• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab.6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bab.6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya direncanakan untuk mencakup empat sektor yaitu Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan Dan Lingkungan, Pengembangan Air Minum, serta Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman yang terdiri dari Air Limbah, Persampahan, dan Drainase. Pada tahapan perencanaan usulan-usulan kegiatannya dimulai dengan penjabaran aspek-aspek teknis untuk tiap-tiap sektornya yang meliputi:

 Pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi,

 Penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan;

 Permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi; dan

 Analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral,

Analisis kebutuhan kegiatan tersebut dilaksankan dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan untuk selanjutnya dapat dirumuskan usulan-usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

6.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Sub bidang permukiman direncanakan dan dikembangkan untuk mendapatkan satu kondisi Kota Medan yang layak huni, aman, nyaman. Setiap warga masyarakat diharapkan memiliki akses kepada kondisi permukiman tersebut di atas. Perencanaan dan pengembangan ini meliputi pengembangan prasarana, sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Perencanaan dan pengembangan permukiman juga mempertimbangkan dengan baik aspek sosial budaya dan lingkungan serta kearifan lokal.

Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan

perdesaan;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di

perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh

termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

Bab.

6

(2)

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran

serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

Sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan permukiman adalah:

1. Meningkatnya sarana dan prasarana lingkungan permukiman.

2. Meningkatnya penyediaan perumahan.

3. Meningkatnya penyediaan KASIBA dan LISIBA.

4. Meningkatnya penataan lingkungan permukiman

6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

6.1.1.1. Arahan Kebijakan

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

6.1.1.2. Lingkup Kegiatan

Arah kebijakan pembangunan perumahan dan pemukiman mencakup:

1. Meningkatkan sarana dan prasarana pemukiman melalui pembangunan jaringan jalan lingkungan

sepanjang 30.000 meter.

2. Meningkatkan kualitas bangunan-bangunan milik Pemerintah Kota melalui pemeliharaan

terhadap sebanyak 151 unit kantor lurah, 21 unit kantor kecamatan dan pembangunan fasilitas pemerintahan lainnya.

3. Mendorong pembangunan perumahan yang layak huni serta terjangkau bagi masyarakat miskin

dan buruh yang berpenghasilan rendah.

4. Mengembangkan kerjasama pembangunan perumahan bagi PNS dan Guru.

5. Meningkatkan koordinasi, pengawasan dan evaluasi kinerja dengan memberikan kesempatan

kepada masyarakat dan dunia usaha menjadi mitra strategis;

6. Bekerja sama membangun dan menata lingkungan perumahan kumuh menjadi lingkungan yang

sehat.

7. Membangun partisipasi masyarakat dalam pembangunan sosial baik sarana maupun prasarana

sosial dan mengutamakan tindakan pencegahan terhadap munculnya gangguan ketertiban dalam kehidupan sosial masyarakat.

(3)

1. Program Pembangunan dan Rehabilitasi serta Pemeliharaan Fasilitas Umum;

Program ini bertujuan mengubah pemukiman kumuh menjadi pemukiman yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan, dengan fasilitas lingkungan yang baik seperti tersedianya sistem sanitasi, drainase, jalan setapak serta penerangan yang cukup. Kegiatan-kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini adalah:

a. Pembangunan sistem sanitasi dan drainase pada lingkungan-lingkungan kumuh yang belum

terjangkau.

b. Pembangunan sistem pembuangan limbah serta penerangan jalan pada lingkungan kumuh

perkotaan.

c. Pembangunan, pemeliharaan jalan setapak serta peningkatan fungsi jalan setapak.

d. Pembangunan fasilitas olah raga serta ruang terbuka, bagi masyarakat lingkungan

permukiman dalam kategori kumuh.

e. Pembangunan dan penataan perumahan kumuh untuk mewujudkan perumahan yang sehat,

layak huni sehingga meningkatkan nilai ekonomis kawasan yang ditata.

2. Program Pengembangan Perumahan;

Program ini bertujuan untuk mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan terjangkau, dengan menitikberatkan kepada kesehatan masyarakat miskin dan berpendapatan rendah, melalui pemberdayaan dan peningkatan kinerja pasar primer perumahan; pengembangan sistem pembiayaan perumahan jangka panjang; pengembangan kredit mikro dan pemberdayaan ekonomi lokal; pengembangan Kasiba/Lisiba; serta pengembangan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa), rumah sederhana, dan rumah sederhana sehat. Kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilaksanakan dalam program ini meliputi:

a. Pembentukan lembaga pembiayaan perumahan daerah beserta instrumen regulasi

pendukungnya.

b. Penyediaan prasarana dan sarana dasar pemukiman bagi perumahan PNS, TNI / Polri dan

masyarakat berpendapatan rendah.

c. Pengembangan lembaga kredit mikro (income generating credit, home improvement and

home development credit), untuk mendukung perumahan swadaya.

d. Pengembangan pola subsidi yang tepat sasaran, efisien dan efektif sebagai pengganti subsidi

selisih bunga.

e. Mengembangkan pembangunan perumahan dan pemukiman melalui sistem pembiayaan

jangka panjang yang murah dan terjangkau (Market-Frendly), khususnya bagi kelompok

masyarakat menengah ke bawah sebagai implementasi program rumah untuk rakyat.

f. Peningkatan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap kredit mikro (small scale

credit) untuk pembangunan dan perbaikan rumah.

g. Pembangunan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) bagi masyarakat berpendapatan

rendah.

h. Revitalisasi kawasan perkotaan yang mengalami degradasi kualitas pemukiman terutama di

kawasan pemukiman kumuh dan kawasan lingkar luar.

i. Meningkatkan pemeliharaan, rehabilitasi dan revitalisasi kawasan bersejarah (Heritage Trust)

sehingga terintegrasi dengan tata Kota Modren.

j. Meningkatkan penataan kawasan dan pemukiman kumuh serta mengembangkan sistem

(4)

3. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan;

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam rangka pemberdayaan sosial kemasyarakatan, agar tercipta masyarakat yang produktif secara ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya lingkungan pemukiman yang sehat, harmonis dan berkelanjutan. Kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilaksanakan dalam program ini adalah:

a. Peningkatan kualitas lingkungan pada kawasan kumuh dan desa nelayan.

b. Fasilitasi dan bantuan teknis perbaikan rumah pada kawasan kumuh dan desa nelayan.

c. Fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan swadaya yang berbasis pemberdayaan

masyarakat.

d. Pengembangan sistem penanggulangan kebakaran (fire fighting system).

e. Penataan, peremajaan dan revitalisasi kawasan.

f. Penyelenggaraan pembangunan prasarana dan fasilitas permukiman secara partisipatif

dengan pemberian stimulan secara terarah dan terseleksi pada tingkat lingkungan.

