• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Peranan Pemuda

1. Pemuda sebagai Pengajar

Dalam memperkembangkan pendidikan Islam nonformal pemuda berperan sebagai pengajar.Pada masa kini, pendidikan sudah semakin maju dan modern.Namun, dalam praktiknya belum benar-benar memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945 khususnya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia. Demikian juga terlihat benar arahnya seperti yang dituntut Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003, yaitu mengembangkan

potensi diri anak didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, kecerdasan dan keterampilan.

Sejak zaman pergerakan nasional Indonesia, peranan pemuda sangat besar, dan dalam perjuangannya banyak memlalui pendidikan bangsa.Seperti yang dilakukan oleh pejuang Budi Oetomo untuk Taman Siswa.Dalam Islampun pemuda berperan aktif dalam bidang pendidkan.

Masalah yang menjadi pokok pembahasan pada bab ini adalah peran pemuda dalam pengembangan pendidikan Islam nonformal (TPA Al-Hidayah).

Adapun “peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki

seseorang yang berkedudukan dimasyarakat dan harus dilaksanakan”.9

Ada langkah konkret yang dapat dilakukan oleh para pemuda dalam mengembangkan pendidikan yakni membangun sekolah alternatif.Sekolah alternatif sebagai lembaga alternatif untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat, tetapi berbeda dengan sekolah formal yang ada.Pendidikan non formal merupakan jawaban dari sekolah alternative tersebut.Banyak pendidikan nonformal yang telah berdiri, mulai dari pendidikan gratis sammpai lembaga kursus.Pemuda di TPA Al-Hidayah ini telah memilih pendidikan Islam nonformal sebagai alternatif peran mereka dalam pendidikan.

Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan dilapangan bersifat verbal, kalimat-kalimat, fenomena-fenomena dan tidak berupa angka-angka. Namun sebelum memasuki pada pokok pembahasan, terlebih dahulu penulis memaparkan temuan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang berkaitan dengan hal-hal yang telah diteliti pada pelaksanaan peran pemuda dalam pengembangan pendidikan Islam nonformal (TPA Al-Hidayah), antara lain; materi pelajaran dan metode pengajaran, pembinaan akhlak dan kegiatan di TPA.

9Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hal. 667

51

a. Materi Pelajaran

Materi atau bahan ialah apa yang hendak diajarkan dalam TPA. Materi TPA yang memuat ajaran Islam dengan segala keluasannya. Islam memuat ajaran tentang hidup yang meliputi aspek kehidupan, maka pengajaranislam

1) Iqro

Iqro terdiri dari 6 jilid mulai dari tingkatan yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.Seperti yang diketahui iqro bisa untuk segala umur, BALITA atau TK sampai perguruan tinggi bahkan MANULA.

Sistem pengajaran yang dipraktekkan di TPA Al-Hidayah ini bersifat privat.Masing-masing siswi disimak satu persatu secara bergantian dan hasil belajarnya dicatat pada kartu prestasi siswi.Siswi yang menunggu giliran bisa melancarkan bacaan dan diberi tugas untuk menulis.

2) Tajwid

Keutamaan Tajwid adalah ilmu yang mulia, karena seorang muslim dituntut untuk membaca Al-Qur‟an pada tiap harinya, minimal dlam shalat

sehari semalam. Demikian pula orang yang ahli dalam ilmu ini akan masuk surge bersama para malaikat sebagaimana sabda Rasulullah SAW sebagai berikut;

Dari Aisyah radhiyallahu „anha berkata, teah bersabda Nabi shallallahu „alaihi wa sallam,

هْي ع وهو هْيف عتْعتتي و هؤ ْقي ْي َلاو ْلا ا كْلا فَّلا عم اْ قْلاب ها ْلا

هل ٌّاش

ا ْجا

“Seorang yang pandai dalam Al-Quran akan bersama dengan para malaikat yang mulia lagi taat, dan seorang yang membaca Al-Quran dengan tersendat-sendat (terbata-bata) dan merasa keberatan maka baginya dua pahala”. (H.R. Muslim)

Tujuan ilmu tajwid yang paling utama adalah lancarnya seseorang dalam pengucapan lafal Al-Quran dengan ilmu yang telah disampaikan oleh ulama terdahulu. Di TPA ini pengajar menyampaikan materi tajwid dengan

bahan ajar iqro. Karena, siswi disini masih kaku dalam pelafalan bahasa arab.

