yakin bahwa evaluasi terhadap efektivitas pengendalian intern tidak efisien, ia akan menentukan risiko pengendalian untuk asersi tersebut pada tingkat yang maksimum.”

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa bukti audit dan pertimbangan profesional dapat digunakan untuk menetapkan risiko pengendalian suatu asersi. Apabila auditor telah mengetahui bahwa pengendalian intern tidak berjalan dengan baik tanpa pengujian terlebih dahulu sehingga risiko pengendalian intern begitu tinggi, maka auditor dapat melewatkan tahap test of

control dan dapat langsung melaksanakan pengujian substantif.

Pengendalian terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini:

Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur yang mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya;

Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola;

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan;

Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasikan, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka;

Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.

Untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern organisasi, auditor harus melaksanakan prosedur yang memberikan pengetahuan yang

(31)

Universitas Indonesia

memadai tentang desain pengendalian yang relevan dengan masing-masing dari lima komponen dan apakah pengendalian tersebut dioperasikan. Pengetahuan tersebut biasanya diperoleh melalui pengalaman sebelumnya dengan entitas dan prosedur lain seperti permintaan keterangan dari manajemen, supervisor, dan personel staf; inspeksi terhadap dokumen dan catatan entitas; dan pengamatan atas aktivitas dan operasi entitas.

Ketika audior telah mempertimbangkan bahwa tingkat pengendalian suatu organisasi berada di tingkat significant deficiencies atau material weaknesses, maka mereka berkeyakinan bahwa di dalam laporan keuangan terdapat salah saji. Oleh karena itu, auditor melakukan pengujian substantif untuk menguji apakah salah saji tersebut secara langsung mempengaruhi ketepatan saldo laporan keuangan. Terdapat tiga tipe pengujian substantif, yakni pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan tests of details of balances.

Pengujian substantif atas transaksi digunakan untuk mengukur apakah keenam tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi untuk setiap jenis transaksi. Setelah auditor berkeyakinan bahwa semua transaksi telah dicatat dengan benar di dalam jurnal dengan memperhatikan semua tujuan audit terkait transaksi, maka mereka yakin total di dalam buku besar telah benar.

2.4.3 Melakukan Prosedur Analitis dan Test of Details of Balances

Pada saat melaksanakan audit, auditor akan berhadapan dengan berbagai keadaan atau tren yang tidak wajar mengenai informasi keuangan atau nonkeuangan. Keadaan atau informasi tersebut mungkin merupakan sebuah indikasi adanya salah saji di dalam laporan keuangan. Perbandingan jumlah yang dicatat dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor termasuk prosedur analitis. Ketika prosedur analitis dapat mengindikasi adanya perubahan yang tidak wajar, auditor harus melaksanakan perngujian substantif atas transaksi dan pengujian detail saldo untuk menentukan apakah terdapat salah saji di dalam laporan keuangan dan begitu juga sebaliknya.

(32)

18

Universitas Indonesia

Pengujian detail atas saldo merupakan prosedur audit untuk menguji salah saji moneter apakah kedelapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo telah terpenuhi untuk setiap soldo akun yang signifikan. Pengujian ini begitu penting karena kebanyakan bukti yang diperoleh merupakan bukti yang berasal dari sumber yang independen dari klien sehingga dapat dikatakan memiliki kualitas dan keandalan yang tinggi. Pengujian ini juga akan membantu auditor dalam menentukan koreksi nilai akun yang bersangkutan.

2.4.4 Menyelesaikan Audit dan Mengeluarkan Laporan Audit

Setelah tim audit menyelesaikan ketiga tahap tersebut, mereka harus mengumpulkan bukti tambahan yang berhubungan dengan tujuan penyajian dan pengungkapan, rangkuman hasil audit, menerbitkan laporan audit, dan tidak lupa untuk mengkomunikasikannya dengan pihak manajemen dan komite audit. Selama tahap akhir, auditor harus melakukan prosedur yang berhubungan dengan liabilitas kontijensi dan peristiwa kemudian. Auditor juga harus memastikan bahwa pengungkapan telah dibuat dengan lengkap dan tepat.

