• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PENGENDALIANINPUT LINGKUNGAN :

5. PEMODELAN SISTEM

Model Pasokan Bahan Baku Kawasan Minapolitan

Menurut Austin (1981) agroindustri adalah inti rantai komoditas pertanian yang penting. Agroindustri udang sebagai bagian dari agroindustri membutuhkan pasokan bahan baku berkualitas dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Rantai pasokan agroindustri udang di wilayah Minapolitan terdiri dari produsen udang yaitu petambak udang, kemudian pedagang pengumpul yang terdiri dari pedagang kecil dan pedagang besar, dan agroindustri pembekuan udang sebagai konsumen utama komoditas udang. Pemenuhan pasokan bahan baku bagi industri pembekuan udang saat ini masih rendah, ditandai dengan rerata kapasitas produksinya kurang dari setengah kapasitas terpasangnya. Pemenuhan pasokan bahan baku udang agroindustri bersumber dari dalam kawasan dan luar kawasan Minapolitan. Pada umumnya pemenuhan bahan baku agroindustri udang lebih mementingkan dari dalam kawasan dengan berbagai alasan. Pengutamaan bahan baku dari dalam kawasan dikarenakan tingkat kesegarannya lebih baik dan terjadinya peningkatan keberlangsungan berusaha dengan adanya jalinan dengan pemasok dan pekerja dari dalam kawasan.

Model pasokan bahan baku di kawasan minapolitan udang menjelaskan keadaan produksi udang Vaname yang ada di dalam kawasan dari waktu ke waktu dalam kaitannya dengan kebutuhan agroindustri pembekuan udang terhadap bahan baku udang. Model ini dapat memberikan gambaran secara jelas apakah produksi udang di kawasan minapolitan telah dapat memenuhi kebutuhan bahan baku agroindustri pembekuan udang atau belum, menduga seberapa besar potensi volume produksi udang di dalam kawasan, dan bagaimana kecenderungannya pada waktu mendatang terkait dengan keberlanjutan pasokan bahan baku udang bagi agroindustri tersebut. Dengan menggunakan model ini, pasokan bahan baku ke agroindustri yang berada di dalam kawasan dapat ditentukan nilainya kemudian dibandingkan dengan besarnya kapasitas produksi yang tersedia. Nilai rasio antara pasokan bahan baku dengan kapasitas produksi digunakan sebagai dasar untuk menentukan tingkat keberlanjutannya pada masa mendatang.

Lingkup model pasokan bahan baku adalah mengkaji sistem produksi udang pada setiap jenjang kegiatan atau aktivitas produksi yang terjadi di kawasan Minapolitan. Model dibangun dengan mempertimbangkan tiga aspek yang mempengaruhi dinamika produksi udang, yaitu aspek pelaku, teknis, dan ekonomi.

Pelaku yang terlibat dalam sistem yang dikaji adalah petambak udang, pedagang pengumpul (pedagang kecil dan besar) dan agroindustri pembekuan. Petambak udang berperan sebagai produsen udang segar yang menghasilkan udang bagi para pedagang pengumpul di dalam kawasan. Pedagang pengumpul tidak hanya berperan sebagai pengumpul saja, namun juga melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan nilai tambah udang segar melalui kegiatan pemilahan atau grading mutu udang segar. Agroindustri pembekuan udang memperoleh bahan baku udang dari para pedagang pengumpul dan mengolahnya menjadi produk udang beku. Agroindustri merupakan pasar bagi para pedagang pengumpul, sedangkan pedagang pengumpul udang adalah pasar bagi petambak udang. Dengan demikian, model yang dibangun pada dasarnya menggambarkan pasokan dan permintaan dari masing- masing pelaku yang terlibat dalam rantai produksi udang di dalam kawasan.

43 Aspek teknis berkaitan dengan sifat atau karakteristik operasional yang mempengaruhi volume produksi udang di dalam kawasan, meliputi luas lahan budidaya, pola budidaya, mutu benih dan produktivitas. Pedagang pengumpul tidak dibatasi oleh kemampuan mengelola udang segar dari petambak udang, artinya pelaku ini mampu menerima berapa pun produksi udang segar dari petambak, serta bebas mendistribusikan hasil produksinya kepada agroindustri yang ada di dalam ataupun di luar kawasan. Sementara, kemampuan agroindustri memanfaatkan udang segar dibatasi oleh kapasitas produksinya. Apabila kapasitas produksi agroindustri melampaui produksi udang di dalam kawasan, maka keseluruhan udang segar akan dimanfaatkan. Sebaliknya, jika kapasitasnya kurang dari produksi udang di dalam kawasan, maka kelebihan udang segar akan dijual oleh pedagang pengumpul untuk dimanfaatkan agroindustri pembekuan udang lain yang berada di luar kawasan.

