• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Performance of IPB Sorghum Breeding Lines)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi terhadap karakter morfologi dan agronomi galur-galur sorgum hasil pemuliaan IPB. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Pemuliaan IPB pada bulan Mei sampai Agustus 2014. Bahan genetik yang digunakan adalah 16 galur sorgum generasi F8 dan enam varietas nasional sebagai pembanding. Karakterisasi karakter morfologi dan agronomi berdasarkan panduan

International Union for The Protection of New Varieties of Plants (UPOV). Hasil penelitian menunjukkan terdapat keragaman karakter morfologi antar galur kecuali pada karakter antosianin pada daun dan putik, lebar daun, kemampuan menyerbuk sendiri, dan bentuk biji. Galur-galur hasil pemuliaan IPB mempunyai tinggi tanaman yang sedang, diameter batang kecil, malai yang pendek dan rapat, serta bobot 1000 biji yang sedang. Informasi deskripsi galur-galur sorgum hasil pemuliaan IPB dapat digunakan untuk menyusun dokumen pendaftaran varietas tanaman.

Kata kunci: Karakterisasi, karakter morfologi dan agronomi,UPOV ABSTRACT

The objective of this study was to obtain information morphological and agronomic traits on IPB sorghum breeding lines. The experiment was conducted at IPB experimental field Leuwikopo and Plant breeding laboratory IPB, from May to August 2014. This experiment used 16 IPB sorghum breeding lines and six national varieties. The characterization of morphological and agronomic traits based on International Union for The Protection of New Varieties of Plants (UPOV). The result showed that there variations in morphological traits between genotypes and check varieties, except in anthocyanin in leaf and stigma, leaf width, self fertility, and grain shape. IPB breeding lines have medium plant height, small stem diameter, short panicle length, dense panicle, and medium 1000 grain weight. Information description of IPB sorghum breeding lines can be used to prepare a document for registration of plant varieties.

Key words: Characterization, morphological dan agronomic traits, UPOV

Pendahuluan

Sorgum merupakan tanaman serelia yang dapat tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan sehingga berpotensi untuk dikembangkan, khususnya pada lahan marjinal di Indonesia. Sorgum dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan, dan bahan industri. Keunggulan lainnya adalah sorgum mempunyai daya adaptasi yang luas, toleran terhadap kekeringan, serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Andriani & Isnaini 2013).

Tantangan utama pengembangan sorgum adalah semakin terbatasnya lahan pertanian dan kompetisi dengan komoditas utama seperti jagung dan kedelai.

12

Sorgum belum termasuk komoditas prioritas sehingga pengembangannya belum luas dan dianggap sebagai komoditas bernilai ekonomi rendah. Oleh karena itu, pengembangan sorgum diarahkan pada lahan marjinal serta banyak tersebar di wilayah timur Indonesia (Subagio & Aqil 2014).

Departemen Agronomi dan Hortikultura telah melakukan pemuliaan sorgum melalui persilangan antar dua tetua dan saat ini diperoleh galur-galur lanjut sorgum yang telah diseleksi di lahan masam. Galur-galur hasil pemuliaan tanaman perlu dikarakterisasi untuk mengetahui keragaan karakternya. Disamping itu, identitas tanaman diperlukan untuk dapat membedakan antara varietas yang satu dengan varietas lainnya berdasarkan perbedaan karakternya masing-masing. International Union for The Protection of New Varieties of

Plants (UPOV) memberikan panduan lengkap untuk karakterisasi

tanaman-tanaman komersial (Kusmana & Sofiari 2007). Karakterisasi dilakukan untuk mendeskripsikan sifat morfologi, agronomi, dan keunikan suatu galur. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai karakter morfologi dan agronomi galur-galur sorgum hasil pemuliaan IPB.

Metode Penelitian Bahan Genetik

Bahan genetik yang digunakan adalah galur-galur generasi F8 hasil persilangan antara UPCA-S1 (peka Al) X Numbu (toleran Al) yang telah diseleksi dilahan masam, yakni: 139-5, 156-8, 48-2, 39-10, 151-3, 89-3, 166-6, 17-10, 4-3, 82-3, 118-3, 139-1, 159-9, 32-8, 118-7, UP/N-124-7 dan enam varietas nasional sebagai pembanding yaitu: Numbu, Kawali, UPCA-S1, Mandau, Samurai 1, dan Pahat.

