• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA BAHASA SIMILE, METAFORA, DAN SATIRE DALAM AKUN INSTAGRAM NANTI KITA CERITA TENTANG HARI INI UNGGAHAN FEBRUARI DESEMBER 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAYA BAHASA SIMILE, METAFORA, DAN SATIRE DALAM AKUN INSTAGRAM NANTI KITA CERITA TENTANG HARI INI UNGGAHAN FEBRUARI DESEMBER 2018"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

i

GAYA BAHASA SIMILE, METAFORA, DAN SATIRE

DALAM AKUN INSTAGRAM NANTI KITA CERITA TENTANG HARI INI UNGGAHAN FEBRUARI – DESEMBER 2018

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Stevanus Febryanto Wahyu Susilo NIM: 164114011

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaiamana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 11 Desember 2019 Penulis

(5)

v

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Stevanus Febryanto Wahyu Susilo

NIM : 164114011

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Gaya Bahasa Simile, Metafora, dan Satire dalam Akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Unggahan Februari – Desember 2018”.

Dengan demikian, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangakalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 11 Desember 2019 Yang menyatakan,

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada orang tuaku, Pandan Yunanto dan Titik Rahayu dan semua orang yang mengasihi dan saya kasihi serta semua makhluk hidup yang layak berbahagia.

(7)

vii MOTO

“If you never try, you never know” (Coldplay, Fix You)

“Tenang, gak semua harus ada jawabannya sekarang” (Marchella FP, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini)

“Hidup bukan untuk saling mendahului” (Mata Air, Hindia)

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan semesta atas berkat, karunia, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gaya Bahasa Simile, Metafora, dan Satire dalam Akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Unggahan Februari – Desember 2018” ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tercipta tanpa pihak-pihak yang membantu, membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menguncapkan rasa terima kasih kepada beberapa pihak.

Yang pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Praptomo Baryadi Isodarus, M.Hum, dan Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A selaku dosen pembimbing yang selalu setia dan sabar untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dari awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

Yang kedua, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/ibu dosen Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma (USD), yaitu Susilawati Endah Peni Adji S.S., M.A. selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia USD, Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A., Dr Paulus Ari Subagyo, M.Hum., (alm.), dan Drs. Hery Antono, M.Hum. (alm.) yang telah bersedia membagi ilmunya dan membimbing saya selama berkuliah di Program Studi Sastra Indonesia; juga kepada Staf Sekretariat Fakultas Sastra khususnya Jurusan Sastra Indonesia atas pelayanannya yang baik selama ini.

Yang ketiga ucapan terima kasih untuk keluargaku; kedua orang tuaku, Pandan Yunanto dan Titik Rahayu atas segala dukungan, doa, dan rasa sayang serta perhatian yang tak henti-hentinya. Serta seluruh anggota keluarga besar yang telah mendukung dan membantu segala proses perkuliahan dan telah memberikan doa dan dorongan agar penulis semangat dalam mengerjakan skripsi.

(9)

ix

Yang keempat teruntuk para sahabat dan teman; sahabat seperantauan asal Tangerang, Adrian Kristorus, Leonardus Pradana, David Julianto, Yohanes Remon, Yohanes Bosco yang membuat saya tidak merasa kesepian selama satu tahun awal perkuliahan di Yogyakarta. Teman-teman seperjuangan kuliah terkhusus Benidiktus Jati, Paskalis Resa Kurniawan, Akwila Chris, Dionisius Raharditya, dan Yohanes Juan Antony yang selalu ada dan mengisi hari-hari perkuliahan maupun di luar perkuliahan. Kemudian teman-teman pergibahan Arika Eka Sari, Magdalena Puspa, dan Claudia Agatha yang sekaligus menjadi teman seperbimbingan dan membantu serta mendorong agar terus melakukan bimbingan sehingga terselesaikannya skripsi ini. Teman-teman yang memberikan pengalaman terbaik dalam kepanitian Insadha 2017 dan Insadha 2018. Serta seluruh anggota UKM PT Radio Masdha yang memberikan pengalaman terbaik dalam berorganisasi dan bekerja, terkhusus Adrian Kristoforus, Benediktus Putut Yogatama, dan Anselmus Paskalis dalam menemani dan membimbing kurang lebih dua setengah tahun berdinamika di Radio Masdha.

Yang terakhir, teruntuk Maria Asmi Anggita yang telah menjadi pendamping pembuatan skripsi ini selama satu semester terakhir, dan memberikan bantuan dalam bentuk apapaun selama proses pengerjaan skripsi yang dapat selesai selama satu semester ini.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan, sumbangan, dan bantuan dalam bentuk apapun kepada penulis.

Yogyakarta, 11 Desember 2019 Penulis

(10)

x ABSTRAK

Susilo, Stevanus Febryanto Wahyu, 2019. “Gaya Bahasa Simile, Metafora, dan Satire dalam Akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Unggahan Februari 2018 – Desember 2018”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Objek penelitian ini adalah gaya bahasa simile, metafora, dan satire dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu, penanda gaya bahasa simile, metafora, dan satire dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, dan fungsi gaya bahasa simile, metafora, dan satire dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Gaya bahasa yang diteliti dalam penelitian ini meliputi gaya bahasa perbandingan yaitu gaya bahasa simile dan metafora, dan gaya bahasa sindiran yaitu gaya bahasa satire.

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan pemaparan hasil analisis data. Data diperoleh dari unggahan akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode agih yang bersangkutan itu sendiri. Teknik lanjutan yang digunakan dari metode agih adalah teknik baca markah. Kemudian pemaparan hasil analisis dilakukan dengan metode informal.

Dari penelitian ini ditemukan penanda yang membedakan antara gaya bahasa simile, metafora, dan satire. Penanda gaya bahasa simile dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini dilihat dari bentuk penandanya yang memerlukan upaya yang eksplisit untuk menunjukkan kesamaan seperti penanda seperti, bagaikan, jadi, kayak, dan yang lainnya. Kemudian penanda metafora adalah perbandingan dua hal dengan adanya perpindahan referen antara satu hal ke hal yang lain, selanjutnya penanda gaya bahasa satire adalah melalui tuturan tidak langsung serta mengandung pihak yang disindir serta ketidakberesan yang disindir. Gaya bahasa simile, metafora dan satire memiliki fungsi gaya bahasa yang berguna untuk mendorong dan menggerakkan imajinasi pembaca dalam memahami kalimat serta pesan yang ingin disampaikan melalui akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Fungsi gaya bahasa simile dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini cenderung memiliki fungsi menyamakan konsep dalam wacana, memperkuat makna wacana, memudahkan pembaca memahami makna wacana, dan memperindah wacana. Gaya bahasa metafora cenderung memiliki fungsi memperkuat makna wacana, memudahkan pembaca memahami makna wacana, dan memperindah wacana. Kemudian gaya bahasa satire memiliki fungsi memerintah, mengingatkan, dan mengkritik.

Kata kunci: gaya bahasa simile, metafora dan satire, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

(11)

xi

ABSTRACT

Susilo, Stevanus Febryanto Wahyu, 2019. “The Language Styles of Simile, Metaphor, and Satire in the Instagram Account ‘Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini’ Uploads from February – December 2018”. Bachelor Degree. Indonesian Letters Study Program, Department of Indonesian Letters, Faculty of Letters, Sanata Dharna University

The object of this study is the language styles of simile, metaphor, and satire in the Instagram account Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. The problems that are discussed in this research is the indicators of language style of simile, metaphor, and satire in Instagram account Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, and the function of language style of simile, metaphor, and satire in Instagram account Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. The language styles that are discussed in this research contains the language style of comparison that are the language style of simile and metaphor, and the satirical language style that is the language style of satire.

This research was done through three steps that are, data collection, data analysis, and the presentation of the data analysis. The datas was gathered from the Instagram account Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini’s uploads. The data collection was obtained using the refer method. In this research, the data was analyzed using Agih method that respective concerned from the language itself. The advance technique that is used in Agih method is the marking reading technique. Then, the research’s result presentation is done with informal method.