6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

6.1.2.1. Isu Strategis

Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:

 Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi

terhadap perubahan iklim.

 Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh

perkotaan.

 Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang

dalam MP3EI dan MP3KI.

 Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi

Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.

 Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

 Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang

bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.

 Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.

 Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan

permukiman.

 Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman.

Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

(5)

umum pembangunan perumahan dan permukiman yang diharapkan dapat menjawab beberapa issue pokok perumahan dan permukiman yang berkembang di Kota Medan.

Isu-isu strategis sebagai permasalahan pokok pengembangan permukiman di Kota Medan yang dirinci menurut sub bidang pengembangan permukiman di Kota Medan adalah sebagai berikut :

 Kondisi permukiman yang relatif baik berada di inti kota. Sedangkan pada daerah pinggiran kota,

peningkatan jaringan jalan dan jembatan telah dilakukan secara bertahap, yang disesuaikan dengan kemampuan alokasi anggaran.

 Perumahan yang layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah masih terbatas, disebabkan

alokasi anggaran yang tersedia masih rendah. Padahal di sisi lain pertumbuhan jumlah penduduk telah meningkat jauh.

 Kawasan perumahan yang terdapat di Kota Medan, meliputi kawasan permukiman kumuh,

perumahan kepadatan tinggi, sedang dan rendah.

6.1.2.2. Kondisi Eksisting

Fokus bahasan RPI2JM Sub Bidang Pengembangan Permukiman diarahkan kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Kelompok MBR yang identik dengan perumahan semi permanen di Kota Medan berdasarkan data Podes berjumlah 78.532 yang banyak tersebar di Kota Medan Utara yaitu Kecamatan Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Belawan, Medan Timur, Medan Barat, Medan Johor dan Medan Selayang. Perumahan ini dapat dibedakan menjadi kawasan perumahan kumuh dan kawasan perumahan kepadatan tinggi.

A. Kawasan Perumahan Kumuh

Kawasan perumahan kumuh di Kota Medan berjumlah 88.166 unit yang banyak tersebar di Medan Utara, Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Pusat Kota di Kecamatan Medan Tembung, Medan Denai, Medan Sunggal dan Medan Johor. Adapun kawasan kumuh di Utara Kota Medan merupakan perumahan nelayan yang terletak di bantaran sungai Deli. Kawasan Perumahan di pusat kota terletak di bantaran sungai dan rel kereta api yang dimanfaatkan oleh pembantu rumah tangga bahkan oleh gelandangan atau pengemis.

B. Kawasan Perumahan Kepadatan Tinggi

Tingkat rumah kepadatan tinggi adalah dengan jumlah rumah per ha adalah 54-97 rumah per ha.

Yang termasuk dalam kategori kepadatan tinggi adalah Kecamatan Medan Perjuangan (Kel. Sei Kera

Hilir dan Hulu), Kecamatan Medan Area (Kel.Sukaramai 2, Tegal Sari 1, Tegal sari 3, Kota Matsum 1 dan

Kota Matsum 4), Kecamatan Medan Kota (Kel. Sei Rengas), Kecamatan Medan Maimun (Kel. Hamdani

dan Kel. Sei Mati), Kecamatan Medan Amplas (Kel. Amplas).

Kawasan yang termasuk dalam kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi yaitu perumahan

(6)

Tabel 6.1. Sebaran Lingkungan Permukiman Kumuh di Kota Medan

No KECAMATAN KELURAHAN ALTERNATIF PENANGANAN

1 Medan Sunggal - Sunggal - Tanjung Rejo

- Perbaikan kondisi lingkungan kumuh - Pemugaran kondisi bangunan - Pemeliharaan lingkungan - Perbaikan lingkungan - Peremajaan

- Pegendalian alih fungsi

2 Medan Selayang

- PB Selayang I - Tanjung Sari - Asam Kumbang

- Pemugaran kondisi bangunan

- Pembangunan dan peningkatan kondisi lingkungan

- Pemeliharaan dan pengendalian lingkungan permukiman dengan kondisi cukup baik

3 Medan Denai

- Perbaikan kondisi lingkungan kumuh

- Pemugaran kondisi bangunan kumuh pinggir rel kereta api dan sungai

- Penataan kawasan pinggir rel kereta api dan sungai

- Pembangunan dan peningkatan kondisi lingkungan

- Pemugaran kondisi bangunan - Pemeliharaan lingkungan - Perbaikan lingkungan - Peremajaan

- Pengendalian alih fungsi

5 Medan Deli

- Mabar - Mabar Hilir - Kota Bangun - Tanjung Mulia

- Pembangunan dan peningkatan kondisi lingkungan

- Perbaikan kondisi lingkungan kumuh

- Pemugaran kondisi bangunan kumuh pinggir rel kereta api & sungai

- Penataan kawasan pinggir rel kereta api dan sungai

- Pembangunan dan peningkatan kondisi lingkungan

6 Medan Marelan - Terjun - Labuhan Deli

- Perbaikan kondisi lingkungan kumuh - Pemugaran kondisi bangunan kumuh pinggir sungai

- Penataan kawasan pinggir sungai - Pembangunan dan peningkatan kondisi lingkungan

- Pemugaran kondisi bangunan - Pemeliharaan lingkungan - Perbaikan lingkungan - Peremajaan

- Pengendalian alih fungsi

8 Medan Polonia - Polonia

- Pemugaran kondisi bangunan - Pemeliharaan lingkungan - Perbaikan lingkungan - Peremajaan

(7)

No KECAMATAN KELURAHAN ALTERNATIF PENANGANAN

- Pemugaran kondisi lingkungan kumuh

- Pemugaran kondisi bangunan kumuh pinggir rel kereta api dan sungai

- Penataan kawasan pinggir rel kereta api dan sungai

- Pembangunan dan peningkatan kondisi lingkungan

10 Medan Area - Tegal Sari III

- Pemugaran kondisi bangunan - Pemeliharaan lingkungan - Perbaikan lingkungan - Peremajaan

- Pengendalian alih fungsi

11 Medan Perjuangan - Sei Kera Hilir II

- Pemugaran kondisi bangunan - Pemeliharaan lingkungan - Perbaikan lingkungan - Peremajaan

- Pengendalian alih fungsi

12 Medan Labuhan

- Besar - Tangkahan - Pekan Labuhan

- Perbaikann lingkungan kumuh - Pemeliharaan lingkungan

- Pemugaran kondisi bangunan kumuh pinggir pantai

- Penataan kawasan pinggir pantai - Pembangunan dan peningkatan kondisi lingkungan