Waktu dan Tempat

Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB Percobaan dimulai pada bulan di Mei sampai Agustus 2014.

Metode

Penanaman galur dan varietas sorgum dilakukan dengan jarak tanam 70 cm x 10 cm. Setiap galur dan varietas pembanding ditanam sebanyak dua baris dalam satu plot berukuran 12m x 5.5m. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama penyakit. Pupuk yang diberikan adalah Urea, SP-18, dan KCl dengan dosis masing-masing sebesar 150 kg/ha, 200 kg/ha, dan 100 kg/ha. Pupuk urea diberikan dua kali yaitu, 2/3 bagian diaplikasikan pada saat tanam dan 1/3 bagian diaplikasikan pada saat tanaman berumur tiga minggu. Pemanenan dilakukan jika 80% tanaman dari satu galur sudah masak sempurna. Hal tersebut diketahui dengan cara mengigit biji sorgum, jika tidak terdapat cairan atau sudah menjadi tepung, maka sorgum telah masak sempurna.

13 Pengamatan

Karakter pengamatan mengacu pada panduan dari TG (Technical

guide)/122/4 untuk tanaman sorgum (UPOV 2013). Pengamatan dilakukan

menggunakan skoring untuk setiap karakter dari masing-masing galur dan varietas pembanding. Karakter-karakter yang diamati meliputi:

Tabel 1. Karakter morfologi dan agronomi sorgum No Karakter Metode Pengamatan Skoring 1 Intensitas

antosianin koleoptil

Pengamatan pada pangkal bawah batang pada hari ke 14

Sangat lemah (1), lemah (3), sedang (5), kuat (7), sangat kuat (9)

2 Intensitas antosianin daun

Pengamatan pada daun ketiga dari bawah pada hari ke 15

Sangat lemah (1), lemah (3), sedang (5), kuat (7), sangat kuat (9)

3 Intensitas hijau daun

Pengamatan pada daun ketiga dari bawah pada hari ke 45-60

Sangat lemah (1), lemah (3), sedang (5), kuat (7), sangat kuat (9)

4 Warna tulang daun

Pengamatan pada daun ketiga dari atas kecuali daun bendera pada hari ke 45-60

Putih (1), putih kekuningan (2), kuning terang (3), kuning (4), kuning gelap (5), coklat (6) Putih Putih kekuningan Kuning Kuning terang Kuning gelap Coklat 5 Gradasi warna tulang daun ke helai daun

Pengamatan pada daun ketiga dari atas kecuali daun bendera pada hari ke 45-60

Tidak ada (1), kecil (3), sedang (5), besar (7), sangat besar (9)

Tidak ada Kecil Sedang Besar Sangat besar

14

Tabel 1 Karakter morfologi dan agronomi sorgum (lanjutan) No Karakter Metode Pengamatan Skoring 6 Waktu berbunga Pengamatan pada hari

ke 50 dan sebanyak 50% tanaman dalam satu galur sudah berbunga

Sangat genjah (<56 hari) (1), genjah (56-65 hari) (3), sedang (66-75 hari) (5), dalam (76-85 hari) (7), sangat dalam (>85 hari) (9) 7 Intensitas antosianin sekam Pengamatan pada malai bagian tengah pada hari ke 65-69

Sangat lemah (1), lemah (3), sedang (5), kuat (7), sangat kuat (9)

8 Intensitas antosianin putik

Pengamatan pada malai bagian tengah pada hari ke 65-69

Sangat lemah (1), lemah (3), sedang (5), kuat (7), sangat kuat (9)

9 Warna putik Pengamatan pada malai bagian tengah pada hari ke 65-69

Putih (1), kuning terang (2), kuning (3), kuning gelap (4)

