6.3.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka
Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi :
Unit air baku,
Unit produksi,
Unit distribusi,
Unit pelayanan, dan
Unit pengelolaan.
Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi:
Sumur dangkal,
Sumur pompa tangan,
Bak penampungan air hujan,
Terminal air,
Mobil tangki air,
Instalasi air kemasan, atau
Bangunan perlindungan mata air
Berdasarkan program kerja yang disusun PDAM Tirtanadi diketahui, pelayanan yang ingin dikembangkan dalam pembangunan air minum hingga akhir tahun 2019 adalah pelayanan air minum yang berkualitas, efisien, dengan harga terjangkau, menjangkau semua lapisan masyarakat, dan berkelanjutan yang akan dilaksanakan melalui kebijakan sebagai berikut :
1. Menciptakan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) terhadap pentingnya
peningkatan pelayanan air minum dalam pengembangan sumber daya manusia dan produktivitas kerja.
2. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) diluar PDAM Tirtanadi untuk turut
berperan serta secara aktif dalam memberikan pelayanan air minum melalui kemitraan Pemerintah-swasta (public-private-partnership).
3. Mendorong peningkatan kinerja pengelola air minum melalui peningkatan kapasitas
kelembagaan dan revisi peraturan yang mengatur air minum di Kota Medan.
4. Mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia pengelola pelayanan air minum melalui
5. Berkoordinasi mengurangi tingkat kebocoran pelayanan air minum hingga mencapai ambang batas normal sebesar 20% hingga akhir tahun 2019.
6.3.2.Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
6.3.2.1. Isu Strategis Pengembangan SPAM
Secara umum rumusan isu-isu strategis dan permasalahan yang mendesak dalam Sistem Penyediaan Air Minum di Kota Medan adalah :
1. Pemerataan pelayanan air bersih ke seluruh bagian wilayah dengan pelayanan utama melalui
jaringan pipa distribusi air minum.
2. Mempertahankan keseimbangan kebutuhan air bersih antara kapasitas air bersih dengan jumlah
konsumen.
3. Tingkat Kebocoran /Kehilangan Air Masih Tinggi terhadap keseluruhan Kota Medan.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap perlunya perilaku hidup bersih dan sehat,
5. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air minum
6. mewujudkan Pengembangan kelembagaan yang terkait dengan pembangunan air minum untuk
sistem kelembagaan dan tata laksana pembangunan air bersih yang efektif
6.3.2.2.Kondisi Eksisting
A. Air Baku
Sumber air yang digunakan oleh PDAM Tirtanadi yang melayani Kota Medan dan sekitarnya adalah mata air, sungai dan sumur bor. Adapun sumber air yang dikelola oleh PDAM Tirtanadi dapat dilihat pada table berikut.
Gambar 6.7 Peta Sumber Air Baku Kota Medan
B. Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Kapasitas Instalasi Pengolahan Air termasuk sumur bor dan mata air yang digunakan di zona pelayanan 1 (Kota Medan dan sekitarnya) adalah sebesar 5.047 Liter/detik, sedangkan kapasitas air olahan yang diproduksi adalah 5.420 Liter/detik. Kapasitas produksi yang lebih besar dari kapasitas terpasang disebabkan pada beberapa IPA seperti IPA Sunggal dan IPA Deli Tua, kapasitas produksinya lebih besar dari kemampuan IPA sebenarnya. Hal ini menyebabkan lebih sering dilakukan backwash dan kualitas air yang dihasilkan sedikit menurun. Disamping yang over produksi, ada juga IPA yang masih mempunyai sisa kapasitas yang belum digunakan yaitu : IPA Belumai dan IPA Hamparan Perak. Instalasi Pengolahan Air yang dikelola oleh PDAM Tirtanadi untuk Zona Pelayanan Medan dan Sekitarnya dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 6.10 Instalasi Pengolahan Air Yang dikelola PDAM Tirtanadi (Zona I)
Sumber : Laporan Produksi PDAM Tirtanadi Tahun 2010
C. Reservoir
Reservoir pada sistem penyediaan air minum di Zona Pelayanan 1 ada di beberapa lokasi. Adapun lokasi dan kapasitas masing - masing reservoir dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
D. Sistem Transmisi
Sistem pengaliran air pada sistem perpipaan transmisi dan distribusi dilakukan secara perpompaan dan gravitasi. Pipa transmisi dan distribusi utama yang dipakai dalam sistem penyediaan air minum PDAM kota Medan untuk mengalirkan air minum bervariasi antara diameter 200 mm sampai diameter 1.000 mm dengan panjang pipa sekitar 490 km. Jenis pipa yang digunakan adalah ACP, DCIP, Steel, PVC dan FGRP. Sistem yang mengalirkan air secara gravitasi, yaitu sistem distribusi utama dari Mata Air Sibolangit ke daerah pelayanan. Untuk sistem perpipaan sekunder dan tersier pada jaringan distribusi, diameternya lebih kecil dari 200 mm dengan panjang sekitar 3.000 km.
