• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Islam Nonformal dalam Pengembangan Masyarakat . 12

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Islam Nonformal dalam Pengembangan Masyarakat . 12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Islam Nonformal dalam Pengembangan Masyarakat 1. Pendidikan Nonformal

a. Pengertian dan Batasan Pendidikan Nonformal

Pengertian kata pendidikan dalam istilah bahasa Inggris, yakni menunjukkan dengan menggunakan istilah education.Sedangkan dalam bahasa Arab, kata pendidikan, sering digunakan pada beberapa istilah , antara lain yakni, al-Ta’lim ( ي عتلا), al-Tarbiyah ( ي تلا), al-Ta’dib ( ي تلا).

Namun demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam menunjuk pada pengertian pendidikan.1

Menurut buku “Higher Education for American Democracy” yang

dikutip oleh Tim Dosen FIP-IKIP Malang, dinyatakan sebagai berikut:

Education is an institution of civilized society, but the purposes of education are not the same in all societies. An educational system

finds it’s the guiding principles and ultimate goals in the aims and

philosophy of the social order in which it functions.Pendidikan adalah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang beradab, tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama dalam setiap masyarakat. Sistem pendidikan suatu masyarakat (bangsa) dan tujuan-tujuan

1 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), cet. 1, h. 85-86

pendidikannya didasarkan atas prinsip-prinsip (nilai-nilai), cita-cita dan filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat (bangsa).2

Dari istilah-istilah pendidikan di atas terlihat bahwa pendidikan memang sangat luas baik dari segi bahasa, definisi sampai kepada pengelompokkan pendidikan tersebut.

Pendidikan formal sangat sering sekali terdengar oleh para siswa maupun pendidik.Tetapi tidak sedikit juga yang mengetahui bahwa pendidikan bukan hanya bisa di dapat dari lembaga pendidikan formal.Kehadiran pendidikan tidak formal atau lebih sering disebut dengan pendidikan nonformal juga telah mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia.

Tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan nonformal ini tidak hanya berproses 12 tahun belajar mungkin sepanjang kehidupannya.Agar warga belajar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pendidikan nonformal juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.Karena, proses pembelajaran dalam pendidikan nonformal dipusatkan pada berbagai lingkungan masyarakat, disesuaikan dengan kehidupan peserta didik.

Berbagai macam istilah untuk pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah.Mulai dari long life education, permanent education sampai continuing education.Dari beberapa istilah ini, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan tidak hanya di selenggarakan disekolah tetapi juga dapat berkembang di lingkungan luar sekolah.

14

Dalam peraturan Pemerintahan Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah antara lain dijabarkan beberapa butir penting. Pada bagian awal disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik dilembagakan maupun tidak.Ada tiga tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan luar sekolah.Pertama, melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya.Kedua, membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembanggkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.Ketiga,

memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 disebutkan juga bahwa ada lima jenis pendidikan luar sekolah. Pertama, pendidikan umum, yaitu pendidikan yang mengutamakan perluasan dan peningkatan keterampilan dan sikap warga belajar dalam bidang tertentu.Kedua, pendidikan keagamaan, merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga belajar untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan.Ketiga, pendidikan jabatan kerja, yaitu pendidikan yang berusaha meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan sikap warga belajar untuk memenuhi persyaratan pekerjaan.Keempat, pendidikan kedinasan, yakni pendidikan yang berusaha meningkatkan kemampuan dalam pelaksaan tugas kedinasan untuk pegawai suatu Departemen atau Lembaga Pemerintah Non Departemen.Kelima, pendidikan kejuruan, adalah pendidikan yang mempersiapkan warga belajar untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.3

3 Moh. Alifuddin, Kebijakan Pendidikan Nonformal, (Jakarta: MAGNAScript Publishing, 2011), hal.63

Soelaiman Joesoefmengatakan,“Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan pemerintah yang tetap dan ketat”.4

Pengertian di atas sangat singkat dan mudah dimengerti, terkait masalah pendidikan nonformal khususnya di pedesaan.Yang tingkat kesadarannya untuk sekolah masih kurang.Pendidikan nonformal ini membawa semangat baru.