Aspek ekonomi berkaitan dengan harga transaksi antara agroindustri dengan para pedagang pengumpul. Apabila harga yang yang ditawarkan oleh agroindustri sesuai dengan harapan, maka agroindustri akan mempunyai peluang besar mendapatkan bahan baku udang dari dalam kawasan secara kontinyu. Demikian pula sebaliknya, apabila harga yang ditawarkan lebih rendah dari yang diharapkan pelaku, maka para pedagang pengumpul akan menjualnya ke luar kawasan sehingga agroindustri beresiko untuk menghadapi kehilangan pasokan bahan baku dari dalam kawasan. Disamping berpengaruh terhadap kontinyuitas pasokan bahan baku dari dalam kawasan, harga juga berpengaruh terhadap pendapatan para pelaku lainnya. Terjadinya surplus harga, yaitu apabila harga yang ditawarkan oleh agroindustri melebihi harga harapan pelaku, menyebabkan karakteristik operasional petambak udang akan mengalami perubahan menjadi lebih baik karena usaha budidaya udang dipandang prospektif. Penanganan kompleksitas dan penggambaran kedinamikaan sistem yang dikaji, maka model pasokan bahan baku di kawasan minapolitan udang dibangun menggunakan model sistem dinamik. Konsep model dibangun berdasarkan diagram lingkar sebab akibat sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 19.

Pasokan udang dari dalam kawasan

Pasokan udang dari dalam kawasan

Produksi udang segar Minapolitan

Produksi udang segar Minapolitan

Produksi udang hasil sortasi Pedagang pengumpul dalam

Kawasan Minapolitan

Produksi udang hasil sortasi Pedagang pengumpul dalam

Kawasan Minapolitan

Pasokan udang dari luar kawasan

Pasokan udang dari luar kawasan

Luas lahan budidaya tambak Minapolitan Luas lahan budidaya tambak Minapolitan Bahan baku Agroindustri Udang Bahan baku Agroindustri Udang Laju pengurangan lahan budidaya Laju pengurangan lahan budidaya Produksi Udang Beku Produksi Udang Beku Pola budidaya udang Pola budidaya udang Luas pemanfaatan lahan budidaya Luas pemanfaatan lahan budidaya Proporsi luas lahan budidaya Proporsi luas lahan budidaya Surplus harga udang dalam kawasan Surplus harga udang dalam kawasan Skill petambak udang dalam kawasan Skill petambak udang dalam kawasan Produktivitas tambak Produktivitas tambak

Harga udang hasil sortasi dalam kawasan

Minapolitan

Harga udang hasil sortasi dalam kawasan

Minapolitan

Harga udang hasil sortasi luar kawasan

Minapolitan

Harga udang hasil sortasi luar kawasan

Minapolitan - Rasio pemanfaatan kapasitas agroindustri Rasio pemanfaatan kapasitas agroindustri Kapasitas Agroindustri Kapasitas Agroindustri Keberlanjutan pasokan bahan baku

Agroindustri Udang

Keberlanjutan pasokan bahan baku

Agroindustri Udang + + + + ++ + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + - - - + + + +

44

Variabel produksi udang segar di dalam kawasan pada diagram kausal menjelaskan volume udang segar yang mampu diproduksi oleh petambak udang yang ada di di dalam kawasan. Nilai variabel tersebut dipengaruhi oleh variabel luas budidaya, jenis bibit yang digunakan, produktivitas dan frekuensi budidaya dalam setahun.

Variabel luas lahan budidaya menunjukkan luas lahan untuk masing-masing pola budidaya. Variabel ini dinyatakan dalam bentuk stock yang nilainya dipengaruhi oleh laju pengurangan luas budidaya, luas pemanfaatan lahan budidaya dan proporsi luas lahan budidaya udang. Ketersediaan lahan budidaya dari tahun ke tahun kecenderungan berkurang, tahun 2011 terjadi pengurangan luas lahan sebesar 762 ha untuk kebutuhan permukiman dan industri. Luasan lahan juga dipengaruhi oleh proporsi pemanfaatan lahan yang ada, proporsi luas lahan nantinya dapat diinput melalui user interface dalam program simulasi. Terdapat empat jenis pola budidaya dalam produksi udang oleh petambak, tradisional, tradisional plus, semi intensif dan intensif.

