• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penanganan Kasus Gugat Cerai Karena Murtad 1.Teknis Administrasisecara umum 1.Teknis Administrasisecara umum

a. Penerimaan Perkara

Sistem pelayanan perkara di Pengadilan Salatiga menggunakan sistem kelompok kerja yang terdiri dari meja I (termasuk di dalamnya Kasir), meja II dan meja III. Petugas Meja 1 menerima gugatan, permohonan, verzet, permohonan eksekusi dan perlawanan pihak ketiga. Gugatan diajukan secara tertulis yang ditandatangani oleh Penggugat atau kuasanya dan ditujukan kepada Ketua Pengadilan Agama Salatiga (pasal 118 ayat 1 HIR atau pasal 142 ayat 1 Rbg). Penggugat yang tidak dapat membaca dan menulis dapat mengajukan gugatan secara lisan, selanjutnya Ketua Pengadilan atau Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan mencatat gugatan tersebut.

Dalam pendaftaran perkara dokumen yang diserahkan kepada petugas Meja 1 adalah surat gugatan sebanyak jumlah pihak ditambah tiga rangkap untuk Majelis Hakim, surat kuasa khusus (dalam hal penggugat atau pemohon menguasakan kepada pihak lain), fotocopy kartu anggota advokat bagi yang menggunakan jasa advokat. Kemudian petugas meja 1 menerima dan memeriksa kelengkapan berkas dengan menggunakan daftar periksa (check

98

list).Dalam menaksir panjar biaya perkara, petugas Meja 1 berpedoman pada Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama tentang Panjar Biaya Perkara yang merujuk pada PP No. 53 Tahun 2008 tentang PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), PP MA RI No. 3 Tahun 2012 tentang Biaya Proses Penyelesaian Perkara dan Pengelolaannya.

Hal-hal yang diperhatikan dalam menentukan panjar biaya perkara adalah jumlah pihak yang berperkara, jarak tempat tinggal (radius) dan kondisi daerah para pihak, biaya pemanggilan para pihak untuk menghadirimediasi lebih dahulu dibebankan kepada Penggugat atau Pemohon yang diambil dari uang panjar biaya perkara tersebut.Setelah menaksir panjar biaya perkara, petugas Meja 1 membuat Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dalam empat rangkap dan petugas Meja 1 mengembalikan berkas kembali kepada Penggugat atau Pemohon untuk dilanjutkan kepada kasir.

Penggugat atau Pemohon membayar uang panjar biaya perkara yang tercantum dalam SKUM melalui Bank. Setelah kasir menerima tanda bukti pembayaran dari Penggugat atau Pemohon kemudian dibukukan dalam Buku Jurnal Keuangan Perkara,diberi nomor, dibubuhkan tanda tangan dan cap lunas pada SKUM.

Kasir menyerahkan satu rangkap surat gugat atau permohonan sesuai dengan nomor perkara beserta SKUM kepada Penggugat atau Pemohon untuk didaftarkan ke Meja II. Petugas Meja II mencatat dalam Buku Register Induk

99

Gugatan atau Permohonan sesuai dengan nomor perkara dalam SKUM. Petugas Meja II menyerahkan berkas kepada Panitera melalui Wakil Panitera untuk disampaikan kepada Ketua Pengadilan Agama Salatiga. Dalam waktu paling lambat dua hari kerja berkas tersebut sudah diterima oleh Ketua Pengadilan Agama Salatiga.

b. Persiapan Persidangan

Penetapan Majelis Hakim (PMH) termasuk dalam persiapan persidangan. Paling lambat dalam waktu 10 hari kerja sejak perkara didaftarkan, Ketua PA sudah menetapkan Majelis Hakim sesuai dengan nama yang tercantum SK pengangkatan sebagai Hakim. Ketua Majelis Hakim adalah Ketua atau Wakil Ketua PA yang merupakan Hakim senior di PA Salatiga dan sudah lama menjadi Hakim. Majelis Hakim dibantu oleh Panitera Pengganti dan Jurusita. Penetapan Majelis Hakim dicatat oleh petugas Meja II dalam Buku Register Induk Perkara.

Penunjukkan Panitera Pengganti dilakukan oleh Panitera untuk membantu Hakim dalam menangani perkara dalam persidangan. Penunjukkan Panitera Pengganti dicatat oleh petugas Meja II dalam Buku Register Induk Perkara. Penunjukkan Panitera Pengganti dibuat dalam bentuk “Surat Penunjukkan” ditandatangani Panitera dan dibubuhi stempel.

