• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Dalam dokumen Bab.6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR (Halaman 62-112)

6.4.1. Air Limbah

6.4.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Sasaran umum pembangunan sistem air limbah di Kota Medan adalah agar dapat meningkatnya lingkup wilayah pelayanan dan peningkatan kualitas pelayanan air limbah. Arah kebijakan pelayanan yang ingin dikembangkan dalam pembangunan air limbah hingga akhir tahun 2019 adalah pelayanan air limbah yang berkualitas, efisien, dengan harga terjangkau, menjangkau semua wilayah dan lapisan masyarakat, dan berkelanjutan yang akan dilaksanakan melalui kebijakan sebagai berikut:

1. Bekerjasama meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan air limbah.

2. Bekerjasama meningkatkan kemampuan pembiayaan untuk pemeliharaan maupun pengembangan pelayanan melalui efisiensi kelembagaan, dan peningkatan upaya sumber pembiayaan alternatif dari sektor swasta maupun dana bantuan luar negeri.

Beberapa peraturan dan perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1 998 tentang Pedoman Penetapan

Baku Mutu Lingkungan.

Air Limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang terdiri

atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan.

Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia secara umum ditangani melalui dua sistem yaitu:

1. Sistem Setempat (onsite); dan

2. Sistem Terpusat (offsite).

Sanitasi sistem setempat (onsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam

batas tanah yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual, sedangkan sanitasi sistem

terpusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan dengan batas jarak

dan mengalirkan air limbah dari rumah- rumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke Instalasi

6.4.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Air Limbah Pemukiman

A . Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Pemukiman

Secara umum isu strategis dan permasalahan yang mendesak untuk subsektor air limbah di Kota Medan, adalah:

1. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat masih rendah.

Permasalahan yang mendesak:

 Persepsi dari sebagian masyarakat bahwa sarana air limbah belum menjadi kebutuhan

yang mendesak

 Sebagian masyarakat lebih mudah membuang limbahnya kesaluran sungai

 Pola pembinaan masyarakat masih rendah

 Masih kurangnya kesadaran pengusaha terhadap pengelolaan air limbah domestik

2. Belum adanya regulasi yang mengatur tentang pengelolaan air limbah domestik

 Keterbatasan lembaga teknis penunjang untuk menjalankan fungsi pengelolaan air

limbah domestik ditingkat yang sangat operasional

 Belum memadai instrumen perda yang mengatur tentang penanganan air limbah cair

rumah tangga

 Perda yang ada masih belum mencakup kegiatan industri/usaha lainnya yang sudah

beroperasi

3. Sarana dan prasarana air limbah domestik yang masih terbatas

 Keterbatasan anggaran sehingga belum mampu menyediakan sarana pengolahan limbah

cair bagi masyarakat MBR

 Air limbah domestik dibuang kesaluran drainase

4. Komitmen pemerintah daerah masih rendah untuk penanganan air limbah domestik

 Belanja daerah untuk sektor air limbah domestik masih rendah/terbatas

 Fungsi pengawasan daerah untuk sektor air limbah belum optimal

B . Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Pemukiman

Secara umum kondisi eksisting sistem pengelolaan air limbah yang ada saat ini di Kota Medan menggambarkan kondisi eksisting yang menyangkut Aspek Teknis maupun pada Aspek Non Teknis Pendukung terhadap apa yang telah dilakukan pemerintah Kota Medan dalam pelaksanaan Pengembangan Air Limbah Permukiman.

Pengelola pelayanan air limbah perpipaan di Kota Medan adalah PDAM Tirtanadi, yang telah beroperasi sejak tahun 1995. Wilayah pelayanan air Limbah Kota Medan meliputi wilayah seluas 520 Ha dan jumlah penduduk yang dilayani sebanyak 168.000 jiwa dibangun pada program pembangunan MUDP I dan MUDP II. Berdasarkan Rencana Induk (Master Plan) Air Limbah Kota Medan semula direncanakan pembangunannya dibagi dalam tiga tahap yang meliputi:

1. Tahap I dengan luas area pelayanan 520 ha 2. Tahap II dengan luas area pelayanan 480 ha 3. Tahap llldengan luas pelayanan 1200 ha.