Variabel proporsi luas lahan budidaya udang merupakan variabel dinamis yang dipengaruhi oleh variabel keputusan investasi. Melalui variabel ini, proporsi luas lahan budidaya untuk masing-masing pola budidaya akan berubah, bisa naik – bisa turun, tergantung selisih harga jual udang segar. Jika selisihnya positif, pola budidaya akan bergeser ke arah budidaya plus/semi intensif/intensif, sebaliknya jika selisihnya negatif, bergeser ke arah yang lebih tradisional.

Variabel produktivitas panen udang bersifat dinamis, dipengaruhi oleh variabel ketrampilan petambak dan kualitas bibit. Variabel ketrampilan, nilainya tergantung dari variabel selisih harga jual udang segar. Semakin tinggi selisihnya (selisih positif), maka keuntungan yang diperoleh oleh petambak/pedagang pengumpul semakin tinggi. Situasi ini akan menyebabkan petambak menjadi lebih tertarik terhadap usaha budidaya udang karena menjanjikan keuntungan yang besar. Akibatnya, mereka akan menggunakan sebagian keuntungannya untuk menambah ketrampilan, baik melalui training individu, maupun training institusi melalui kelompok petambak udang sehingga ketrampilan akan meningkat

Tingkat penyediaan bahan baku agroindustri udang dalam kawasan Minapolitan ditentukan oleh volume pasokan udang dan seberapa besar kapasitas produksi dan jumlah agroindustri dalam kawasan Minapolitan. Keberlanjutan pasokan bahan baku agroindustri udang ditentukan oleh pasokan udang dalam kawasan dan luar kawasan Minapolitan yang mencukupi. Umumnya pasokan bahan baku dalam kawasan lebih diutamakan dibandingkan pasokan dari luar kawasan. Ketersediaan pasokan bahan baku yang mencukupi dalam kawasan akan lebih meningkatkan keberlanjutan agroindustri udang.

Peningkatan volume produksi udang kawasan Minapolitan, meningkatkan tingkat penyediaan bahan baku dalam kawasan. Semakin meningkatnya tingkat penyediaan bahan baku agroindustri dalam kawasan akan meningkatkan keberlanjutan agroindustri udang. Tingkat keberlanjutan pasokan bahan baku agroindustri udang diklasifikasikan menjadi 4 tingkatan kategori. Tingkatan ini didasarkan dari sejumlah narasumber ahli dari praktisi agroindustri udang. Tingkatan tersebut dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap kinerja produksi terhadap penggunaan kapasitas terpasang agroindustri udang. Penggunaan kapasitas terpasang menentukan tingkat keuntungan dan keberlanjutan agroindustri. Tingkatan

45 keberlanjutan agroindustri udang berdasarkan atas penyediaan bahan baku agroindustri udang ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Tingkatan keberlanjutan agroindustri udang berdasar atas penyediaan bahan baku

Katagori Rentang nilai Indikator Skor

Tidak berkelanjutan < 30% 1

Kurang berkelanjutan 30% - 50% 2

Cukup berkelanjutan 50% - 70% 3

Sangat berkelanjutan >70% 4

Model pendugaan pasokan bahan baku agroindustri udang di kawasan Minapolitan akan menghasilkan prediksi volume pasokan udang dalam klaster Minapolitan. Model dinamik pasokan bahan baku agroindustri udang ditunjukkan pada Gambar 20. Sedangkan persamaan dalam menentukan pasokan bahan baku agroindustri udang kawasan Minapolitan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 20 Model dinamik pasokan bahan baku agroindustri udang Luas Lahan

Bud1daya Luas Lahan Total

Laju Perkembangan Lahan Budidaya Frekuensi Budidaya Proporsi Pemanfaatan Lahan Input Proporsi Pemanfaatan Lahan Produksi Udang Segar

Loss Udang Segar Karena Transportasi

Suplai udang dari Dalam Kaw asan

Konversi Afkir Volume Udang yang

Diterima Pedagang Pengumpul Akumulasi Produk Hasil Olahan Pedagang Pengumpul Produksi Hasil Olahan Udang di Pedagang Pengumpul

Produksi Udang Beku Agroindustr1 Laju Produksi

Udang Beku Agroindustri Bahan Baku untuk

Agroindustri Kap Total

Agroindustri Rasio Bahan Baku

dan Kapasitas Agroindustri Rendemen produk Kap Total Agroindustri Fluktuasi Harga Udang di Dalam Kaw asan Proporsi Udang yang di jual di Dalam Kaw asan