Jenis laporan audit yang akan diterbitkan tergantung dari bukti yang diperoleh dan temuan audit. Temuan tersebut dapat didiskusikan terlebih dahulu dengan manajemen ataupun komite audit. PSA No. 48 (SA Seksi 380) menyebutkan masalah yang dikomunikasikan kepada komite audit, seperti kebijakan akuntansi signifikan, pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi, penyesuaian audit signifikan, informasi lain yang menyangkut laporan keuangan auditan, ketidaksepakatan dengan manajemen, konsultasi manajemen dengan akuntan lain, kesulitan yang dijumpai dalam pelaksanaan audit, dan isu lain yang signifikan mempengaruhi opini auditor.

2.5 Audit Sampling

Pada saat melakukan prosedur audit, auditor tentunya tidak akan menguji semua bukti transaksi yang dilakukan oleh perusahaan. Akan tetapi, auditor harus memilih bukti transaksi yang dapat mencerminkan keadaan populasi yang

(33)

Universitas Indonesia

sebenarnya. Sampel audit sangatlah berguna untuk melakukan audit karena biasanya auditor tidak memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo atau transaksi khusus yang menurut pertimbangannya perlu untuk diuji.

Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit (Arens et al., 2009), yaitu statistik dan nonstatistik. Pendekatan statistik merupakan metode penentuan jumlah sampel dengan menggunakan perhitungan statistik matematis, sedangkan pendekatan nonstatistik merupakan metode penentuan banyaknya sampel atas dasar pertimbangan. Kedua jenis pendekatan ini mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian sampel.

Setelah menentukan seberapa banyak sampel yang harus dipilih, auditor dihadapkan pada pertanyaan sampel mana yang harus dipilih. Untuk memilih sampel terdapat dua metode, yakni probabilistic sample selection (auditor memilih sampel secara acak sehingga setiap sampel dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel) dan nonprobabilistic sample

selection (auditor memilih sampel berdasarkan pertimbangan profesionalnya).

Pemilihan sampel tidak terlepas dari risiko karena tidak semua jenis bukti transaksi diuji. Risiko sampling timbul karena suatu sampel tertentu mungkin mengandung salah saji moneter atau penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan. Risiko ini akan bervariasi secara berlawanan dengan ukuran sampelnya dimana semakin kecil ukuran sampel maka risikonya akan semakin besar.

2.6 Audit atas Akun Utang Usaha (Account Payable)

Utang usaha merupakan kewajiban yang belum dibayarkan oleh perusahaan sehubungan dengan transaksi barang dan jasa yang telah diterima dalam menjalankan kegiatan bisnisnya (Arens et al., 2009). Saldo akun utang usaha cenderung signifikan untuk kebanyakan perusahaan sehingga auditor perlu melakukan pengujian untuk membuktikan nilai saldo tersebut. Untuk merancang

(34)

20

Universitas Indonesia

pengujian terhadap saldo utang usaha, Arens et al. (2009) menyebutkan ada 3 tiga tahapan yang harus dilakukan oleh tim auditor.

2.6.1 Tahap I

2.6.1.1 Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi utang usaha

Seiring berkembangnya bisnis suatu perusahaan, elemen-elemen yang ada di dalamnya juga akan berubah semakin kompleks sehingga risiko bisnis klien dapat tumbuh dengan signifikan. Kebutuhan akan informasi oleh pihak yang berkepentingan menjadi tantangan yang harus dipenuhi oleh perusahaan khususnya perusahaan publik. Karena itu, manajemen akan terus berusaha untuk melakukan perbaikan terhadap semua sistem yang menunjang bisnis perusahaan. Di sini auditor diharapkan dapat memahami dengan cermat perubahan tersebut beserta risiko bisnis yang dapat mempengaruhi salah saji material terhadap akun utang usaha.