Seperti Soelaiman Joesoef, Sudjana juga menulis pengertian pendidikan nonformal yang di kutip dari Coombs “Pendidikan nonformal

ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk

melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya”.5

Artinya, apapun yang dipelajari oleh orang-orang tersebut hendaknya mampu membantu mereka memperbaiki kualitas hidupnya secara nyata dan tidak dijanjikan dalam waktu yang lama.Dengan begitu pendidikan nonformal harus berkemampuan sebagai usaha yang sengaja untuk mengembangkan kemampuan anak, remaja dan orang dewasa melalui pengetahuan, keterampilan dan sikap agar mereka tumbuh dan berkembang untuk mengatasi masalah dan kebutuhan hidupnya.

Pengertian pendidikan luar sekolah menurut Saleh Marzuki yang dikutip oleh Sismanto adalah sebagai berikut: Pendidikan luar sekolah adalah 1. Programnya jangka pendek. 2. Tidak dibatasi atas jenjang-jenjang. 3. Usia didiknya tidak perlu sama/homogeny. 4. Sasaran didiknya berorientasi jangka pendek dan praktis. 5. Diadakannya sebagai respon kebutuhan mendesak. 6. Ijazah biasanya kurang memegang peran penting.

4 Soelaimman joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hal. 79

5 Sudjana, Pendidikan Luar sekolah; wawasan sejarah perkembangan falsafah dan teori pendukung asas, (Bandung : Nusantara Press, 1991), hal. 20

16

7. Dapat diselenggarakan pemerintah dan swasta. 8. Dapat diselenggarakan di dalam atau di luar kelas.6

Dalam memahami konsep pendidikan nonformal, perlu melihat kembali peran pendidikan dalam pembangunan karena pendidikan nonformal bisa dikatakan juga pendidikan berbasis masyarakat yang peduli dengan perubahan pembangunan local pada level komunitas dan berdampak langsung pada pengembangan sumber daya manusia melali pendidikan.

David R. Evans menyebutnya “anggur lama yang dimasukkan

kedalam botol baru” atau old wine in new bottles; artinya, ia bukan barang baru. Konsep pendidikan non formal menurut evans, adalah kegiatan pendidikan yang terorganisisakan di luar sistem pendidikan formal. Beliau juga menempatkan pendidikan nonformal sebagai bagian dari keseluruhan konsep terpadu dari sistem pendidikan. Dalam konsep itu, beliau juga memberikan penekanan pada ciri-ciri antara lain: sebenarnya sangat luas, partisipatif, melibatkan kerja organisasi kemasyarakatan, perkumpulan swasta, lebih mementingkan tindakan pada tingkat lokal. Namun, pada saat yang sama, hal itu menimbulkan kerancuan yang lebih kompleks antara perencanaan pendidikan non formal dan sistem pendidikan pada umumnya yang mempertimbangkan tujuan pembangunan nasional.7

Dari penjabaran tentang pendidikan nonformal diatas dapat dimaknai bahwa pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang dilaksanakan secara terorganisir dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan secara mandiri untuk melayani kebutuhan anggota masyarakat di luar kegiatan pendidikan sekolah.

Model pendidikan berbasis masyarakat untuk konteks Indonesia kini semakin diakui keberadaannya pasca pemberlakuan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Keberadaan lembaga ini diatur

6 Sismanto, Pendidikan Luar Sekolah Upaya Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta: CV Eraswasta, 1984), hal.3

pada 26 ayat 1 s/d 7. Jalur yang digunakan nonformal, dengan bunyi pasal sebagai berikut :

1). Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

2). Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.

3). Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

4). Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

5). Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

6). Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

18

7). Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.8

Untuk memahami konsep pendidikan nonformal, kita perlu melihat kembali pada peran pendidikan dalam pembangunan karena pendidikan nonformal sangat dekat dengan persoalan-persoalan pembangunan masyarakat.Seperti perubahan masyarakat secara mikro atau local development pada level komunitas, yang berdampak langsung pada pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan.

Konsep keilmuan pendidikan nonformal pada prinsipnya menunjukkan sifat reflektif studi aktivitas kemanusiaan yang terjadi didalamnya.Subjeknya, yaitu manusia pengamat dan objeknya yaitu manusia yang bertindak, oleh karenanya komponen utama ini tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya.