13 Medan Belawan - Belawan Bahari - Belawan II

- Perbaikan lingkungan kumuh - Pemeliharaan lingkungan

- Pemugaran kondisi bangunan kumuh pinggir pantai

- Penataan kawasan pinggir pantai - Pembangunan dan peningkatan kondisi lingkungan

14 Medan Amplas Medan Amplas

- Perbaikan kondisi lingkungan kumuh - Pemugaran kondisi bangunan kumuh sungai - Penataan kawasan pinggir sungai

- Pembangunan dan peningkatan kondisi lingkungan

15 Medan Tembung - Bantan Timur

- Pemugaran kondisi bangunan - Pemeliharaan lingkungan - Perbaikan lingkungan - Peremajaan

- Pengendalian alih fungsi

16 Medan Baru - Petisah Hulu

- Perbaikann lingkungan - Pemeliharaan lingkungan - Pemugaran kondisi bangunan - Peremajaan

- Pengendalian alih fungsi

17 Medan Petisah

- Sekip

- Sei Putih Barat

(8)

No KECAMATAN KELURAHAN ALTERNATIF PENANGANAN

18 Medan Barat - Pulo Brayan Kota

- Perbaikann lingkungan - Pemeliharaan lingkungan - Pemugaran kondisi bangunan - Peremajaan

- Pengendalian alih fungsi

C. Kawasan Perumahan Kepadatan Rendah

Adapun perumahan dengan kepadatan rendah tersebar di Utara Medan, Medan Tengah dan Medan

Selatan. Kavling perumahan berkepadatan rendah kebanyakan merupakan (perumahan kavling ukuran

besar >200 m2) pada umumnya dihuni oleh kelas menengah atas dari etnis pribumi. Sedangkan masyarakat kelas menengah atas (kalangan pengusaha) yang didominasi oleh etnis keturunan Cina,

lebih suka untuk tinggal di pusat kota dengan kavling rapat dan kepadatan tinggi dalam gated

community.

Langkah – Langkah yang telah dilakukan dalam penyediaan Lahan bagi Perumahan antara lain:

a. Kelurahan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan seluas 15 Ha (telah dibangun 8 Ha untuk

perumahan Nelayan sebanyak 1300 Unit)

b. Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan Seluas 6 Ha

c. Kelurahan Tanjung Mulia seluas 3 Ha

d. Rencana urban Renewal dengan Pola Konsolidasi Lahan di Kampung Aur (belum terlaksana, perlu

ada sosialisai yang berkelanjutan pada masyarakat)

Sedangkan untuk Pembangunan Rusunawa yang telah dibangun di delapan lokasi antara lain:

a. 1 buah Twin Block di Martubung (Kemenpera)

i. 1 buah Twin Block di Tanjung Mulia Hilir (Lantamal)

j. 1 buah Twin Block di Gaperta (Kodam I Bukit Barisan)

(9)
(10)
(11)

6.1.2.3. Permasalahan dan Tantangan

A. Ketersediaan Perumahan dan Lingkungan Permukiman

1. Masih rendahnya penyediaan rumah yang layak huni terutama bagi masyarakat berpenghasilan

rendah. Disisi lain masih terbatasnya Kawasan Siap Bangun (KASIBA) dan Lingkungan Siap Bangun (LISIBA) bagi masyarakat yang menyebabkan pembangunan rumah yang terbangun secara mandiri juga kurang baik.

2. Masih terdapatnya kawasan permukiman yang belum tertata secara baik, belum maksimalnya

upaya revitalisasi bangunan/lingkungan bersejarah dan masih rendahnya kawasan permukiman baik yang ilegal maupun yang legal. Selain itu arsitektur Kota Medan tidak memiliki acuan yang khas yang harus diikuti sehingga tidak ditemukan arsitektur bangunan yang khas di Kota Medan.

3. Masih minimnya penyediaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).

4. Mahalnya harga tanah dan pembangunan rumah vertikal yang belum membudaya seperti

apartemen, kondominium atau flat (rumah susun).

5. Masih belum maksimalnya peremajaan kawasan.

B. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Permukiman

1. Masih rendahnya kualitas permukiman terutama pada kawasan kumuh.

2. Jalan setapak atau jalan lingkungan yang ada diperkirakan saat ini dengan kondisi dimana 15.450

jalan lingkungan dalam keadaan rusak. Penurunan kemampuan prasarana lingkungan permukiman tersebut tidak terlepas dari rendahnya perawatan dan pengembangan prasarana setelah dibangun. Kondisi tersebut dipengaruhi juga oleh peran serta masyarakat dalam pemeliharaan dan perawatan prasarana yang telah dibangun dinilai masih rendah.

3. Prasarana permukiman juga masih kurang secara kualitas, terutama masih kurangnya penyediaan

sarana air bersih dimana hanya tersedia di 158 lingkungan.

4. Masih belum maksimalnya penyediaan prasarana dasar perumahan terutama untuk kawasan

perumahan masyarakat berpenghasilan rendah.

6.1.3. Analisa Permasalahan Pengembangan Permukiman

(12)
(13)

Apabila dianalisa dari beberapa aspek seperti pembiayaan, kelembagaan, perencanaan, operasional, regulasi dan dukungan masyarakat, maka sumber permasalahan diidentifikasi berasal dari:

1. Masih terbatasnya dana APBD Kota Medan untuk dapat memenuhi standar pelayanan minimal

permukiman kota. Lebih jauh lagi, setiap sarana dan prasarana yang dibangun akan mengalami kendala pembiayaan perawatan.

2. Rendahnya peran serta masyarakat dalam pemeliharaan dan perawatan prasarana yang telah

dibangun.

3. Resistensi masyarakat yang tinggi atas kesediaan untuk menyediakan lahan apabila harus

dibangun sarana dan prasarana di lingkungannya. Hal ini akhirnya menyebabkan terbatasnya kawasan siap bangun (KASIBA) dan lingkungan siap bangun (LISIBA) bagi masyarakat.

6.1.3.1 Alternatif Pemecahan Persoalan

Berdasarkan hasil analisa permasalahan diatas, maka sejumlah alternatif berhasil diidentifikasi yakni:

1. Dilakukan langkah perencanaan, dimulai dari penyusunan master plan pengembangan

permukiman Kota Medan, penyusunan database perumahan dan permukiman Kota Medan, diikuti

oleh perencanaan turutan mulai dari penyusunan DED hingga studi AMDAL

2. Dilakukan kampanye, promosi dan sosialisasi di seluruh wilayah Kota Medan bagi masyarakat

untuk turut memelihara dan mengelola sarana dan prasarana permukiman.