From this research, found the indicators that differentiate between the language style of simile, satire, and metaphor. The indicator of simile language style in the Instagram account Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini are seen from the form of the indicators that need explicit effort to show the similarities of indicators such as, seperti, bagaikan, jadi, kayak, etc. Then, the indicator of metaphor is the comparison of two things with the transition of the one meaning to other meaning. The indicator of satire language style is through indirect speech and contain the insinuated party and insinuated irregularity. The language styles of simile, metaphor, and satire have a language function that is used to encourage and liven up readers’ imagination in understanding the sentences and the messages that is delivered through the Instagram account Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. The function of simile, metaphor, and satire language styles in the Instagram account Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini tend to have the function of equalizing concepts in the text, strengthen the meaning of the text, help the readers to understand the meaning of the text, and beautify the text. Then, the satire language style have a function to give an order, remind, and criticize.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... v

PERSEMBAHAN ... vi

MOTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Tinjauan Pustaka ... 8

1.6 Landasan Teori ... 11

1.6.1 Pengertian Gaya Bahasa ... 11

1.6.2 Jenis- jenis Gaya Bahasa ... 13

1.6.3 Gaya Bahasa Simile... 15

1.6.4 Gaya Bahasa Metafora ... 16

1.6.5 Gaya Bahasa Satire ... 18

1.6.6 Fungsi Gaya Bahasa Simile, Metafora, dan Satire ... 19

1.7 Metode Penelitian ... 20

1.7.1 Metode Pengumpulan Data ... 20

(13)

xiii

1.7.3 Metode Penyajian Data ... 21

1.8 Sistematika Penyajian ... 21

BAB II PENANDA GAYA BAHASA SIMILE, METAFORA, DAN SATIRE DALAM AKUN INSTAGRAM NANTI KITA CERITA TENTANG HARI INI UNGGAHAN FEBRUARI – DESEMBER 2018 ... 23

2.1 Pengantar ... 23

2.2 Penanda Gaya Bahasa Simile ... 23

2.3 Penanda Gaya Bahasa Metafora ... 29

2.4 Penanda Gaya Bahasa Satire ... 35

2.5 Rangkuman ... 42

BAB III FUNGSI GAYA BAHASA SIMILE, METAFORA, DAN SATIRE DALAM AKUN INSTAGRAM NANTI KITA CERITA TENTANG HARI INI UNGGAHAN FEBRUARI – DESEMBER 2018 ... 44

3.1 Pengantar ... 44

3.2 Fungsi Gaya Bahasa Simile ... 44

3.2.1 Fungsi Menyamakan Konsep dalam Wacana ... 45

3.2.2 Fungsi Memperkuat Makna Wacana ... 49

3.2.3 Fungsi Memudahkan Pembaca Memahami Makna Wacana ... 53

3.2.4 Fungsi Memperindah Wacana ... 56

3.3 Fungsi Gaya Bahasa Metafora ... 58

3.3.1 Fungsi Menganalogikan Isi Wacana ... 59

3.3.2 Fungsi Memperkuat Makna Wacana ... 62

3.3.3 Fungsi Memudahkan Pembaca Memahami Makna Wacana ... 66

3.3.4 Fungsi Memperindah Wacana ... 68

3.4 Fungsi Gaya Bahasa Satire ... 69

3.4.1. Fungsi Memerintah ... 70

3.4.2. Fungsi Mengingatkan ... 73

3.4.3. Fungsi Mengkritik ... 77

3.5 Rangkuman ... 79

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

4.1 Kesimpulan ... 81

(14)

xiv

Daftar Pustaka ... 84 LAMPIRAN ... 86

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan salah satu hal terpenting yang dimiliki manusia. Bahasa dijadikan sebagai sarana serta media untuk berkomunikasi, baik itu secara lisan maupun tulisan. Terlepas dari itu bahasa juga dapat digunakan untuk menciptakan karya-karya sastra yang memiliki nilai tinggi. Di dalam setiap penggunaan bahasa tentunya terdapat penggunaan gaya bahasa tertentu. Menurut Abram (2009:142), gaya bahasa merupakan cara pemakaian bahasa dalam karangan, atau bagaimana seseorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan.

Keraf (2006:113) menjelaskan bahwa gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan ciri dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Berdasarkan langsung tidaknya makna, Keraf membagi gaya bahasa menjadi dua macam, yaitu gaya bahasa retoris yang terdiri atas 21 jenis dan gaya bahasa kiasan yang terdiri atas enam belas jenis gaya Bahasa. Gaya bahasa merupakan bagian dari pilihan kata yang mempersoalkan cocok atau tidaknya pemaknaan kata, frasa, maupun klausa tertentu, untuk menghadapi situasi-situasi tertentu. Persoalan mengenai gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan, seperti pilihan kata secara individual, frasa, klausa, dan kalimat bahkan mencakup pula wacana secara keseluruhan. Wacana yang menyiratkan nada di baliknya juga

(16)

merupakan pula persoalan gaya bahasa. Keraf (1981:99) menjelaskan bahwa jangkauan gaya bahasa sangat luas, tidak hanya meliputi unsur-unsur kalimat yang memperlihatkan corak tertentu, seperti yang umur terdapat dalam retorika-retorika klasik. Pada penelitian ini peneliti akan memfokuskan tiga jenis gaya bahasa kiasan yaitu gaya bahasa simile, metafora, dan satire.

Pada era modern saat ini penggunaan bahasa sudah merambat dan mencakupi seluruh bidang kehidupan manusia. Khususnya pada saat ini penggunaan bahasa dengan gaya bahasa tertentu tidak terlepas dari penggunaan media sosial di jejaring internet. Sosial media merupakan sebuah situs berbasis layanan untuk membuat profil,

(17)

3

melihat daftar pengguna, serta mengundang dan menerima pertemanan untuk bergabung dalam sosial media tersebut. Tampilan dasar sosial media akan menampilkan halaman profil pengguna, yang di dalamnya terdiri atas identitas diri dan foto penggunan, contoh sosial media tersebut seperti facebook, twtitter, dan Instagram. Instagram merupakan aplikasi media sosial yang dapat digunakan melalui smartphone dan memiliki fungsi sebagai media digital untuk mengunggah foto maupun video untuk berbagi informasi terhadap penggunanya. Instagram yang diciptakan oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger yang merupakan dua sarjana dari Stanford University di Amerika Serikat pada bulan Oktober 2010 ini sangat populer hingga saat ini, dikarenakan Instagram dapat memberikan inspirasi bagi penggunanya dan juga dapat meningkatkan kreativitas, karena Instagram mempunyai fitur yang dapat membuat foto lebih indah, lebih artistic, dan menjadi lebih bagus.

Peneliti memilih objek Instagram karena kepopuleran Instagram yang digunakan oleh segala usia dan juga sudah menjadi media mainstream untuk berkomunikasi dan berbagi informasi pada era modern ini. Objek penelitian ini merupakan penggunaan bahasa akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini atau @nkcthi. Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini merupakan akun yang aktif sejak Februari 2018 ini merupakan akun untuk riset pembuatan buku karya Marchela FP dengan judul yang sama dengan nama akun tersebut yaitu Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Akun ini cukup menarik karena selama masa riset akun ini akan membuka sesi cerita yang dimuat dalam fitur Instagram Stories dengan para pengikut akun tersebut dengan tema yang berbeda setiap malamnya, hingga akhirnya akan disimpulkan dalam setiap unggahan akun tersebut.

(18)

Akun ini menggunakan gaya bahasa yang menarik, sederhana, hingga gaya bahasa yang puitis digunakan dalam setiap unggahannya hingga dapat menarik perhatian hingga 1 juta pengikutnya saat ini. Peneliti memilih objek formal tiga gaya bahasa, yaitu gaya bahasa simile, metafora, dan satire. Ketiga gaya bahasa tersebut merupakan gaya bahasa yang paling banyak dan sering digunakan dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Gaya bahasa simile dan metafora digunakan oleh pemilik akun Marchella FP untuk menarik perhatian pengikutnya, kemudian inti dari isi setiap pesan yang ingin disampaikan oleh penulis adalah melalui gaya bahasa satire yang digunakan, hal tersebut juga yang membuat akun Instagram ini dapat terkenal dan disukai oleh banyak pengikutnya.