Penetapan hari sidang paling lambat 7 hari setelah berkas dipelajari oleh Majelis Hakim. Pemeriksaan perkara cerai dilakukan paling lambat 30

100

hari sejak tanggal surat gugatan didaftarkan di kepaniteraan PA Salatiga. Atas perintah Ketua Majelis Panitera Pengganti melaporkan hari sidang pertama kepada petugas meja II dan oleh petugas dicata dalam Buku Register Perkara. c. Pelaksanaan Persidangan

Sidang dilaksanakan di ruang sidang. Majelis Hakim terlebih dahulu mengupayakan perdamaian melalui proses mediasi sesuai dengan pasal 130 HIR/154 RBg jo pasal 82 UU No. 7 tahun 1989 jo UU No. 3 tahun 2006 jo PERMA No. 1 tahun 2008. Jika mediasi gagal, maka Majelis Hakim tetap berkewajiban mendamaikan para pihak. Sidang pemeriksaan perkara cerai baik cerai talak maupun cerai gugat dilakukan secara tertutup, namun putusan dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum.

Dalam pemeriksaan cerai gugat Pengadilan Agama sedapat mungkin berupaya untuk mengetahui jenis pekerjaan dan pendidikan suami dengan jelas dan pasti sehingga dapat mengetahui perkiraan pendapatan rata-rata perbulan. Hal ini dijadikan dasar pertimbangan dalam menetapkan nafkah madhiyah, nafkah iddah dan nafkah anak.

2. Dasar Hukum Materiil

Dasar hukum materiil dalam menentukan perkara cerai adalah dengan berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadist, UU No.22 tahun 1946 jo UU No. 32 tahun 1954 tentang Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk (NTCR), UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan (PP No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1

101

tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam), UU No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, HIR/Rbg. Tata cara dan putusnya perceraian yang dimaksud dalam UU No. 1 tahun 1974 ada pengkhususan dalam KHI terkait dengan alasan-alasan dan putusnya perkawinan.

Sesuai yang termaktub dalam UU No. 7 tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan UU No. 50 tahun 2009 menganut Asas Personalitas Keislaman. Dengan demikian semua sengketa antara orang-orang yang beragama Islam mengenai hal-hal yang diatur dalam pasal 49 UU No. 7 tahun 1989 sebagaiman yang telah diubah dengan UU No. 3 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan UU No. 50 tahun 2009 menjadi kewenangan Pengadilan Agama.

Asas personalitasberlaku di bidang perkawinan tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA), meskipun salah satu (suami atau istri) atau kedua belah pihak (suami istri) keluar dari agama Islam. Asas ini juga berlaku di

bidang kewarisan, di bidang ekonomi syari‟ah, di bidang wakaf, di bidang

hibah dan wasiat yang dilakukan berdasarkan Hukum Islam.Untuk perkara cerai baik cerai talak maupun cerai gugat terdapat aturan khusus.

Cerai gugat yang diajukan oleh istri yang petitumnya memohon agar Pengadilan Agama memutuskan perkawinan Penggugat dengan Tergugat. Prosedur pengajuan gugatan dan pemeriksaan cerai gugat agar merujuk

102

kepada pasal 73 sampai dengan pasal 86 UU No. 7 tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan UU No. 50 tahun 2009 jo pasal 14 sampai dengan pasal 36 PP No. 9 tahun 1975.

Gugatan nafkah anak, nafkah istri, mut‟ah, nafkah iddah dapat

diajukan bersama-sama dengan cerai gugat. Gugatan hadhanah dan harta bersama suami istri sebaiknya diajukan terpisah dalam perkara lain. Cerai gugat dengan alasan taklik talak harus dibuat sejak awal diajukan gugatan, agar selaras dengan format laporan perkara. Dalam hal Tergugat tidak hadir, perkara diputus verstek, Pengadilan tetap melakukan sidang pembuktian mengenaim kebenaran adanya alasan perceraian yang didalilkan oleh Penggugat.