Putih Kuning terang Kuning Kuning gelap 10 Panjang putik Pengamatan pada

malai bagian tengah pada hari ke 65-69 Sangat pendek (1), pendek (3), sedang (5), panjang (7), sangat panjang (9) 11 Kemampuan menyerbuk sendiri Malai disungkup sebelum fase berbunga, lalu sungkup dibuka setelah fase berbunga selesai. Pengamatan pada hari ke 65-69. Tidak menyerbuk sendiri (0%-10%) (1), sebagian menyerbuk sendiri (11%-70%) (2), menyeluruh menyerbuk sendiri (71%-100%) (3) 12 Kerapatan malai

pada akhir fase pembungaan

Pengamatan pada malai bagian tengah pada hari ke 65-69

Sangat jarang (1), jarang (3), sedang (5), rapat (7), sangat rapat (9) 13 Warna anter kering Pengamatan pada

malai bagian tengah pada hari ke 70-75 Kuning (1), abu-abu kemerahan (2), jingga (3), jingga kemerahan (4), merah (5), merah kecoklatan (6)

15 Tabel 1 Karakter morfologi dan agronomi sorgum (lanjutan)

20 Panjang cabang malai Pengamatan pada hari ke 75-85 Pendek (< 5.1 cm) (3), sedang (5.1 – 10 cm) (5), panjang (10.1-15 cm) (7), sangat panjang (>15 cm) (9) 21 Kerapatan malai saat matang Pengamatan pada hari ke 92-93

Sangat jarang (1), jarang (3), sedang (5), rapat (7), sangat rapat (9)

22 Bentuk malai Pengamatan pada hari ke 92-93

Piramida terbalik (1), lebar bagian atas (2), lebar bagian tengah (3), lebar bagian bawah (4), piramida (5)

No Karakter Metode Pengamatan Skoring 14 Tinggi tanaman Pengamatan pada

hari ke 75-85 Sangat pendek (<76 cm) (1), pendek (76-150 cm) (3), sedang (151-225 cm) (5), tinggi (226-300 cm) (7), sangat tinggi (>300 cm) (9)

15 Diameter batang Pengamatan pada batang disekitar daun ketiga dari atas pada hari ke 75-85

Kecil (< 2cm) (3), sedang (2-4 cm) (5), besar (> 4 cm) (7) 16 Panjang daun Pengamatan pada

daun ketiga dari atas kecuali daun bendera pada hari ke 75-85 Pendek (< 41 cm) (3), sedang (41-60 cm) (5), panjang (61-80 cm) (7), sangat panjang (>80 cm) (9)

17 Lebar daun Pengamatan pada daun ketiga dari atas kecuali daun bendera pada hari ke 75-85 Sempit (< 4.1 cm) (3), sedang (4.1-6.0 cm) (5), lebar (6.1-8.0 cm) (7), sangat lebar (>8.0 cm) (9)

18 Panjang malai Pengamatan pada hari ke 75-85 Sangat pendek (< 11 cm) (1), pendek (11-20 cm) (3), sedang (20-30 cm) (5), panjang (31-40 cm) (7), sangat panjang (>40 cm) (9) 19 Panjang leher malai Pengamatan pada hari ke 75-85 Sangat pendek (< 5.1 cm) (1), pendek (5.1-10 cm) (3), sedang (10.1-15 cm) (5), panjang (15.1-20 cm) (7), sangat panjang (> 20 cm) (9)

16

Tabel 1 Karakter morfologi dan agronomi sorgum (lanjutan) No Karakter Metode Pengamatan Skoring

Piramida terbalik Lebar bagian atas Lebar bagian tengah Lebar bagian bawah Piramida 23 Warna sekam saat

matang

Pengamatan pada hari ke 92-93

Putih (1), kuning terang (2), kuning (3), coklat (4), merah kecoklatan (5), coklat gelap (6), hitam (7) 24 Panjang sekam Pengamatan pada

hari ke 92-93 Sangat pendek (1), pendek (3), sedang (5), panjang (7), sangat panjang (9) Sangat pendek

Pendek Sedang Panjang Sangat

panjang 25 Warna biji Pengamatan pada

hari ke 92-93

Putih (1), putih keabu-abuan (2), putih kekuningan (3), kuning (4), jingga (5), jingga kemerahan (6), coklat (7), coklat kemerahan (8), coklat gelap (9)

