• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

F. Sarana tunanetra SLB-A Karya Murni 1.Kaca mata

Sudah menjadi rahasia umum, kaca mata hitam identik dengan tunanetra. Setiap orang yang memakai kaca mata hitam akan lebih mudah kita kenal apakah ia awas atau tidak, apabila ia di sertai dengan tongkat putih ataupun perak. Walaupun tidak dapat melihat dengan mata yang normal mereka masih dapat mengenal orang yang menjadi sesamanya. Pendengarannya yang peka adalah alat yang pertama-tama mereka gunakan untuk untuk mengenali orang yang berbicara dengannya. Ingatanya terhadap vokal suara orang sangat kuat. Apabila mereka masih ragu untuk mengenali suara untuk menyakinkan lagi mereka akan memegangi dan akan meraba tangan, badan dan sampai kewajah kita. Naluri yang tinggi serta ingatan yang tajam benar-benar luar biasa, lebih dari orang yang awas. Dengan ini mereka dapat mengenali siapa saja yang pernah mereka temui walau itu mungkin sudah berlangsung lama. 2. Tongkat

Tongkat sebagaimana kaca mata hitam identik dengan tunanetra. Setiap orang buta memang selalu mempergunakan tongkat terutama kalau mereka berrjalan. Tongkat semacam radar bagi merekka untuk melapak dan mengetahui arah yang harus mereka tempuh. Tongkat ini terbuat dari aluminium karena bahan ini sangat peka terhadap getaran. Memainkan tongkat ini bukan sembarangan, tetapi ada aturannya. Setiap kaki kanan dilangkahkan kedepan maka tongkat di ayunkan ke kiri kaki kiri ke depan maka tongkat di ayunkan ke kanan. Hal ini juga untuk menjaga keseimbanagn. Untuk berjalan, pindah ke suatu tempat mereka sudah tidak perlu di tuntun lagi. Mereka umumnya sudah hafal dengan rute perjalanan mereka sehari-hari. Begitupun berjalan di jalan raya bahkan untuk menyebrang mereka

mempergunakan kepekaannya dan pendengarannya. Untuk menyetop angkot mereka juga bisa yaitu dengan pengamatan suara sopir yang mengatakan tujuan yang harus di tuju angkutan tersebut.

3. Huruf braille

Braille adalah huruf timbul yang terdiri dari enam titik yang dapat di baca oleh tunanetra melalui perabaan. Tulisan braille adalah dasar dari semua pelajaran tunanetra. Melalui tulisan ini mereka bisa membaca, menulis dan mengetahui banyak hal yang belum mereka ketahui selama ini. Melalui tulisan ini mereka tidak lagi merasa tersang dan terisolasi, tidak lagi merasa tidak berharga. Tetapi setara dan sejajar dengan anak awas.

4. Mesin tik braille

Mesin tik braille prinsipnya sama dengan mesin tik biasa. Hanya huruf-hurufnya adalah berupa titik-titik timbul. Di SLB-A ini, anak tunanetra juga di berkali dengan pengetahuan mengetik tulisan braille ini. Yang oleh mereka akrab di sebut mengetik awas.

5. Mesin tik biasa

Mesin tik biasa sama dengan yang kita kenal sehari-hari. Tulisan serta huruf-huruf juga biasa huruf-huruf latin bukan huruf-huruf timbul seperti huruf-huruf braille. Tetapi ketika diperagakan mereka cukup mahir untuk mengoperasikannya. Mereka hafal dengan huruf atau abjadnya. Ini merupakan syarat utama untuk dapat mempelajari ketikan komputer.

6. Komputer

Salah satu keunggulan SLB-A ini adalah mereka telah dilengkapi dengan sarana komputer. Pelajaran ini juga diberikan pada anak-anak SLTP SLB-A. Pada

umumnya mereka tidak terlalu sulit untuk beradaptasi, karena sebelumya mereka sudah di perkenalkan dengan mahir mengoperasikan mesin tik. Komputer ini juga dilengkapi dengan display braille. Setiap tampilan di layar dihasilkan dari pengoperasian tuts keyboard maka akan mereka ketahui secara pasti dari display braille yang muncul atau menonjol secara otomatis. Display braille dapat mereka raba dan segera tahu tampilan apa yang ada dilayar. Yang penting bagi mereka adalah bagaimana mereka bisa meguasai perintah-perintah serta cara pengoperasian komputer itu sendiri.