3) Pembinaan

Pembinaan akidah dan akhlak yang didasarkan pada ayat-ayat Al-qur‟an

beserta tafsirnya.Materi ini lebih khusus diberikan pada anak-anak yang berusia 8-14 tahun. Tetapi, anak yang dibawah usia tersebut juga diperkenankan untuk mengikuti materi tersebut.

Sebelum para pemuda memberi materi kepada anak-anak TPA, pemuda disini mengikuti pengajian yang dilakukan secara bersama-sama dengan ibu-ibu. Pengajar dalam materi pembinaan ini mengacu kepada ayat dan terjemah Al-qur‟an.

Pada tanggal 5 Desember 2014, penulis melakukan observasi terhadap sistem pengajaran yang dilakukan pemuda sebagai bentuk mentransfer ilmu atas materi yang juga telah pemuda dapat dari pengajarnya.Kemudian di ajarkan atau disampaikan kembali kepada siswa-siswiTPA Al-Hidayah.

Pada hari kamis ini, pemateri atau pemuda membahas surah Al-ankabut ayat 61-63 yang berkisah tentang proses perjalan rosul yang hendak hijrah ke kota Madinah. Pada ayat 61, orang mukmin masih ragu akan siapa yang memerintahkan mereka untuk berhijrah dan bagaimana persiapan mereka untuk berhijrah. Mereka khawatir akan kekurangan rezeki, sebenarnya mereka pun telah yakin bahwa Allah yang akan memberi rezeki. Maka di

jawablah oleh Allah melalui ayat 62, “Allah melapangkan rezeki bagi

orang yang Dia kehendaki di anatara hamba-hamba-Nya dan Dia pula yang

membatasi baginya.Sungguh Allah maha mengetahui segala sesuatu.”

Pernyataan di atas juga diperkuat lagi dengan ayat selanjutnya yakni

ayat 63, artinya sebagai berikut; “Dan jika kamu bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu dengan (air) itu

dihidupkannya bumi yang sudah mati?” pasti mereka menjawab, “Allah.”Katakanlah, “Segala puji bagi Allah,” tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti”.

53

Pemuda pun menjelaskan, ayat di atas ini sering kali terjadi sekarang ini.Para mukmin mengkhawatirkan rezekinya berkurang bahkan tidak mendapat rezeki jika mereka (orang mukmin) berpindah tempat.Maka Allah mengingatkan untuk bersyukur karena air langit masih diturunkan, tanah-tanah yang sudah kering bahkan mati dihidupkan kembali.

Setelah pengajaran pemuda dan anak-anak TPA melakukan shalat isya berjamaah.Setelah itu anak-anak diperkenankan pulang.Setelah anak-anak meninggalkan TPA, penulis bertanya tentang seputar pengajaran. Salah satunya sebagai berikut;

Pengajaran yang diberikan oleh pemuda TPA ini mengambil langsung dari ayat Al-Qur‟an, karena al-qur‟an adalah sumber utama bagi kehidupan

orang Islam.TPA yang identik umur masih dalam tahap perkembangan baik fisik atau daya pikirnya menjadi sebuah tantangan dalam menyampaikan materi yang langsung diturunkan oleh Allah.Maka dari itu pemuda mengaitkan pembahasan dengan contoh kehidupan keseharian dan prilaku siswi-siswi.Dengan begitu siswa-siswidisini lebih mengertidan tertarik untuk mendengarkan.