26 Bobot 1000 butir Sangat rendah (< 16

gram) (1), rendah (16-25 gram) (3), sedang (26-35 gram) (5), tinggi (36-45 gram) (7), sangat tinggi (>45 gram) (9)

27 Bentuk biji Narrow elliptic (1), broad

17 Tabel 1 Karakter morfologi dan agronomi sorgum (lanjutan)

No Karakter Metode Pengamatan Skoring

Narrow elliptic Broad elliptic Circular

28 Ukuran embrio Sangat kecil (1), kecil

(3), sedang (5), besar (7), sangat besar (9)

Sangat kecil Kecil Sedang Besar Sangat besar 29 Tekstur endosperma Fully vitreorus (1), ¾ vitreorus (3), ½ vitreorus (5), ¾ farinaceous (7), ½ farinaceous (9) fully vitreous ¾ vitreous half vitreous ¾ farinaceous full farinaceous

30 Warna endosperma Putih (1), kuning muda

(2), kuning (3), jingga (4), ungu (5)

Hasil dan Pembahasan

Karakter Intensitas Antosianin pada Koleoptil, Daun, Putik, dan Sekam Galur-Galur Sorgum Hasil Pemuliaan IPB

Karakter morfologi galur-galur sorgum hanya diamati pada satu lingkungan karena umumnya karakter morfologi merupakan karakter kualitatif. Karakter kualitatif merupakan karakter yang dapat dibedakan berdasarkan kelas atau jenis, dikendalikan oleh satu atau dua gen, dikendalikan oleh gen-gen yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap fenotipe (gen mayor), serta

18

sedikit dipengaruhi oleh lingkungan (Roy 2000; Rommahdi et al. 2015). Hal tersebut mengakibatkan galur-galur sorgum memiliki karakter morfologi yang sama meski diuji di lingkungan yang berbeda.

Pengamatan intensitas antosianin dilakukan pada koleoptil, daun, putik, dan sekam. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa galur-galur sorgum yang diuji mempunyai intensitas antosianin yang beragam pada koleoptil dan sekam (Tabel 2). Hasil pengamatan pada daun dan putik menunjukan bahwa seluruh galur sorgum yang diuji tidak mempunyai antosianin pada daun dan putik, demikian juga pada varietas pembanding.

Tabel 2 Keragaan karakter intensitas antosianin pada koleoptil, daun, putik, dan sekam galur-galur sorgum hasil pemuliaan IPB

No Galur Antosianin

Koleoptil Daun Putik Sekam

1 UP/N-139-5 Sedang Tidak ada Tidak ada Lemah 2 UP/N-156-8 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 3 UP/N-48-2 Sedang Tidak ada Tidak ada Lemah 4 UP/N-39-10 Kuat Tidak ada Tidak ada Lemah 5 UP/N-151-3 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sedang 6 UP/N-89-3 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 7 UP/N-166-6 Lemah Tidak ada Tidak ada Sedang 8 UP/N-17-10 Kuat Tidak ada Tidak ada Sedang 9 UP/N-82-3 Sedang Tidak ada Tidak ada Tidak ada 10 UP/N-118-3 Sedang Tidak ada Tidak ada Tidak ada 11 UP/N-124-7 Lemah Tidak ada Tidak ada Sangat kuat 12 UP/N-159-9 Sedang Tidak ada Tidak ada Tidak ada 13 UP/N-32-8 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sedang 14 UP/N-118-7 Sedang Tidak ada Tidak ada Lemah 15 UP/N-4-3 Lemah Tidak ada Tidak ada Sedang 16 UP/N-139-1 Kuat Tidak ada Tidak ada Tidak ada 17 Samurai 1 Lemah Tidak ada Tidak ada Tidak ada 18 Mandau Sangat kuat Tidak ada Tidak ada Tidak ada 19 Pahat Lemah Tidak ada Tidak ada Tidak ada 20 Numbu Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 21 Kawali Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 22 UPCA-S1 Sedang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Keterangan: Tidak ada = absent, lemah = weak, sedang = medium, sangat kuat =

very strong (UPOV 2013)