2.6.1.2 Menentukan tingkat torelable misstatement dan menilai inherent risk

Saldo utang usaha sangat dipengaruhi oleh banyaknya transaksi yang berkaitan dengan siklus pembelian dan pembayaran karena pembayaran secara tunai sangat jarang dilakukan pada saat akuisisi. Oleh karena itu, saldo utang usaha begitu besar dan membutuhkan perhatian yang besar karena berkaitan dengan kewajiban kepada pihak luar. Besarnya nilai utang usaha dan banyaknya

vendor/supplier yang terkait menyebabkan audit atas akun ini relatif lebih mahal.

Karena alasan tersebut, auditor biasanya menetapkan tolerable misstatement untuk akun ini relatif tinggi dan risiko bawaannya menegah atau tinggi.

2.6.1.3 Menilai control risk

Setelah auditor menentukan tolerable misstatement dan inherent risk atas akun utang usaha, mereka dapat menilai control risk atas dasar pemahaman auditor terhadap pengendalian intern yang dimiliki perusahaan. Dengan menilai risiko tersebut, auditor dapat menentukan apakah perlu untuk melakukan pengujian terhadap pengendalian intern perusahaan atau tidak.

(35)

Universitas Indonesia

2.6.2 Tahap II

Untuk menguji keefektifan internal control yang dimiliki suatu perusahaan, auditor perlu merancang dan melakukan test of control serta pengujian substantif atas transaksi yang berhubungan dengan utang usaha. Jika hasilnya cukup efektif maka banyaknya pengujian substantif atas transaksi utang usaha dapat dikurangi karena melalui hasil test of control tersebut, auditor berkeyakinan bahwa semua transaksi telah dilakukan sesuai dengan prosedur. Akan tetapi, jika hasil dari test of control tidak sesuai dengan harapan auditor atau

control risk yang begitu tinggi, maka mereka dapat lebih intensif melakukan

pengujian substantif atas transaksi utang usaha. Oleh karena itu, tests of control dan substantive tests of transactions dapat dilaksanakan bersamaan untuk transaksi yang sama.

2.6.3 Tahap III

2.6.3.1 Prosedur analitis (analytical procedure)

Akun utang usaha sangat rentan dengan salah saji karena selain jumlah transaksinya yang begitu banyak, nilainya juga tinggi sehingga risiko

understatement atas akun utang usaha ini perlu untuk diperhatikan. Prosedur

analitis sangatlah berguna untuk mengenali dan membuka kejanggalan yang terdapat di dalam akun ini dengan cara:

 Membandingkan saldo beban terkait pembelian, sewa, utilitas, dan beban rutin lainnya periode saat ini dengan periode lalu;

 Mengkaji ulang daftar utang usaha yang tidak biasa, tidak memiliki

vendor, dan yang memiliki bunga untuk mengetahui klasifikasi salah saji;

 Membandingkan setiap saldo utang usaha dengan periode sebelumnya untuk mengetahui akun yang tidak ada atau tidak tercatat, atau salah saji;

 Membuat perhitungan rasio, seperti perbandingan antara utang usaha dengan saldo utang lancar, dan lain-lain.

(36)

22

Universitas Indonesia

2.6.3.2 Test of details of account payable balances

Tujuan secara keseluruhan atas semua prosedur audit yang dilakukan atas utang usaha adalah untuk memastikan bahwa saldo akun utang usaha telah disajikan dengan benar dan diungkapkan dengan layak. Tujuh dari delapan tujuan audit terkait saldo dapat diaplikasikan dalam audit atas utang usaha, yakni

existence, completeness, accuracy, classification, cutoff, detail tie-in, serta rights and obligations dengan tiga modifikasi:

Tujuan realizable value tidak dapat diaplikasikan dalam kewajiban, namun hanya pada asset

Aspek hak dalam rights and obligations tidak dapat diaplikasikan dalam kewajiban. Auditor akan lebih terfokus pada kewajiban klien untuk membayar kewajibannya

 Perhatian akan lebih dipusatkan kepada pencarian terhadap keberadaan

understatement utang dibandingkan dengan overstatement.