Dengan demikian teori dan realitas dalam keilmuan “pendidikan nonformal adalah suatu kesatuan yang satu sama lain saling mencampuri

(interfere). Maka keilmuan pendidikan luar sekolah adalah suatu kesatuan disiplin ilmu (multireferential discipline) yang membangun sistem teori yang bersifat khusus dengan memiliki ciri khas sebagai realita dari ilmu pendidikan itu sendiri sebagai acuan utamanya bagi pengembangan keilmuan pendidikan nonformal”.9

8

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan,( Jakarta: Departemen Agama RI, 2006 ), hal. 18-19

9

Mustofa Kamil, Pendidikan Nonformal PKBM di Indonesia (Sebuah Pembelajaran dari Komunikasi jepang), (Bandung: Alfa Beta, 2009), hal. 27

Perbedaan antara pendidikan luar sekolah dan pendidikan sekolah

Pendidikan luar sekolah Pendidikan sekolah

Derajat keketatan dan keseragaman yang lebih rendah

Derajat keketatan dan keseragaman yang lebih tinggi

Bentuk dan isi program yang bervariasi

Bentuk dan isi program yang seragam untuk satuan jenis dan jenjang pendidikan

Pembiayaan yang dipikul oleh pihak yang berbeda-beda

Pembiayaan atau pengelolaan program yang pada umumnya berada di pihak pemerintah10

Dari pengkotakan perbedaan di atas adalah sebagian kecil dari penggolongan dan sudut pandang antara pendidikan luar sekolah dan pendidikan sekolah. Penggolongan umur peserta didik juga menjadi perbedaan, dalam pendidikan luar sekolah umur peserta didik tidaklah menjadi persyaratan ketat.

Karena pendidikan merupakan proses berkelanjutan (education is a continuing process). Pendidikan dimulai dari bayi sampai dewasa bahkan sampai mati, yang tentunya memerlukan berbagai metode dan sumber-sumber belajar.11

b. Pendidikan Islam Nonformal

Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 dijelaskan tentang pendidikan nonformal, pasal 26 ayat 3: yang berbunyi, satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok

10

Sudjana, Pendidikan Luar Sekolah wawa san sejarah perkembangan falsafah teori dan pendukung asas, (Bandung: Nusantara Press, 1991), hal. 13

11

20

belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majlis taklim, serta satuan pendidikan sejenis.12

Pendidikan nonformal dalam Islam telah menampakkan bentuk yang dilaksanakan dalam masyarakat.Bentuk pendidikan nonformal dalam pendidikan Islam seperti yang disebut di atas telah berjalan dalam masyarakat dan harus terus dikembangkan dan ditingkatkan pembinaan dan penelenggaraanya, sehingga dapat membentuk karakter masyarkat Islam yang di ridhoi Allah SWT.

Pendidikan nonformal dalam pendidikan Islam akan memberikan kontribusi yang sangat berarti, karena menyiapkan peserta didik untuk menguasai ilmu keislamam dan memiliki tingkat pengalaman yang baik dan sempurna dalam kehidupan sehari-hari. Keinginan masyarakat Islam dalam mengembangkan dan melaksanakan pendidikan keagamaan Islam dapat dilihat banyaknya lembaga pendidikan Islam yang tumbuh, karena terinspirasi dari al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW., untuk selalu meningkatkan keimanan dan ilmu pengetahuan.

Pendidikan Islam atau pendidikan Islam nonformal sangat mudah dilaksanakan.Misalnya dalam bentuk lembaga kursus, kursus membaca dan menafsirkan Al-Qur’an, bisa dalam bentuk pelatihan (pesantren kilat,

kelompok belajar) dan pusat kegiatan belajar masyarakat.

