6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL 6.2.1.1. Arah Kebijakan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk didalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari
jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
6.2.1.2. Lingkup Kegiatan
Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan
termasuk gedung dan rumah negara;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung
dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan
bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar berikut.
Gambar 6.6. Lingkup Tugas PBL
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan
nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi.
6.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan 6.2.2.1. Isu Strategis
Isi-isu startegis Penataan Bangunan dan Lingkungan secara nasional perlu dilihat terlbih dahulu karena dapat mempengaruhi sektor PBL. Selain Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPM), agenda-agenda lain adalah pemenuhan Standar Minimal (SPM) bidang PU dan Tata Ruang yang untuk sektorPBL adalah tersedianya Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) Kabupaten/kota. Rumusan isu-isu strategis nasional adalah sebagai berikut:
1. Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah
berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan
lingkungan.
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di
kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu
pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.
3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari
total penduduk Indonesia;
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU
PAKET;
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan
kemiskinan.
Pertumbuhan kota dapat terjadi melalui 2 (dua) proses, pertama kota yang tumbuh tanpa perencanaan dan kedua kota yang tumbuh dan berkembang dengan perencanaan. Kota yang tumbuh tanpa perencanaan dan terbangun secara alamiah pada akhirnya akan menimbulkan dampak yang luas. Kota yang tumbuh dengan perencanaan relatif lebih teratur dan tertata dengan dampak yang lebih minimal.
Adapun isu-isu strategis yang berpengaruh terhadap Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Medan adalah :
No. Isu - Isu Strategis Kebutuhan Penanganan
01. Belum dimilikinya aturan terhadap pembangunan dan pelestarian bangunan serta perijinan.
No. Isu - Isu Strategis Kebutuhan Penanganan 02. Belum tersedianya Pedoman terhadap Penataan Bangunan
dan Lingkungan yang mengakibatkan ketidak teraturan pembangunan dalam suatu kawasan, terutama kawasan-kawasan strategis.
Diperlukannya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai payung untuk pelaksanaan Rencana Tindak dan Implementasi.
03. Tingginya tingkat bahaya kebakaran akibat tidak tertatanya bangunan dan lingkungan, belum adanya aturan yang mendukung keandalan bangunan dan penataan lingkungan terhadap bahaya kebakaran
Diperlukan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
04. Menurunnya kualitas bangunan dan lingkungan permukiman pada kawasan tradisional/bersejarah
Diperlukan Rencana Tindak/ DED dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar Kawasan Tradisional/Bersejarah 05. Menurunnya fungsi kawasan akibat terjadinya kerusakan
bangunan dan lingkungan
Diperlukan Rencana Tindak/ DED dan Revitalisasi Kawasan
06. Berkurangnya Tempat Ruang Terbuka Publik akibat berkembangnya pembangunan yang tidak tertata
Diperlukan Ruang Terbuka Publik
6.2.2.2. Kondisi Eksisiting Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Medan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota merupakan dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan yang mempunyai jangka waktu rencana selama 20 (dua puluh) tahun dan dapat dievaluasi minimal 5 (lima) tahun sekali. Perkembangan kota, modernisasi, globalisasi dan pertambahan penduduk Kota Medan menyebabkan peningkatan keberagaman fungsi ruang kota dan peningkatan kebutuhan ruang kota, disisi lain ketersediaan lahan semakin sempit sehingga dituntut kemampuan mengantisipasi perkembangan-perkembangan tersebut dalam kebijakan pembangunan yang tegas sekaligus fleksibel. Sebagian kawasan bangunan di Kota Medan dalam bentuk perumahan dan permukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran dan fasilitas umum lainnya hampir tersebar di seluruh wilayah Kota Medan.
1. Kawasan Perumahan
Kawasan perumahan yang terdapat di Kota Medan, meliputi kawasan permukiman kumuh, perumahan kepadatan tinggi, sedang dan rendah. Kawasan perumahan kumuh pada umumnya terdapat pada Bantaran Sungai dan Rel KA yang berada di sekitar pusat kota. Kawasan perumahan
dengan kepadatan tinggi (perumahan kavling ukuran kecil <100 m2, flat, dan rumah susun)
terdapat pada perumnas, yaitu Helvetia di Barat, Denai di Timur, Simalingkar di Selatan dan Martubung di Utara dan perumahan rumah susun di Sukaramai.
