• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISA DATA

VI. Penampilan sosial

Penampilan sosial sangat menentukan apakah seseorang akan diterima dengan baik dilingkungan sosialnya. Cara berperilaku adalah suatu hal yang sangat menetukan seseorang itu diterima atau tidak. Sesuai dengan wawancara yang dilakukan peneliti kepada Erna :

“Bahwa pertama sekali aku sampai ke Karya Murni, aku sangat tertutup dan tidak mau berinteraksi dengan yang lain dan hanya diam saja seperti orang yang

tidak mengenal orang, tetapisesudah lama berada di sana maka mereka mulai di ajarkan untuk dapat bergabung dan berperilku yang wajar dan baik. Semua ini mereka dapatkan dari Sekolah dan panti asuhan”.

Sesuai observasi peneliti melihat bahwa cara berperilaku mereka sangat baik dan dapat diterima oleh banyak orang disekeliling mereka selalu di ajarkan cara berperilaku yang sopan dan hormat pada orang lain. Seperti yang dialami oleh peneliti pada saat baru saja bertemu dengan mereka, peneliti merasa sangat salut sekali pada mereka karena mereka memilki rasa sopan santun pada saat baru pertama sekali berjumpa dengan peneliti. Dan siapa saja yang berjumpa dengan orang yang belum mereka kenal, mereka selalu ingin kenalan. Karena sikap mereka itu maka orang-orang yang ada di sekeliling mereka selalu menolong mereka jika ada hal yang mereka anggap sangat sulit sekali contohnya pada saat menyeberang jalan pada saat pulang sekolah dan pada saat mereka ingin menyetop angkutan maka orang yang disekeliling mereka sering sekali membantu mereka itu diakibatkan karena mereka menunjukkan hal yang baik juga pada masyarakat di sekeliling mereka.

Seperti penuturan Robert yang harus naik angkot setiap harinya kesekolah yang harus dengan naik angkot dan menyeberang mengatakan :

“Kalau kami mau menyeberang jalan kalau padat sekali angkutan dan kalau kami dah lama berdiri, belum juga bisa lewat kami sering di tanya orang mau ngapain, baru dah gitu kami sering di sebrangkan orang dan sering juga di naikkan ke angkot”.

Hal ini dilakukan orang lain kepada mereka, karena mereka tidak pernah bersikap kasar kepada orang lain, sehingga membuahkan hasil yang baik bagi mereka.

Gerakan fisik mereka juga merupakan suatu penampilan sosial, tetapi wajar bagi anak yang tunanetra tidak memilki gerakan seperti yang diharapkan oleh orang-orang tetapi karena mereka tidak dapat melihat maka gerakan fisik mereka juga terhambat terutama pada saat pertama sekali mereka untuk menghadapinya, tetapi sesuai

dengan observasi peneliti bahwa gerakan fisik mereka tidak digolongkan kedalam lambat. Karena dalam mengerjakan sesutu pada lokasi sekolah atau pada panti asuhan mereka melakukan gerakan seperti orang awas. Seperti pada sekolah mereka bahwa mereka sudah tidak ragu lagi untuk melakukan gerakan untuk naik dan turun tangga dengan cepat sekali dan untuk berpindah ke tempat lain juga mereka tidak terlihat seperti orang yang tidak dapat melihat atau oarang tunanetra.

Dan dalam hal mengerjakan pekerjaan di panti juga mereka tidak takut dan tidak ragu lagi. Bahkan pekerjaan mereka sudah dibagi oleh para pegawai dan para suster seperti halnya mencuci piring, mengepel, menyuci pakaian sendiri bagi para remaja dan bagi anak-anak mereka sudah memiliki pekerjaan seperti hanya menyuci piring, mengepel dan menyapu dengan tujuan agar mereka dapat mengerjakan pekerjaan yang menyangkut hal yang pribadi.

Jika dilihat juga dari cara berpakaian mereka, mereka tidak termasuk dalam orang yang asal-asalan, tetapi mereka dapat berpakaian dengan rapi walaupun sesekali mereka berpakaian terbalik tetapi hal ini sering terjadi pada anak-anak dan pada anak remaja yang sudah terburu-buru karena terlambat.

Keterampilan ini juga tidak hanya di ajarkan di panti asuhan tetapi juga di ajarkan di sekolah yaitu dari mulai kelas 1-2 SD dalam mata pelajaran ADL yaitu latihan mandi dan latihan untuk berpakaian dengan benar. Pakaian mereka juga selalu bersih dan rapi karena jika tidak maka Suster akan menegor mereka agar tidak terbiasa memakai pakaian yang asal saja. Tujuannya agar mereka dapat berpenampilan rapi seperti yang diharapkan orang banyak khususnya orang yang mengenal mereka.

Hanya pada anak-anak saja karena pada mereka yang sudah remaja sudah tidak lagi karena apbila mereka melakukan pada saat mereka masih kecil maka guru disekolah dan pegawai serta suster yang melihat akan menegornya itulah yang membuat mereka tidak melakukan hal ini lagi dan sudah terbiasa. Seperti yang dikatakan oleh Bandura (1986) bahwa gerakan fisik yang tidak normal tersebut yang dikenal dengan istilah blindism hal ini juga bisa dihilangkan apabila ada yang menegor mereka untuk tidak melakukannya lagi yang apabila sudah sering ditegor maka mereka akan menghilangkan kebiasaan itu (Bandura, 1986).

Pada saat ini pulalah tugas dari para pegawai, guru, dan suster mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengajarkannya bagi mereka dan hasil yang sudah terdapat pada anak tunanetra tersebut mereka sudah dapat mengerjakan pekerjaan dan melangkahkan kakinya untuk bergerak dan berpindah dari suatu tempat ketempat lain juga tidak ragu lagi. Hal ini juga berkat latihan-latihan yang diberikan kepada mereka dan berkat pengetahuan dan pendidikan pulalah mereka dapat menyadari kelemahan mereka sehingga mereka dapat mempergunakan hal yang dapat mereka gali dalam diri mereka dan mereka latih sehingga mereka dapat mengerjakan hal yang mereka inginkan.

Seperti yang telah di lihat atau diamati dan yang melalui wawancara peneliti maka penelitian dapat menyimpulkan bahwa mereka sudah dapat dikatakan sebagai anak yang mandiri karena dalam hal apa saja mereka tidak selalu bergantung pada orang lain tetapi mengerjakannya dengan sendiri dan jika sudah mulai tidak bisa lagi maka mereka akan minta tolong pada orang lain.

Dan dalam hal pendidikan mereka juga tidak ketinggalan karena mereka juga sama dengan anak yang awas dan dalam hal keterampilan mereka juga banyak yang mereka kuasai oleh sebab itu mereka sudah dapat mandiri jika di hadapkan dengan persaingan dan bagi mereka juga jika sudah menginjak bangku SMA maka mereka akan di sekolah inklusi hal ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Oleh sebab itu faktor utama yang mendukung dalam kemadirian mereka adalah sekolah sebagai sarana untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan, panti asuhan sebagai wadah yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan mereka dalam hal membangun rasa percaya diri yang kuat dan sarana untuk menciptakan tunanetra sebagai individu yang dapat berharga dan mempunyai kemandirian dan menggali keahlian yang lain dari diri mereka untuk menutupi kelemahan mereka. Dan lingkungan juga merupakan alat yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian mereka dan lingkungan mereka juga mendukung untuk membawa mereka kearah perkembangan dan menghilangkan hal yang negatif dalam diri mereka, sehingga mereka dapat untuk hidup mandiri.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait