• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISA DATA

II. Perkembangan motorik

Dalam hal perkembangan motorik mereka tidak digolongkan lambat, karena mereka untuk berjalan dan berpindah pindah mereka tidak lagi kau dan ragu apalagi tempat yang sudah sering mereka jalani, tetapi pada tempat yang pertama sekali

mereka jalani mereka masih mau juga meraba-raba jalan. Misalnya saja kemampuan berjalan mereka dari sekolah ke panti, karena mereka sudah biasa sehingga mereka berjalan sudah seperti layaknya anak awas. Kemampuan motorik mereka ini juga dilatih dengan adanya mata pelajaran orientasi mobilitas sehingga mereka lebih percaya diri.

Misalnya berupa suara, mereka sudah mengenal seseorang itu dari jenis suaranya dan dari suara ini juga mereka mampu mendeteksi tentang arah dan sumber bunyi itu.

Misalnya saja penuturan seorang guru TK Eva mengatakan bahwa :

“Mereka ini pertama sekali aku melihat sangat heran karena mereka dapat mengenal kita dari suara dan langkah kaki kita, seperti yang saya lakukan sekarang, saya sering memanggil nama mereka dan memberikan tepukan tangan saja mereka mengetahui akan sumber dari suara dan mereka langsung datang kearah suara itu itu berati mereka mengetahui kita ada dimana”.

Dari segi bentuk , mereka mengetahuinya dengan cara meraba, contohnya saja buah apel, mereka hanya tahu bahwa bentuk apel tersebut bulat namun bentuk yang sebenarnya mereka tidak mengetahui seperti apa. Dan seperti halnya juga motor, mereka mengenal motor tetapi tidak mengetahui bagaimana bentuk motor itu yang sesungguhnya hanya mengetahui sampai sejauh mana tangan mereka menjangkaunya.

Seperti penuturan Bale anak TK mengatakan bahwa :

“Bentuk mobil itu seperti rumah karena mobilkan ada kursinya baru ada juga atapnya dan ada juga kursinya dan besar lagi”.

Hal inilah maka dikatakan bahwa anak tunanetra tahu tetapi yang sebenarnya mereka tidak tahu.

Pada sebagian anak-anak, koordinasi badan mereka yang sering menunjukkan hal yang sering tidak memiliki arti seperti halnya menusuk-nusuk jari tangan kemata

Seperti pada foto/gambar 3 di bawah ini:

Menurut penuturan Ibu K.Sembiring mengatakan bahwa :

“Hal itu mereka lakukan karena kepuasan mereka, jadi kalau mereka melakukan hal itu mereka merasa sangat senang sekali, tetapi mereka tidak mengetahui akibat yang terjadi bila mereka menusuk-nusuk mata yang merusak mata mereka dan dapat mengakibatkan luka pada mata”.

Pada saat bermain juga mereka tidak takut untuk melompat kesana-kemari karena mereka sudah terbiasa untuk bergerak seperti pada foto/gambar 4 di bawah ini :

Sedangkan dari segi kesehatan, mereka sanagt peka sekali atau sensitif dengan penyakit gatal-gatal. Oleh sebab itu yang dilakukan oleh yayasan ini adalah mereka melakukan pemeriksaan bagi mereka sekali sebulan agar tidak terjadi lagio hal yang tidak di inginkan itu, sebab bagi anak-anak tersebut akan cepat sekali menular ke teman-temannya.

III. Perkembangan olah raga

Perkembangan olah raga mereka ini juga di tunjukkan dengan, kemampuan mereka untuk mampu berbelanja keluar seperti halnya ke swalayan yang ada dekat dengan sekeliling mereka itu, hal in juga di perbolehkan oleh Suster karena dapat mengembangkan rasa percaya diri mereka dan memliki prinsip bahwa mereka jga sama dengan anak yang awas.

Dalam permainan juga merupakan perkembangan olah raga mereka dapat di kembangkan seperti halnya, untuk dapat mengajari mereka mengetahui akan aturan dan norma dalam bersosialisasi.

Menurut penuturan dari pegawai Panti Asuhan yaitu Lorent mengatakan bahwa : “Mereka ini serinng juga dibawa oleh para Suster khususnya anak-anak yang

masih kecil atau SD, dibawa untuk bermain seperti halnya ketempat rekreasi yang sekaligus juga sebagai tempat untuk rohani seperti ke Plangkani”.