E. Unit Distribusi
Sistem pengaliran pada jaringan transmisi/distribusi di daerah pelayanan kota Medan dan sekitarnya dilakukan dengan sistem pemompaan, baik langsung dari reservoir produksi di IPA maupun dari reservoir distribusi. Sistem pemompaan ini dilakukan karena daerah pelayanan kota Medan dan sekitarnya merupakan daerah yang datar dan lokasi IPA berada pada elevasi yang relative sama dengan daerah pelayanan tersebut. Ada satu sistem yang sistem pengalirannya secara gravitasi ke sistem distribusi dan ke pelanggan, yaitu mata air/IPA Sibolangit (dengan elevasi + 400 m). Panjang total jaringan pipa transmisi dan distribusi adalah sekitar 2.668 km, dan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Pipa transmisi/distribusi utama meliputi jaringan perpipaan dengan diameter 200 – 1.000 mm,
2. Pipa distribusi sekunder/tersier(retikulasi/minor distribution) meliputi perpipaan dengan diameter < 200 mm sepanjang 2.186,5 km. Penyadapan ke sambungan pelanggan dilakukan dari jaringan pipa sekunder/tersier ini.
Untuk mengukur volume air yang dialirkan ke jaringan pipa distribusi, reservoir distribusi dilengkapi dengan meter air. Namun beberapa reservoir belum mempunyai meter air dan dari meter air yang terpasang, tidak seluruhnya dalam kondisi baik.
F. Produksi, Air Terjual dan Kehilangan Air
Sampai bulan Desember tahun 2010 air minum yang diproduksi oleh PDAM Tirtanadi di zona kota Medan dan sekitarnya adalah 167.154.487 m3/tahun setara dengan 5.300,4 Liter/detik. Air yang terjual sebesar 120.392.435 m3/tahun atau 3.817,6 Liter/detik. Dengan demikian kehilangan air PDAM Tirtanadi kota Medan pada tahun 2010 adalah 27,98%
Tabel 6.12. Produksi, Air Terjual dan Kehilangan Air PDAM Tirtanadi di Zona I kota Medan dan Sekitarnya
G. Cakupan Pelayanan
Daerah Pelayanan PDAM Tirtanadi bisa dikatakan sudah mencakup seluruh kota Medan dan sekitarnya. Tetapi ada sebagian besar daerah yang masih sedikit mendapat pelayanan air minum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tiap daerah pelayanan PDAM Tirtanadi sebagai berikut :
Cabang Utama; Cabang Sei Agul; Cabang Sei Denai; Cabang Tuasan; Cabang Belawan; Cabang Padang Bulan; Cabang Sunggal; Cabang Deli Tua; Cabang Diski; Cabang Yamin; Cabang Amplas; Cabang Sibolangit; Cabang Cemara dan Cabang Medan Labuhan .
Gambar 6.10. Skema Distribusi Air PDAM Tirtanadi
H. Pelayanan Air Bersih untuk MBR
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) merupakan masyarakat yang dapat digolongkan sama dengan sosial umum, sosial khusus atau Rumah Tangga dari golongan pelanggan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara.
Walaupun MBR ini mampu membayar harga air, namun karena beberapa hal selama ini masyarakat MBR agak sulit mendapat akses pelayanan air minum karena bermukim di tempat DAM tidak diperkenankan memasang asset di tempat tersebut atau karena tidak memenuhi persyaratan teknik PDAM, atau kesulitan membayar biaya sambungan baru atau sebab-sebab lainnya. Kota Medan telah melaksanakan program MBR pada tahun 2008 sebanyak 3.543 sambungan rumah (SR). Pada tahun 2009 berhasil mencapai 3.505 sambungan rumah. Target pelayanan selama 5 tahun adalah 17.500 sambungan atau sebesar 3.500 sambungan per tahun, sehingga total menjadi 21.043 SR.
I. Pelayanan Penyediaan Air Bersih bagi MBR
Dua tahun pelaksanaan Program MBR telah menyelesaikan 7.043 SR. Akan tetapi keberhasilan program ini mengalami masalah yakni kekurangan suplai air dari PDAM Tirtanadi terutama untuk wilayah Kota Medan bagian Utara, yaitu Kec. Medan Belawan, Kec. Medan Labuhan, Kec. Medan
Marelan dan Kec. Medan Deli. Umumnya tekanan air pada wilayah tersebut dibawah normal (< 0,3 bar) bahkan pada beberapa tempat sampai saat ini air masih belum mengalir. Masalah semakin rumit karena para penjual air di daerah tersebut banyak yang sudah menutup usahanya, sehingga masyarakat tidak memiliki alternatif perolehan air.