7. Printer brille

Sebagaimana komputer biasa yang memakai printer, komputer ini juga mempunyai printer braille yang bisa memproduksi tulisan-tulisan braille. Alat canggih ini sanagt membantu SLB-A ini juga dalam hal pengadaan buku-buku pegangang siswa. Maka tidak heran lagi jika mereka telah mempunyai perpustakaan sendiri yang menyediakan berbagai jenis buku-buku pelajaran sesuai kebutuhan mereka.

8. Mesin jilid

Naskah-naskah yang telah di cetak masih dalam bentuk lembaran kertas yang panjang dan lepas. Maka untuk menjadikannya menjadi sebuah buku lembaran yang sudah dipriter ini harus di jilid yaitu untuk menyatukan lembaran itu sesuai dengan keinginan sendiri.

9. Mesin potong

Buku yang telah di jilid harus segera dirapikan dan dirtakan pinggirannya. Untuk ini pun juga telah tersedia sesuai ukuran kertas yang kita kehendaki. Dan hal ini juga di ajarkan pada anak tunanetra untuk dapat melakukannya.

10. Tape recorder

Tape recorder mempunyai fungsi yang sangat vital bagi membangun kecerdasan anak tunanetra ini. Melalui suara yang mereka perdengarkan dari. Tape recorder ini mereka di uji dan dilatih daya tangkapnya, daya pendengarannya, serta daya ingatnya. Kemampuan mereka dalam menagkap isi dalam cerita yang mereka dengar di uji melalui apa yang mereka tuliskan dalam huruf braille. Mereka juga harus dapat menceritakan kembali atau menjawab pertanyaan dari guru pembimbing mereka seputar apa yang mereka dengar tadi. Tentunya di bantu dengan apa yang mereka tuliskan ketika tape recorder tadi diperdengarkan sesuai denagn sistem belajar yang diterapkan di sekolah ini. Dengan cara inilah mereka dilatih untuk mampu mempelajari dan memahami banyak bidang studi yang di ajarkan kepada mereka. 11. Musik

Salah satu dari keterampilan yang paling di sukai oleh para anak didik yang ada di SLB-A adalah bermain musik. Walaupun mereka tidak dapat melihat mereka bisa mengatur sendiri suara gitar, melodi ataupun bassnya, mereka bisa untuk menyetelnya sehingga menghasilkan paduan bunyi yang indah di telinga. Dengan datangnya seorang guru maka mereka telah di berdayakan dalam hal vokal. Paduan suara mereka sudah telah mulai berkibar dan diperhitungkan. Semua ini juga berkat program dan penjadwalan yang ketat dalam berlatih di sekolah ini.

12. Keterampilan

Memasak adalah pekerjaan yang harus diketahui oleh seorang wanita. Di sekolah ini keterampilan ini juga di ajarkan setiap hari sabtu sebagai pengembangan diri mereka. Mereka semua harus di bekali keterampilan ini sebelum mereka meninggalkan Karya Murni untuk dapat hidup mandiri. Membuat tempe, ini juga

dapat menjadi bekal pengetahuan mereka setelah mandiri kelak.Berkebun yaitu para anak tunanetra di ajarkan untuk berkebun sayur-sayuran dan buah-buahan yang ditanam dengan anjuran para guru, suster dan para pegawai.Kerajinan tangan yaitu kerajinan tangan rajutan, rosario dan salib. Tujuan dari sekolah membuat hal ini adalah agar dapat di pakai oleh para tunanetra untuk masa depan mereka.

13. Kerohanian

Mata mereka boleh buta tetapi hati mereka harus dapat melihat sinar ilahi. Kegiatan kerohanian Karya Murni mendapat perhatian. Anak-anak tunanetra punya jadwal bertugas melayani misa dan pada waktu-waktu tertentu di adakan retret atau rekoreksi bagi mereka untuk perbaikan yang telah mereka lakukan pada hari-hari yang lalu.

BAB V

Dokumen terkait