 Daerah Pelayanan dan Jumlah Pelanggan Daerah Pelayanan

Daerah pelayanan Tahap 1 dengan luas area pelayanan seluas 520 Hamerupakan daerah pelayanan eksisting yang terdiri dari 8 (delapan) Zona Pelayanan dan melayani 15 (lima belas) kelurahan dan 1 (satu) Real Estate, yakni:

Gambar 6.13 Skematik Pelayanan Air Limbah Terpusat

Zona I : Seluas 95 Ha berada di Kecamatan Medan Kota direncanakan mempunyai potensi

pelanggan sebanyak ± 3.000 SR dan 9 ( sembilan ) unit pelanggan komersial berupa hotel, rumah sakit dan pusat perbelanjaan. Seluruh areal akan dilayani/dikumpulkan air limbahnya di Pompa Pengangkat (Lift Pump) yang berada di Jalan Laksana. Di Lift Pump Jalan Laksana ini air limbah dinaikan pada elevasi tertentu untuk mengalir secara gravitasi dengan pipa utama bergabung dengan pipa utama Zona 3 dan Zona 2 menuju Pusat Stasiun Pompa (Central Pumping Station) yang berda di Jalan HM. Yamin.

Zona 2 : Seluas 80 Ha dengan rencana potensi ± 2.800 pelanggan (SR) berada di Kecamatan

Medan Kota. Air limbah dari wilayah ini dikumpulkan/dialirkan secara gravitasi melalui pipa utama Line 2-1 membujur dari Selatan ke Utara di Jalan Cirebon, berubah arah ke 1) Kelurahan Mesjid

2) Kelurahan Pusat Pasar 3) Kelurahan Sidodadi 4) Kelurahan Kota Matsum-I 5) Kelurahan Kota Matsum-ll 6) Kelurahan Kota Matsum-lll 7) Kelurahan Kota Matsum-IV 8) Kelurahan Sukaramai-I

9) Kelurahan Sukaramai-ll 10) Kelurahan Pandau Hulu-I 11) Kelurahan Pandau Hulu-ll 12) Kelurahan Pandau Hilir-ll 13) Kelurahan Rengas-I 14) Kelurahan Rengas-ll 15) Kelurahan Rengas Permata 16) Cemara Asri Real Estate

Timur melalui Jalan Haryono MT, berbelok arah Utara di Jalan Sutomo dan berubah arah menuju Timur terkoneksi dengan Line 3-1 di Jalan Thamrin untuk selanjutnya menuju Central Pumping Station melalui Jalan GB. Yosua.

Zona 3 : Seluas 85 Ha dengan rencana potensi ± 2.900 pelanggan (SR) berada di Kecamatan

Medan Kota dan Kecamatan Medan Area. Air limbah dari daerah ini dikumpulkan/dialirkan sepenuhnya secara gravitasi, mengalir sekaligus menampung seluruh air limbah dari Zona I dan Zona 2 pada pipa utama yang membujur dari Selatan ke Utara di Jl. H. Thamrin menuju Central Pumping Station melintasi Jalan GB. Yosua.

Zona 4 : Seluas 77 Ha dengan rencana potensi pelanggan 2.700 pelanggan (SR) berada di

Kecamatan Medan Kota dan Medan Area. Zona 4 disamping menampung air limbah dari zona 4 sendiri, jugamenampung seluruh air limbah dari Zona 8 pada Lift Pump Jalan Sutrisno, menampung air limbah dari Zona 7 di Jalan Asia, menampung air limbah dari Zona 5 dan Zona 6 di Jalan Madong Lubis. Jalur utama Zona 4 adalah Line 4-1 dari Jalan Berlian, Jalan Emas, Jalan Asia dan membujur dari Selatan ke Utara sepanjang Jalan Madong Lubis untuk kemudian berubah arah ke Barat menuju Central Pumping Station melalui Jalan Hm. Yamin.

Zona 5 : Seluas 26 Ha dengan potensi 900 pelanggan (SR) berada di Kecamatan Medan Area

mengalir sepenuhnya secara gravitasi dengan pipa utama membujur dari Selatan ke Utara di Jalan Mabar juga menampung seluruh air limbah dari Zona 6 menuju Zona 4 di Jalan Madong Lubis.

Zona 6 : Seluas 28 Ha dengan potensi 970 SR berada di Kecamatan Medan Area mengalir

sepenuhnya secara gravitasi menuju Line 5-1 di Jalan Mabar.

