• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4 Penyakit Ginjal Kronis

2.4.10 Penangan Dental pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis

Dokter gigi memiliki tanggung jawab untuk memberikan perawatan dental sehubungan dengan meningkatnya angka pasien krompomis medis, salah satunya penyakit ginjal kronis. Diperlukan perencanan yang fundamental untuk menangani pasien yang datang dengan kerusakan ginjal hingga kasus yang berat. Sebelum dijelaskan perawatan yang akan dilakukan kepada pasien, klinisi harus menentukan perawatan yang tepat untuk pasien.3

a. Riwayat Medis

Sebelum memulai prosedur perawatan dental, dalam menggali kondisi umum pasien guna mendapatkan riwayat medis yang lengkap, ada beberapa hal yang sebaiknya kita ketahui pada pasien penyakit ginjal kronis, antara lain:9

1. Apa panyebab penyakit ginjal kronis yang diderita 2. Status kardiovaskular dan gangguan lain yang menyertai

3. Perawatan yang dijalani untuk menangani penyakit ginjal kronis 4. Obat-obatan yang dikonsumsi dalam merawat penyakit ginjal kronis 5. Riwayat anemia, infeksi, perdarahan abnormal, kelainan tulang 6. Rincian perawatan dialisis yang dijalani

Sebelum melanjutkan perawatan, sebaiknya dokter gigi melakukan komunikasi dengan dokter ahli yang merawat pasien penyakit ginjal kronis mengenai kondisi lebih rinci dari pasien.

b. Prosedur penangan dental

Para ahli spesialis ginjal berpendapat bahwa penanganan dental yang terbaik dilakukan terhadap pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis adalah satu hari setelah dialisis agar keseimbangan cairan dan elektrolit menjadi optimal.15

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan penanganan dental pada pasien penyakit ginjal kronis, antara lain :

1. Pertimbangan terhadap Perawatan yang Dijalani Pasien Penyakit Ginjal Kronis

a. Pasien dalam perawatan penggunaan obat-obatan konservatif.

Dalam menjalankan perawatan dental dibutuhkan komunikasi yang baik dengan dokter spesialis ginjal yang merawat pasien, harus diperhatikan stadium penyakit pasien dan perawatan yang dijalani. Dalam pemberian obat-obatan pada pasien penyakit ginjal kronis, perlu dipertimbangkan perubahan farmakokinetik yang terjadi dalam absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat-obatan. Pasien dengan gangguan ginjal disertai dengan gangguan pada saluran gastro-intestinal seperti gastric atropy, penigkatan pH lambung, ulser dan pendarahan pada saluranan gastro-intetinal, yang bisa memperlambat penyerapan obat-obatan yang dikonsumsi secara oral. Sebelum melakukan prosedur perawatan dental invasif, sebaiknya diperhatikan masalah hematologi pasien. Dihindari fokal infeksi yang mungkin terjadi. Masalah hipertensi dan mengawasi tekanan darah pasien harus diperhatikan. Dalam pemberian obat-obatan, hindari penggunaan obat-obatan yang bersifat nefrotoxic (seperti tetrasiklin, aminoglikosida), dan pemberian dosis yang tepat harus diperhatikan secara detail.7

Pemberian antibiotik profilaksis dibutuhkan sebelum pencabutan, skeling, dan bedah periodontal. Termasuk pada penderita polikistik ginjal, pasien penerima perawatan peritoneal dialisis (bisa berakibat bakteremia sehingga terjadi peritonitis), dan juga pada pasien yang menerima perawatan hemodialisis. Pemberian obat-obatan sebaiknya diberikan setelah konsultasi lebih lajut antara dokter gigi dan ahli ginjal yang merawat pasien penyakit ginjal kronis, kecuali pada kondisi gawat darurat. Antibiotik seperti eritromisin, kloksasilin, dan fusidin bisa diberikan dengan dosis biasa. Penisilin, metronidazole dan sepaloridin digunakan dengan pemberian dosis yang rendah, jika terjadi peningkatan level serum darah sangat tinggi bisa menjadi racun pada sistem saraf pusat. Pemberian tetrasiklin bisa memperburuk retensi nitrogen dan asidosis pada pasien penyakit ginjal kronis. Pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani perawatan hemodialisis akan mudah terkena infeksi endokarditis. Dikarenakan adanya perubahan volume dan hemodialisis yang mempengaruhi kerja jantung sehingga menghasilkan stress yang memberikan

kesempatan berkembangnya infeksi endokarditis. Oleh karena itu, dibutuhkan pemberian antibiotik profilaksis sebelum memulai perawatan dental untuk mencegah berkembangnya infeksi endokarditis dan infeksi lainnya.9,16,18