Dengan beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan Islam non formal bukanlah jenis pendidikan Islam formal dan bukan jenis pendidikan Islam informal, namun sistem pembelajarannya di luar sekolah. Meskipun sistem pembelajarannya di luar sekolah, bukan berarti tidak mengarah pada Tujuan Pendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan (SNP), akan tetapi tetap mengarah terhadap tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

12

Direktorat Pendidikan Islam, Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Departemen Agama, 2008) hal. 19

c. TPA sebagai Pendidikan Nonformal

Uraian pendidikan nonformal dalam perspektif pendidikan keagamaan Islam ditemukan dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan pada pasal

21 ayat 1 yang berbunyi “pendidikan diniyah nonformal diselenggarakan

dalam bentuk pengajian kitab, Majelis Taklim, Pendidikan Al Qur’an,

Diniyah Takmiliyah, atau bentuk lain yang sejenis”.13

Dari salah satu pendidikan diniyah nonformal terdapat pendidikan Al-Qur’an yang menjadi kepala dari Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA).

Seperti yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 2007 pada pasal 24 ayat 1 s/d 6, ayat-ayat tersebut berbunyi sebagai berikut:

1) Pendidikan Al-qur’an bertujuan meningkatkan kemampuan

peserta didik membaca, menulis, memahami, dan mengamalkan kandungan Al-qur’an.

2) Pendidikan Al-qur’an terdiri dari Taman Kanak-kanak

Al-qur’an (TKQ), Taman Pendidikan Al-qur’an (TPQ), Ta’limul Qur’an lil Aulad (TQA), dan bentuk lain yang sejenis.

3) Pendidikan Al-qur’an dapat dilaksanakan secara berjenjang dan

tidak berjenjang.

4) Penyelenggaraan pendidikan Al-qur’an dipusatkan di masjid,

mushalla, atau tempat lain yang memenuhi syarat.

5) Kurikulum pendidikan Al-qur’an adalah membaca, menulis

dan menghafal ayat-ayat Al-qur’an, tajwid, serta menghafal

doa-doa utama.

13

Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008) hal.23

22

6) Pendidik pada pendidikan Al-qur’an minimal lulusan diniyah

menengah atas atau yang sederajat, dapat membaca Al-qur’an

dengan tartil dan mengusai teknik pengajaran Al-qur’an.14

Taman Pendidikan Al-Qur’an bila dilihat dari struktur ayat-ayat dalam Peratutan Pemerintah di atas, memang termasuk kepada pendidikan luar sekolah atau satu lembaga pendidikan nonformal, yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan mulia, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan agama untuk para peserta didiknya.

Di kalangan masyarakat di DKI Jakarta dijumpai banyak lembaga Pendidikan Agama Luar Sekolah (PALS) dalam berbagai bentuknya. Mulai dari Pengajian anak di rumah Ustadz, Pengajian anak semi Madrasah Diniyah, Pengajian Anak Klasikal, Pengajian Keluarga di rumah, Pengajian anak-anak di rumah, Pengajian Privat, Pesantren Kilat, Pengajian Wisata, Perkemahan, dan Taman Baca.

Dari sepuluh bentuk PALS di Jakarta ada bentuk PALS yang memang sudah di akui oleh masyarakat Islam, yakni Pengajian anak klasikal yang di dalamnya terdiri dari; Pengajian umum untuk anak, Pengajian Kelompok dan Taman Pendidikan Al-qur’an.

Taman pendidikan Al-qur’an adalah suatu bentuk PALS yang lebih

teratur, yang mungkin sudah mendekati bentuk formal, dengan penekanan kepada pengajian Al-qur’an.15

Dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) No.3 Tahun2012 tentang Pendidikan Keagamaan Islam dijabarkan kembali tentang Pendidikan

Al-qur’an, Pendidikan al-Qur’an adalah lembaga atau kelompok masyarakat

14

Ibid., hal.23 15

Koordinasi Dakwah Islam, Pedoman Pendidikan Agama Luar Sekolah, (Jakarta: Jaya Raya, 1991) hal. 8

yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan Islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran bacaan, hafalan, dan pemahaman al-Qur’an.

Taman pendidikan al-Qur’an merupakan pengajian anak-anak dalam bentuk baru dengan metode praktis di bidang pengajaran membaca al-Qur’an yang di kelola secara professional.