Zona 7 : Seluas 32 Ha potensi 1.108 SR berada di Kecamatan Medan Area sebahagian besar (80%)

air limbah dikumpulkan di Lift Pump Jalan Waja untuk kemudian dinaikin mengalir secara gravitasi di Jalan Asia bergabung dengan sebahagian air limbah Zona 7 lain, untuk kemudian terkoneksi dengan Line 4-1 menuju Central Pumping Sration di Jalan HM Yamin.

Zona 8 : Seluas 97 ha dengan potensi 3.358 SR berada di Kecamatan Medan Area seluruh air

limbah dari wilayah Zona 8 mengalir secara gravitasi dari Line 8-1 di jalan Ismailliah dan Line 8-2 di Jalan Medan Area Selatan, menuju Lift Pump di Jalan Sutrisno. Air limbah dari disi diangkat pada elevasi tertentu untuk kemudian mengalir pada Line 4-1 menuju Central Pumping Station di Jalan HM Yamin.

Pelanggan Air Limbah

Jenis pelanggan yang dilayani di masing-masing wilayah pelayan terdiri dari pelanggan sosial, rumah iangga dan non rumah tangga. Pada akhir tahun 2012, komposisi pelanggan air limbah di Kota Medan sebagian besar diisi oieh pelanggan rumah tangga, yaitu mencapai75,17% dari total pelanggan air limbah yang ada. Pelanggan sosial hanya mencapai0.43% dan selebihnya adalah pelanggan non-domestik yang berjumlah 3.630atau 24,40%. Secara rinci komposisi dan jumlah pelanggan air limbah PDAM Tirtanadi disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 6.19. Komposisi Pelanggan Air Limbah PDAM Tirtanadi

Pengelolaan air limbah rumah tangga di Kota Medan dibedakan menjadi sistem individual, sistem komunal dan siste terpusat. Sistem individual adalah model pengelolaan limbah rumah tangga yang dibangun secara individual oleh setiap rumah tanggal dimana limbah mandi dan cuci biasanya dibuang kedalam badan air secara langsung, sedangkan limbah tinja dibuang kedalam septic tank. Sistem komunal biasanya dibangun pada kawasan pada, kumuh dan miskin. Seluruh limbah mandi, cuci dan kakus di buang kedalam septic tank yang memiliki sejumlah chamber didalamnya untuk proses anaerob, dan efluentnya dibuang ke badan air. Sistem terpusat adalah sistem penyaluran air

bekas mandi, cuci dan kakus dialirkan melalui sistem perpipaan (off site) yang terus dialirkan ke IPAL

Domestik yang berlokasi di daerah Pulo Brayan Bengkel untuk mendapatkan perlakuan aerob dan aerob untuk kemudian efluaentnya dibuang ke badan air.

1. Sistem On Site Individual

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Tahun 2011, jumlah rumah tangga di Kota Medan adalah 768.552 KK, dimana sebanyak 79,16 % masyarakat Kota Medan memiliki jamban dengan atau 608.388 rumah tangga dimana sebanyak 69,32 % masuk dalam kategori sebagai jamban sehat atau sebanyak 532.764 rumah tangga. Artinya masih ada perilaku buang air besar sembarangan (BABS) di Kota Medan sebanyak 160.164 KK atau sebesar 20,84 %. Persentase terbesar ada di Kecamatan Medan Polonia, yakni sebesar 88,15 % atau sebanyak 8.928 KK. Persentase kedua terbesar adalah Kecamatan Medan Belawan sebesar 54,99 % atau sebanyak 12.974 KK. Sementara ini program Pemko Medan untuk perbaikan lingkungan dalam hal sistem individual baru berjalan di Kecamatan Medan Belawan pada tahun 2011 dibangun sebanyak 999 unit septic tank biofilter dan pada tahun 2012 dibangun sebanyak 800 unit septic tank biofilter.