American Hearth Association memberi protokol pemberian antibiotik yang dimodifikasi pada pasien penyakit ginjal kronis berat: vancomisin (1gm) diinfuskan selama satu jam ketika dialisis sehari sebelum perawatan dental. Amoksisilin (3gm) diberikan secara oral satu jam sebelum penaganan dental, pemberian kedua tidak dibutuhkan. Eritromisin etil suksinat (500mg) atau eritromisin stearata (1gm) diberikan 2 jam sebelum prosedur dental, kemudian setengah dosis 6 jam setelah perawatan. Klindamisin (300mg) diberikan secara oral satu jam sebelum prosedur dental, kemudian 15mg 6 jam setelah perawatan. 9

Pemberian anastesi lokal aman digunakan kecuali jika terdapat kecenderungan risiko pendarahan yang berat. Pemberian anastesi yang optimal dieprlukan untuk mencegah toksisitas. Anastesi seperti lidokain dan diazepam aman digunakan untuk pasien penyakit ginjal kronis. Pemberian anastesi umum kontra indikasi jika pasien penyakit ginjal kronis disertai dengan anemia.2,16

Pemberian anastesi lokal dan anastesi umum

Pada pasien penyakit ginjal kronis akan mengalami kondisi imunosupresan, terutama pada pasien yang menjalani perawatan transplantasi ginjal. Kondisi ini akan memudahkan bakteri untuk menginfeksi pasien penyakit ginjal kronis. Tindakan dental yang tidak steril akan memudahkan terjadinya bakterimia pada pasien yang menjalani perawatan dental.9

b. Pasien dalam perawatan peritoneal dialisis

Dalam perawatan peritoneal dialisis, sebuah kateter ditempatkan di dinding abdomen dan peritoneum disalurkan ke tubuh, berguna untuk menghilangkan nitrogen dan semua hasil metabolisme yang bersifat racun. Membran peritoneal akan menyaring darah pasien dengan mekanisme osmotik, dan menyalurkan cairan osmotik dan mengeluarkannya. Perawatan ini bisa dilakukan dirumah oleh pasien. Secara khusus tidak ada hal yang harus diwaspadai pada pasien yang menjalani

perawatan ini ketika akan menjalankan perawatan dental, namun prosedur tetap dan kondisi pasien harus diperhatikan saat akan melakukan perawatan dental.7

c. Pasien dengan perawatan hemodialisis

Pasien yang menjalani hemodialisis biasanya melakukan perawatan 3 kali seminggu. Selama proses perawatan, darah pasien diberi antikoagulan dengan heparin untuk membantu menyalurkan darah. Karena itu, perawatan dental memiliki resiko pendarahan harus dilakukan satu hari setelah hemodialisa. Kondisi pasien yang diikuti dengan disfungsi platelet dan anemia, memunculkan resiko infeksi bakteri virus HBC, HCV, HIV. 7

d. Pasien dengan perawatan transplantasi ginjal

Pasien akan mengkonsumsi obat-obatan imunosupresan sebelum menerima transplantasi. Kondisi ini akan memudahkan bakteri untuk menginfeksi pasien penyakit ginjal kronis sehingga beresiko infeksi oral pada pasien. Pasien akan mengonsumsi kortikosteroid, calcineurin inhibitor (Cs, tacrolimus) dan inhibitors of lympochyte proliferation (azathioprine, mychophenolate mophetil). Pada pasien yang menjalani proses transplantasi ginjal akan mengalami hiperplasia gingiva, hipertrofi gingiva, ulserasi sebagai manifestasi obat-obatan yang dikonsumsi pasien dalam menjalani transplantasi.7,1

2. Pertimbangan terhadap Hemostasis

Pada pasien penyakit ginjal kronis yang disertai anemia yang parah,harus diperhatikan jumlah hematokrit pasien.2

Untuk mengatasi perdarahan lokal, gunakan gelatin sponge pada soket dan sebaiknya dilakukan penjahitan untuk mengatasi luka yang besar untuk mengoptimalkan penyembuhan luka pada saat pencabutan ataupun bedah. 2

3. Tindakan prekausa di dental chair

Adapun tindakan prekausa pasien penyakit ginjal kronis di dental chair adalah sebagai berikut:

b. Jika prosedur berlangsung lama, biarkan pasien berjalan atau berdiri sejenak agar tidak terjadi penyumbatan pembuluh darah.

c. Dokter gigi harus mengawasi tekanan darah sebelum dan selama perawatan.

d. Jika diperlukan, lakukan pemberian obat sedativ (penenang) sebelum perawatan dental dilakukan

e. Bagi operator, gunakan perlindungan (berdasarkan standard precaution) sebaik mungkin terhadap transmisi infeksi virus seperti virus hepatitis B, hepatitis C, tuberkolosis, dan HIV.

.

Dalam melakukan perawatan dental pada pasien penyakit ginjal kronis yang memiliki komplikasi dengan penyakit sistemik lain serta memiliki manifestasi oral, dokter gigi harus memiliki komunikasi, pengetahuan, dan kemampuan dalam melakukan penanganan dental pada pasien tersebut.

Dokumen terkait