Disekolah juga mereka ini di bawa oleh para guru untuk bermain-main ke kolam renang untuk menunjukkan kepada mereka bahwa mereka ini juga sama dengan anak awas yang bisa bermain di luar dan bukan hanya di sekolah dan di panti asuhan saja. Pada foto/gambar 6 di bawah ini terlihat bahwa mereka sangat senang sekali berenang yang dibawa oleh guru pada saat jam pelajaran olah raga :

Dan ekspresi yang sering mereka tunjukkan pada saat mereka senang yaitu dengan melompat-lompat, seperti pada foto/gambar 5 di bawah ini :

Foto di atas juga menunjukkan betapa lancarnya mereka untuk bergerak dan bermain. Dan dapat dikatakan bahwa mereka tidak akan ragu lagi dalam hal pergerakan atau digolongkan kedalam olah raga dan dapat di golongkan ke dalam individu yang mandiri.

Olahraga juga merupakan keterampilan yang sering mereka ikuti seperti Turnamen atau perlombaan misalnya turnamen catur, lompat jauh, vokal dan atletik yang lainnya bahkan dari segi prestasi mereka sering mengalahkan anak awas (mereka sering mendapatkan juara) yang bukan hanya dari tingkat Propinsi melainkan dari tingkat nasional. Tujuan dari kegiatan ini juga dilakukan untuk membantu mereka untuk memahami bahwa mereka adalah bagian integral atau salah satu dari masyarakat yang memiliki hak yang sama seperti anggota masyrakat yang lainnya dan menunjukkan keahlian mereka pada orang awas/lain. Seperti pada bulan

Oktober kemarin itu Risa di bawa oleh guru olahraga (Pak Ramlan) mereka untuk bertanding ke Bogor untuk mengikuti Porcanas dengan hasil yang membanggakan.

Seperti penuturan Pak Ramlan kepada seluruh siswa dan guru serta suster di sekolah, mengatakan :

“Risa adalah orang yang termasuk oarang yang mempunyai semangat yang besar karena kami pada waktu di sana hujan terus turun , walaupun hujan tetapi ia tetap semangat dan ada usaha dalam dirinya untuk menang”.

I V. Perkembangan ungkapan kreatif

Keterampilan merupakan hal yang sangat mendukung dalam perkembangan dan keahlian mereka. Selain pengetahuan keterampilan juga memegang peranan yang sangat penting sekali. Sesuai dengan penuturan Suster kepala bahwa :

“Awalnya mereka adalah orang tidak memilki apapun dalam hidupnya mengenai keterampilan dan kesenian serta pendidikan yang akhirnya mereka peroleh setelah mereka berada di Karya Murni, Keterampilan yang diberikan di sekolah dan dipanti asuhan memiliki macaman seperti massage, olahraga, musik, vokal, komputer dan keterampilan kerajinan tangan. Di tempat ini keterampilan bagi anak-anak tidak dibatasi mau menguasai berapa saja sehingga pada satu orang bisa menekuni beberapa bidang”.

Seperti yang terlihat pada foto/gambar 8 di bawah ini, mereka melakukan latihan keterampilan di sekolah:

Penuturan Erna bahwa :

“Massage kan keterampilan ini sangat bermanfaat bagi kami dan merupakan masa depan bagi mereka untuk menghasilkan uang yaitu seperti setelah tamat sekolah kami bisa membuka panti pijat ataupun wira netra dan keterampilan ini merupakan ciri khas bagi kami”.

Selain itu, keterampilan vokal mereka termasuk kedalam kelompok yang tergolong bagus. Oleh sebab itu mereka sudah mendapatkan penghasilan dari vokal ini yaitu dengan penjualan kaset yang berisikan suara mereka ataupun video klip, seperti Asti salah seorang anak tunanetra yang pernah di bawa oleh suster kepala untuk bertanding ke Jogjakarta pada bulan Oktober yang lalu. Asti juga pernah menuturkan bahwa:

“Aku harus giat belajar vokal biar aku bisa menjadi penyanyi terkenal seperti Firsa”.

Seperti halnya penuturan salah satu pegawai panti asuhan yaitu Anita kepada salah satu anak tunanetra untuk menguji yaitu mengatakan :

“Jun nggak usah lagilah kau pakai tongkatmu itu kalau di sekitar panti, emangnya kau gak bisa jalan kalau gak pakai tongkat, lalu junior tadi menjawab dari pada aku jatuh mendingan aku pakai karena aku masih takut untuk berjalan karena kaki pun belum kuat masih goyang”.

Dari penuturan ini bahwa betapa pentingnya tongkat itu bagi mereka sebagai alat penuntun bagi mereka dan dapat memberikan keseimbangan bagi mereka untuk berjalan. Dan jika mereka tidak malu memakai tongkat itu berati mereka tidak malu lagi menjadi anak tunanetra karena tongkat putih menandakan bahwa dia adalah anak tunanetra.