Pada data (1) tertulis “Selamat menikmati pencarian, semoga ingat untuk merasakan dan kuat untuk bertahan” kalimat sederhana tersebut termasuk sindiran halus khususnya pada masalah kelemahan manusia untuk selalu kuat. Data (1) digunakan untuk menyindir orang-orang yang selalu mencari dan mengejar sesuatu

(19)

5

namun tidak ingin menerima kenyataan yang ada dan tidak mau terus berjuang seperti pada awalnya, oleh karena itu data (1) digunakan gaya bahasa satire

Pada data (2) digunakan gaya bahasa simile yang merupakan perumpamaan atau persamaan suatu hal dengan hal yang lain. Dapat dilihat pada data (2) tertulis “Rasa itu seperti tanaman. Harus dirawat dan dijaga. Kalau tidak, ya, pasti mati dan hilang”

(3) (2)

(20)

diungkapkan bahwa “rasa” baik berupa perasaan cinta, sayang, maupun kasih dan perasaan manusia yang lain diibaratkan sebagai tanaman yang harus selalu dirawat dan dijaga, jika tidak maka hal tersebut akan hilang.

Data (3) tertulis “Kalau gelas kita kosong, apa yang mau dibagi?” pada unggahan tersebut telah digunakan gaya bahasa metafora yang merupakan perumpamaan terhadap suatu hal. Gelas kosong yang dimaksud adalah jika kita sebagai manusia tidak memiliki apa-apa atau dianggap “kosong” misalnya pikiran yang kosong akan ilmu pengetahuan, lalu apa yang dapat dibagikan kepada orang lain.

Gaya bahasa simile, metafora, dan satire yang digunakan dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini atau @nkcthi diteliti karena perkembangannya yang sangat pesat dalam setahun terakhir hingga memunculkan akun-akun yang serupa dengan model unggahannya yang mirip dengan @nkcthi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, masalah utama pada penelitian ini adalah gaya bahasa dan fungsi pada gaya bahasa dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut : a) Apa saja penanda dan ciri gaya bahasa simile, metafora, dan satire yang digunakan

dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini ?

b) Apa saja fungsi gaya bahasa simile, metafora, dan satire pada akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini ?

(21)

7

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gaya Bahasa dan maknanya dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Tujuan dapat dirinci sebagai berikut

a) Mendeskripsikan penanda dan ciri gaya bahasa simile, metafora, dan satire yang terdapat dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.

b) Mendeskripsikan fungsi gaya bahasa simile, metafora, dan satire pada akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian berupa deskripsi jenis-jenis gaya bahasa beserta fungsinya pada akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan teoretis dan praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Deskripsi gaya bahasa dan maknanya pada akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini memberikan sumbangan teori dalam bidang stilistika, yaitu memperkaya teori gaya bahasa yang berbasis penggunaannya dalam bahasa Indonesia pada zaman modern. Deskripsi makna akan memberikan sumbangan teori pada bidang pragmatik, semiotik, hingga analisis wacana. Kemudian pada bidang semantik

(22)

penelitian ini akan menambah referensi makna gaya bahasa yang digunakan dalam akun Instagram dan media daring lainnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Deskripsi gaya bahasa dan maknanya pada akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini memberikan sumbangan praktis, yaitu untuk memberikan contoh pembuatan takarir maupun unggahan dengan variasi gaya bahasa. Kemudian bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi referensi dalam menyusun penelitian yang serupa. Pada bidang pengajaran, penelitian ini juga dapat menjadi bahan pengajaran gaya bahasa yang digunakan dalam media sosial. Deskripsi fungsi pada akun @nkcthi juga memberikan sumbangan praktis, yaitu panduan membuat takarir gambar maupun unggahan yang sesuai dengan makna atau fungsi yang ingin diwujudkan. Hasil penelitian penanda dan fungsi gaya bahasa juga dapat digunakan sebagai bahan penulisan karangan, hingga bahan penerjemahan khususnya pada gaya bahasa metafora dan satire.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai gaya bahasa dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini belum dijumpai. Namun terdapat penelitian mengenai gaya bahasa dan fungsi bahasa dalam takarir akun gosip dalam media sosial Instagram yang ditulis oleh Annesia (2018) dan juga penelitan mengenai diksi dan gaya bahasa dalam media sosial

(23)

9

Instagram oleh Damayanti (2018). Selebihnya penelitian mengenai gaya bahasa terhadap objek lagu, novel, maupun puisi.

Annesia (2018) dalam skripsinya yang berjudul “Gaya Bahasa dan Fungsi Bahasa Takarir Pada Akun Gosip di Instragam”. Penelitian ini membahasa gaya bahasa retoris yang terdapat dalam takarir akun gosip di media sosial instagram dan fungsi bahasa yang terdapat dalam takarir akun gosip dalam instagram. Dalam penelitian ini didukung bukti fisik berupa gambar yang terdapat dalam akun gosip pada instagram. Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah terdapat lima gaya bahasa dan tujuh jenis fungsi bahasa yang ada pada takarir akun gosip di instagram.

Damayanti (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Diksi dan Gaya Bahasa dalam Media Sosial Instagram” yang dimuat dalam Jurnal Widyaloka Vol 5 ini membahas mengenai penggunaan gaya bahasa dan pemilihan diksi dalam media sosial Instagram. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan diksi pada akun instagram dikelompokkan menjadi dua yaitu makna konotatif, makna denotatif. Penggunaan gaya bahasa pada akun Instagram dikelompokkan menjadi dua yaitu penggunaan gaya bahasa personifikasi dan gaya bahasa metafora. Hasil penggunaan gaya bahasa yang lebih mendominasi yaitu penggunaan gaya bahasa personifikasi. Gaya bahasa personifikasi dalam akun instagram menunjukkan pemberian sifat benda ditujukkan pada penulisan status yang telah diposting.

Cahyanto (2017) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa Meme di Media Sosial Instagram #memecomicIndonesia” membahas penggunaan gaya bahasa dalam meme dalam media sosial Instagram. Hasil penelitian ini menjelaskan gaya

(24)

bahasa dan makna gaya bahasa yang terdapat pada meme #memecomicindonesia di Instagram. Berdasarkan analisis dalam penelitian ini, diketahui bahwa gaya bahasa dan makna gaya bahasa terjadi pada meme #memecomicindonesia di Instagram. Gaya bahasa yang terdapat pada meme #memecomicindonesia di Instagram berupa gaya bahasa metafora, pesonifikasi, hiperbola, ironi, sinisme, sarkasme, asonansi dan repetisi. Sementara itu makna bahasa yang terdapat pada meme #memecomic-indonesia di Instagram menggambarkan makna bahasa meme digunakan untuk menyindir atau mengolok-olok atau mengejek baik secara sarkastik maupun ironi atau sinisme.

Diti (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Gaya Bahasa Simile, Metafora, dan Metonimia dalam Lirik-Lirik Lagu JKT48” membahas pemaparan penanda serta ciri gaya bahasa simile, metafora, metonimia dan juga fungsi gaya bahasa simile, metafoira dan metonimia yang terdapat dalam lirik lagu dalam album JKT48. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara gaya bahasa simile, metafora dan metonimia berupa objek yang didukung oleh konteks. Simile merupakan gaya bahasa persamaan yang memerlukan upaya yang secara eksplisit menujukkan kesamaan, metafora meruakan persamaan yang ditunjukkan dengan analogi secara langsung, dan metonimia ditunjukkan dengan mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain yang masih mempunyai pertalian yang sangat dekat. Berdasarkan analisis dalam penelitian ini juga dipaparkan bahwa gaya bahasa simile, metafora, dan metonimia memiliki fungsi gaya bahasa yang berguna untuk menggerakkan imajinasi pembaca dalam memahami sebuah lirik lagu.

(25)

11

Berdasarkan tinjauan di atas, belum ada penelitian mengenai gaya bahasa simile, metafora, dan satire yang terkandung dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini atau @nkcthi. Dengan demikian peneliti akan memfokuskan penelitian tentang gaya bahasa simile, metafora, dan satire yang terkandung dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini dapat dilakukan.