Tabel 6.20. Tingkat Kepemilikan Jamban Individual di Kota Medan

No. Kecamatan Jumlah

Keluarga

Jamban Dimiliki Jamban Sehat Jumlah Persen Jumlah Persen

1 Medan Tuntungan 18.843 16.165 85,79% 10.943 58,07% 2 Medan Johor 27.795 26.377 94,90% 24.177 86,98% 3 Medan Amplas 28.999 28.175 97,16% 19.523 67,32% 4 Medan Denai 29.268 20.708 70,75% 20.249 69,18% 5 Medan Area 22.871 20.725 90,62% 20.210 88,37% 6 Medan Kota 27.049 20.025 74,03% 10.318 38,15% 7 Medan Maimun 14.584 10.227 70,12% 9.198 63,07% 8 Medan Polonia 10.128 1.200 11,85% 1.200 11,85% 9 Medan Baru 10.668 7.597 71,21% 9.410 88,21% 10 Medan Selayang 24.692 24.680 99,95% 23.924 96,89% 11 Medan Sunggal 23.839 18.255 76,58% 17.595 73,81% 12 Medan Helvetia 30.165 24.372 80,80% 14.227 47,16% 13 Medan Petisah 19.074 17.165 89,99% 16.807 88,11% 14 Medan Barat 16.854 12.655 75,09% 12.461 73,93% 15 Medan Timur 27.616 24.784 89,75% 24.784 89,75% 16 Medan Perjuangan 23.779 11.975 50,36% 9.652 40,59% 17 Medan Tembung 30.110 18.217 60,50% 14.791 49,12% 18 Medan Deli 33.486 31.884 95,22% 31.412 93,81% 19 Medan Labuhan 24.280 18.614 76,66% 16.717 68,85% 20 Medan Marelan 27.392 23.177 84,61% 22.713 82,92% 21 Medan Belawan 23.595 10.621 45,01% 6.773 28,71% JUMLAH 768.552 608.388 79,16% 532.764 69,32%

Sumber : Profil Kesehatan Kota Medan 2011, Dinas Kesehatan Kota Medan

2. Sistem On Site Komunal

Sampai tahun 2011 dan rencana tahun 2012, Kota Medan memiliki 22 unti MCK Plus dan 2 unit

IPAL Komunal. MCK dan IPAL Komunal tersebut dibangun oleh Satker PPLP – Dinas Penataan

Ruang dan Permukiman - Provinsi Sumatera Utara, Dinas Perumahan dan Permukiman – Kota

Medan dan Pilot Project Program ESP-USAID.

Tabel 6.21. Penyebaran Sistem Komunal di Kota Medan Sejak Tahun 2006

Tahun Lokasi Sumber Dana Jenis Sarana Jumlah

2006 Lingk. 3, lorong 7, kel. Bagan Deli – Medan Belawan

Pemko Medan MCK 1

2007 Rusunawa Belawan Wisma Labuhan Kel, Nelayan Indah, kec. Medan Labuhan

TARUKIM Provinsi Sumatera Utara (satker PPLP)

IPAL Komunal

1

Lingkungan I, jalan Boksit, Kel.l Kota Bangun, Kec. Medan Deli

Pemko Medan, TARUKIM Provinsi Sumatera Utara (satker PPLP)

MCK 1

Jl. Pulau Seram, Kampung Gudang Arang, Kel. Belawan Bahari, Kec. Medan Belawan

Pemko Medan, TARUKIM Provinsi Sumatera Utara (satker PPLP)

Tahun Lokasi Sumber Dana Jenis Sarana Jumlah Pondok Pesantren Ar-Raudhatul

Hasanah, Kel. Simpang Selayang, Kec. Medan Tuntungan

Pemko Medan, TARUKIM Provinsi Sumatera Utara (satker PPLP)

MCK 1

Rusunawa Belawan Wisma Labuhan Kel, Nelayan Indah, kec. Medan Labuhan

USAID – ESP IPAL

Komunal 1

2008 Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, Kel. Simpang Selayang, Kec. Medan Tuntungan

Pemko Medan, TARUKIM Provinsi Sumatera Utara (satker PPLP)

MCK 1

Yayasan Namira Kel. Tanjung Sari, kec. Medan Selayang

TARUKIM Provinsi Sumatera Utara (satker PPLP)

MCK 1

Gg. Jambu Jl. Yong Panah Hijau Kel. Labuhan Deli, Kec. Medan Marelan

TARUKIM Provinsi Sumatera Utara (satker PPLP)

MCK 1

2009 Kel. Belawan Bahari, Kec. Medan Belawan

Pemko Medan MCK 1

Kel. Bagan Deli, Kec. Medan Belawan Pemko Medan MCK 1

Kel. Labuhan Deli, Kec. Medan Marelan Pemko Medan MCK 1

Gg. Jambu Kel. Labuhan Deli Kec. Medan Marelan

USAID – ESP MCK 1

2010 Kel. Terjun Pemko Medan MCK 1

Kel. Martubung Pemko Medan MCK 1

Kel. Martubung Pemko Medan MCK 1

Kel. Denai Pemko Medan MCK 1

2011 Lingk. V, Kel. Belawan I, Kec. Medan Belawan

TARUKIM Provinsi Sumatera Utara (satker PPLP)