3. Berdasarkan analisa terhadap kepadatan penduduk perlu dilakukan pembangunan RUSUNAWA

(14)

a. Kec. Medan Belawan

b. Kec. Medan Polonia

c. Kec. Medan Perjuangan

d. Kec. Medan Area

4. Berdasarkan analisa terhadap kepadatan penduduk dan persentasi masyarakat miskin, perlu

dilakukan peningkatan cakupan dan kualitas sarana dan prasarana dasar permukiman untuk meningkatkan kualitas permukiman di:

a. Kec. Medan Belawan

b. Kec. Medan Marelan

c. Kec. Medan Labuhan

d. Kec. Medan Tembung

e. Kec. Medan Polonia

f. Kec. Medan Perjuangan

g. Kec. Medan Area

6.1.3.2 Rekomendasi

Setelah mempertimbangkan kemampuan pembiayaan dan skala prioritas, maka direkomendasikan bahwa kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah:

1. Dilakukan langkah perencanaan, dimulai dari penyusunan master plan pengembangan

permukiman Kota Medan, diikuti oleh perencanaan turutan mulai dari penyusunan DED hingga studi AMDAL

2. Dilakukan konsolidasi dukungan masyarakat dalam melakukan pemeliharaan sarana dan

prasarana dasar permukiman, serta kesediaan masyarakat untuk melakukan konsolidasi tanah pada kawasan yang akan diremajakan. Langkah ini difokuskan di Kecamatan Medan Belawan dan Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Polonia.

3. Dilakukan pembangunan sarana dan prasarana dasar permukiman untuk meningkatkan kualitas

permukiman. Langkah ini difokuskan pada kawasan Medan Utara dan Kecamatan Medan Denai.

4. Dilakukan pembangunan RUSUNAWA pada kawasan padat dan kumuh, dalam hal ini diutamakan

pada kawasan yang telah tersedia lahannya yakni di Tanjung Mulia dan Sei Seruai.

5. Dilakukan pembangunan KASIBA – LISIBA, diutamakan pada kawasan yang telah tersedia

(15)
(16)
(17)

6.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.

Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

1. Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta

2. Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RPKPP ataupun review bilamana diperlukan.

Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

 Infrastruktur kawasan permukiman kumuh

 Infrastruktur permukiman RSH

 Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam berikut.

Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012

Gambar 6.5. Alur Program Pengembangan Permukiman

Sistem Prasarana yang Diusulkan

1. Penataan dan Peremajaan Kawasan di :

(18)

i. Kel. Belawan I

ii. Kel. Belawan II

iii. Kel. Bagan Deli

b. Kec. Medan Denai:

i. Kel. Tegal Sari Mandala II

ii. Kel. Medan Tenggara

iii. Kel. Denai

2. Pembangunan RUSUNAWA di:

a. Sei Seruai

b. Tanjung Mulia

3. Pembangunan LISIBA – KASIBA di Nelayan Indah

4. Pembangunan prasarana dasar permukiman dalam bentuk pembangunan jalan setapak di :

a. Kec. Medan Marelan

b. Kec. Medan Deli

c. Kec. Medan Perjuangan

5. Urban Renewal di kawasan kumuh inti kota:

a. Kampung Aur (Kec. Medan Maimun)

b. Kampung Kubur (Kec. Medan Polonia)

6.1.5. Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

Dalam kegiatan pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum

 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.

 Kesiapan lahan (sudah tersedia).

 Sudah tersedia DED.

 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan.

Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan

komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

 Ada unit pelaksana kegiatan.

 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

2. Khusus

Rusunawa

 Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA

 Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh

 Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya

 Ada calon penghuni

RIS PNPM

 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

 Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.

(19)

 Walikota menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM. PPIP

 Hasil pembahasan dengan Komisi V DPR RI

 Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya

lainnya

 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik

 Tingkat kemiskinan desa >25%

PISEW

 Berbasis pengembangan wilayah dasar perdesaan yang

 (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan,

serta (vi) kesehatan

 Mendukung komoditas unggulan kawasan.

Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama in diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

1. Vitalitas Non Ekonomi

a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau

RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap

penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi

terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah

kawasan itu strategis atau kurang strategis.

b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi

memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman

kumuh.

3. Status Kepemilikan Tanah

a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

b. Status sertifikat tanah yang ada.

4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah.

(20)

a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand

scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.

6.1.6. Usulan dan Prioritas Program

1. Program Perkuatan Regulasi dan Kelembagaan

a. PERDA - UPT Pengembangan Permukiman

b. PERDA - Pengelolaan Permukiman

2. Program Perencanaan

a. Penyusunan Naskah Akademik dan RANPERDA UPT – Bangkim

b. Penyusunan Naskah Akademik dan RANPERDA Pengelolaan Permukiman

c. Penyusunan Master Plan Perumahan dan Permukiman Kota Medan

d. Penyusunan Rencana Tindak Penanganan Kawasan Kumuh Kota Medan

e. Penyusunan DED Pembangunan RUSUNAWA

f. Penyusunan AMDAL Pembangunan RUSUNAWA

g. Penyusunan DED Urban Renewal (hasil konsolidasi lahan)

h. Penyusunan AMDAL Urban Renewal (hasil konsolidasi lahan)

3. Program Penataan Lingkungan

a. Pembangunan jalan setapak

b. Pemeliharaan jalan setapak

4. Program Penataan dan Peremajaan Kawasan

5. Program Penyediaan Infrastruktur Primer

6. Program Pengembangan Permukiman

(21)

No Sektor Rincian Kegiatan Lokasi Vol Tahun

Sumber Pembiayaan (Rp) Termuat pada Dokumen RIS

APBN APBD

Perbaikan Rumah Bagi MBR Tersebar di

Kota Medan 140 unit 2015-2019 30.000.000 30.000.000 20.000.000

Kota Medan 300 gang 2015-2019 500.000.000

(22)

No Sektor Rincian Kegiatan Lokasi Vol Tahun

Sumber Pembiayaan (Rp) Termuat pada Dokumen RIS

(23)

6.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

6.2.1.1. Arah Kebijakan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain:

1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk didalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan

c. Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

(24)

4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari

jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

6.2.1.2. Lingkup Kegiatan

Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.

Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan

termasuk gedung dan rumah negara;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung

dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan

lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan

bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan

penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

(25)

Gambar 6.6. Lingkup Tugas PBL

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan

nelayan;

 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;

 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;

 Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;

 Pelatihan teknis.

c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

 Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;

 Paket dan Replikasi.