Galur-galur sorgum hasil pemuliaan IPB yang diamati mempunyai antosianin pada koleoptil dengan intensitas sangat lemah, lemah, sedang, kuat, dan sangat kuat (Tabel 2). Sebagian besar galur-galur sorgum mempunyai intensitas antosianin koleoptil yang sedang. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan galur dengan varietas pembanding yang memiliki intensitas antosianin lemah seperti Samurai 1 dan Pahat, varietas pembanding dengan intensitas antosianin sedang seperti UPCA-S1, varietas pembanding dengan intensitas antosianin yang kuat seperti Mandau, sedangkan Numbu dan Kawali

19 merupakan varietas pembanding yang tidak mempunyai antosianin pada koleoptil.

Galur-galur sorgum hasil pemuliaan IPB yang diamati mempunyai antosianin pada sekam dengan intensitas sangat lemah, lemah, sedang, kuat, dan sangat kuat. Berdasarkan hasil pengamatan, galur UP/N-124-7 mempunyai intensitas antosianin sekam yang kuat, sedangkan galur UP/N-156-8, UP/N-89-3, UP/N-82-UP/N-89-3, UP/N-118-UP/N-89-3, dan UP/N-159-9 tidak mempunyai antosianin pada sekam. Seluruh varietas pembanding tidak mempunyai antosianin pada sekam.

Gambar 3 Keragaan intensitas antosianin pada koleoptil galur-galur sorgum hasil pemuliaan IPB. (a) galur UP/N-156-8, (b) galur UP/N-118-7, (c) varietas Mandau

Gambar 4 Keragaan intensitas antosianin pada sekam galur-galur sorgum hasil pemuliaan IPB. (a) galur UP/N-159-9, (b) galur UP/N-139-5, (c) galur UP/N-124-7

Antosianin berperan membentuk pigmen warna dan berfungsi sebagai antioksidan, photoprotectors, mekanisme pertahanan, dan menarik polinator (Bailon et al. 2004). Antosianin dapat dipengaruhi secara genetik, perubahan suhu, kekurangan nutrisi, dan serangan patogen (Styen et al. 2002).

Karakter Morfologi Daun Galur-Galur Sorgum Hasil Pemuliaan IPB

Hasil pengamatan pada daun menunjukkan bahwa seluruh galur sorgum hasil pemuliaan IPB mempunyai hijau daun dengan intensitas sedang (Tabel 3). Varietas pembanding mempunyai hijau daun dengan intensitas sedang kecuali Samurai 1, Pahat, dan Kawali. Ketiganya memiliki hijau daun dengan intensitas gelap. Seluruh galur sorgum mempunyai tulang daun berwarna putih kekuningan (yellowish white) serta tidak terdapat gradasi warna antara tulang daun ke helai daun.

a

a b c

20

Tabel 3 Keragaan karakter morfologi daun galur-galur sorgum hasil pemuliaan IPB

No Galur Intensitas hijau

daun Warna tulang daun

Gradasi warna tulang daun ke

helai daun 1 UP/N-139-5 Sedang Putih kekuningan Tidak ada 2 UP/N-156-8 Sedang Putih kekuningan Tidak ada 3 UP/N-48-2 Sedang Putih kekuningan Tidak ada 4 UP/N-39-10 Sedang Putih kekuningan Tidak ada 5 UP/N-151-3 Sedang Putih kekuningan Tidak ada 6 UP/N-89-3 Sedang Putih kekuningan Tidak ada 7 UP/N-166-6 Sedang Putih kekuningan Tidak ada 8 UP/N-17-10 Sedang Putih kekuningan Tidak ada 9 UP/N-82-3 Sedang Putih kekuningan Tidak ada 10 UP/N-118-3 Sedang Putih kekuningan Tidak ada 11 UP/N-124-7 Sedang Putih kekuningan Tidak ada 12 UP/N-159-9 Sedang Putih kekuningan Tidak ada 13 UP/N-32-8 Sedang Putih kekuningan Tidak ada 14 UP/N-118-7 Sedang Putih kekuningan Tidak ada 15 UP/N-4-3 Sedang Putih kekuningan Tidak ada 16 UP/N-139-1 Sedang Putih kekuningan Tidak ada

17 Samurai 1 Gelap Kuning terang Tidak ada

18 Mandau Sedang Kuning terang Tidak ada

19 Pahat Gelap Kuning terang Tidak ada

20 Numbu Sedang Putih kekuningan Tidak ada

21 Kawali Gelap Kuning terang Tidak ada

22 UPCA-S1 Sedang Putih kekuningan Tidak ada Keterangan: Sedang = medium, gelap = dark, putih kekuningan = yellowish

white, kuning terang = medium yellow, tidak ada = absent (UPOV 2013).