MCK 1

Lingk. VI, Kel. Belawan I, Kec. Medan Belawan

TARUKIM Provinsi Sumatera Utara (satker PPLP)

MCK 1

2012 Kel. Bagan Deli, Kec. Medan Belawan TARUKIM Provinsi Sumatera Utara (satker PPLP)

MCK 1

Kel. Belawan 1, Kec. Medan Belawan Pemko Medan MCK 1

Kel. Belawan Bahari, Kec. Medan Belawan

Pemko Medan MCK 1

Kel. Labuhan Deli, Kec. Medan Marelan Pemko Medan MCK 1

Kel. Rengas Pulau, Kec. Medan Marelan Pemko Medan MCK 1

Sumber : Dinas Perkim, Kota Medan

3. Sistem Terpusat (Off site)

a. Daerah Pelayanan dan Perpipaan

Saat ini pengelola pelayanan air limbah perpipaan (sewerage system ) adalah PDAM Tirtanadi, yang telah beroperasi sejak tahun 1995. Wilayah pelayanan air Limbah Kota Medan meliputi wilayah seluas 520 Ha dan jumlah penduduk yang dilayani sebanyak 168.000 jiwa dibangun pada program pembangunan MUDP I dan MUDP II. Berdasarkan Rencana Induk (Master Plan) Air Limbah Kota Medan semula direncanakan pembangunannya dibagi dalam tiga tahap yang meliputi:

- Tahap I dengan luas area pelayanan 520 ha

- Tahap II dengan luas area pelayanan 480 ha

Daerah pelayanan Tahap I menurut daerah administratif meliputi 4 (empat) kecamatan, 15 (lima belas) kelurahan dan 1 (satu) Real Estate, yakni :

Tabel 6.22. Daerah Pelayanan Sistem Air Limbah Terpusat Kota Medan Menurut Wilayah Administrasi

No Kecamatan Kelurahan Zone

1 Medan Kota Mesjid 1

2 Pusat Pasar 2, 3

3 Kota Matsum III 1

4 Kota Matsum IV 1

5 Pandau Hulu I 3, 4, 5

6 Rengas I 2, 3

7 Medan Timur Sidodadi 3

8 Medan Area Kota Matsum I 8

9 Kota Matsum II 1 10 Sukaramai I 8 11 Sukaramai II 7 12 Pandau Hulu II 6 13 Rengas II 7 14 Rengas Permata 2, 3, 7

15 Medan Perjuangan Pandau Hilir 4, 5

16 Perumahan Cemara Asri -

Sumber : PDAM Tirtanadi

Daerah pelayanan Tahap I menurut Rencana Induk Pengelolaan Air Limbah Siste Terpusat terbagi dalam 8 zone dan 1 perumahan, yakni :

Tabel 6.23. Daerah Pelayanan Sistem Air Limbah Terpusat Kota Medan Menurut Maspter Plan Air Limbah Kota Medan

Zone Luas (Ha)

Kapasitas Sambungan

Kecamatan Kelurahan Panjang

Pipa (m)

1 95 3.297 Medan Kota

Mesjid

18.480 Kota Matsum III

Kota Matsum IV

Medan Area Kota Matsum II

2 80 2.771 Medan Kota

Pusat Pasar

22.045 Rengas I

Medan Area Rengas Permata

3 85 2.943 Medan Kota Pusat Pasar 31.153 Pandau Hulu I Rengas I Medan Timur Sidodadi Medan Area Rengas Permata

4 77 2.665 Medan Kota Pandau Hulu I 14.867

Medan Perjuangan Pandau Hilir

5 26 900 Medan Kota Pandau Hulu I 5.407

Zone Luas (Ha)

Kapasitas Sambungan

Kecamatan Kelurahan Panjang

Pipa (m)

6 28 970 Medan Area Pandau Hulu II 5.348

7 32 1.108 Medan Area Sukaramai II 7.465

Rengas II Rengas Permata

8 97 3.358 Medan Area Kota Matsum I 19.533

Sukaramai I

- 150 3.100 Medan Perjuangan Perumahan Cemara Asri 10.808

Total 670 21.112 136.688

Sampai pada saat dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya ini disusun, jumlah total sambungan rumah pada sistem air limbah terpusat adalah sebanyak 17.430 sambungan rumah terdiri dari 8 zone pengembangan dan satu perumahan Cemara Asri, dengan perincian berikut :

Tabel 6.24. Perkembangan Sambungan Air Limbah Terpusat di Kota Medan

Tahun Sampai 2008 2009 2010 2011

Jumlah SR 11.459 15.355 15.659 17.430

Untuk melayani luasan 670 hektar dibutuhkan panjang pipa mulai dari diameter 150 mm hingga 1.300 mm sepanjang 136,687.79 meter, dengan perincian seperti dibawah ini.