6.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

6.2.2.1. Isu Strategis

(26)

(PNPM), agenda-agenda lain adalah pemenuhan Standar Minimal (SPM) bidang PU dan Tata Ruang yang untuk sektorPBL adalah tersedianya Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) Kabupaten/kota. Rumusan isu-isu strategis nasional adalah sebagai berikut:

1. Penataan Lingkungan Permukiman

a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;

c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;

d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah

berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;

e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;

f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan

lingkungan.

2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan,

kenyamanan dan kemudahan);

b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di

kab/kota;

c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu

pada isu lingkungan/ berkelanjutan;

d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;

e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari

total penduduk Indonesia;

b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU

PAKET;

c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan

kemiskinan.

Pertumbuhan kota dapat terjadi melalui 2 (dua) proses, pertama kota yang tumbuh tanpa perencanaan dan kedua kota yang tumbuh dan berkembang dengan perencanaan. Kota yang tumbuh tanpa perencanaan dan terbangun secara alamiah pada akhirnya akan menimbulkan dampak yang luas. Kota yang tumbuh dengan perencanaan relatif lebih teratur dan tertata dengan dampak yang lebih minimal.

Adapun isu-isu strategis yang berpengaruh terhadap Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Medan adalah :

No. Isu - Isu Strategis Kebutuhan Penanganan

01. Belum dimilikinya aturan terhadap pembangunan dan pelestarian bangunan serta perijinan.

(27)

No. Isu - Isu Strategis Kebutuhan Penanganan

02. Belum tersedianya Pedoman terhadap Penataan Bangunan dan Lingkungan yang mengakibatkan ketidak teraturan pembangunan dalam suatu kawasan, terutama kawasan-kawasan strategis.

Diperlukannya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai payung untuk pelaksanaan Rencana Tindak dan Implementasi.

03. Tingginya tingkat bahaya kebakaran akibat tidak tertatanya bangunan dan lingkungan, belum adanya aturan yang mendukung keandalan bangunan dan penataan lingkungan terhadap bahaya kebakaran

Diperlukan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)

04. Menurunnya kualitas bangunan dan lingkungan permukiman pada kawasan tradisional/bersejarah

Diperlukan Rencana Tindak/ DED dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar Kawasan Tradisional/Bersejarah

05. Menurunnya fungsi kawasan akibat terjadinya kerusakan bangunan dan lingkungan

Diperlukan Rencana Tindak/ DED dan Revitalisasi Kawasan

06. Berkurangnya Tempat Ruang Terbuka Publik akibat berkembangnya pembangunan yang tidak tertata

Diperlukan Ruang Terbuka Publik

6.2.2.2. Kondisi Eksisiting Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Medan

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota merupakan dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan yang mempunyai jangka waktu rencana selama 20 (dua puluh) tahun dan dapat dievaluasi minimal 5 (lima) tahun sekali. Perkembangan kota, modernisasi, globalisasi dan pertambahan penduduk Kota Medan menyebabkan peningkatan keberagaman fungsi ruang kota dan peningkatan kebutuhan ruang kota, disisi lain ketersediaan lahan semakin sempit sehingga dituntut kemampuan mengantisipasi perkembangan-perkembangan tersebut dalam kebijakan pembangunan yang tegas sekaligus fleksibel. Sebagian kawasan bangunan di Kota Medan dalam bentuk perumahan dan permukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran dan fasilitas umum lainnya hampir tersebar di seluruh wilayah Kota Medan.

1. Kawasan Perumahan

Kawasan perumahan yang terdapat di Kota Medan, meliputi kawasan permukiman kumuh, perumahan kepadatan tinggi, sedang dan rendah. Kawasan perumahan kumuh pada umumnya terdapat pada Bantaran Sungai dan Rel KA yang berada di sekitar pusat kota. Kawasan perumahan

dengan kepadatan tinggi (perumahan kavling ukuran kecil <100 m2, flat, dan rumah susun)

terdapat pada perumnas, yaitu Helvetia di Barat, Denai di Timur, Simalingkar di Selatan dan Martubung di Utara dan perumahan rumah susun di Sukaramai.

2. Kawasan Kantor Pemerintahan

Kota Medan saat ini memiliki kantor pemerintahan yang tersebar di seluruh wilayah kota. Kantor pemerintahan kecamatan dan kelurahan berada pada masing-masing wilayah, sedangkan kawasan perkantoran dinas-dinas/Satuan Kerja Perangkat Daerah tersebar di beberapa lokasi di wilayah utara, barat, tengah dan selatan Kota Medan.

3. Kawasan Perdagangan dan Jasa

(28)

terletak di koridor Jalan Pemuda di Kecamatan Medan Maimun, kemudian berkembang pula ke koridor Jalan Zainul Arifin yang berada di Pusat Kota. Jasa-jasa travel biro dan pariwisata tumbuh di sepanjang Jalan Sisingamangaraja.

Pasar-pasar tradisional tersebar di wilayah sub-sub pusat kegiatan perkotaan dalam wilayah Kota Medan. Berdasarkan data yang diperoleh dari PD Pasar Kota Medan Tahun 2007 jumlah pasar yang terdapat di wilayah Kota Medan adalah berjumlah 55 unit pasar dengan pasar sentralnya adalah Pasar Pusat Medan yang terdapat di Jalan MT. Haryono Kecamatan Medan Kota.

Kawasan pusat perbelanjaan di wilayah Kota menempati ruang di wilayah Kota Medan pada lokasi-lokasi yang sangat strategis dan dilalui jalan utama pusat kota sehingga mudah dijangkau masyarakatnya, seperti: Plaza Medan Fair di Jalan Gatot Subroto, Medan Plaza di Jalan Iskandar Muda, Sun Plaza di Jalan Zainul Arifin, Plaza Palladium di Jalan Kapten Maulana dan sebagainya. Kawasan perdagangan skala regional yaitu : perdagangan grosir (barang sembako) di Jl. Sibayak, Jl.

Bintang (pusat pasar), perdagangan elektronik Jl. Asia dan Jl. S.Parman, perdagangan spare part

dan aksesoris mobil di Jl. Semarang serta showroom mobil di Jl. Sisingamangaraja. Sarana pasar

tersebar di seluruh Kota Medan yang terdiri dari pasar sebanyak 55 unit bangunan, kios sebanyak 9.382 unit bangunan, stan berjumlah 8.158 unit, toko berjumlah 59 unit dan informal 4.345 unit.