Banyak kegiatan yang lain yang harus dijalankan oleh para penyandang tunanetra untuk meningkatkan kemampuan mereka misalnya bagi anak laki-laki mereka ada yang dapat mengoperasikan peralatan yang tidak terlalu berat bagi anak awas tetapi bagi mereka adalah kegiatan yang sangat menantang seperti halnya memperbaiki tape atau walkman mereka sendiri jika ada yang kurang bagus atau rusak dan mereka juga dapat menyambungkan pita kaset yang sudah putus dengan hanya modal meraba. Memang hal ini jika dilihat sepintas kita anggap sepele tetapi apakah kita dapat melakukkanya jika kita sama seperti mereka

Mereka ini juga sering ikut dalam acara-acara sosial seperti natalan atau undangan pesta, yang menyumbangkan suara mereka atau nyanyian mereka.seperti penuturan suster kepala, terutama pada bulan desember. Hal ini juga dapat menunjukkan kemampuan mereka dan kegiatan sosial mereka juga sama seperti anak awas, dan agar mereka ini juga dapat membiasakan untuk berinteraksi dengan anak awas dan dapat menciptakan rasa percaya diri untuk mandiri.

Hal yang harus mereka dapat lakukan yang menjadi kunci dari keberhasilan mereka adalah mereka harus dapat berinteraksi kepada sesama tunanetra dan juga kepada mayarakat awas. Agar mereka juga bukan hanya sekedar mengetahui dari antar mereka tetapi juga mereka dapat berbagi dengan anak awas.

V.Mengatasi sikap masyarakat

Mereka adalah manusia yang memiliki harga diri sama dengan manusia yang normal dan juga memilki rasa takut, malu dan bahagia. Mereka pertama sekali tidak menyadari bahwa mereka akan jadi begini (mempunyai keterampilan)dan mereka pada awalnya selalu putus asa akan nasib mereka dan selalu merenungi nasib mereka akan perkataan masyarakat.

Seperti penuturan Suster kepala mengatakan bahwa:

“Mereka telah banyak berubah baik dalam hal pemikiran mereka tentang masyarakat dan tingkah laku serta kepercayaan mereka juga tentang nasib dan perkataan mereka sudah mulai mereka terima. Jadi jika mereka dihadapkan dengan masyrakat yang awas yang baru pertama sekali mereka jumpai memang mereka merasa minder dan terlihat agak segan karena menurut mereka, mereka adalah manusia yang memiliki banyak sekali kelemahan dan kekurangan hal ini juga wajar bagi mereka, tetapi semakin lama sikap negatif mereka itu akan semakin berkurang”.

Menurut peneliti pujian yang di berikan para tamu kepada mereka juga merupakan hal yang dapat mengurangi rasa minder mereka dan menimbulakn rasa percaya diri mereka yang akan dapat juga menguatkan mereka untuk menerima kekurangan mereka itu. Hal yang mereka kerjakan selalu mendapatkan pujian dari para tamu yang datang menjenguk mereka ataupun donatur mereka. Pujian itu diberikan karena para tamu dan para donatur tersebut merasa salut karena mereka

dapat bekerja dan mengerjakan sesuatu dengan benar tanpa bisa melihat karena kekurangan mereka itu.

Menurut mereka bagaimana pun hal ini sudah terjadi jadi apabila ada orang yang mereka dengar mengatakan sesuatu yang menyinggung mereka seperti contoh di dalam angkutan maka mereka sudah menerima dan menganggap hal itu biasa-biasa saja dan mereka hadapi saja dengan senyuman. Seperti halnya yang dilihat oleh peneliti bahawa mereka kebanyakan tidak terlalu suka untuk menerima belas kasihan yang berlebihan karena hal ini menurut mereka akan membuat mereka menjadi hanya bergantung pada orang lain dan tidak dapat mandiridan tidak percaya diri seperti penuturan pegawai panti asuhan Bernita mengatakan

“Mereka ini tidak terlalu senang dikasihani dengan berlebihan karena menurut mereka kita jadi sepele dan menganggap bahwa mereka tidak dapat ngapain aja dalam mengerjakan pekerjaan”.

Dari hal ini juga peneliti melihat bahwa mereka banyak sekali keinginan untuk dapat mandiri dan tidak semua yang harus mereka perlukan dikerjakan oleh orang lain dan dengan mereka menerima apa yang dikatakan oleh masyarakat pada mereka berarti mereka sudah menyadari masalah yang ada pada diri mereka sendiri dan dengan tidak terlalu senang menerima pujian yang berlebihan berati selalu ingin berusaha sendiri.

Dokumen terkait