2.7 Audit atas Akun Beban Usaha (Operating Expense)

Beban merupakan salah satu akun penting di dalam siklus akuisi dan pembayaran selain akun utang usaha yang telah diuraikan sebelumnya. Sifat dan tahapan audit atas akun beban usaha tidak jauh berbeda dari audit atas akun utang usaha. Auditor harus dapat memastikan bahwa setiap total akun beban usaha yang ada di laporan laba rugi tidak ada salah saji materil.

Komponen-komponen tahapan audit atas akun beban usaha terdiri dari tiga tahap seperti yang dilakukan atas akun utang usaha (Arens et al., 2009). Bagian audit yang secara langsung mempengaruhi akun tersebut adalah prosedur analitis, pengujian substantif atas transaksi, dan pengujian detail atas saldo.

2.7.1 Prosedur Analitis

Prosedur analitis yang dilakukan harus cukup tangguh sebagai bagian pengujian kebenaran pengungkapann di dalam laporan keuangan. Beberapa

(37)

Universitas Indonesia

prosedur analitis yang dapat dilakukan untuk menemukan kemungkinan salah saji adalah:

 Membandingkan setiap jenis beban dengan tahun sebelumnya untuk mengetahui lebih saji atau kurang saji atas akun tersebut

 Membandingkan setiap jenis aset dengan saldo utang dengan tahun sebelumnya untuk mengetahui lebih atau kurang saji akun neraca yang juga mempengarui akun laporan laba rugi

 Membandingkan setiap beban dengan anggaran untuk mengetahui salah saji beban yang berhubungan dengan akun neraca dan lain-lain.

2.7.2 Pengujian Pengendalian dan Substantif atas Transaksi

Kedua jenis pengujian tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan untuk memverifikasi akun neraca dan laba rugi. Jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal cukup untuk memberikan reasonable assurance bahwa transaksi dalam siklus ini dicatat dan diklasifikasikan secara tepat, maka auditor akan mengumpulkan bukti yang memperkuat kesimpulan tersebut.

2.7.3 Pengujian Detail atas Saldo – Analisis Beban

Analisis atas akun beban meliputi pemeriksaan terhadap dokumen yang bersangkutan atas setiap transaksi dan nilai yang menimbulkan nilai total akun beban. Dokumen tersebut jenisnya sama dengan yang digunakan untuk memeriksa transaksi akuisisi, termasuk tagihan, surat penerimaan, pesanan pembelian, dan kontrak. Analisa ini berbeda denga pengujian pengendalian dan substantif. Di dalam analisis beban, auditor akan memverifikasi transaksi dalam akun tertentu untuk menentukan apakah transaksi tersebut layak untuk klien, diklasifikasikan dengan benar, dan dicatat dengan tepat. Sedangkan pengujian pengendalian dan substantif ditujukan untuk menilai risiko pengendalian.

(38)

24

Universitas Indonesia

2.8 Sewa (Lease)

PSAK No.30 Revisi 2007 tentang sewa menjelaskan bahwa sewa (lease) adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Di dalam standar ini disebutkan ada dua jenis sewa yang diklasifikasikan berdasarkan atas sejauh mana risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset sewaan berada pada lessor atau lessee dengan kata lain dapat dilihat dari substansi transaksinya bukan pada bentuk kontraknya. Risiko tersebut termasuk kemungkinan rugi dari kapasitas tidak terpakai atau keusangan teknologi dan variasi imbal hasil karena perubahan kondisi ekonomi. Sedangkan manfaat dapat tercermin dari ekspektasi operasi yang menguntungkan selama umur ekonomis dan laba dari kenaikan nilai atau realisasi dari nilai residu.

Di dalam paragraf 8 disebutkan bahwa “Suatu sewa diklasifikasikan

sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemiikan aset. Suatu sewa diklasfikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.”