Adapun pasar-pasar lainnya yang menonjol karena memiliki kelas pasar I dan I-A adalah Pasar Petisah yang beralamat di Jalan Razak Baru Kecamatan Medan Petisah, Pasar Peringgan yang beralamat di Jalan Iskandar Muda Kecamatan Medan Baru, Pasar Hongkong yang beralamat di Jalan Cirebon Kecamatan Medan Kota, Pasar Sukaramai yang beralamat di Jalan AR. Hakim Kecamatan Medan Area, Pasar Aksara yang beralamat di Jalan Aksara/M. Yamin Kecamatan Medan Perjuangan, Pasar Sambas yang beralamat di Jalan Sambas Kecamatan Medan Kota/Area, dan Pasar Ramai Utama yang beralamat di Jalan Ramai Utama/Jalan Thamrin Kecamatan Medan Kota/Kecamatan Medan Area.

Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) kebanyakan selalu ada di sekitar pusat-pusat kegiatan perdagangan, seperti: pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan pertokoan. Dikarenakan tidak disediakannya lahan terbuka untuk pedagang kaki lima, kebanyakan mereka berdagang di sekitarnya (di pinggir jalan sebagai areal terbuka) seperti yang terlihat di sekitar Pasar Petisah, Pasar Pringgan, Pasar Sambu, Pasar Sukaramai dan sebagainya.

Permasalahan utama pedagang kaki lima adalah keberadaannya tidak terakomodasi peruntukannya dalam tata ruang mikro, sehingga diperlukan pemikiran secara bijaksana adanya standarisasi ruang kota, agar pedagang kaki lima dapat ditampung di ruang-ruang kota dalam

jumlah terbatas dan teratur. Karena sifatnya tetap non-formal, maka harus disediakan ruang

terbuka publik untuk PKL.

4. Kawasan Bersejarah

(29)

Di kawasan ini juga masih jelas terlihat permukiman penduduk ethis Cina yang sampai saat ini masih berdiri dan tetap dijadikan sebagai tempat tinggal. Walaupun sudah banyak mengalami perubahan, tetapi tidak sedikit pula penduduknya yang masih tetap mempertahankan ciri khas bangunannya.

Kawasan ini merupakan aset budaya dan sejarah di Kota Medan, yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif tempat wisata bagi masyarakat. Dengan akses jalan aspal dari Kota Medan menuju Belawan, kawasan ini dapat dicapai dengan mudah, hanya saja sampai saat ini belum ada penataan yang baik untuk melestarikannya. Dengan demikian, masih sangat dibutuhkan perhatian dari Pemerintah Pusat guna mendukung usaha Revitalisasi Kawasan Bersejarah ini dengan menatanya sesuai dengan konsep arsitektur yang sesuai dengan kawasan ini, sehingga pantas dijadikan sebagai salah satu peninggalan sejarah yang ada di Kota Medan.

(30)

Tabel 6.4. Bangunan Kelompok yang Wajib Dilindungi di Kota Medan

(31)

Tabel 6.6. Kawasan Bersejarah Kota Medan

5. Kawasan Ruang Terbuka Hijau

(32)
(33)
(34)

Taman Lapangan Beringin Helvetia - Medan

Taman bantaran sungai Kel. Rengas Pulau Kec. Medan Marelan A

M

M

M

KOTA MEDAN

A

M

M

M

(35)

6. Aksesibilitas Bangunan Gedung

Salah satu kegiatan pada Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah penyediaan fasilitas aksesibiitas yang diperuntukkan bagi penyandang cacat di Rumah Sakit Haji Mina Kota Medan.

AKSESBILITASI BANGUNAN GEDUNG

Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di Kota Medan disusun dengan tujuan sebagi pengendali pembangunan, yatu mengendalikan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan suatu kawasan tertentu. Perencanaan penataan bangunan dan lingkungan meliputi pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan, peningkatan taraf hidup masyarakat melalui kualitas lingkungan dan ruang publik, perwujudan pembangunan lingkungan yang berkelanjutan, serta peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan. Sejumlah kawasan, diantaranya sudah dimulai untuk melakukan penyusunan, yaitu kawasan :

a. Belawan (selesai disusun)

b. Ngumban Surbakti (selesai disusun)

c. Kesawan (tahun 2013)

d. Cadika(tahun 2013)

e. Danau Siombak (tahun 2014)

f. Jl. Pertempuran (tahun 2014)

7. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

Kegiatan-kegiatan pemberdayaan komunitas yang telah dilaksanakan di Kota Medan selama ini merupakan bentuk Bantuan Langsung Mandiri (BLM) pada kegiatan fisik pembangunan

(36)

infrastruktur bidang Pekerjaan Umum guna mendukung pemenuhan SPM yang dipersyaratkan untuk menekan angka kemiskinan di kawasan perkotaan di Kota Medan melalui program P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan).

Kegiatan-kegiatan pemberdayaan pada lingkungan masyarakat tersebut telah terealisasi dari tahun 2008 sampai tahun 2014 melalui program PNPM Mandiri Perkotaan di seluruh kecamatan di Kota Medan yang terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan.

6.2.2.3. Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan yang dihadapi dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Medan antara lain :

1. Penataan Lingkungan Permukiman:

 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;

Tabel 6.8. Wilayah Rawan Kebakaran

 Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih

melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;

 Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota,

kawasan tradisional bersejarah serta heritage;

 Masih rendahnya dukungan Pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang

diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:

 Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien

dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;

 Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk Kota Medan sebagai kota kecil yang sedang

(37)

 Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung

termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;

 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat

perhatian;

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di Kota Medan serta rendahnya

kualitas pelayanan publik dan perijinan;

 Masih banyak Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan,

keamanan dan kenyamanan;

 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;

 Masih ada aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

3. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:

 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka yang lebih tertata

khususnya pada kawasan permukiman penduduk sehingga penanganan RTH hanya terkonsentrasi di pusat kota Medan.

4. Kapasitas Kelembagaan Daerah:

 Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan

penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;

 Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di Kota

Medan dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

6.2.3 Analisa Permasalahan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Pada dasarnya, permasalahan teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan juga adalah masalah pada Sub Bidang Perumahan dan Permukiman dan Sub Bidang lain. Sehingga analisis pada Sub Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan akan fokus pada masalah perencanaan dan pemberdayaan saja.

Identifikasi terhadap berbagai kondisi dan permasalahan yang telah dijelaskan diatas selanjutnya dapat dianalisis melalui analisis SWOT.