Seperti deskripsi dari wawancara tidak terstruktur di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa, pemuda disini telah menerapakan banyak pelajaran khususnya untuk kehidua sehari-hari.Selain materi di atas yang menceritakan hijrahnya Rosul, telah dibahas juga materi tentang perintah shalat, puasa ramadhan, menyembelih hewan kurban.

Dalam wawancara penulis dengan istri pendiri yang juga selaku pengajar di siswi putri mengatakan bahwa penyampaian dalam materi pembinaan ini bukan sekedar siswi dapat membaca melainkan pemahaman arti ayat-ayat Al-qur‟an secara perkata dan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari.10

4) Hafalan bacaan shalat

Hafalan bacaan shalat ini turut disampaikan kepada anak-anak karena shalat dalam ajaran Islam mempunyai kedudukan yang sangat

penting. Hal ini terlihat dari pernyataan yang terdapat dalam Al-qur‟an dan

Hadis, yaitu:

a) Shalat merupakan ciri penting dari orang yang taqwa. b) Shalat merupakan ciri dari orang yang berbahagia.

c) Shalat mempunyai peranan untuk menjauhkan diri dari perbuatan jahat dan munkar.

d) Shalat merupakan tiang agama.

e) Shalat merupakan kewajiban yang paling pertama diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW (Peristiwa Isra‟ Miraj). Setelah hafalan bacaan

shalat diharapkan murid bisa melaksanakannya walaupun belum memenuhi syarat dan rukun-rukunnya.

5) Hafalan doa sehari-hari

Diharapkan dengan hafalan doa harian, anak akan terdorong untuk bisa hidup dalam suasana Islami. Untuk itu doa-doa ini tidak hanya dihafalkan tetapi langsung dipraktekkan dalam kehidupan nyata dibawah bimbingan kakak pengajar dan orang tua. Doa-doa yang dimaksud antara lain; Doa kebaikan dunia akhirat, doa untuk Ibu Bapak, doa hendak tidur dan setelah tidur, doa makan dan setelah makan, doa masuk dan keluar kamar mandi, doa setelah adzan dan doa setelah berwudhu. Dengan menghafal doa-doa tersebut anak anak terbiasa hidup disiplin, setia, hormat, cinta, damai, peka, baik hati dan tidak egois.

Menurut kakak pengajar TPA, yaitu Mbak Ella bahwa, “pembinaan

ini tidak akan berhasil jika orang tua tidak ikut membimbing dan

membantunya”.11

untuk itu kepada orang tua agar selalu membimbing dan mengawasi perilaku anak-anaknya dengan cara melatih serta membiasakan anak untuk selalu membaca doa-doa tersebut dalm kegiatan sehari-hari.

b.Metode Pembelajaran

Dalam membina anak (murid) metode pembinaan yang digunakan adalah secara klasikal dan juga perorangan (privat).Metode

55

klasikal yaitu seorang pengajar membmbing anak berdasarkan kelompok.Metode ini dilakukan pada waktu kegiatan belajar mengjar khususnya dalam penyampaian materi pembinaan akidah dan akhlak, dan juga dalam penyampaian Ilmu Tajwid.

Pada awal penyampaian, pengajar memberi materi berupa tulisan dan anak-anak ikut mencatat. Setelah selesai mencatat, pengajar menjelaskan apa yang dimaksud dari ayat tersebut dengan bahasa dan ppenyampaian yang mudah dimengerti oleh anak. Dalam penyampaian tajwidpun demikian anak di materi dan kadang kami belajar langsung melalui Iqra agar anak langsung praktek dan merasakan langsung apa itu tajwid.