Katagori Keberlanjutan INPUT PROPORSI LAHAN BUDIDAYA TRADISIONAL INPUT PROPORSI LAHAN BUDIDAYA TRADISIONAL PLUS INPUT PROPORSI LAHAN BUDIDAYA SEMI INTENSIF INPUT PROPORSI LAHAN BUDIDAYA INTENSIF Luas Lahan yang

Tersedia Laju Pengurangan

Lahan Konstanta Pengurangan Lahan Skill SDM Petambak Udang Laju Peningkatan Skill SDM Petambak

Harga Jual Udang Luar Kaw asan

Gap Harga Jual

Rata-rata Surplus Harga Udang dalam

Kaw asan Laju Surplus Harga

Udang di Dalam Kaw asan Peningkatan Skill Proporsi Luas Budidaya Berdasar Jenis Bibit Klasifikasi SKILL SDM Produktivitas Panen Udang Katagori Keputusan Investasi Pola Budidaya Proporsi Luas Lahan

Budidaya Udang Perubahan Proporsi Luas Lahan Budidaya Proporsi Luas Lahan untuk Budidaya Udang Provitas B-Trad Provitas B-TradPlus Provitas B-Semi-Int Provit B-Intensif Penyesuaian Proporsi Luas Lahan Budidaya Udang

Suplai Udang dari Luar Kaw asan

46

Pembangunan model dinamik pasokan bahan baku agroindustri udang yang dilakukan, kemudian dilakukan proses simulasi beberapa skenario terhadap variabel inputan. Kinerja yang ditunjukkan dari nilai indikator tingkatan keberlanjutan agroindustri udang atas pasokan bahan baku di kawasan Minapolitan, kemudian ditindaklanjuti dengan pendekatan berbasis agen. Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui perilaku dan interaksi antar agen yang mempengaruhi keberlanjutan pasokan bahan baku agroindustri udang.

Konfigurasi Model Berbasis Agen

Pemodelan sistem dilakukan guna efektifitas dan efisiensi dalam melakukan kajian terhadap sistem yang sangat komplek. Kompleksitas sistem seperti dalam pengembangan agroindustri udang di kawasan Minapolitan. Model yang dibangun menurut Checkland (1995) harus dibuat seakurat mungkin agar hasil simulasi dari sistem nyata bisa sesuai. Konfigurasi model pengembangan agroindustri udang di kawasan Minapolitan berbasis agen dirancang dalam bentuk perangkat lunak simulasi model. Tahapan analisis meliputi pembentukan diagram use case, identifikasi agen, identifikasi tugas, identifikasi relasi, perbaikan agen dan informasi penyebaran agen. Desain sistem yang dibangun bertumpu pada pembangunan berkelanjutan dengan tiga dimensi keberlanjutan. Desain sistem yang mengacu pada ketiga dimensi yang secara simultan akan menghasilkan keluaran berupa nilai indikator keberlanjutan secara ekonomi, keberlanjutan secara sosial dan keberlanjutan lingkungan. Kinerja dari masing masing nilai indicator dijadikan sebagai acuan dalam menentukan strategi kebijakan dalam pengembangan peningkatan keberlanjutan agroindustri udang di kawasan Minapolitan.

Pembentukan Diagram Use Case

Diagram use case merupakan teknik yang efektif dan jelas dalam menggambarkan kebutuhan sebuah sistem. Diagram use case merepresentasikan satu atau lebih skenario yang menggambarkan apa yang diperbuat sistem, interaksi apa yang dilakukan dengan sistem lain untuk mencapai tujuan tertentu beserta tindakan-tindakan yang akan dilakukan oleh agen yang terlibat dalam sebuah sistem tersebut. Berdasarkan kriteria sebuah entitas dapat dikatakan sebagai agen dan observasi dilapangan, model pengembangan agroindustri udang di kawasan Minapolitan memiliki 4 agen pelaku usaha utama yang aktif dan saling berinteraksi yaitu petambak, pedagang kecil, pedagang besar, dan agroindustri.