Materi pendidikan luar sekolah disusun sedemikian rupa dengan berusaha memenuhi aspirasi yang hidup dalam masyarakat. Seperti dalam Peraturan Pemerintah No.55 tahun 2007 tentang Pendidikan Diniyah Nonformal pasal 24 ayat 5; kurikulum pendidikan Al-qur’an adalah

membaca, menulis dan menghafal ayat-ayat Al-qur’an, tajwid, serta

menghafal doa-doa utama.

Taman Pendidikan Al-qur’an mempunyai pengaruh besar terhadap

pendidikan keagamaan anak dalam upaya memberikan pembekalan dasar dan motivasi belajar anak untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi guna meraih prestasi dan mewujudkan cita-cita, juga harapan orang tua, agama dan bangsa.

2. Pengembangan Masyarakat melalui Pendidikan

Pendidikan berbasis masyarakat (community-based education) merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup.Kemunculan paradigma pendidikan berbasis masyarakat dipicu oleh arus besar modernisasi yang menghendaki teciptanya demokratisasi dalam segala dimensi kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan.Mau tak mau pendidikan harus dikelola secara desentralisasi dengan memberikan tempat seluas-luasnya bagi partisipasi masyarakat.

24

a. Konsep Pengembangan Masyarakat

Pendidikan berbasis masyarakat merupakan perwujudan dari demokratisasi pendidikan melalui perluasan pelayanan pendidikan untuk kepentingan masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat menjadi sebuah gerakan penyadaran masyarakat untuk terus belajar sepanjang hayat dalam mengatasi tantangan kehidupan yang berubah-ubah dan semakin berat.

Secara konseptual, pendidikan berbasis masyarakat adalah model

penyelenggaraan pendidikan yang bertumpu pada prinsip “dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat”.Pendidikan dari masyarakat

artinya pendidikan memberikan jawaban atas kebutuhan masyarakat.

Pendidikan oleh masyarakat artinya masyarakat ditempatkan sebagai subyek atau pelaku pendidikan, bukan objek pendidikan.Pada konteks ini, masyarakat dituntut peran dan partisipasi aktifnya dalam setiap program pendidikan.Adapun pengertian pendidikan untuk masyarakat artinya masyarakat diikut seratakan dalam semua program yang dirancang untuk menjawab kebutuhan mereka.16

Secara singkat dikatakan, masyarakat perlu diberdayakan, diberi peluang dan kebebasan untuk mendesain, merencanakan, membiyayai, mengelola dan menilai sendiri apa yang diperlukan secara spesifik di dalam, untuk dan oleh masyarakat sendiri.

b. Konsep Pengembangan Masyarakat Islam

Terbentuknya masyarakat muslim di suatu tempat adalah melalui proses yang panjang, yang di mulai dari terbentuknya pribadi. Pribadi

muslim sebagai hasil dari upaya para da’i.Pengembangan pola pengabdian masyarakat melalui sistim pondok pesantren juga merupakan pedoman kebijakan pemerintah seperti tercermin dalam pembangunan sekarang ini.

16

Sebelum timbulnya sekolah dan universitas yang kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia islam sebenarnya telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan islam yang bersifat nonformal. Lembaga-lembaga ini berkembang bentuk-bentuk lembaga pendidikan nonformal yang semakin luas. Di antara lembaga-lembaga pendidikan islam yang bercorak nonformal tersebut adalah:

1) Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar 2) Pendidikan rendah di istana

3) Toko-toko kitab

4) Rumah-rumah para ulama (ahli ilmu pengetahuan) 5) Majelis atau saloon kesusatraan

6) Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal badwi) 7) Rumah sakit

8) Perpustakaan 9) Masjid17

Dari daftar nama-nama lembaga pendidikan di atas merupakan tempat ibadah.Sama halnya dalam sejarah Islam sejak zaman Nabi Muhammad telah difungsikan rumah ibadah sebagai tempat pendidikan. Rasul menjadikan Masjid Nabawi sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan.

Dengan banyaknya tempat yang dijadikan sebagai sarana pendidikan tentu saja akan terbentuk masyarakat muslim yang lebih kuat dengan pribadi-pribadi muslim bahkan mubaligh. Sejak saat itulah mulai berlangsungnya pendidikan nonformal.

B. Peran Pemuda dalam Pengembangan Masyarakat

Dokumen terkait