1.6 Landasan Teori

Teori-teori yang digunakan untuk menguraikan dan menyelesaikan permasalahan dalam penelitian mengenai gaya bahasa dan fungsi bahasa pada akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini memaparkan penjelasan mengenai pengertian gaya bahasa, jenis-jenis gaya bahasa, dan fungsi bahasa.

1.6.1 Pengertian Gaya Bahasa

Keraf (2006:113) menjelaskan bahwa gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan ciri dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Berdasarkan langsung tidaknya makna, Keraf membagi gaya bahasa menjadi dua macam, yaitu gaya bahasa retoris yang terdiri atas 21 jenis dan gaya bahasa kiasan yang terdiri atas enam belas jenis gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan bagian dari pilihan kata yang mempersoalkan cocok atau tidaknya pemaknaan kata, frasa, maupun klausa tertentu, untuk menghadapi situasi-situasi tertentu. Persoalan mengenai gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan, seperti

(26)

pilihan kata secara individual, frasa, klausa, dan kalimat bahkan mencakup pula wacana secara keseluruhan. Wacana yang menyiratkan nada di baliknya juga merupakan pula persoalan gaya bahasa. Keraf (1981:99) menjelaskan bahwa jangkauan gaya bahasa sangat luas, tidak hanya meliputi unsur-unsur kalimat yang memperlihatkan corak tertentu, seperti yang umur terdapat dalam retorika-retorika klasik.

Menurut Ahmadi (1990: 170), gaya bahasa merupakan penggunaan bahasa yang istimewa, dan tidak dapat dipisahkan dari cara atau teknik seorang pengarang dalam merefleksikan (memantulkan, mencerminkan) pengalaman, nilai-nilai kualitas kesadaran pikiran dan pandangan yang istimewa atau khusus. Ahmadi membagi gaya bahasa menjadi dua, yaitu gaya bahasa penekanan yang terdiri dari 25 jenis gaya bahasa dan gaya bahasa perbandingan yang terdiri dari empat belas jenis. Sedangkan dalam Tarigan (1985:5) dinyatakan bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Tarigan membagi gaya bahasa menjadi empat varian, yaitu gaya bahasa perbandingan yang terdiri atas sebelas macam, gaya bahasa pertentangan yang terdiri atas 21 macam, gaya bahasa pertautan yang terdiri atas empat belas macam, dan gaya bahasa perulangan yang terdiri atas tiga belas macam.

Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan kemampuan dari seseorang pengarang dalam mempergunakan ragam bahasa tertentu dalam menulis, dan ragam bahasa tersebut sudah mempunyai

(27)

13

pola-pola tertentu dan akan memberi kesan pada pembaca atau pendengar karya tersebut. Menurut Keraf (2006:130), berdasarkan langsung tidaknya, makna gaya bahasa dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: (a) gaya bahasa retoris, dan (b) gaya bahasa kiasan.

Gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga dasar, yaitu kejujuran, sopan santun, dan menarik. Yang dimaksud dengan kejujuran adalah kita harus mengikuti aturan-aturan yang ada, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Penggunaan kata-kata yang terlalu panjang dan berbelit-belit dapat mengundang unsur-unsur ketidakjujuran. Secara tidak langsung bahasa merupakan alat untuk kita bergaul dan bersosialisasi, maka dari itu harus digunakan pula secara tepat dengan mengutamakan kejujuran dalam berbahasa. Kemudian sopan santun adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar maupun pembaca. Rasa hormat disini bukan berupa penghargaan melalui kata-kata, melainkan rasa hormat dalam gaya bahasa yang dimanifestasikan melalui kejelasan dan kesingkatan (Keraf, 1981:100). Gaya bahasa juga harus menarik agar dapat menarik perhatian lawan bicara maupun pembaca, dikarenakan gaya bahasa memperlihatkan jiwa dan kepirbadian penulis atau penutur dengan membandingkan sesuatu dengan yang lain.

1.6.2 Jenis- jenis Gaya Bahasa

Gaya bahasa dapat kita bedakan berdasarkan titik tolak penggunaannya. Gaya bahasa dapat dilihat dari bermacam-macam sudut pandang, maka akan sulit diperoleh

(28)

kesamaan mengenai suatu pembagian yang bersifat menyeluruh dan diterima oleh semua pihak mengenai jenis-jenis gaya bahasa. Berikut pemaparan jenis-jenis gaya bahasa.

1.6.2.1 Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

Berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung dalam sebuah kata, frasa, atau klausa, gaya bahasa dapat dibagi atas dua bagian, yaitu gaya bahasa langsung atau retoris (Rhetorical Figures) dan bahasa kiasan (Trope ).

a. Gaya Bahasa Retoris

Gaya bahasa retoris merupakan gaya bahasa yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu (Keraf, 2006:130). Gaya bahasa ini memiliki berbagai fungsi antara lain: menjelaskan, memperkuat, menghidupkan objek mati, menimbulkan gelak tawa, atau untuk hiasan. Gaya bahasa retoris termasuk dalam gaya bahasa yang maknanya harus diartikan menurut nilai lahirnya. Maka dari itu tidak akan timbul kesulitan untuk memahaminya selama pilihan kata itu tepat. Berikut macam-macam gaya bahasa retoris : (a) asonansi, (b) asindeton, (c) apofasis, (c) apostrof, (d) elipsis, (e) erotesis atau pertanyaan retoris, (f) eufemismus, (g) hiperbola, (h) histeron proteron, (i) kiasmus, (j) koreksio dan epanortosis, (k) litotes, (l) oksimoron. (m) paradoks, (n) polisindeton, (o) pleonasme dan tautologi, (p) perifrasis, (q) prolepsis atau antisipasi, (r) silepsis dan zeugma b. Gaya Bahasa Kiasan

(29)

15

Gaya bahasa kiasan dibentuk atas perbandingan atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan yang lain, mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut (Keraf, 2006: 136). Perbandingan mengandung dua pengertian, yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung dan perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Contoh pertama merupakan gaya bahasa langsung dan contoh kedua termasuk gaya bahasa kiasan.

4) Wila sama pintar dengan Jati. Kuda itu sama kuat dengan keledai. 5) Matanya seperti bintang kejora

Suaranya seperti bisikan surgawi

Perbedaan antara kedua perbandingan di atas adalah kelasnya. Perbandingan pertama mencakup dua anggota yang termasuk dalam kelas yang sama, sedangkan perbandingan kedua sebagai kiasan, mencakup dua hal dalam kelas yang berbeda. Berikut paparan jenis gaya bahasa kiasan : alegori, parabel, dan fable, alusi, antonomasia, antifrasis, epitet, eponim, metafora, metonimia, hipalase, inuendo, ironi, sinisme, dan sarkasme, persamaan atau simile, personifikasi, pun atau paronamasia sinekdoke, satire

1.6.3 Gaya Bahasa Simile

Simile atau persamaan adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat eksplisit. Bersifat eksplisit dalam arti bahwa simile langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Maka dari itu gaya bahasa ini memerlukan upaya yang secara eksplisit

(30)

menunjukkan kesamaan tersebut, yaitu berupa kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya.

Contoh penggunaan gaya bahasa simile : 6) Bibirnya seperti delima merekah

Matanya seperti pelangi yang indah

Terkadang diperoleh juga persamaan tanpa menyebutkan obyek pertama yang ingin dibandingkan, seperti:

7) Bagai air di daun talas Bagai udang di balik batu

Persamaan masih dapat dibedakan lagi atas persamaan tertutup dan persamaan terbuka. Persamaan tertutup adalah persamaan yang mengandung perincian mengenai sifat persamaan itu, sedangkan persamaan terbuka adalah persamaan yang tidak mengandung perincian mengenai sifat persamaan tersebut; pembaca atau pendengar diharapkan untuk mengisi sendiri sifat persamaannya.

1.6.4 Gaya Bahasa Metafora

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singklat (Keraf 2006 : 139). Misalnya bunga bangsa, buaya darat, buah hati. Metafora sebagai perbandingan langsung tidak mempergunakan kata-kata seperti yang digunakan dalam gaya bahasa simile seperti : seperti, bak, bagaikan, dan sebagainya. Sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Proses persamaan atau perumpamaan sebenarnya sama dengan simile, namun secara berangsur ketengan mengenai persamaan dan pokok pertama dihilangkan, misalnya:

(31)

17

8) Pemuda adalah seperti bunga bangsa. Pemuda adalah

bunga bangsa, Pemuda Bunga bangsa.