Tabel 6.25. Sistem Pemipaan Jaringan Air Limbah Terpusat di Kota Medan

No. Dia. (mm) Zone 1 (m) Zone 2 (m) Zone 3 (m) Zone 4 (m) Zone 5 (m) Zone 6 (m) Zone 7 (m) Zone 8 (m) Cemara Asri Est. (m) Total (m) 1 150 562.50 9,702.81 8,460.22 4,596.96 365.60 5,347.66 1,725.03 6,644.93 448.75 32,378.05 2 200 15,426.67 10,515.80 17,559.73 7,870.20 3,764.65 - 4,429.95 10,713.45 8,710.04 77,859.49 3 250 729.60 159.80 - - 212.10 - 271.45 481.15 55.00 1,909.10 4 300 790.40 340.50 - - 185.75 - 287.70 481.80 163.80 2,249.95 5 350 536.70 261.50 - - - - 101.85 155.60 - 1,055.65 6 400 198.40 138.70 - - - - 648.50 730.60 258.00 1,974.20 7 450 173.95 923.85 - - - - - 276.60 164.25 1,538.65 8 500 - - - 544.55 837.95 - - 46.80 - 1,429.30 9 600 - - 979.10 281.95 - - - - 1,038.18 2,299.23 10 800 - - 1,413.70 1,573.06 - - - - - 2,986.76 11 1100 - - 650.00 - - - - - - 650.00 12 1300 - - 3,750.00 - - - - - - 3,750.00 T O T A L 136,687.79

Sumber : PDAM Tirtanadi

Dari kapasitas 21.112 sambungan rumah, sampai tahun 2011 sudah tersambung 17.430 sambungan rumah, berarti telah mencapai tingkat 82,56 % dari rencana yang disusun pada tahun 1984. Tetapi jumlah ini masih memungkinkan ditambah diatas kapasitas pipa karena kapasita terpasang IPAL adalah untuk melayani hingga 35.000 sambungan rumah.

Gambar 6.15. Skema Sistem Pelayanan Air Limbah Medan

 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Instalasi Pengolahan Air Limbah Kota Medan di Pulo Brayan Bengkel dibangun diatas areal seluas 10

Ha pada tahun 1994 melalui MUDP II dan selesai pada tahun 1995 dengan kapasitas 60.000 m3/hari, setara dengan 35.000 sambungan rumah dan untuk saat ini dioperasikan dengan kapasitas 16.000

m3/hari (idle capacity). Unit Utama dari IPAL ini adalah Reaktor UASB (Up Flow Anaerobic Sludge

Blanket) yaitu dalam proses pengolahan air limbah akan terbentuk sludge blanket yang berfungsi sebagai penyaring/pengikat kotoran-kotoran atau zat organic yang terkandung dalam air limbah. Proses ini juga memproduksi gas methane sebagai hasil sampingan. Air hasil pengolahan dialirkan ke Sungai Kera yang mengalir secara kontiniu.

Gambar 6.17. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

 Stasiun Pompa

Sesuai dengan sistem pengaliran adalah sistem gravitasi, maka kedalaman pipa akan bertambah ke

arah hilir (down stream) hingga pada jarak tertentu dicapai kedalaman maksimum yang diijinkan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pada lokasi tertentu dibangun stasiun pompa (lift pump station)

untuk memompa air limbah ke elevasi yang lebih tinggi untuk kemudian air limbah dialirkan kembali secara gravitasi. Jalur pipa yang mencapai perbedaan kedalaman hingga 6 meter akan dikembalikan ke level awal pada sebuah stasiun pompa untuk merekayasa sistem gravitasi.