Untuk keseragaman amar putusan cerai gugat dengan alasan adanya

kekejaman atau kekerasan suami berbunyi, “menjatuhkan talak satu ba‟in

sughra Tergugat (nama terang Tergugat bin nama ayah Tergugat) terhadap Penggugat (nama terang Penggugat binti nama ayah Penggugat)”. Amar

putusan cerai gugat dengan alasan pelanggaran taklik talak adalah menjatuhkan talak satu khul‟I Tergugat (nama terang dirahasiakan) terhadap Penggugat (nama terang terang dirahasiakan). Untuk amar putusan cerai gugat dengan alasan suami murtad atau keluar dari agama Islam adalah memfasakhkan perkawinan antara Penggugat (nama terang dirahasiakan)

103

dengan Tergugat (nama terang dirahasiakan)”.(Tim Dirjen Badan Peradilan Agama:149).

B. Perbedaan Putusan No. 138/Pdt. G/2006/PA. SAL dan Putusan No. 0356/Pdt. G/2011/PA. SAL

Putusan No. 138/Pdt. G/2006/PA. SAL dan Putusan No. 0356/Pdt. G/2011/PA. SAL merupakan putusan cerai gugat dengan alasan karena Tergugat atau suami murtad (keluar dari agama Islam). Kedua putusan memiliki alasan perceraian yang sama yaitu ketidakharmonisan dalam rumah tangga disebabkan karena salah satu pasangan murtad. Akan tetapi meski dengan alasan perceraian yang sama, kedua putusan tersebut terdapat perbedaan amar putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim.

Adapun perbedaannya pada Putusan No. 138/Pdt. G/2006/PA. SAL amar putusan adalah memfasakhkan perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat. Sedangkan pada Putusan No. 0356/Pdt. G/2011/PA. SAL amar putusan yang dijatuhkan adalah menjatuhkan talak satu ba‟in sughra Tergugat terhadap Penggugat.

Menurut analisis penulis, perbedaan amar putusan kedua putusan tersebut dapat ditinjau dari aspek fakta di persidangan. Dalam aspek fakta di persidangan diperoleh dari pembuktian dan keterangan saksi. Pembuktian berupa bukti otentik seperti akte nikah. Kedua keterangan saksi dari kedua pihak. Keterangan saksi pertama pada putusan No. 138/09/1998 adalah kejelasan menikah antara Penggugat

104

dan Tergugat dibuktikan dengan akte nikah. Keterangan saksi kedua adalah rumahtangga antara Penggugat dan Tergugat tidak rukun,karena Tergugat telah kembali ke agama Kristen sehingga terjadi pertengkaran dan perselisihan. Alasan utama adalah murtad yang menyebabkan ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Fakta keterangan saksi pada putusan N0. 0356/Pdt. G/2011/PA. SAL adalah kejelasan menikah antara Penggugat dan Tergugat dibuktikan dengan akte nikah. Antara Penggugat dan Tergugat sering terjadi pertengkaran. Alasan pertengkaran adalah karena Tergugat pindah agama Nasrani dan Penggugat pergi meninggalkan Tergugat. Keterangan saksi kedua selain karena murtad, alasan pertengkaran adalah Penggugat hutang modal untuk usaha akan tetapi oleh Penggugat dipinjamkan kepada tetangga. Alasan utama adalah ketidakharmonisan dalam rumah tangga yang menyebabkan salah satu pihak murtad.

Setelah aspek fakta dalam persidangan dilanjutkan aspek alasan perceraian. Pada Putusan No. 138/Pdt. G/2006/PA. SAL putusan yang dijatuhkan adalah fasakh. Alasan utama pada putusan ini adalah murtad sebagai satu-satunya alasan. Adanya salah satu pasangan murtad menyebabkan ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Menurut analisis penulis, sebelum adanya putusan fasakh dari Pengadilan, hubungan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat sudah rusak terlebih dahulu karena salah satu pasangan murtad. Murtad dalam sebuah perkawinan membatalkan sahnya hubungan perkawinan. Pada Putusan No. 0356/Pdt. G/2011/PA. Sal putusan yang dijatuhkan adalah jatuh thalaq ba‟in sughra. Alasan utama pada putusan ini adalah

105

ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan murtad bukan satu-satunya alasan perceraian. Pada putusan ini gugatan perceraian diajukanketika rumahtangga sudah terjadi perselisihan dan pertengkaran terus-menerus sebelum salah satu pihak atau pasangan suami istri murtad.