Sedangkan metode bimbingan perorangan (privat) yaitu membimbing anak secara perorangan. Metode ini dilakukan dlam penyampaian materi tambahan , yang merupakan waktu belajar membaca al-qur‟an dan hafalan shalat serta hafalan doa sehar-hari. Dalam tahap privat ini, masing-masing pengajar menangani beberapa anak untuk diajarkan secara bergantian satu persatu dan hasilnya dicatat pada Kartu Prestasi.Anak yang belum mendapat giliran membaca, supaya terlatih juga dalam menulis Al-qur‟an maka anak diberi tugas untuk menulis Al -qur‟an.

c.Pembinaan Akhlak

Dalam rangka pembiaan akhlak anak di TPA Al-hidayah, maka TPA mempunyai cara-cara khusus untuk menanamkan sifat-sifat yang terkandung dalam Al-qur‟an, antara lain sebagai berikut:

1) Membekali akal pikiran anak dengan ilmu pengetahuan

Salah satu pembinaan akhlak yang dilakukan di TPA Al-hidayah adalah memberi nasihat sesuai dengan ayat Al-qur‟an dan

mengajak anak untuk mengamalkannya.Belajar sejarah Nabi, akhlak dan perilaku.Menjawab segala pertanyaan anak dengan jawaban yang sesuai dengan umurnya.

Dalam sebuah materi contohnya; cerita tentang Bilal bin Rabah , bilal merupakan orang yang bergantung sama Allah. Dan ada Wasyi, orang yang tidak mau bergantung sama Allah. Dengan segala siksa yang diberikan majikan kepada Bilal, ia hanya menyebut nama Allah (Ahad). Sedangkan Wasyi malah sebaliknya, mempertahankan Quraisy dan berhalanya. Jadi kita yang ada di TPA Al-hidayah ini, harus mengikuti sifat Bilal yang selalu mempertahankan Allah.

Penyampaian sejarah atau cerita-cerita sahabat yang ada di

Al-qur‟an ataupun tidak tertera di Al-qur‟an ini dilakukan, agar anak mempunyai pengetahuan cukup tentang ajaran-ajaran agama Islam yang berfungsi sebagai bekal amalan sehari-hari.

2) Mengupayakan anak bergaul dengan orang-orang baik

Dalam mengupayakan menanamkan akhlak baik sesuai dengan perintah Allah dan ajaran agama Islam, anak sedapat mungkin bergaul dengan orang-orang yang baik.Hal ini terkait dengan sifat anak yang senang mencontoh lingkungan dan mudah dipengaruhi.

Dalam upaya ini pemuda disini mempergunakan kata-kata yang baik walaupun ketika sedang menghadapi anak yang tidak tertib dalam kehidupan sehari-hari.Memberi permisalan dengan cerita-cerita nyata sebagai teladan yang baik bagi siswi.

3) Mendorong anak meninggalkan sifat pemalas

Terkait dengan sifat pemalas, beberapa anak mengiyakan bahwa mereka terkadang malas untuk mengikuti pelajaran TPA.Rasa malas ini biasanya timbul karena anak merasa lelah setelah beraktivitas seharian.Alhamdulillah anak-anak yang megaji di TPA Al-hidayah ini memlik semangat mengaji yang baik, terbukti setiap pertemuan campuran pada hari kamis jumlah siswi yang datang tidak pernah kurang dari 35 anak.

4) Membimbing anak merubah kebiasaan buruk

Dalam pembinaan akhlak, mengurangi dan menghilangkan kebiasaan buruk merupakan sasaran penting dalam pembinaan.Jika

57

kebiasaan buruk anak tidak dicegah dan dihilangkan maka dapat mempengaruhi anak yang lainnya.

Untuk merubah kebiasaan buruk itu diperlukan kemauan yang keras dari anak, tekad membaja dan kesadaran yang mendalam.Untuk itu semua, peran para pengajar selaku pemuda yang ingin menyampaikan syariat-syariat Islam sangatlah perlu.

Cara TPA dalam membimbing anak agar dapat merubah kebiasaan buruk dapat dilakukan lewat kajian ayat-ayat suci Al-qur‟an,

cerita keteladan Nabi untuk memperdalam kecintaannya kepada Rasulallah dan para sahabatnya, dan juga berupa nasihat perorangan. Serta, memberikan hadiah kepada anak-anak pada saat tertentu, seperti hadiah atas hafalan surah pendek dan hafalan doa pendek.

Dokumen terkait