Peluang Ancaman

1. Kawasan Metropolitan Mebidang sebagai kawasan tertentu yang memiliki nilai strategis dan memberikan efek besar kepada tiga pertumbuhan bangsa yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand growth triangle (MIT-GT) khusunya penataan perumahan dan permukiman 2. Ada rencana pengembangan rumah

susun pada kawasan-kawasan yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi

3. Ada rencana pengaturan kembali struktur pelayanan fasilitas sosial dan prasarana dasar lingkungan perumahan di Kota Medan yang sudah berkembang 4. Penanganan permukiman padat dan

1. Backlog terjadi akrena Harga rumah dan tingkat kredit bunga yang tinggi, dipengaruhi oleh permitaan akan rumah dan harga rumah tinggi akan cenderung terjadi penundaan atau pembatalan terhadap pembelian rumah

2. Kondisi pereknomian nasional, baik atau buruknya perekonomian nasional memberikan dampak luas pada permintaan rumah

3. Kondisi perekonomian keluarga yang mempengaruhi daya beli masyarakat akan rumah

(38)

backlog yang ada di Kota Medan 5. Adanya rencana pengembangan

perumahan dan permukiman di tempat yang baru yaitu di daerah Kecamatan Medan Labuhan Kelurahan Kampung, Kawasan Medan Utara dan Kecamatan Medan Tuntungan, Kawasan Medan Selatan

6. Terdapat bagian kota yang belum terbangun secara terstruktur dan miliki kesempatan pembangunan yang terkonsep dalam satu konsep pengembangan yaitu Kasiba dan Lisiba 7. Pemerintah mulai melembagakan kredit

pemilik rumah (KPR) Syariah Bersubsidi, terdapatnya program P2KP dalam mengurangi kemiskinan kota

Potensi  Strategi Meraih Peluang dan Meningkatkan Potensi

 Stategi mengantisipasi Ancaman dan meningkatkan potensi

1. Kota Medan telah ditetapkan di dalam rencana tata ruang wilayah nasional (RTRWN) dan rencana tata ruang wilayah provinsi (RTRWP) Sumatera Utara sebagai pusat kegiatan nasional (PKN)

2. Jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2008 sebanyak 2.102.105 jiwa dengan Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan sebesar 1,31% memiliki potensi pertambahan penduduk pada tahun 2028

3. Pelaksanaan program ALADIN (Perbaikan atap, Lantai, dan Dinding) melalui Badan Keluarga Berencana ( KB) yang pada tahap pertama dimulai tahun 2007

4. Perumahan di Kota Medan menurut Podes berjumlah 234.170 tersebar di Kota Medan Selatan, Kota Medan Bagian Tengah dan Kawasan Medan Pusat

5. Terdapanya iklim investasi yang sangat bgus sehingga banyaknya Investor yang menanamkan modal ke Kota Medan dalam sektor industri, perdagangan dan jasa.

6. Meningkatnya luas lingkungan permukiman kumuh pada tahun 2009 telah mencapai sekitar 626.6 ha, yang nantinya akan menimbulkan penurunan kulitas hidup dan bencana kebakaran

 Penggalian sumber-sumber pembiayaan untuk peningkatan pembangunan permukiman dan infrastruktur

 Pengembangan kelembagaan pembangunan Permukiman

 Melestarikan lingkungan perumahan lama yang mempunyai karakter khusus (Kawasan lindung cagar budaya) dari alih fungsi perubahan fisik bangunan

 Pembangunan permukiman yang belum terbangun secara terstruktur dengan Penyediaan lahan matang (Kawasan Siap Bangun, Lingkungan Siap Bangun, Kapling Siap Bangun).

 Penyediaan lahan siap bangun oleh pemerintah swasta dan masyarakat.

 Penyederhanaan mekanisme perijinan, sertifikasi hak atas tanah, standarisasi penilaian kredit, dokumentasi kredit, dan pengkajian ulang peraturan terkait.

 Penyediaan PSU perumahan dan permukiman dan RTH yang memadai, baik berupa PSU kawasan dan RTH untuk mendukung pembangunan rumah layak huni (mahyuni) dan Rusuna yang terdiri dari kawasan skala besar dan kawasan non skala besar serta PSU swadaya baik dalam bentuk bantuan sosial PSU swadaya maupun PSU komunal; sarana dan prasarana lingkungannya.

 Membentuk kawasan permukiman yang layak dan nyaman melalui pengaturan pengembangan lokasi baru dengan kecenderungan ke a rah timur dan barat.

 Mendorong pengembangan perumahan di wilayah Medan Utara dengan pola Kasiba dan Lisiba

 Penertiban dan pengendalian

lahan-1. Masalah Penyediaan Perumahan dan Penataan Lingkungan Permukiman : - Masih rendahnya penyediaan

rumah yang layak huni - Masih terdapatnya kawasan

permukiman yang belum tertata secara baik

2. Masalah Penyediaan Kebutuhan

 Strategi menarik peluang dan Pengentasan Masalah

 Pemenuhan kebutuhan rumah dalam menangani permasalah backlog yang ada di Kota Medan.

a. Mendorong ketersediaan perumahan layak huni terutama bagi kelompok masyarat menengah kebawah dan miskin

b. Mengembangkan perumahan secara

 Strategi Mengantisipasi Ancaman dan mengatasi Masalah

 Penanganan permukiman padat dan kumuh Tipologi

a. permukiman padat dan kumuh nelayan

b. permukiman padat dan kumuh bantaran sungai

(39)

Sarana Prasarana Permukiman : - Rendahnya prasarana dan sarana

lingkungan perumahan

- Prasarana permukiman juga masih kurang secara kualitas

3. Kurangnya akses kelembagaan yang sama bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan rumah yang layak.

4. Belum mantapnya pelayanan penyedian perumahan khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah

5. Perumahan semi permanen berdasarkan Podes berjumlah 80.736 yang banyak tersebar di Kota Medan yaitu Kecamatan Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Merelan, Medan Belawan, Medan Timur, Medan Barat, Medan Johor, dan Medan Selayang 6. Terdapat Pembangunan kota yang

belum terbangun secara terstruktur dalam satu konsep pengembangan seperti Kasiba dan Lisiba

vertikal (Rusun) untuk wilayah kecamatan atau kawasan yang padat penduduk dengan memperhatikan ketersediaan prasarana yang ada c. Pengembangan rumah khusus,

termasuk rumah industri (flat), rumah perdagangan (ruko), rumah kantor (rukan), rumah karyawan dan sebagainya.

d. Pengembangan perumahan dengan melibatkan Perumnas, REI dan swasta e. Pengembangan perumahan dengan

melibatkan peran serta masyarakat

 Pemindahan lokasi pemukiman kumuh yang terletak di bantaran sungai, kawasan mangrove, rencana pengembangan kawasan industry, rencana pengembangan pelabuhan internasional Belawan.

 Membatasi luas lantai bangunan perumahan yang diperbolehkan untuk kegiatan usaha dengan menyediakan prasarana yang memadai terutama parkir dan ruang terbuka hijau

 Pengalihan lokasi hunian campuran yang terletak di pusat kota secara berangsur-angsur.