Metafora tidak selalu harus menduduki fungsi sebagai predikat, namun dapat juga menduduki fungsi lain seperti subyek, obyek, dan lainnya. Melalui hal tersebut, metafora dapat berdiri sendiri sebagai kata, berbeda dengan simile. Konteks bagi sebuah simile sangat penting, karena akan membantu makna persamaan itu, sebaliknya dengan metafora justru terbatasi oleh sebuah konteks. Bila dalam seuah metafora kita masih dapat menentukan makna dasar dari konotasinya, maka metafora tersebut masih hidup. Namun jika kita tidak dapat menentukan konotasinya lagi, maka metafora tersebut sudah mati. Misalnya:

9) Perahu itu menggergaji ombak Mobilnya batuk-batuk sejak pagi tadi Pemuda-pemudi adalah bunga bangsa

Kata-kata yang dicetak tebal madih hidup dengan arti aslinya. Maka dari itu penyimpangan makna seperti yang terdapat dalam kalimat-kalimat diatas merupakan metafora yang hidup. Namun proses penyimpangan semacam ini pada suatu saat dapat membawa pengaruh lebih lanjut dalam perubahan makna kata. Kebanyakan perubahan makna kata mula-mula terjadi karena metafora. Seiring berjalannya waktu orang tidak memikirkan lagi tentang metafora tersebut, sehingga arti yang baru itu dianggap sebagai arti yang kedua atau ketiga, metafora semacam ini adalah metafora mati. Dengan matinya sebuah metafora, kita berada kembali di depan sebuah kata yang mempunyai denotasi baru. Metafora seperti ini dapat berbentuk sebuah kata.

(32)

1.6.5 Gaya Bahasa Satire

Satire merupakan gaya bahasa yang harus ditafsirkan lain dari makna permukaannya. Kata satire diturunkan dari kata satura yang berarti talam yang penuh berisi macam-macam buah-buahan (Keraf 2006: 144). Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini tidak selalu harus bersifat ironis. Pada umumnya satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan secara etis maupun estetis. Contoh penggunaan gaya bahasa satire adalah sebagai berikut:

10) “Apakah hati nuranimu saat ini sedang tidur? Bisa-bisanya kau berbuat jahat kepada orang tuamu sendiri!”

Pada kalimat tersebut merupakan sebuah sindiran bahwa mengatakan apakah hati nurani mitra tutur sudah tidak ada alias tidur karena sudah tega menyakiti orang tuanya sendiri. Untuk memahami apakah bacaan bersifat satire atau tidak, pembaca atau pendengar harus mencoba meresapi implikasi-implikasi yang tersirat dalam baris-baris atau nada-nada suara, bukan hanya pada penyataan eksplisit itu. Pembaca harus berhati-hati menelusuri batas antara persaaan dan kegamblangan arti harafiahnya.

Berdasarkan pemaparan mengenai jenis gaya bahasa simile, metafora dan satire di atas yang akan dipergunakan sebagai landasan teori pada penelitian ini, maka dapat dilihat bahawa gaya bahasa memiliki fungsi yang berbeda pada setiap kalimat. Berfungsi sebagai penambah nilai estetik atau keindahan, dan ada pula yang memperjelas dan memperkuat makna, atau hanya sekedar hiasan. Keseluruhan gaya bahasa inilah yang akan diterapkan dalam penelitian ini.

(33)

19

1.6.6 Fungsi Gaya Bahasa Simile, Metafora, dan Satire

Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur, yaitu kejujuran, sopan-santun, dan menarik (Keraf: 2006:113). Bila kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku berpakaian dan sebagaianya. Melalui gaya bahasa memungkinkan kita untuk menilai pribadi, watak dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa tersebut. Semakin baik gaya bahasanya maka semakin baik pula penilaian orang terhadapnya begitu juga sebaliknya.

Menurut Tarigan penggunaan kata belum tentu menyampaikan sesuatu, sehingga persamaan, perbandingan serta kata-kata kias digunakan. Berdasarkan tiga unsur gaya bahasa Keraf, gaya bahasa simile dan metafora berfungsi sebagai persamaan dan perumpamaan sehingga memenuhi unsur menarik. Kemudian gaya bahasa satire berfungsi sebagai perumpamaan sekaligus sindiran terhadap masalah manusia sehingga memenuhi unsur sopan-santun karena merupakan sindiran yang sangat halus, dan unsur menarik.

Pada intinya fungsi gaya bahasa digunakan berdasarkan kebutuhan setiap orang yang berbeda. Mulai dari untuk mengekspresikan diri, sebagai alat komunikasi, maupun sebagai alat untuk mengadakan integrase dan beradaptasi sosial dalam lingkungan dan situasi tertentu maupun untuk kontrol sosial. Namun pada akhirnya gaya bahasa dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (Keraf 2006:113).

(34)

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan tiga tahap, yaitu : (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, (iii) penyajian data.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode simak. Disebut metode simak karena cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah dengan menyimak penggunaan bahasa (Mahsun 2017: 242). Istilah menyimak yang dimaksud adalah menyimak penggunaan bahasa secara tertulis. Dalam penelitian ini data berupa tulisan yang ada pada unggahan akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Pada penelitian ini penulis membatasi data berupa unggahan pada akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini mulai dari bulan Februari hingga Desember 2018.

1.7.2 Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul akan dianalisis menggunakan metode agih. Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto dalam Mastoyo, 1993:15). Dalam analisis ini, Teknik yang digunakan adalah teknik baca markah. Teknik baca markah adalah pemarkahan itu menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu.

(35)

21

1.7.3 Metode Penyajian Data

Hasil penelitian data akan disajikan dengan metode informal. Metode informal adalah penyajian kaidah penggunaan bahasa dengan kata-kata atau kalimat-kalimat baiasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis (Sudaryanto dalam Mastoyo, 1993:145).

1.8 Sistematika Penyajian

Bab 1 berisi tentang pendahuluan, terdiri dari (i) latar belakang masalah yang menguraikan mengapa peneliti melakukan penelitian ini. (ii) Rumusan masalah yang menguraikan beberapa permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini. (iii) Tujuan penelitian, menguraikan mengenai tujuan dari penelitian ini. (iv) Manfaat hasil penelitian, menguraikan tentang manfaat yang ada dalam penelitian ini. (v) Tinjauan pustaka, menguraikan beberapa penelitian yang bersangkutan dengan penelitian yang akan diteliti. (vi) Landasan teori, menguraikan tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian. (vii) Metode penelitian, menguraikan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini. (viii) Sistematika penyajian, menguraikan tentang sistematika penyajian yang terbagi dari beberapa bab. (ix) Biaya penelitian, menguraikan tentang tabel yang membahas tentang biaya yang dikeluarkan untuk penelitian ini. (x) Jawal penelitian, menguraikan waktu yang digunakan untuk penelitian. (xi) Daftar pustaka, menguraikan tentang beberapa buku atau penelitian sebagai bahan tambahan informasi untuk penelitian ini.

(36)

Bab II berisi tentang jenis gaya bahasa simile, metafora, dan satire yang terdapat pada akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

Bab III berisi tentang fungsi gaya bahasa simile, metafora, dan satire yang terdapat pada akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.

Bab IV adalah penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menguraikan majas-majas yang terdapat akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Saran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah saran peneliti, penulis dan masyarakat.

(37)

BAB II

PENANDA GAYA BAHASA SIMILE, METAFORA, DAN SATIRE DALAM AKUN INSTAGRAM NANTI KITA CERITA TENTANG HARI INI

UNGGAHAN FEBRUARI – DESEMBER 2018

2.1 Pengantar

Dalam bab ini dibahas hasil penelitian mengenai penanda gaya bahasa simile, metafora, dan satire dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini atau disebut juga @nkcthi, dalam periode unggahan Februari 2018 sampai dengan Desember 2018. Gaya bahasa merupakan masalah atau bagian dari diksi serta pilihan kata, yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata serta frasa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu.