Galur-galur sorgum yang diuji tidak mempunyai tulang daun berwarna coklat (brown midrib), demikian pula pada varietas pembanding. Tulang daun berwarna coklat (brown midrib) merupakan salah satu target pemulian tanaman sorgum, karena dapat menghambat sintesis lignin dan merubah komposisi lignin (Sattler et al. 2010). Reduksi lignin menjadi target penting dalam perbaikan pakan dan bioenergi (Sattler et al. 2010).

Galur-galur sorgum hasil pemuliaan IPB mempunyai daun yang sangat panjang dan lebar (Tabel 4). Karakter panjang dan lebar daun disebabkan oleh faktor genetik. Xiao-ping et al. (2011) menyatakan, gen pengendali panjang daun terletak di kromosom 6 dan 10 dan menunjukkan efek over dominan. Gen pengendali karakter lebar daun terletak pada kromosom no 1, 6, dan 4 dengan aksi gen dominan, dominan sebagian, dan aditif.

21 Tabel 4 Keragaan karakter lebar dan panjang daun galur-galur sorgum hasil

pemuliaan IPB

No Galur Lebar

(cm) Kategori

Panjang

(cm) Kategori 1 UP/N-139-5 9.2 Sangat Lebar 91.5 Sangat panjang 2 UP/N-156-8 8.7 Sangat Lebar 86.4 Sangat panjang 3 UP/N-48-2 9.4 Sangat Lebar 89.0 Sangat panjang 4 UP/N-39-10 9.2 Sangat Lebar 95.3 Sangat panjang 5 UP/N-151-3 8.6 Sangat Lebar 87.4 Sangat panjang 6 UP/N-89-3 8.2 Sangat Lebar 92.3 Sangat panjang 7 UP/N-166-6 8.2 Sangat Lebar 92.6 Sangat panjang 8 UP/N-17-10 9.2 Sangat Lebar 85.6 Sangat panjang 9 UP/N-82-3 8.4 Sangat Lebar 92.5 Sangat panjang 10 UP/N-118-3 8.4 Sangat Lebar 96.5 Sangat panjang 11 UP/N-124-7 7.9 Lebar 85.2 Sangat panjang 12 UP/N-159-9 8.9 Sangat Lebar 94.4 Sangat panjang

13 UP/N-32-8 8.0 Lebar 84.0 Sangat panjang

14 UP/N-118-7 9.0 Sangat Lebar 97.5 Sangat panjang 15 UP/N-4-3 8.8 Sangat Lebar 82.5 Sangat panjang 16 UP/N-139-1 8.4 Sangat Lebar 88.4 Sangat panjang

17 Samurai 1 7.2 Lebar 72.0 Panjang

18 Mandau 6.9 Lebar 76.0 Panjang

19 Pahat 8.6 Sangat Lebar 81.8 Sangat panjang 20 Numbu 8.2 Sangat Lebar 89.4 Sangat panjang 21 Kawali 8.8 Sangat Lebar 81.4 Sangat panjang 22 UPCA-S1 8.2 Sangat Lebar 92.4 Sangat panjang Keterangan: Lebar = 6.1-8.0 cm, sangat lebar = > 8.0 cm, panjang = 61-80 cm,

sangat panjang = > 80 cm (Elangovan et al. 2014)

Karakter Morfologi Bunga Galur-Galur Sorgum Hasil Pemuliaan IPB Hasil pengamatan menunjukkan bahwa galur-galur sorgum hasil pemuliaan IPB mempunyai umur berbunga lebih genjah dibanding varietas pembanding (Tabel 5). Sebagian besar galur sorgum mempunyai umur berbunga yang genjah kecuali galur UP/N-39-10 dan UP/N-17-10 yang mempunyai umur berbunga yang sedang. Galur-galur sorgum hasil pemuliaan IPB mempunyai umur berbunga berkisar 56-65 hari. Umur berbunga genjah merupakan target pemuliaan tanaman, karena berhubungan dengan umur panen yang lebih cepat (Nur 2013).