Sumber : Analisis dari SPPIP Kota Medan 2010

6.2.4. Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Sesuai dengan arahan dan kebijakan penataan bangunan dan lingkungan Ditjen Cipta Karya adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan ingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Adapun program-program Penataan Bangunan dan Lingkungan terdiri dari:

a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;

c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.

Kriteria dan kesiapan (Readiness Criteria) yang dibutuhkan terhadap kegiatan-kegiatan yang telah direncakan adalah mencakup antara lain : rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaankegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset setelah infrastruktur dibangun.

Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:

1. Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung

Kriteria Khusus:

 Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan Gedung;

 Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG

2. Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

(40)

Kriteria Khusus:

 Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;

 Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM Pronangkis-nya;

 Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

3. Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)

Kriteria Lokasi :

 Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;

 Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;

 Kawasan yang dilestarikan/heritage;

 Kawasan rawan bencana;

 Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/ budaya

dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district);

 Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;

 Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta,

masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;

 Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

4. Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Permukiman

Tradisional/Bersejarah.

Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED.

Kriteria Umum:

 Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL (jika luas kws

perencanaan > 5 Ha) atau;

 Turunan dari Tata Ruangatau masuk dlm skenario pengembangan wilayah (jika luas

perencanaan < 5 Ha);

 Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta,

masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

5. Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan

Kriteria Khusus :

 Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;

 Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas;

 Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;

 Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

6. Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak RuangTerbuka Hijau

Kriteria Khusus :

(41)

 Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang);

 Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari luas wilayah

kota;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

7. Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Permukiman Tradisional Bersejarah

Kriteria Khusus :

 Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten);

 Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan estetis;

 Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

8. Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)

Kriteria:

 Ada Perda Bangunan Gedung;

 Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;

 Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi

 Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg Tata Ruang;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

9. Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman Tradisional/Gedung

Bersejarah

Kriteria:

 Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman Tradisional-Bersejarah;

 Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;

 Ada DDUB;

 Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran;

 Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional, diutamakan pada

fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

10. Dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran

Kriteria:

 Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah (minimal SK/peraturan

bupati/walikota);

 Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan dengan DPRD);

 Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun;

 Ada lahan yg disediakan Pemda;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

(42)

 Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan;

 Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan, terminal, stasiun,

bandara);

 Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial masyarakat (taman,

alun-alun);

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

6.2.5. Usulan dan Prioritas Program

Usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk Kota Medan selanjutnya dapat dirangkum dalam tsatu tabel yang disusun berdasarkan program dan kegiatan menurut output, indikator output, dan rincian kegiatan yang disesuaikan dengan Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya untuk sektor PBL. Usulan pendanaan dirinci menurut sumber-sumber pembiayaan dari APBN, APBD provinsi dan daerah ataupun sumber lain yang telah dipersyaratkan serta alokasi tahun pelaksanaan kegiatan dalam jangka waktu selama lima tahun ke depan.

Khusus untuk penataan lingkungan permukiman, sudah dicakup oleh Sub Bidang Pengembangan Permukiman. Oleh karena itu usulan program bersifat non teknis dan mengingat sejumlah keterbatasan Pemerintah Kota Medan, maka usulan program akan meliputi:

1. Program Perencanaan

a. Penyusunan RTBL Kota Medan

b. Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan

c. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Permukiman Tradisional

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana

a. Pemeliharaan Bangunan Pemerintah Kota Medan

b. Pemeliharaan Bangunan Bersejarah Kota Medan

c. Pembangunan Hydran umum

d. Pembangunan reservoar air ukuran 14 ton

e. Peningkatan Prasarana dan Sarana Penataan dan Revitalisasi Kawasan

f. Pemeliharaan RTH

g. Dukungan Prasarana dan Sarana RTH

3. Program Pengembangan Sistem Penataan Bangunan dan Lingkungan

a. Pelaksanaan Penataan Kawasan Tradisional dan Bersejarah

4. Program Sosialisasi dan Pemberdayaan

a. Deseminasi PERDA Bangunan Gedung

b. Pelatihan Teknisi Pendata Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN)

c. Pelatihan Teknis Keselamatan Gedung

d. Pemberdayaan Masyarakat untuk Pemeliharaan Prasarana dan Sarana P2K

(43)

No Sektor Rincian Kegiatan Lokasi Vol Tahun

Sumber Pembiayaan (Rp) Termuat pada Dokumen RIS

APBN APBD

Swasta Masy CSR SPPIP RPKPP RTBL SSK RISPAM Rpm PHLN Provinsi Kab/Kota

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

4

Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penyusunan RTBL Kota Medan Kota Medan 5 Paket 2015-2019 2.000.000 Penyusunan Rencana Tindak

Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kota Medan 1 Paket 2016 400.000 Penyusunan Rencana Tindak Sistem

Ruang Terbuka Hijau Kota Medan 1 Paket 2016 400.000 Penyusunan Rencana Tindak

Pengembangan Kawasan Permukiman Tradisional

Kota Medan 1 Paket 2017 400.000

Pedestrian dan Koridor Jalan Kesawan,

Walikota

Pembangunan Hydran umum Kota Medan 83 Titik 2015-2019 6.225.000 √

Dukungan Prasarana dan Sarana RTH 21

Kecamatan 21 Paket 2015-2019 12.000.000

Gambar

Gambar 6.4. Rencana Pengembangan Permukiman Kota Medan
Tabel 6.3.. Bangunan Individu yang Wajib Dilindungi di Kota Medan
Tabel 6.5. Kawasan yang Wajib Dilindungi di Kota Medan
Tabel 6.7. Sebaran Taman di Kota Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

seri kasus kami ditemukan lebih sedikit dibandingkan EEG normal, karena rekaman EEG yang dicatat hanya EEG pertama saat epilepsi didiagnosis, dan rekaman dilakukan saat pasien

Selain itu, secara khusus penelitian yang dilakukan oleh Spevack (2013) menyebutkan bahwa setelah menggunakan KB suntik dalam 2 tahun, sebanyak 70% pengguna Depo Provera

Wawancara dalam hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan pokok penelitian ini yaitu tentang penerapan Metode Pembelajaran

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk membuat aplikasi pengolahan data keberatan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Sistem yang dibuat penulis adalah Self Service peminjaman dan Pengembalian buku.Alat ini bekerja dengan membaca label barcode jenis 128 oleh barcode reader

Maramis, dr., SpKJ(K) Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

A simple RC filter with low corner frequency is needed during testing in order to filter the noise present on the voltage source driving the tuning line.

Jika unitnya tidak ada, maka bagian Administrasi Penjualan akan memberitahukan kepada Supervisor Marketing untuk meminta unit kepada bagian Vehicle, jika stok unitnya ada,