Uraian dalam bab ini akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu, penanda gaya bahasa simile dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, penanda gaya bahasa metafora dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, dan penanda gaya bahasa satire dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.

2.2 Penanda Gaya Bahasa Simile

Gaya bahasa simile merupakan gaya bahasa yang membandingkan secara eksplisit. Bersifat eksplisit berarti bahwa perbandingan akan langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain (Keraf, 2006: 138). Dalam gaya bahasa simile

(38)

diperlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan tersebut, seperti penggunaan kata-kata seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana dan sebagainya.

Melalui pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa dalam tuturan yang menggunakan gaya bahasa simile terdapat dua bagian, yaitu bagian yang memperbandingkan, kemudian bagian yang diperbandingkan. Kedua bagian tersebut dihubungkan melalui kata-kata seperti, sama, jadi, sebagai, bagaikan atau laksana. Selain menggunakan kata-kata dan penanda tersebut, pada tulisan-tulisan modern juga dapat menunjukkan penggunaan gaya bahasa simile dengan bahasa yang tidak formal, bahasa sehari-hari maupun bahasa asing yang memiliki makna yang sama dengan penanda-penanda tersebut. Dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini terdapat banyak unggahan yang menggunakan gaya bahasa simile yang menggunakan kata-kata tersebut.

(39)

25

Data (11) menggunakan gaya bahasa simile. Dapat dilihat melalui kalimat Katanya namanya gengsi, yang meneruskan kalimat sebelumnya bahwa terdapat dinding di antara kasih, kata, hati, dan rasa. Jadi pada unggahan data (11) ini terdapat persamaan antara “gengsi” milik ayah dengan dinding yang menjadi pembatas kasih, kata, hati, dan rasa yang ditandai dengan katanya namanya yang memiliki makna yang sama dengan seperti ataupun bagaikan.

Pada data (12) ditemukan penanda gaya bahasa simile, yaitu kata jadi yang menjadi penghubung dan perbandingan bahwa pembatas malam ke pagi merupakan ruang paling tenang untuk tebak-tebakan tentang masa depan. Kemudian jika

(40)

dianalogikan gaya bahasa simile menyamakan pembatas malam ke pagi yang dikonotasikan sebagai waktu tengah malam dengan sebuah ruang.

Data (13) menggunakan gaya bahasa simile, hal itu dapat dilihat melalui penandanya yang menggunakan kata jadi pada kalimat “Mertua udah jadi orang tua, jadi ya sayangin, doain dan sabar-sabar terus ya!”. Pada kalimat tersebut penanda jadi menjadi pembanding yang menyamakan jika mertua sama dengan orang tua kandung.

(41)

27

Pada data (14) ditemukan gaya bahasa simile pada kalimat “Baru sebulan nikah udah ditanya, ‘KAPAN NIH MAMA DIKASIH CUCU?’ hellow dikira kyk bikin kue bolu kali yak”. Gaya bahasa simile pada data (14) ditandai dengan adanya kata kyk yang merupakan singkata dari kayak yang merupakan bentuk tidak baku dari kata seperti yang menjadi pembanding bahwa memberi cucu disamakan dengan membuat kue bolu.

(14)

(42)

Pada data (15) jika dialih bahasakan maka menjadi “Jaga dirimu sendiri seperti yang kucing lakukan”. Maka pada data (15) ditemukan penanda gaya bahasa simile, yaitu like yang jika diartikan menjadi seperti. Penanda tersebut menjadi pembanding untuk menyamakan menjaga diri sendiri dapat dilakukan seperti kucing.

Data (16) menggunakan gaya bahasa simile dengan memiliki penanda kata seperti” pada kalimat “Saya percaya, ‘Rasa’ itu seperti tanaman, harus dirawat dan dijaga, kalau tidak, ya pasti mati dan hilang”. Pada data (16) menggunakan gaya bahasa simile yang membandingkan bahwa rasa, baik itu perasaan cinta maupun perasaan

(43)

29

yang lain, jika tidak dirawat dan dijaga seperti tanaman sudah pasti akan mati dan menghilang.

2.3 Penanda Gaya Bahasa Metafora

Metafora merupakan gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi. Di dalamnya terlibat dua gagasan, yang satu adalah suatu kenyataan, seuatu yang dipikirkan, yang menjadi obyek, dan yang satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi, dan kita menggantikan yang belakangan itu menjadi yang terdahulu (Tarigan 1985: 183)

Gaya bahasa metafora adalah analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Metafora sebagai perbandingan langsung tidak mempergunakan kata seperti gaya bahasa simile (seperti, bak, bagaikan), sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua (Keraf: 2006: 139). Metafora tidak harus selalu menduduki fungsi predikat, namun dapat juga menduduki fungsi subyek, obyek dan yang lainnya. Dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini terdapat banyak unggahan yang menggunakan gaya bahasa metafora sebagai berikut:

(44)

Pada data (17) ditemukan gaya bahasa metafora. Gaya bahasa metafora merupakan gaya bahasa yang menunjukkan perumpamaan, pada data (17) ditemukan analogi atau perumpamaan yaitu “Langit dan isinya sedang menghibur..” pada kutipan tersebut terdapat analogi langit yang merupakan benda mati disamakan dengan manusia karena digambarkan langit dan isinya sedang menghibur yang hanya dapat dilakukan oleh manusia, maka melalui analogi tersebut terdapat gaya bahasa metafora yang memetaforakan langit dengan manusia. Kemudian juga terdapat metafora pada “.. yang kusut di darat”, kata kusut biasanya digunakan pada benda mati seperti benang atau tali, namun disini diterapkan untuk manusia karena yang dapat dihibur adalah manusia. Sehingga metafora tersebut menganalogikan dan membandingkan benang dengan manusia melalui kata kusut yang jika diterapkan pada manusia dan memiliki sifat yang sama dengan kusut adalah berantakan, sehingga kata kusut dapat diartikan sebagai sedih untuk manusia.

(45)

31

Data (18) menggunakan gaya bahasa metafora, penggunaan gaya bahasa metafora ditemukan pada kata pembatas malam kepagi. Kata pembatas biasa digunakan untuk benda-benda mati dan juga untuk ruang, misalnya pembatas buku, pembatas meja, pembatas rumah, batas kota dan sebagainya. Malam dan pagi yang merupakan keterangan waktu dianalogikan sebagai dua wilayah yang bersinggungan sehingga memiliki sebuah batas. Maka pada data (18) memetaforakan pembatas malam ke pagi sebagai waktu tengah malam.

(46)

Data (19) menggunakan gaya bahasa metafora, yang ditandai dengan kata suasananya sempit. Suasana biasa diartikan sebagai suatu keadaan atau kondisi dalam suatu peristiwa, namun pada metafora dalam data (19) suasana disandingkan dengan kata sempit yang berarti sesuatu yang tidak luas, dan terbatas. Kemudian suasana dianalogikan sebagai sebuah ruang yang sempit dan tidak dapat diubah karena terbatas. Dengan demikian data (19) memetaforakan suasana sempit sebagai kondisi atau keadaan dalam suatu peristiwa dalam konteks ini hubungan dengan mertua yang tidak dapat diubah dan terbatas pilihannya.

(47)

33

Pada data (20) ditemukan gaya bahasa metafora. Melalui kalimat bila datang hari bertemu batas digunakan metafora. Kata datang dan bertemu merupakan kata kerja atau verba yang biasanya digunakan oleh manusia ketika melakukan kegiatan, kemudian hari merupakan nomina keterangan waktu, dan batas merupakan penanda yang biasanya digunakan untuk suatu ruang. Dalam data (20) metafora menganalogikan hari sebagai persona yang datang dan akhirnya bertemu dengan batas. Sehingga dalam data tersebut memetaforakan hari bertemu batas sebagai keterangan waktu malam hari, maka dari itu kalimat berikutnya merupakan istirahat sebentar yang memerintahkan jika sudah malam merupakan waktunya untuk beristirahat.