2. Kawasan Kantor Pemerintahan
Kota Medan saat ini memiliki kantor pemerintahan yang tersebar di seluruh wilayah kota. Kantor pemerintahan kecamatan dan kelurahan berada pada masing-masing wilayah, sedangkan kawasan perkantoran dinas-dinas/Satuan Kerja Perangkat Daerah tersebar di beberapa lokasi di wilayah utara, barat, tengah dan selatan Kota Medan.
3. Kawasan Perdagangan dan Jasa
terletak di koridor Jalan Pemuda di Kecamatan Medan Maimun, kemudian berkembang pula ke koridor Jalan Zainul Arifin yang berada di Pusat Kota. Jasa-jasa travel biro dan pariwisata tumbuh di sepanjang Jalan Sisingamangaraja.
Pasar-pasar tradisional tersebar di wilayah sub-sub pusat kegiatan perkotaan dalam wilayah Kota Medan. Berdasarkan data yang diperoleh dari PD Pasar Kota Medan Tahun 2007 jumlah pasar yang terdapat di wilayah Kota Medan adalah berjumlah 55 unit pasar dengan pasar sentralnya adalah Pasar Pusat Medan yang terdapat di Jalan MT. Haryono Kecamatan Medan Kota.
Kawasan pusat perbelanjaan di wilayah Kota menempati ruang di wilayah Kota Medan pada lokasi-lokasi yang sangat strategis dan dilalui jalan utama pusat kota sehingga mudah dijangkau masyarakatnya, seperti: Plaza Medan Fair di Jalan Gatot Subroto, Medan Plaza di Jalan Iskandar Muda, Sun Plaza di Jalan Zainul Arifin, Plaza Palladium di Jalan Kapten Maulana dan sebagainya. Kawasan perdagangan skala regional yaitu : perdagangan grosir (barang sembako) di Jl. Sibayak, Jl.
Bintang (pusat pasar), perdagangan elektronik Jl. Asia dan Jl. S.Parman, perdagangan spare part
dan aksesoris mobil di Jl. Semarang serta showroom mobil di Jl. Sisingamangaraja. Sarana pasar
tersebar di seluruh Kota Medan yang terdiri dari pasar sebanyak 55 unit bangunan, kios sebanyak 9.382 unit bangunan, stan berjumlah 8.158 unit, toko berjumlah 59 unit dan informal 4.345 unit. Adapun pasar-pasar lainnya yang menonjol karena memiliki kelas pasar I dan I-A adalah Pasar Petisah yang beralamat di Jalan Razak Baru Kecamatan Medan Petisah, Pasar Peringgan yang beralamat di Jalan Iskandar Muda Kecamatan Medan Baru, Pasar Hongkong yang beralamat di Jalan Cirebon Kecamatan Medan Kota, Pasar Sukaramai yang beralamat di Jalan AR. Hakim Kecamatan Medan Area, Pasar Aksara yang beralamat di Jalan Aksara/M. Yamin Kecamatan Medan Perjuangan, Pasar Sambas yang beralamat di Jalan Sambas Kecamatan Medan Kota/Area, dan Pasar Ramai Utama yang beralamat di Jalan Ramai Utama/Jalan Thamrin Kecamatan Medan Kota/Kecamatan Medan Area.
Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) kebanyakan selalu ada di sekitar pusat-pusat kegiatan perdagangan, seperti: pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan pertokoan. Dikarenakan tidak disediakannya lahan terbuka untuk pedagang kaki lima, kebanyakan mereka berdagang di sekitarnya (di pinggir jalan sebagai areal terbuka) seperti yang terlihat di sekitar Pasar Petisah, Pasar Pringgan, Pasar Sambu, Pasar Sukaramai dan sebagainya.
