BAB II PENANDA GAYA BAHASA SIMILE, METAFORA, DAN SATIRE
2.4 Penanda Gaya Bahasa Satire
Gaya bahasa satire merupakan gaya bahasa yang harus ditafsirkan lain dari makna permukaannya. Kata satire diturunkan dari kata satura yang berarti talam yang penuh
berisi macam-macam buah-buahan (Keraf 2006: 144). Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini tidak selalu harus bersifat ironis. Pada umumnya satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan secara etis maupun estetis.
Dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini terdapat banyak unggahan yang menggunakan gaya bahasa satire guna menyindir pengguna Instagram yang mengikuti akun tersebut dan memiliki masalah kemanusiaan yang serupa. Berikut penanda gaya bahasa satire dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini:
Pada data (23) menggunakan gaya bahasa satire. Pada konteks dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang akhirnya dijadikan buku dengan judul yang sama yaitu “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” bercerita tentang seorang perempuan dewasa bernama Awan, yang memiliki pekerjaan sebagai arsitek dan
37
memiliki hubungan dengan teman kuliahnya yang sekaligus menjadi rekan kerja dan saingannya di kantor yaitu pria bernama Satria, hal tersebut juga diceritakan dan divisualisasikan dalam webseries berjudul #NKCTHI Series yang diunggah dalam kanal Youtube ToyotaIndonesia. Dalam konteks ini unggahan data (23) memiliki relevansi dengan hal yang sama dan tertulis dalam buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yaitu untuk menyindir dan mengkritik sikap Awan yang mencoba menjauhi Satria karena terdapat masalah di antara keduanya. Kemudian jika dikaitkan dengan data (23) gaya bahasa satire digunakan untuk menyindir sikap seseorang yang mencoba menjauh dengan alasan “butuh ruang” namun lebih tampak untuk “mencoba menghilang” seperti yang dilontarkan tokoh Satria kepada tokoh Awan yang mencoba menghilang dengan alasan butuh ruang sendiri.
Data (24) menggunakan gaya bahasa satire, mengaitkan konteks akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini dengan webseries yang berjudul “Nanti
Kita Cerita Tentang Hari Ini Series” yang diadaptasi dari buku dengan judul yang sama, pada episode kedua tokoh Satria melontarkan kalimat seperti pada data (24) kepada tokoh Awan, yang sebelumnya keduanya sedang memiliki masalah satu sama lain. Kalimat dengan gaya bahasa satire dilontarkan oleh tokoh Satria dengan maksud agar Awan dapat duduk sebentar, dan bercerita mengenai masalah yang mereka hadapi pada saat itu. Kemudian jika melihat data (24) dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, penggunaan gaya bahasa satire digunakan untuk menyindir dan mengkritik orang-orang yang tidak ingin mendengarkan cerita satu sama lain, baik individu maupun kelompok sehingga menjadi terburu-buru menilai sesuatu, dan tidak saling memahami satu sama lain. Data (24) juga digunakan untuk mengkritik dan menyindir agar sebuah diskusi dapat dilakukan sehingga menemukan titik terang.
39
Pada data (25) ditemukan gaya bahasa satire atau sindiran. Dalam sorotan Instastory dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang berjudul “Iya / Gak” menceritakan bagaimana keluh kesah para pengikut akun tersebut mengenai pengalaman mereka yang jika ditanya sesuatu selalu dijawab dengan kata “terserah”. Sehingga akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini membuat konklusi seperti yang tertulis pada data (25) guna untuk menyindir dan mengkritik orang-orang baik individu maupun kelompok dalam sosial masyarakat yang masih menjawab sesuatu dengan kata “terserah” tanpa adanya solusi dan penyelesaian yang jelas, dimaksudkan juga untuk menghemat dan mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam berdiskusi.
Data (26) menggunakan gaya bahasa satire yang merupakan sindiran. Pada webseries Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang menceritakan kisah tokoh Awan dan tokoh Satria, terdapat suatu masa ketika Awan merasa cemburu dengan Satria karena kedekatannya Satria dengan anak buah Awan yang bernama Intan. Kemudian dalam
suatu diskusi, kakak Awan yang bernama Angkasa memberitahu Awan dengan kalimat yang sama dengan data (26) dengan maksud mengingatkan dan menyindir tokoh Awan karena bersikap acuh tak acuh namun menyangkal perasaannya kepada Satria. Jika dikaitkan dengan konteks diatas, maka data (26) merupakan bentuk sindiran dan kritik untuk orang-orang yang tidak dapat menghargai dan menjaga sesuatu, dan sebagai pengingat karena yang tidak dijaga nantinya pasti akan hilang, dan yang tidak disimpan dapat diambil orang pada akhirnya.
Pada data (27) ditemukan gaya bahasa satire. Melalui salah satu sorotan pada akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang berjudul “Egois”, berisi mengenai cerita-cerita para pengikut akun tersebut melalui fitur pesan langsung yang menceritakan bagaimana sikap-sikap egois yang pernah dilakukan maupun dirasakan oleh para pencerita di lingkungan sosial masyarakat mereka. Pada akhir sorotan akun
41
Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini membuat sebuah konklusi berupa unggahan seperti pada data (27). Sehingga data (27) menggunakan gaya bahasa satire karena bermaksud menyindir dan mengkritik orang-orang yang bersikap egois dan mementingkan diri sendiri di lingkungan sosial masyarakat, dan sebagai pengingat bahwa kita tidak hidup sendirian dan isi manusia di dunia ini tidak hanya diri kita sendiri.
Data (28) menggunakan gaya bahasa satire atau sindiran. Dalam salah satu sorotan pada akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang berjudul “Tersinggung”, menceritakan keluh kesah para pengikut akun tersebut yang bercerita mengenai masalah ketersingungan yang dihadapi mereka dalam lingkungan sosial masyarakat. Kemudian di akhir sorotan akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari
Ini membuat kesimpulan berupa unggahan seperti pada data (28). Data (28) menggunakan gaya bahasa satire untuk menyindir dan mengkritik orang-orang yang mudah tersinggung, dan mengingatkan bahwa setiap orang memiliki perasaan dan menanggapi masalah ketersinggungan yang marak pada era ini khususnya dalam isu ras, agama, serta perbedaan-perbedaan lain yang belum bisa diterima di lingkungan sosial masyarakat.