Indikator situasi yang menunjukkan bahwa suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan adalah jika lessee dapat membatalkan sewa, maka rugi

lessor yang terkait dengan pembatalan ditanggung oleh lessee; lessee memiliki

kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan nilai rental yang secara substansial lebih rendah dari nilai rental pasar; laba atau rugi dari fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee (sebagai contoh, dalam bentuk potongan harga rental dan yang setara dengan sebagian besar hasil penjualan residu pada akhir sewa); sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa; lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan; masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset

(39)

Universitas Indonesia

meskipun hak milik tidak dialihkan; pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset sewaan; atau aset sewaan bersifat khusus dimana hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.

Berbagai indikator yang telah diuraikan di atas tidak selalu harus konklusif, artinya jika jelas dari fitur lainnya bahwa sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan, sewa tersebut akan diklasifikasikan sebagai sewa operasi.

(40)

26 Universitas Indonesia

BAB 3

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN KLIEN DAN PERUSAHAAN TEMPAT MAGANG

3.1 Gambaran Umum Perusahaan Klien: PT X

PT X didirikan pada tanggal 28 Oktober 1996 berdasarkan akta notaris Veronica Lily Dharma, S.H., dan pada tanggal 14 November 1996, akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan utama Perusahaan adalah menjalankan usaha di bidang jasa, pertambangan, perdagangan, pelayaran dan angkutan laut. Saat ini perusahaan berkantor pusat di Jakarta dan menyediakan jasa di bidang minyak dan gas.

Di akhir tahun 2010, perusahaan mempunyai kepemilikan secara langsung atas anak perusahaan masing-masing sebesar 99,83%, yaitu PT VKOS yang beroperasi di bidang konstruksi pertambangan dan jasa pendukung pertambangan serta PT DXI yang bergerak dalam pengembangan sewa gedung. Sedangkan, PT XYRA merupakan perusahaan induk yang memiliki 99,9% kepemilikan saham atas PT X. Perusahaan induk menyediakan jasa transportasi truk untuk industri semen serta menyediakan jasa di bidang minyak dan gas melalui anak perusahaan yang dimilikinya, yakni PT X, SSI Pte. Ltd., dan SOM Pte. Ltd.

PT X memberikan jasa kepada pihak yang memerlukan kapal beserta awak kapalnya untuk keperluan pengembangan eksploitasi ladang minyak dan gas yang potensial. Sampai dengan akhir Juni 2011, perusahaan mempunyai 2 unit kapal kecil yang disewakan untuk mengangkut barang dalam wilayah teritorial negara Republik Indonesia.

Kapal utama yang digunakan untuk mengebor minyak dan gas disewa dari MIH Pte. Ltd. dan SFP Pte. Ltd. yang berdomisili di Singapura. Kapal tersebut

(41)

Universitas Indonesia

disewakan kepada PT X untuk kemudian disewakan kembali kepada pelanggan PT X. Pada saat menyewa kapal, pihak penyewa akan menandatangani kontrak hanya dengan PT X. Penyewa kemudian akan meminta modifikasi atas kapal tersebut kepada PT X sesuai dengan kebutuhannya. Modifikasi atas kapal tersebut dilakukan oleh PT X dengan memesan suku cadang (sparepart) kapal dari LSP Pte. Ltd. dan menagihkan invoice atas suku cadang tersebut serta jasa instalasinya kepada penyewa. Selisih antara pembayaran sewa kapal kepada MIH Pte. Ltd. dan SFP Pte. Ltd. yang dibayar oleh PT X dengan penerimaan yang diperoleh dari penyewa kapal menjadi pendapatan bagi PT X.

Dalam menjalankan usahanya, PT X dipimpin oleh 3 orang direktur yang masing-masing menjabat sebagai direktur utama, operasional, dan pemasaran. Kinerja dari ketiga oranga direktur ini diawasi oleh 3 orang komisaris dan seorang komisaris utama. Sebenarnya, manajemen PT X terdiri dari orang-orang yang sama dengan induk perusahaan, hanya saja posisi yang sedikit berbeda.