Fase pembungaan sorgum sensitif terhadap suhu tinggi dan suhu rendah. Suhu tinggi (40oC) menyebabkan terhambatnya kemunculan malai, penurunan tinggi tanaman, jumlah biji, ukuran biji, dan indeks panen (Prasad et al. 2008). Adapun suhu rendah 15oC (siang) dan 23oC (malam) dapat menurunkan vigor benih, klorofil daun, serta terhambatnya fase berbunga dan pengisian malai (Maulana & Tesso 2013).

22

Tabel 5 Keragaan karakter umur berbunga galur-galur sorgum hasil pemuliaan IPB

No Galur Umur berbunga

(hari) Kategori 1 UP/N-139-5 64 Genjah 2 UP/N-156-8 60 Genjah 3 UP/N-48-2 64 Genjah 4 UP/N-39-10 70 Sedang 5 UP/N-151-3 64 Genjah 6 UP/N-89-3 56 Genjah 7 UP/N-166-6 60 Genjah 8 UP/N-17-10 66 Sedang 9 UP/N-82-3 59 Genjah 10 UP/N-118-3 56 Genjah 11 UP/N-124-7 64 Genjah 12 UP/N-159-9 64 Genjah 13 UP/N-32-8 60 Genjah 14 UP/N-118-7 62 Genjah 15 UP/N-4-3 68 Genjah 16 UP/N-139-1 56 Genjah 17 Samurai 1 66 Sedang 18 Mandau 65 Genjah 19 Pahat 65 Sedang 20 Numbu 69 Sedang 21 Kawali 70 Sedang 22 UPCA-S1 68 Sedang

Keterangan: Genjah = 56 – 65 hari, sedang = 66 – 75 hari (Elangovan et al. 2014)

Gambar 5 Karakter warna putik galur sorgum dan varietas pembanding (a) galur UP/N-124-7 warna putik: kuning terang, (b) varietas Mandau warna putik: putih

Hasil pengamatan pada karakter putik menunjukkan bahwa galur-galur sorgum hasil pemuliaan IPB mempunyai putik berwarna putik (Whitish), kuning terang (medium yellow), dan kuning muda (light yellow).

23 Tabel 6 Keragaan morfologi bunga galur-galur sorgum hasil pemuliaan IPB

No Galur Warna putik Panjang

putik

Warna benang sari kering

1 UP/N-139-5 Putih Sedang Jingga

2 UP/N-156-8 Kuning muda Pendek Jingga

3 UP/N-48-2 Putih Pendek Jingga

4 UP/N-39-10 Kuning terang Pendek Jingga

5 UP/N-151-3 Putih Pendek Coklat kemerahan

6 UP/N-89-3 Kuning muda Pendek Jingga kemerahan 7 UP/N-166-6 Kuning muda Pendek Jingga

8 UP/N-17-10 Kuning muda Sedang Kuning terang 9 UP/N-82-3 Kuning terang Sedang Jingga kemerahan 10 UP/N-118-3 Kuning muda Pendek Jingga kemerahan 11 UP/N-124-7 Kuning terang Pendek Jingga

12 UP/N-159-9 Putih Pendek Jingga

13 UP/N-32-8 Kuning muda Pendek Coklat kemerahan 14 UP/N-118-7 Kuning terang Pendek Jingga kemerahan

15 UP/N-4-3 Putih Pendek Jingga

16 UP/N-139-1 Putih Pendek Jingga

17 Samurai 1 Putih Sedang Jingga

18 Mandau Putih Sedang Jingga kemerahan

19 Pahat Putih Pendek Jingga

20 Numbu Kuning muda Pendek Coklat kemerahan

21 Kawali Putih Pendek Kuning terang

22 UPCA-S1 Kuning muda Pendek Jingga kemerahan Keterangan: Putih = whitish, kuning muda = light yellow, kuning terang =

medium yellow, pendek = short, sedang = medium, jingga =

orange, jingga kemerahan = orange red, coklat kemerahan = red

brown (UPOV 2013).

