• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode pemulusan eksponensial tunggal (single exponential smoothing) Metode pemulusan eksponensial adalah suatu teknik perataan bergerak yang

3.4 Metode Analisis Data

3.4.2 Metode pemulusan eksponensial tunggal (single exponential smoothing) Metode pemulusan eksponensial adalah suatu teknik perataan bergerak yang

pembobotannya terhadap data historis untuk menentukan angka prakiraan yang diberikan secara eksponensial (Ishak, 2010). Pada teknik pemulusan eksponensial terdapat satu atau lebih parameter pemulus yang harus ditetapkan, dan pemilihan nilai parameter ini akan menentukan seberapa besar bobot yang diberikan terhadap data historis. Semua parameter pemulus berkisar antara 0 dan 1 (Machfud, 2009). Pada penelitian ini, digunakan parameter pemulus (α) 0,1; 0,5; dan 0,9.

Data yang diolah dengan menggunakan metode ini adalah data jumlah unit persediaan produk ikan segar yang ada di Giant, Botani Square dalam 1 tahun terakhir. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Menyiapkan data aktual jumlah unit persediaan produk ikan segar yang ada di Giant, Botani Square dalam 1 tahun terakhir dengan hitungan per minggu (hari).

2) Memasukkan data tersebut ke dalam program Microsoft Excel, setelah itu data tersebut diplot (setiap hari per minggu untuk setiap bulan).

3) Menentukan prakiraan jumlah unit menggunakan parameter pemulus (α) 0,1; 0,5; dan 0,9. Adapun rumus prakiraan dengan metode pemulusan eksponensial tunggal adalah sebagai berikut (Ishak, 2010):

 

t t 1 t α.X 1 α .F F    Keterangan:

Xt = data permintaan pada periode t α = faktor/konstanta pemulusan Ft = peramalan untuk periode t Ft+1 = peramalan untuk periode t+1

4) Mengukur ketelitian dari prakiraan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Herjanto, 2007): a. Kesalahan rata-rata n e AE

i

b. Rata-rata penyimpangan absolut

n e M AD

i

c. Rata-rata kesalahan kuadrat

n e M SE 2 i

d. Rata-rata persentase kesalahan absolut

n 100 X e M APE i i

 

Keterangan: semakin kecil nilai MAPE, maka prakiraannya semakin baik.

3.4.3 Peta kendali p

Sistem pengendalian kualitas produk ikan segar di Giant, Botani Square dianalisis dengan menggunakan peta kendali p. Peta kendali p digunakan untuk perhitungan proses penurunan kualitas ikan (proporsi cacat). Tujuan pembuatan peta kendali adalah untuk menetapkan apakah setiap titik pada grafik normal atau tidak normal (Grant dan Leavenworth, 1994). Peta kendali p digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan proporsi dari produk ikan segar yang tidak memenuhi kualitas untuk dijual di Giant, Botani Square. Fungsi dibuatnya proporsi ikan yang tidak memenuhi kualitas untuk dijual didefinisikan sebagai rasio banyaknya ikan dalam contoh yang tidak memenuhi syarat spesifikasi mutu. Ciri-ciri organoleptik menurut Divisi Seafood Giant, Botani Square dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Ciri-ciri organoleptik menurut Divisi Seafood Giant, Botani Square No. Jenis Produk Bagian Ikan Segar Ikan Mulai Busuk

1. Ikan Mata Berwarna putih

cerah dan

cembung

Terdapat darah/berwarna merah darah pada

matanya dan sudah tidak cembung

Kulit Kulit berwarna cerah

Berwarna pucat pudar dan sedikit berlendir pada ikan tertentu

Sisik Masih tidak mudah terlepas

Mudah terlepas

Insang Berwarna merah darah dan cerah, sedikit berlendir tapi tidak lengket

Berwarna coklat tua, kering, dan berbau tidak sedap 2. Udang Kulit dan daging Masih keras/kenyal, berwarna cerah Lembek Kepala dan badan Masih menempel kokoh

Hampir lepas dan berwarna merah muda suram dan tidak cerah 3. Cumi-cumi Daging Masih

keras/kenyal Lembek Kulit Masih keras/kenyal dan warna kulitnya cerah keputihan Berwarna merah kecoklatan, cenderung mudah sobek, dan bau tidak sedap