Fungsi direktur utama di perusahaan adalah selain memimpin, mengkoordinasi, dan melaksanakan pengawasan pada seluruh aktivitas usaha untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan juga sebagai pengawas dan pengendali kegiatan keuangan perusahaan. Semua bentuk transaksi material yang memerlukan otorisasi pimpinan harus memperoleh persetujuan oleh direktur utama. Direktur operasional bertanggung jawab pada aktvitas operasi perusahaan dan melakukan pengawasan terhadap semua logistik penyediaan jasa agar berfungsi dengan tepat. Direktur pemasaran memiliki fungsi untuk mengeola dan meberdayakan sumber daya pemasaran secara optimal dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan sehingga dapat menciptakan customer satisfaction. Selain fungsi tersebut, direktur operasional dan pemasaran juga bersama-sama dengan direktur utama merncarikan klien bagi PT X dan kedua direktur tersebut juga dapat menggantikan direktur utama dalam menyetujui cash disbursement perusahaan.

PT X mempunyai 80 orang karyawan dengan dengan seorang tenaga ahli. Divisi Human Resources ditangani oleh seorang dan sekaligus mengurusi sistem

(42)

28

Universitas Indonesia payroll perusahaan beserta anak perusahaan PT X. Sedangkan divisi Accounting

terdiri dari 3 orang, termasuk manajer yang mengurusi sistem akuntansi perusahaan dan anak perusahaanya. Bagian ini juga bertugas untuk membuat perbandingan budget atas beban setiap bulannya, membuat jurnal atas transaksi yang dilakukan perusahaan, membuat rekapitulasi beban sewa kapal beserta dokumentasinya. Untuk divisi Finance dan Perpajakan terdiri dari 2 orang, yakni seorang manajer dan seorang staf. Divisi ini bertanggung jawab untuk membuat rekapitulasi pembayaran pajak dan rekapitulasi pembayaran pajak. Sisanya merupakan awak kapal (crew) dan driver dengan status pegawai kontrak. Awak kapal tersebut nantinya akan disewakan kepada penyewa dan diberikan daftar tugas yang harus mereka kerjakan dalam sebuah proyek pengembangan lapangan minyak atau gas.

3.2 Gambaran Umum Perusahaan Tempat Magang: KAP Y

KAP Y adalah perusahaan jasa profesional dan merupakan salah satu kantor akuntan publik yang termasuk dalam peringkat the big four auditors di dunia. Di Indonesia, KAP Y berafiliasi dengan salah satu kantor akuntan publik lokal dan bermarkas di Jakarta, sedangkan KAP Y Global bermarkas di London, Inggris. Setiap negara anggota KAP Y dikelola sebagai bagian dari salah satu dari lima wilayah, yakni Eropa, Timur Tengah, India & Afrika (EMEIA), Amerika, Timur Jauh, Oseania, dan Jepang. Setiap wilayah mempunyai sebuah tim manajemen tunggal yang dipimpin oleh seorang Area Managing Partner yang duduk dalam Global Executive Board dan seluruh wilayah mengintegrasikan model bisnis mereka. Untuk KAP Y Indonesia sendiri memiliki 37 orang partner yang menjalankan bisnis mereka.

Secara garis besar, KAP Y memiliki empat lini bisnis utama sebagai berikut:

Assurance and Advisory Business Services (AABS), yang meliputi

(43)

Universitas Indonesia Accounting Advisory Services, dan Fraud Investigation & Dispute Services. Lini bisnis ini terdiri dari empat group, yaitu OMT (Oil, Mining, and Telecomunication), RCP (Retail), BCI (Bank), dan UIC (Utility).

Tax, lini bisnis ini akan menyediakan pengetahuan teknis yang mendalam, baik global maupun lokal, yang dikombinasikan dengan pengalaman praktik, komersial, dan industri untuk membangun kepatuhan perusahaan klien terhadap aspek perpajakan dan dasar pelaporan serta strategi pajak yang berkelanjutan. Lini bisnis ini meliputi Tax Business Compliance,

Human Capital, Indirect Tax, International Tax Services, Tax Accounting & Risk Advisory Services, dan Transaction Tax.