Diagram use case menggambarkan apa yang dilakukan oleh agen dalam sebuah sistem secara umum. Petambak merespon akan permintaan komoditas udang dengan melakukan kegiatan penanaman dan pemanenan dan menjual hasil panenannya ke pedagang kecil dan mendistribusikan. Pedagang kecil melakukan apa yang dinamakan jual beli antar agen, interaksi dengan petambak melakukan kegiatan pembelian, sedangkan dengan pedagang besar melakukan aktifitas penjualan. Masing masing agen membuat kesepakatan dan mendistribusikan komoditas yang diperdagangkan. Agroindustri sebagai konsumen melakukan pembelian sesuai dengan rencana produksi dan kemudian melakukan proses produksi. Secara rinci diagram use case ditunjukkan pada Gambar 21.

47 Panen Udang Panen Udang Merespon Kebutuhan Udang Merespon Kebutuhan Udang Distribusi Udang Distribusi Udang Rencana Produksi Rencana Produksi Petambak Pedagang Kecil Pedagang Besar Agroindustri Udang Budidaya Udang Budidaya Udang Membuat Kesepakatan Membuat Kesepakatan Produksi Produksi Ekspor Ekspor

Gambar 21 Diagram use case klaster Minapolitan Identifikasi Agen

Pengidentifikasian aktor berdasarkan diagram use case di atas yang mengacu pada Nikraz (2006), dimana agen merupakan entitas yang berperan aktif dalam sebuah sistem dan mempunyai prilaku dan mengambil keputusan. Pada Minapolitan terdapat empat agen yaitu agen produsen udang yang diwakili oleh petambak, pedagang kecil sebagai agen pemasok kecil, pedagang besar sebagai agen besar pemasok udang ke agroindustri, dan agen agroindustri sebagai konsumen utama komoditas udang dalam klaster Minapolitan.

Identifikasi Tugas

Pengidentifikasian tugas tiap agen dilakukan dalam bentuk informal dan mudah dicerna dengan cara menterjemahkan tugas tiap agen dari use case dan mengidentifikasi aktifitas yang lebih jelas dari masing-masing agen. Hasil identifikasi aktivitas agen ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Kegiatan petambak Jenis Agen Aktifitas

Petambak Merespon permintaan komoditas udang Menanam bibit udang pada lahan tambak Menawarkan komoditas udang

Mencari harga yang sesuai dengan mutu udang Memanen udang dari tambak

48

Kegiatan awal petambak adalah melihat potensi usaha tambak udang beserta pemasarannya, dengan asumsi usaha tambak menjanjikan keuntungkan dan pemasaran hasil terbuka luas, maka petambak melakukan kegiatan utama untuk budidaya tambak. Kegiatan awal petambak adalah merencanakan dalam satu tahun berapa kali proses penanaman, kemudian merencanakan bibit udang yang akan di tebar apakah menggunakan bibit kualitas satu atau kualitas dua, setelah itu mengkalkulasi biaya budidaya tambak. Setelah tahap perencanaan selesai kemudian melakukan kegiatan penanaman dengan tebar bibit yang sesuai dengan pola budidaya. Pola budidaya yang digunakan adalah tradisional plus, dimana dalam model budidaya tradisional plus tebar bibit antara 80 ribu sampai 100 ribu ekor per hektar. Pada umur panen yang telah ditentukan, dilakukan pemanenan udang dengan mencari terlebih dahulu pedagang kecil yang siap untuk membeli udang dengan harga yang sesuai dengan prakiraan mutu udang.

Kegiatan pedagang kecil diawali dengan mengidentifikasi harga dan mutu udang yang diinginkan oleh pembeli kemudian menganalisis daerah dan petambak yang potensi panen beserta informasi luasan lahan budidaya yang akan panen. Aktivitas selanjutnya adalah menentukan jumlah pembelian yang disesuaikan dengan kondisi keuangan yang ada, termasuk kemungkinan melakukan proses peminjaman modal kepada pedagang besar atau lembaga permodalan. Kemudian melakukan proses pembelian dan melakukan kegiatan sortasi untuk memilah mutu berdasarkan ukuran udang yang dibeli dari petambak. Hasil sortasi pedagang kecil dijual ke pedagang besar sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, terkait dengan harga dan mutu yang ada. Produk sortasi yang rusak dan tidak masuk kelas mutu biasanya langsung dijual ke pasar. Pedagang kecil sebenarnya bisa langsung menjual ke agroindustri, namun tidak dilakukan karena sistem pembayaran di agroindustri udang memiliki rentang waktu yang cukup lama. Pedagang kecil memerlukan pembayaran langsung untuk melakukan proses pembelian selanjutnya. Selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Kegiatan pedagang kecil Jenis Agen Aktivitas