Kepala dan badan

Menempel kokoh Mudah dilepaskan

4. Kepiting Mata Berwarna hitam pekat, tegak kuat keluar dari tempurungnya, masuk dengan cepat bila matanya disentuh,

gerakannya kuat dan cepat

Warna kecoklat-coklatan, lambat gerakannya, dan berbau tidak sedap

5. Kerang Warna cerah

merah darah, sedikit lendir, cepat tertutup pada saat disentuh

Tidak berwarna bersih, selalu terbuka/tertutup, tidak tertutup pada saat disentuh, dan berbau busuk/tidak sedap.

Menurut Grant dan Leavenworth (1994) ada beberapa langkah yang dilakukan dalam membuat peta kendali p, yaitu:

1) Mencatat data untuk setiap subgrup tentang jumlah ikan yang diperiksa dan jumlah ikan yang ditolak karena tidak sesuai dengan spesifikasi.

2) Menghitung p p = n ri subgrup dalam diperiksa yang Jumlah subgrup dalam ditolak yang Jumlah 

3) Menghitung p, rata-rata bagian yang ditolak

p =

m ri tertentu periode selama diperiksa yang n Keseluruha tertentu periode selama ditolak yang n Keseluruha

p = keseluruhan yang ditolak.

4) Menghitung batas-batas kendali percobaan untuk setiap percobaan berdasarkan rata-rata bagian yang ditolak dan diamati. Formulasi batas kendali ditentukan sebagai berikut:

BA =

 

n p 1 p 3 p   GT = p BB =

 

n p 1 p 3 p   Keterangan : BA = Batas Atas GT = Garis Tengah BB = Batas Bawah

5) Memplotkan setiap titik, setelah diperoleh batas-batas kendali percobaan segera setelah dihitung dan diperhatikan proses tersebut berada dalam kendali atau di luar kendali.

Keterangan: Jika p berada di luar batas atas peta kendali, maka diputuskan melakukan tindakan korektif terhadap proses pengendalian karena berada di luar kendali.

Penentuan dan perhitungan jumlah produk cacat dilakukan oleh Divisi Seafood Giant, Botani Square. Data yang diperoleh untuk analisis ini merupakan

data yang dimiliki Divisi Seafood Giant, Botani Square sehingga tidak dilakukan uji organoleptik lebih lanjut.

3.4.4 Diagram sebab-akibat

Diagram sebab-akibat ini digunakan untuk menemukan penyebab persoalan serta akibat yang ditimbulkannya sehingga dapat ditanggulangi dalam pengendalian kualitas produk ikan segar, yaitu produk ikan segar yang termasuk dalam kelompok A (sesuai dengan yang diperoleh dalam metode analisis ABC). Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Menentukan karakteristik mutu. Karakteristik inilah yang harus diperbaiki dan dikendalikan serta menemukan penyebab permasalahan yang ada (penyebab utama).

2) Menuliskan karakteristik kualitas pada sisi kanan. Kemudian, gambar panah besar dari sisi kiri ke kanan.

3) Menuliskan faktor utama yang mungkin menyebabkan karakteristik mutu. Mengarah panah cabang ke panah utama. Disarankan untuk mengelompokkan faktor penyebab yang mempunyai kemungkinan besar terhadap dispersi ke dalam item-item.

4) Pada setiap item cabang, tulis faktor rinci ke dalamnya yang dianggap sebagai penyebab, menyerupai ranting. Pada setiap ranting tulis faktor lebih rinci untuk membuat cabang yang lebih kecil. Faktor yang lebih rinci untuk membuat cabang yang lebih kecil dapat disebut sebagai faktor cabang atau faktor penyebab akar dari suatu karakteristik mutu. Bila tidak ditulis maka tidak dapat membantu untuk menemukan penyebab permasalahan tersebut.

Kualitas

Kualitas Faktor PenyebabUtama

5) Melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa semua item yang mungkin menjadi penyebab permasalahan telah masuk ke dalam diagram. Bila tercantum dan hubungan sebab-akibat telah digambarkan dengan tepat, maka diagram tersebut telah lengkap.

Faktor Penyebab Faktor Penyebab Akar

Kualitas Faktor Penyebab Utama