Transaction Advisory Services (TAS), lini bisnis ini akan memberikan jasa

advisory yang terintegrasi untuk mengevaluasi peluang bisnis yang

dimiliki klien dan menjadikan transaksi mereka lebih efisien dalam mencapai tujuan strategisnya. Lini bisnis ini meliputi due diligence komersial, keuangan, real estat, dan pajak, merger & akuisisi, penilaian & pemodelan bisnis, restrukturisasi korporasi, dan jasa integrasi

Advisory, memberikan layanan konsultasi dalam penyelesaian masalah yang dihadapai perusahaan klien, seperti meningkatkan kinerja bisnis, manajemen risiko, dan pengurangan biaya sehingga mereka dapat menciptakan posisi kompetitif yang kuat. Lini bisnis ini terdiri dari

Technology and Security Risk Services (TSRS), Business Risk Services (BRS), Fraud Investigation and Dispute Services (FIDS), Advisory for Financial Services, dan Performance Improvement.

(44)

30 Universitas Indonesia

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Audit Secara Umum atas PT X

Ada beberapa hal umum yang terlebih dahulu penting untuk diketahui ketika melaksanakan audit atas PT X dikarenakan hal tersebut memiliki hubungan yang begitu erat untuk melakukan prosedur audit berikutnya.

4.1.1 Estimasi Materiality dan Tolerable Misstatement

KAP Y memiliki standar dan panduan untuk menetapkan estimasi materialitas dan tolerable misstatement pada saat melaksanakan audit atas laporan keuangan. Terdapat 3 (tiga) hal penting yang harus diperhatikan, yaitu planning

materiality (PM), tolerable error (TE), serta summary audit differences (SAD).

Penentuan besarnya nilai dari masing-masing hal tersebut tidak akan terlepas dari

professional judgment, dan relatif terhadap setiap perusahaan tergantung dari

jenis, ukuran, atau kondisi lain yang dimiliki perusahaan.

Planning materiality (PM) merupakan tingkat materialitas awal secara

agregat atas laporang keuangan perusahaan klien. Besarnya nilai PM ini ditentukan dengan dua cara, yakni:

5% dari pre tax income jika perusahaan klien merupakan entitas yang terdaftar dalam bursa saham atau masuk dalam kategori regulated

industries

10% dari pre tax income jika perusahaan klien masuk dalam kategori entitas yang tidak terdaftar dalam bursa saham, atau unregulated industry dan statutory audits of subsidiaries

Tolerable error (TE) merupakan bagian dari Planning materiality (PM)

Gambar

Gambar 4.1  Hubungan transaksi antara PT X dengan SFP dan SE .................. 36

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Memberikan Opini Audit Atas Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Mahasiswa Program Pendidikan Profesi

Mengenai proses audit siklus pendapatan dan piutang usaha PT Z, auditor KAP A sudah melakukan prosedur audit atas pendapatan dan piutang sesuai dengan standar

Tujuan audit ini adalah untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi selama periode akuntansi telah dicatat pada periode akuntansi yang tepat sehingga tidak

Prosedur dalam melakukan audit atas transaksi pihak-pihak berelasi yang digunakan KAP ABC menekankan pada auditor agar lebih berhati-hati terhadap adanya kemungkinan

Perencanaan audit atas utang usaha PT VW yang telah dilakukan oleh auditor KAP Joachim Adhi Piter Poltak dan Rekan sudah sesuai dengan pernyataan yang telah dikemukakan

Judul Laporan Tugas Akhir : Prosedur Audit atas Akun Kas dan Setara Kas pada PT OLU oleh KAP Kanaka Puradiredja, Suhartono Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan

Judul Laporan Tugas Akhir : Audit atas Beban Operasional PT ABC oleh KAP Asep Rahmansyah Manshur & Suharyono Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan

Berdasarkan penyusunan laporan magang “ Prosedur Audit Atas Persediaan PT SUKA MAJU” dapat ditarik kesimpulan bahwa KAP MNK & Partners telah melakukan proses audit