(48)

Data (21) menggunakan gaya bahasa metafora, dapat dilihat dari kalimat pertama yaitu “Untuk hatinya yang terlanjur baret karena kalimat ‘jahat’ khususnya dari orang tua”. Kata baret dalam KBBI V diartikan sebagai goresan, yang biasanya digunakan untuk menjelaskan benda yang tergores, seperti kaca, kayu, besi, maupun plastik. Sehingga pada data (21) menganalogikan hati sebagai sebuah benda yang dapat tergores atau baret, dan dapat disimpulkan bahwa hati yang terlanjur baret memiliki arti hati yang terlanjur tergores atau juga dapat diartikan sebagai hati yang terluka.

(49)

35

Pada data (22) digunakan gaya bahasa metafora, pada kalimat ruang rahasia yang menganalogikan sebuah ruang. Ruang rahasia yang dimaksud bukanlah ruang yang disembunyikan secara rahasia, melainkan ruang dianalogikan sebagai pemikiran atau isi hati serta doa yang dilontarkan Ibu dalam konteks data (22). Maka ruang rahasia diartikan sebagai pemikiran serta doa yang ibu miliki dan sampaikan dalam setiap doanya, tanpa ada orang lain yang mengetahuinya.

2.4 Penanda Gaya Bahasa Satire

Gaya bahasa satire merupakan gaya bahasa yang harus ditafsirkan lain dari makna permukaannya. Kata satire diturunkan dari kata satura yang berarti talam yang penuh

(50)

berisi macam-macam buah-buahan (Keraf 2006: 144). Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini tidak selalu harus bersifat ironis. Pada umumnya satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan secara etis maupun estetis.

Dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini terdapat banyak unggahan yang menggunakan gaya bahasa satire guna menyindir pengguna Instagram yang mengikuti akun tersebut dan memiliki masalah kemanusiaan yang serupa. Berikut penanda gaya bahasa satire dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini:

Pada data (23) menggunakan gaya bahasa satire. Pada konteks dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang akhirnya dijadikan buku dengan judul yang sama yaitu “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” bercerita tentang seorang perempuan dewasa bernama Awan, yang memiliki pekerjaan sebagai arsitek dan

(51)

37

memiliki hubungan dengan teman kuliahnya yang sekaligus menjadi rekan kerja dan saingannya di kantor yaitu pria bernama Satria, hal tersebut juga diceritakan dan divisualisasikan dalam webseries berjudul #NKCTHI Series yang diunggah dalam kanal Youtube ToyotaIndonesia. Dalam konteks ini unggahan data (23) memiliki relevansi dengan hal yang sama dan tertulis dalam buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yaitu untuk menyindir dan mengkritik sikap Awan yang mencoba menjauhi Satria karena terdapat masalah di antara keduanya. Kemudian jika dikaitkan dengan data (23) gaya bahasa satire digunakan untuk menyindir sikap seseorang yang mencoba menjauh dengan alasan “butuh ruang” namun lebih tampak untuk “mencoba menghilang” seperti yang dilontarkan tokoh Satria kepada tokoh Awan yang mencoba menghilang dengan alasan butuh ruang sendiri.

Data (24) menggunakan gaya bahasa satire, mengaitkan konteks akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini dengan webseries yang berjudul “Nanti

(52)

Kita Cerita Tentang Hari Ini Series” yang diadaptasi dari buku dengan judul yang sama, pada episode kedua tokoh Satria melontarkan kalimat seperti pada data (24) kepada tokoh Awan, yang sebelumnya keduanya sedang memiliki masalah satu sama lain. Kalimat dengan gaya bahasa satire dilontarkan oleh tokoh Satria dengan maksud agar Awan dapat duduk sebentar, dan bercerita mengenai masalah yang mereka hadapi pada saat itu. Kemudian jika melihat data (24) dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, penggunaan gaya bahasa satire digunakan untuk menyindir dan mengkritik orang-orang yang tidak ingin mendengarkan cerita satu sama lain, baik individu maupun kelompok sehingga menjadi terburu-buru menilai sesuatu, dan tidak saling memahami satu sama lain. Data (24) juga digunakan untuk mengkritik dan menyindir agar sebuah diskusi dapat dilakukan sehingga menemukan titik terang.

(53)

39

Pada data (25) ditemukan gaya bahasa satire atau sindiran. Dalam sorotan Instastory dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang berjudul “Iya / Gak” menceritakan bagaimana keluh kesah para pengikut akun tersebut mengenai pengalaman mereka yang jika ditanya sesuatu selalu dijawab dengan kata “terserah”. Sehingga akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini membuat konklusi seperti yang tertulis pada data (25) guna untuk menyindir dan mengkritik orang-orang baik individu maupun kelompok dalam sosial masyarakat yang masih menjawab sesuatu dengan kata “terserah” tanpa adanya solusi dan penyelesaian yang jelas, dimaksudkan juga untuk menghemat dan mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam berdiskusi.

Data (26) menggunakan gaya bahasa satire yang merupakan sindiran. Pada webseries Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang menceritakan kisah tokoh Awan dan tokoh Satria, terdapat suatu masa ketika Awan merasa cemburu dengan Satria karena kedekatannya Satria dengan anak buah Awan yang bernama Intan. Kemudian dalam

(54)

suatu diskusi, kakak Awan yang bernama Angkasa memberitahu Awan dengan kalimat yang sama dengan data (26) dengan maksud mengingatkan dan menyindir tokoh Awan karena bersikap acuh tak acuh namun menyangkal perasaannya kepada Satria. Jika dikaitkan dengan konteks diatas, maka data (26) merupakan bentuk sindiran dan kritik untuk orang-orang yang tidak dapat menghargai dan menjaga sesuatu, dan sebagai pengingat karena yang tidak dijaga nantinya pasti akan hilang, dan yang tidak disimpan dapat diambil orang pada akhirnya.

Pada data (27) ditemukan gaya bahasa satire. Melalui salah satu sorotan pada akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang berjudul “Egois”, berisi mengenai cerita-cerita para pengikut akun tersebut melalui fitur pesan langsung yang menceritakan bagaimana sikap-sikap egois yang pernah dilakukan maupun dirasakan oleh para pencerita di lingkungan sosial masyarakat mereka. Pada akhir sorotan akun

(55)

41

Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini membuat sebuah konklusi berupa unggahan seperti pada data (27). Sehingga data (27) menggunakan gaya bahasa satire karena bermaksud menyindir dan mengkritik orang-orang yang bersikap egois dan mementingkan diri sendiri di lingkungan sosial masyarakat, dan sebagai pengingat bahwa kita tidak hidup sendirian dan isi manusia di dunia ini tidak hanya diri kita sendiri.

Data (28) menggunakan gaya bahasa satire atau sindiran. Dalam salah satu sorotan pada akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang berjudul “Tersinggung”, menceritakan keluh kesah para pengikut akun tersebut yang bercerita mengenai masalah ketersingungan yang dihadapi mereka dalam lingkungan sosial masyarakat. Kemudian di akhir sorotan akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari

(56)

Ini membuat kesimpulan berupa unggahan seperti pada data (28). Data (28) menggunakan gaya bahasa satire untuk menyindir dan mengkritik orang-orang yang mudah tersinggung, dan mengingatkan bahwa setiap orang memiliki perasaan dan menanggapi masalah ketersinggungan yang marak pada era ini khususnya dalam isu ras, agama, serta perbedaan-perbedaan lain yang belum bisa diterima di lingkungan sosial masyarakat.

2.5 Rangkuman

Jadi pada gaya bahasa simile, penanda simile adalah adanya dua hal yang diperbandingkan dan hadirnya kata hubung seperti, bagai, kayak, jadi, atau kata-kata yang sejenis maupun memiliki makna dan merepresentasikan makna yang sama. Misalnya pada kalimat berikut, “Rasa itu seperti tanaman. Harus dirawat dan dijaga. Kalau tidak, ya, pasti mati dan hilang”, pada kalimat tersebut kata seperti menjadi penanda yang membandingkan tanaman dengan rasa.

Kemudian pada gaya bahasa metafora, penanda gaya bahasa metafora adalah adanya dua hal yang diperbandingkan dengan adanya perpindahan referen dari hal yang satu ke hal yang lain. Misalnya pada kalimat berikut, “Bila lelah datang, coba lihat ke atas. Mungkin langit dan isinya sedang menghibur yang kusut di darat”, pada kalimat tersebut penanda metafora muncul pada kalimat “langit dan isinya sedang menghibur..” yang mereferensikan langit sebagai manusia yang dapat menghibur.