Permasalahan utama pedagang kaki lima adalah keberadaannya tidak terakomodasi peruntukannya dalam tata ruang mikro, sehingga diperlukan pemikiran secara bijaksana adanya standarisasi ruang kota, agar pedagang kaki lima dapat ditampung di ruang-ruang kota dalam
jumlah terbatas dan teratur. Karena sifatnya tetap non-formal, maka harus disediakan ruang
terbuka publik untuk PKL.
4. Kawasan Bersejarah
Di Kota Medan, banyak peninggalan bersejarah yang dapat dikategorikan sebagai cagar budaya. Salah satu kawasan yang sampai saat ini masih menyimpan sejarah, yaitu Kawasan Medan Labuhan yang terletak di Kecamatan Medan Labuhan dan terkenal dengan mesjidnya yang masih berdiri kokoh dan tetap dijadikan masyarakat setempat sebagai tempat untuk beribadah.
Di kawasan ini juga masih jelas terlihat permukiman penduduk ethis Cina yang sampai saat ini masih berdiri dan tetap dijadikan sebagai tempat tinggal. Walaupun sudah banyak mengalami perubahan, tetapi tidak sedikit pula penduduknya yang masih tetap mempertahankan ciri khas bangunannya.
Kawasan ini merupakan aset budaya dan sejarah di Kota Medan, yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif tempat wisata bagi masyarakat. Dengan akses jalan aspal dari Kota Medan menuju Belawan, kawasan ini dapat dicapai dengan mudah, hanya saja sampai saat ini belum ada penataan yang baik untuk melestarikannya. Dengan demikian, masih sangat dibutuhkan perhatian dari Pemerintah Pusat guna mendukung usaha Revitalisasi Kawasan Bersejarah ini dengan menatanya sesuai dengan konsep arsitektur yang sesuai dengan kawasan ini, sehingga pantas dijadikan sebagai salah satu peninggalan sejarah yang ada di Kota Medan.
Tabel 6.4. Bangunan Kelompok yang Wajib Dilindungi di Kota Medan
Tabel 6.6. Kawasan Bersejarah Kota Medan
5. Kawasan Ruang Terbuka Hijau
Penggunaan lahan untuk kawasan ruang terbuka hijau tersebar di wilayah Kota Medan yang berupa kawasan mangrove, sempadan sungai (Sungai Deli, Sungai Babura, dan Sungai Belawan), Kawasan Bandara Polonia, Kebun Binatang, Kampus USU Padang Bulan, kawasan olahraga dan rekreasi serta lokasi-lokasi pemakaman. Pengelolaan RTH di Kota Medan sangat bertumpu kepada keberhasilan pengelolaan 22,1 hektar taman yang jumlahnya mencapai 146 titik yang menyebar di seluruh kota.
Kegiatan penataan ruang terbuka hijau sudah dilakukan dibeberapa kawasan di Kota Medan yaitu pembangunan prasarana dan sarana dasar ruang terbuka hijau di lokasi lapangan Beringin Helvetia Medan, Taman bantaran sungai Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan, yang sudah berfungsi dan dimanfaatkan sebagai tempat berinteraksi social masyarakat sekitar, dan tempat bermain anak.
Taman Lapangan Beringin Helvetia - Medan
Taman bantaran sungai Kel. Rengas Pulau Kec. Medan Marelan A M M M KOTA MEDAN A M M M KOTA MEDAN
6. Aksesibilitas Bangunan Gedung
Salah satu kegiatan pada Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah penyediaan fasilitas aksesibiitas yang diperuntukkan bagi penyandang cacat di Rumah Sakit Haji Mina Kota Medan.