Pedagang kecil Merespon permintaan komoditas udang

Mengidentifikasi panen petambak dan pedagang besar sebagai pembeli produk udang

Menentukan jumlah udang yang akan dibeli Melakukan pembelian udang petambak

Melakukan proses sortasi hasil pembelian udang petambak

Mencari harga yang sesuai dengan mutu udang

Menyerahkan hasil panen ke pedagang besar sesuai kesepakatan

Menerima pembayaran atas produk yang dijual

Pedagang besar melakukan kegiatannya tidak jauh berbeda dengan pedagang kecil, yang membedakan hanya ketersediaan modal dan akses langsung ke agroindustri. Ketersediaan modal yang besar berpengaruh kepada kemampuan volume pembelian yang jauh lebih besar dibanding dengan pedagang kecil. Agroindustri memanfaatkan pedagang besar sebagai pemasok udang karena modal yang dimilikinya. Pedagang besar langsung melakukan transaksi pembayaran ke

49 pedagang kecil, sedangkan agroindustri melakukan pembayaran atas udang yang dibeli dari pedagang besar dengan tempo tertentu. Oleh karena itu agroindustri dalam memenuhi kebutuhan bahan baku udang selalu melalui pedagang besar, dan pedagang besar mendapat keuntungan dari jual beli dan proses pembelian udang dari pedagang kecil di wilayah Minapolitan.

Aktivitas agroindustri di mulai dengan menginisiasi kebutuhan produk udang di pasar internasional beserta mutu, volume dan harga dipasaran internasional. Hasil inisiasi kemudian digunakan untuk menentukan rencana produksi udang dengan mutu dan volume yang sesuai dengan hasil identifikasi. Melakukan pembelian bahan baku udang dari pedagang besar dengan syarat mutu dan harga yang sesuai. Umumnya pemasok udang dari pedagang besar yang sudah biasa memasok ke agroindustri tersebut. Agroindustri biasanya lebih memilih pedagang besar yang dalam kawasan, dengan asumsi tingkat penurunan mutu selama transportasi lebih rendah di banding dari luar kawasan. Selain itu pemilihan ini untuk membantu stabilitas atas berdirinya agroindustri udang di kawasan tersebut, dan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar agroindustri. Setelah adanya bahan baku udang, agroindustri menjalankan proses produksinya dan menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Keberlangsungan proses produksi dan keuntungan yang diperoleh, diharapkan berimbat terhadap keberlanjutan agroindustri udang di kawasan Minapolitan secara keseluruhan. Selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8 Kegiatan agroindustri Jenis Agen Aktivitas

Agroindustri Menginisiasi permintaan komoditas udang (mutu dan harga)

Merespon permintaan komoditas udang

Mengidentifikasi panen petambak dan pedagang besar sebagai pemasok bahan baku udang

Membuat rencana produksi

Menentukan jumlah udang yang akan di beli Melakukan pembelian udang

Melakukan proses produksi sesuai rencana produksi Menjual produk ke konsumen sesuai dengan mutu yang disepakati

Menerima pembayaran atas produk yang dijual Identifikasi Relasi

Pada tahap pengembangan sistem, identifikasi relasi merupakan kegiatan penggambaran penentuan interaksi antar agen. Identifikasi relasi dibutuhkan untuk mengetahui interaksi antar agen, aliran informasi, dan barang/jasa maupun modal. Terdapat tiga interaksi antar agen yaitu interaksi petambak dengan pedagang kecil, pedagang kecil dengan pedagang besar dan pedagang besar dengan agroindustri udang. Interaksi masing-masing agen ditunjukkan berturut turut pada Gambar 22, 23 dan 24.

50

Merespon Panenan Merespon

Panenan

Petambak Pedagang Kecil

Memanen Udang Memanen Udang Menjual udang Menjual udang Penyerahan udang Penyerahan udang Membeli Udang Membeli Udang Transaksi Harga Transaksi Harga Penerimaan udang Penerimaan udang

Gambar 22 Interaksi agen petambak dengan pedagang kecil

Merespon Penawaran

Merespon Penawaran

Pedagang Kecil Pedagang Besar

Menawarkan Udang Menawarkan Udang Menjual udang Menjual udang Penyerahan udang Penyerahan udang Membeli Udang Membeli Udang Transaksi Harga Transaksi Harga Penerimaan udang Penerimaan udang

Gambar 23 Interaksi agen pedagang kecil dengan pedagang besar

Merespon Penawaran

Merespon Penawaran

Pedagang Besar Agroindustri

Menawarkan Udang Menawarkan Udang Menjual udang Menjual udang

Dokumen terkait