Sebagian besar galur-galur sorgum yang diuji memiliki panjang putik yang pendek kecuali galur UP/N-139-5 dan UP/N-82-3 yang memiliki panjang putik sedang (Tabel 6). Panjang putik dipengaruhi lingkungan (Lopez et al. 2010a) dan berkorelasi rendah dengan perkecambahan polen dan pertumbuhan tabung polen (Lopez et al. 2010b).

Karakter Morfologi Malai dan Biji Galur-Galur Sorgum Hasil Pemuliaan IPB

Berdasarkan panduan UPOV (2013), karakter leher malai terbagi menjadi lima kategori yakni sangat pendek, pendek, sedang, panjang, dan sangat panjang. Hasil pengamatan pada karakter leher malai menunjukkan bahwa galur sorgum mempunyai leher malai yang tergolong sangat pendek (delapan galur), pendek (satu galur), dan sedang (tujuh galur) (Tabel 7). Leher malai kategori sedang dan panjang merupakan karakter yang dinginkan oleh pemulia sorgum karena leher malai yang sedang dan panjang menyebabkan malai keluar dengan sempurna dan memudahkan pada saat panen (Berenji et al. 2011).

24

Bentuk malai sorgum berdasarkan deskripsi UPOV (2013) terdiri dari lima kriteria yaitu: piramid terbalik, lebar bagian atas, lebar bagian tengah, lebar bagian bawah, dan piramida. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lima galur mempunyai bentuk malai lebar bagian atas (broard upper part), delapan galur mempunyai bentuk malai lebar bagian tengah (broard middle part), dan tiga mempunyai bentuk malai lebar bagian bawah (broard lower part) (Tabel 7). Tabel 7 Keragaan leher dan bentuk malai galur-galur sorgum hasil pemuliaan

IPB

No Galur Panjang leher

malai (cm) Kategori Bentuk malai 1 UP/N-139-5 11.0 Sedang Lebar bagian tengah 2 UP/N-156-8 6.0 Pendek Lebar bagian atas 3 UP/N-48-2 4.5 Sangat pendek Lebar bagian tengah 4 UP/N-39-10 4.0 Sangat pendek Lebar bagian tengah 5 UP/N-151-3 12.0 Sedang Lebar bagian tengah

6 UP/N-89-3 13.5 Sedang Lebar bagian tengah

7 UP/N-166-6 12.5 Sedang Lebar bagian bawah

8 UP/N-17-10 4.5 Sangat pendek Lebar bagian tengah 9 UP/N-82-3 4.0 Sangat pendek Lebar bagian atas 10 UP/N-118-3 3.5 Sangat pendek Lebar bagian atas 11 UP/N-124-7 14.3 Sedang Lebar bagian bawah 12 UP/N-159-9 4.4 Sangat pendek Lebar bagian bawah 13 UP/N-32-8 14.6 Sedang Lebar bagian tengah 14 UP/N-118-7 13.7 Sedang Lebar bagian tengah 15 UP/N-4-3 4.0 Sangat pendek Lebar bagian atas 16 UP/N-139-1 5.0 Sangat pendek Lebar bagian atas 17 Samurai 1 11.6 Sedang Lebar bagian tengah

18 Mandau 15.8 Panjang Piramida

19 Pahat 4.0 Pendek Lebar bagian tengah

20 Numbu 5.0 Pendek Lebar bagian tengah

21 Kawali 10.5 Sedang Lebar bagian tengah

22 UPCA-S1 4.8 Sangat pendek Piramida terbalik Keterangan: Sangat pendek = <5.1 cm, pendek = 5.1-10 cm, sedang = 10.1-15

cm (Elangovan et al. 2014)

Karakter panjang cabang malai berdasarkan deskripsi UPOV (2013) terbagi

Dokumen terkait