AKSESBILITASI BANGUNAN GEDUNG
Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di Kota Medan disusun dengan tujuan sebagi pengendali pembangunan, yatu mengendalikan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan suatu kawasan tertentu. Perencanaan penataan bangunan dan lingkungan meliputi pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan, peningkatan taraf hidup masyarakat melalui kualitas lingkungan dan ruang publik, perwujudan pembangunan lingkungan yang berkelanjutan, serta peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan. Sejumlah kawasan, diantaranya sudah dimulai untuk melakukan penyusunan, yaitu kawasan :
a. Belawan (selesai disusun)
b. Ngumban Surbakti (selesai disusun)
c. Kesawan (tahun 2013)
d. Cadika(tahun 2013)
e. Danau Siombak (tahun 2014)
f. Jl. Pertempuran (tahun 2014)
7. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Kegiatan-kegiatan pemberdayaan komunitas yang telah dilaksanakan di Kota Medan selama ini merupakan bentuk Bantuan Langsung Mandiri (BLM) pada kegiatan fisik pembangunan
Area Pelayanan : Medan I Medan Area Medan maimun Medan polon ia Med an Johor Medan Amplas Medan denai MedMedan Pan IIetisah
Medan Barat Medan baru Medan Helve tia Medan Selayang Medan Tuntunga n Medan Sung gal Medan III Medan Timur Medan Perju angan Medan Temb ung Medan Deli Medan Marelan Medan Labu han Medan Belaw an KOTA M EDAN
infrastruktur bidang Pekerjaan Umum guna mendukung pemenuhan SPM yang dipersyaratkan untuk menekan angka kemiskinan di kawasan perkotaan di Kota Medan melalui program P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan).
Kegiatan-kegiatan pemberdayaan pada lingkungan masyarakat tersebut telah terealisasi dari tahun 2008 sampai tahun 2014 melalui program PNPM Mandiri Perkotaan di seluruh kecamatan di Kota Medan yang terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan.
6.2.2.3. Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan yang dihadapi dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Medan antara lain :
1. Penataan Lingkungan Permukiman:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
Tabel 6.8. Wilayah Rawan Kebakaran
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih
melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota,
kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
Masih rendahnya dukungan Pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang
diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien
dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk Kota Medan sebagai kota kecil yang sedang
Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung
termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat
perhatian;
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di Kota Medan serta rendahnya
kualitas pelayanan publik dan perijinan;
Masih banyak Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan,
keamanan dan kenyamanan;
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;
Masih ada aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
3. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka yang lebih tertata
khususnya pada kawasan permukiman penduduk sehingga penanganan RTH hanya terkonsentrasi di pusat kota Medan.
4. Kapasitas Kelembagaan Daerah:
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan
penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di Kota
Medan dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
6.2.3 Analisa Permasalahan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Pada dasarnya, permasalahan teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan juga adalah masalah pada Sub Bidang Perumahan dan Permukiman dan Sub Bidang lain. Sehingga analisis pada Sub Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan akan fokus pada masalah perencanaan dan pemberdayaan saja. Identifikasi terhadap berbagai kondisi dan permasalahan yang telah dijelaskan diatas selanjutnya dapat dianalisis melalui analisis SWOT.
Peluang Ancaman
1. Kawasan Metropolitan Mebidang sebagai kawasan tertentu yang memiliki nilai strategis dan memberikan efek besar kepada tiga pertumbuhan bangsa yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand growth triangle (MIT-GT) khusunya penataan perumahan dan permukiman 2. Ada rencana pengembangan rumah
susun pada kawasan-kawasan yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi
3. Ada rencana pengaturan kembali struktur pelayanan fasilitas sosial dan prasarana dasar lingkungan perumahan di Kota Medan yang sudah berkembang 4. Penanganan permukiman padat dan
1. Backlog terjadi akrena Harga rumah dan tingkat kredit bunga yang tinggi, dipengaruhi oleh permitaan akan rumah dan harga rumah tinggi akan cenderung terjadi penundaan atau pembatalan terhadap pembelian rumah
2. Kondisi pereknomian nasional, baik atau buruknya perekonomian nasional memberikan dampak luas pada permintaan rumah
3. Kondisi perekonomian keluarga yang mempengaruhi daya beli masyarakat akan rumah
4. Tidak jelasnya peraturan perundang-undang-undangan dalam
backlog yang ada di Kota Medan 5. Adanya rencana pengembangan
perumahan dan permukiman di tempat yang baru yaitu di daerah Kecamatan Medan Labuhan Kelurahan Kampung, Kawasan Medan Utara dan Kecamatan Medan Tuntungan, Kawasan Medan Selatan
6. Terdapat bagian kota yang belum terbangun secara terstruktur dan miliki