Penanda gaya bahasa satire adalah adanya tuturan tidak langsung, kemudian pihak yang disindir, dan ketidakberesan yang disindir. Misalnya pada kalimat berikut, “Karna

(57)

43

yang gak dijaga akan hilang, dan yang gak disimpan diambil orang”, pada kalimat tersebut gaya bahasa satire ditandai dengan tuturan tidak langsung dari contoh kalimat yang bermaksud mengatakan untuk menjaga sesuatu agar tidak hilang dan diambil orang. Kemudian dalam kontek Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang menceritakan kisah tokoh Awan dan tokoh Satria, terdapat suatu masa ketika Awan merasa cemburu dengan Satria karena kedekatannya Satria dengan anak buah Awan yang bernama Intan. Kemudian dalam suatu diskusi, kakak Awan yang bernama Angkasa memberitahu Awan dengan kalimat yang sama dengan maksud mengingatkan dan menyindir tokoh Awan karena bersikap acuh tak acuh namun menyangkal perasaannya kepada Satria.

(58)

BAB III

FUNGSI GAYA BAHASA SIMILE, METAFORA, DAN SATIRE DALAM AKUN INSTAGRAM NANTI KITA CERITA TENTANG HARI INI

UNGGAHAN FEBRUARI – DESEMBER 2018

3.1 Pengantar

Fungsi gaya bahasa adalah menjelaskan, memperkuat, menghidupkan objek mati, menstimulasi asosiasi, menganalogikan sesuatu, menimbulkan gelak tawa dan untuk hiasan. Keraf juga mengatakan bahwa fungsi gaya bahasa untuk mengekspresikan diri, sebagai alat komunikasi, beradaptasi di lingkungan sosial dan sebagai kontrol sosial. Dalam bab ini dibahas hasil penelitian tentang fungsi gaya bahasa simile, metafora, dan satire dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Uraian pada bab ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (a) fungsi gaya bahasa simile dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, (b) fungsi gaya bahasa metafora dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. (c) fungsi gaya bahasa satire dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.

3.2 Fungsi Gaya Bahasa Simile

Gaya bahasa simile merupakan gaya bahasa yang termasuk dalam gaya bahasa perumpamaan atau perbandingan. Simile membandingkan suatu hal dengan hal lainnya menggunakan kata penghubung atau kata pembanding untuk menjelaskan dua hal yang

(59)

45

berbeda namun memiliki sifat atau karakteristik yang sama. Kata penghubung yang biasa digunakan dalam gaya bahasa simile adalah seperti, bak, bagaikan, jadi, sebagai, semisal, juga. Namun pada era modern ini penanda atau kata penghubung tersebut juga dapat ditemukan dalam kata-kata informal maupun bahasa asing namun memiliki makna yang sama. Fungsi gaya bahasa simile yang terdapat dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini: (a) menyamakan konsep dalam wacana (b) memperkuat makna wacana, (c) memudahkan pembaca memahami makna wacana, (d) memperindah wacana.

3.2.1 Fungsi Menyamakan Konsep dalam Wacana

Keraf menjelaskan bahwa gaya bahasa berfungsi untuk mengekspresikan sesuatu sehingga dapat mengkonkretkan dua hal yang berbeda menjadi satu konsep yang sama. Salah satu fungsi gaya bahasa simile adalah untuk membandingkan atau menyamakan sesuatu antara dua hal atau lebih yang memiliki konsep dan sifat berbeda namun dengan penggunaan gaya bahasa simile dapat dipahami lebih mudah. Fungsi menyamakan konsep dalam wacana dapat dilihat dari bentuk gaya bahasa simile yang muncul dengan penanda “seperti”, “kayak”, “like”, dan pembanding atau persamaan lainnya. Fungsi menyamakan konsep dalam wacana dapat dilihat melalui contoh berikut:

(60)

Pada data (29) fungsi gaya bahasa simile adalah untuk menyamakan konsep dalam wacana. Pada kalimat Pembatas malam ke pagi sering kadang jadi ruang paling tenang untuk tebak-tebakan tentang masa depan Melalui gaya bahasa simile yang menyamakan bahwa tengah malam atau disebut pada data (29) sebagai pembatas malam ke pagi dijelaskan sebagai ruang paling tenang, khususnya untuk membahas bagaimana masa depan nantinya.

(61)

47

Fungsi gaya bahasa simile dapat data (30) adalah untuk menyamakan konsep dalam wacana. Hal yang disamakan dalam contoh tersebut adalah Gengsi dengan Dinding. Dalam kalimat “Ayah, ada dinding di antara kasih, kata, hati, dan rasa. Katanya namanya ‘gengsi’” Melalui penanda Katanya namanya.. kata gengsi disamakan atau dibandingkan dengan Dinding yang menjadi pembatas untuk sosok ayah menunjukkan emosinya seperti kasih, kata hati maupun perasaannya.

(62)

Dalam data (31) menunjukkan fungsi gaya bahasa simile adalah untuk menyamakan konsep dalam wacana. Pada data (31) dalam kalimat hellow dikira kyk bikin kue bolu kali yak Pada penanda kyk yang merupakan singkatan dari kayak adalah sebagai pembanding yang menyamakan membuat kue bolu sama dengan memberi cucu karena merujuk pada kalimat sebelumnya yang mempermasalahkan “KAPAN NIH MAMA DIKASIH CUCU?”

(63)

49

Fungsi gaya bahasa simile dalam data (32) adalah untuk menyamakan konsep dalam wacana. Pada data (32) gaya bahasa simile berfungsi sebagai pembanding yang menyamakan kucing dengan manusia ketika merujuk pada masalah mengurus diri sendiri atau mandiri. Dalam kalimat data (32) Take some ime to take care of yourself, like cats do. Pada kata like yang berarti seperti berfungsi menyamakan dan membandingkan manusia dengan kucing.

3.2.2 Fungsi Memperkuat Makna Wacana

Gaya bahasa dapat digunakan untuk memperkuat suatu konsep dan dalam konteks tertentu. Dengan gaya bahasa simile suatu fungsi sebuah kata dapat diperkuat dan ditekankan sehingga mendukung konteks selanjutnya yang ingin dijelaskan. Fungsi memperkuat makna wacana ini terlihat dalam konteks perbandingan yang

(64)

terdapat dalam akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Fungsi memperkuat makna wacana dapat dilihat dalam contoh-contoh berikut :

Fungsi gaya bahasa simile dalam data (33) adalah untuk memperkuat makna wacana. Pada kalimat Mertua udah jadi orang tua, jadi ya sayangin, doain, dan sabar-sabar terus ya! Pada data (33) khususnya pada kalimat tersebut, terdapat penanda gaya bahasa simile yaitu kata jadi, penanda tersebut berfungsi memperkuat bahwa mertua sekalipun sudah menjadi orang tua sendiri atau orang tua kandung, sehingga harus dijaga, dirawat, dan disayang layaknya orang tua sendiri atau orang tua kandung kita.

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian Awal karya ini menggambarkan pendidikan di surau pada masa lalu dengan melihat pada aspek kuatnya sosok guru tuo (guru tua) yang mengajarkan anak-anak belajar

dengan tokoh dan karakter yang melekat. Tokoh diciptakan pengarang dengan keadaan jiwa tertentu ketika mendapatkan masalah. Selain itu, novel Bekisar Merah sarat

Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba pada Moleong (2013, p.186), antara lain : mengkonstruksi mengenai orang, kejadian,

usability pada aplikasi ponsel cerdas panel layar sentuh sebagai perangkat ini lebih ditujukan untuk melihat tin pengguna usia lanjut, meski demi melakukan

Basis data data pada sistem ini memiliki beberapa tabel yang terdiri dari tabel pasar yang berfungsi untuk menyimpan nama pasar, kemudian tabel sembako yang

Pada perancangan menara distilasi digunakan condenser total, dimana uap yang masuk pada kondisi dew point akan dicairkan seluruhnya pada suhu tertentu. Reboiler yang

[r]

Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.Teori ini pada dasarnya merupakan suatu pendekatan struktur sosial