Gambar 6.18. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Domestik Kota Medan

Sumber : PDAM Tirtanadi

Jumlah Stasiun Pompa Eksisting ada di 5 (lima) lokasi yaitu:

No Lokasi Jumlah Kapasitas Tahun

Pemasangan

Keterangan 1 Jl. Laksana (berfungsi

untuk melayani Zone 1)

2 Unit Pompa

2 x 42 liter/detik 1988 Kondisi Perangkat Pendukung seperti panel, dan lain-lain masih dalam keadaan baik. 2 Jl. Sutrisno (berfungsi

untuk melayani Zone 8)

3 Unit Pompa

2 unit : 42 liter/detik 1 Unit : 65 liter / detik

1990 Kondisi Perangkat Pendukung seperti panel, dan lain-lain masih dalam keadaan baik.

3 Jl. Waja (berfungsi untuk melayani Zone 7)

3 Unit Pompa

2 unit : 42 liter/detik 1 Unit : 65 liter / detik

1990 Kondisi Perangkat Pendukung seperti panel, dan lain-lain masih dalam keadaan baik

4 Jl Serdang (berfungsi untuk melayani zone 1-8 untuk kemudian dialirkan melalui Trunk Sewer ke IPAL Pulo brayan Bengkel dengan sistem gravitasi)

3 Unit Pompa

107 liter/detik 1987 Kondisi Perangkat

Pendukung seperti panel, dan lain-lain masih dalam keadaan baik.

5 Cemara (berfungsi untuk melayani Perumahan Cemara Asri Estate)

2 Unit Pompa

2 x 42 liter/detik 1987 Kondisi Perangkat Pendukung seperti panel, dan lain-lain masih dalam keadaan baik.

 IPAL Infeksiuos

Pemerintah Kota Medan belum mempunyai pengolahan khusus untuk mengolah limbah rumah sakit khususnya limbah medis dan B3. Terdapat 3 (tiga) rumah sakit besar yang telah menggunakan incenerator untuk mengolah limbah medis yaitu:

2. RS Pringadi, kapasitas incenerator 6 m3/jam

3. RS PTP II Tembakau Deli, kapasitas incenerator 4 m3/jam

Sedangkan limbah cair dari kegiatan rumah sakit diolah dengan menggunakan IPAL yang terdapat di 14 rumah sakit (dari total 57 buah rumah sakit). Pengolahan limbah cair dan padat di 36 Puskesmas belum dilakukan pengolahan dan masih bercampur dengan limbah permukiman. Sistem penyaluran air limbah industri yang ada di Kota Medan, baik yang ada di Kawasan Industri Medan (KIM) maupun yang diluar itu diharuskan melalui proses pengolahan di IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri) sebelum dialirkan ke badan air penerima/sungai terdekat.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Air Limbah Pemukiman

Masalah umum pada sarana air limbah sekarang adalah:

1. Peraturan Daerah mengenai kewajiban setiap rumah tangga untuk menyambung pada sistem

pengelolaan air limbah rumah tangga belum ada.

2. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mengelola air limbah.

3. Pemasangan Jaringan Air limbah yang belum selesai.

4. Struktur harga retribusi masih sangat murah (tidak riil) sehingga menjadi sumber defisit anggaran

pengelolaan limbah.

5. Kerjasama antara PDAM Tirtanadi dengan SKPD Kota Medan yang bertanggung jawab terhadap

penanganan limbah cair masih kurang optimal.

Permasalahan yang dihadapi Kota Medan dalam hal penanganan limbah cair adalah :

1. Kesadaran masyarakat masih minim, sehingga pada daerah yang sudah dilayani oleh jaringan

IPAL pun belum dapat dijual kepada masyarakat. Pada daerah yang tidak dilayani oleh jaringan IPAL pun masyarakat masih tetap belum menganggap penting penanganan limbah cair secara maksimal.

2. Kelembagaan yang mampu menangani pengelolaan limbah cair belum terbentuk secara kuat.

3. Keberadaan Peraturan Daerah masih belum dianggap penting oleh para pemangku kepentingan.

4. Kemampuan pendanaan masih minim, manakala harus berhadapan dengan portofolio

pendanaan bidang lain seperti pendidikan dan kesehatan.

6.4.1.3. Analisa Permasalahan

 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Pelayanan sistem air limbah sistem pemipaan skala kota saat ini dibangun berdasarkan rencana induk tahap I dengan daerah luas pelayanan seluas 520 Ha dan target pelayanan sebanyak 168.000 jiwa atau setara dengan 18.000 pelanggan. Permasalahan teknis pada sistem menyebabkan target sambungan

Dalam dokumen Bab.6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR (Halaman 62-112)

Dokumen terkait