J. Aspek Pelayanan
Wilayah pelayanan di Zona I (Medan dan Sekitarnya) terdiri dari 14 Cabang Pelayanan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PDAM, daerah yang tekanannya di bawah 0,3 atm atau 3 m adalah sekitar 31% dari jumlah pelanggan. Hal itu disebabkan jangkauan pelayanan yang jauh dari Reservoir Distribusi dan juga pembagian zona yang belum optimal. Saat ini sistem pelayanan secara umum
belum dibentuk dalam blok – blok pelayanan yang memudahkan PDAM dalam melakukan analisa
permasalahan termasuk mendeteksi kehilangan air. Namun untuk membuat zona pelayanan dan blok pelayanan yang lebih baik tentu saja memerlukan penambahan reservoir dan perubahan sistem perpipaan distribusinya.
Tabel 6.13. Perkembangan Sambungan Pelanggan Pada Cabang Pelayanan PDAM Tirtanadi di kota Medan Dan Sekitarnya (Zona I)
K. Hydran Umum (Pencegahan Kebakaran)
Dalam rangka meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap bahaya kebakaran, diperlukan hydran umum dengan kerapatan 200 jalan lingkungan per satu hydran. Saat ini Kota Medan sebenarnya telah membangun 118 hydran umum. Tetapi dari jumlah tersebut hanya sebanyak 66 titik yang masih ada, dan dari jumlah yang ada hanya sebanyak 28 titik yang berfungsi.
L. Keadaan eksisting Sumber Daya Manusia
Jumlah pegawai PDAM Tirtanadi Sampai dengan akhir tahun 2010, adalah sebanyak 1.562 orang yang dapat dibagi ke dalam kategori sebagai berikut:
Tabel 6.15. Profil Pegawai PDAM Tahun 2010 Berdasarkan Pendidikan
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) saat ini adalah dengan melaksanakan program pelatihan dan pendidikan secara periodik. Upaya lainnya dilakukan dengan perekrutan personil-personil dengan latar belakang pendidikan yang dibutuhkan terutama dengan tingkat pendidikan Strata-1 dan Strata-2.
6.3.2.3.Permasalahan
Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan air bersih adalah:
No. Permasalahan
1 Unit Air Baku
- sebagian besar sistem pengaliran sumber air baku di zona kota Medan dan sekitarny adalah secara
perpompaan. Hanya satu sumber yang sistem pengalirannya secara gravitasi, yaitu dari Mata Air Sibolangit sebesar 607 Liter/detik dari total kapasitas sumber sebesar 5.696 Liter/detik.
a. Volume air baku yang ada pada badan air yang melintasi wilayah Kota Medan semakin hari semakin menurun.
b. Kualitas air baku semakin lama semakin buruk akibat polusi pada bagian hulu dan sepanjang aliran sungai di Kota Medan.
c. Kualitas air tanah untuk sumur bor pada hampir seluruh titik sumur bor memerlukan perlakuan yang ekstra agar dapat dikonsumsi secara layak karena kandungan Fe-nya cukup tinggi dan berbau menyengat. Hal ini terutama dijumpai di kawasan Medan Bagian Utara.
d. Daya suplai air tanah untuk sumur bor paling lama hanya untuk lima tahun. Setelah itu sumur bor menjadi kering, sementara investasi pembuatan sumur bor cukup tinggi, yakni sebesar Rp. 1 Milyar Rupiah pada tahun 2009/2010 dan kemampuan pelayanannya maksimal hanya untuk 1.000 KK dengan kapasitas 10 liter/detik.
2. Instalasi Pengolahan Air Unit produksi terdiri dari Instalasi Pengolahan Air (IPA), Reservoir, Sistem Perpompaan dan Bangunan Penunjang.
a. Jumlah IPA untuk melayani Kota Medan masih kurang dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan air.
b. Investasi pembuatan IPA dengan sistem transmisi dan distribusinya tergolong mahal.
c. Volume intake ke IPA masih kurang 3 Reservoir Distribusi
Secara garis besar, reservoir ini dapat dibagi menjadi 2 jenis reservoir, yaitu : - Reservoir produksi, 2 unit di IPA
Sunggal dan IPA Deli Tua. - Reservoir distribusi, 17 unit.
a. Pemeliharaan jaringan pipa juga cukup mahal.
b. Sampai saat ini masih ada penggantian pipa eksisting, sehingga
kebanyakan pipa primer dan sekunder masih menggunakan pipa yang sudah berumur lebih dari 20 tahun.
c. Masih dijumpainya kasus penyambungan illegal oleh masyarakat. d. Persen kehilangan air mencapai 24%, walaupun angka kehilangan ini masih tergolong cukup rendah dibandingkan dengan PDAM di daerah lain di Indonesia.
4 Sistem Perpipaan Transmisi
Sistem Perpipaan transmisi air untuk kota Medan dan sekitarnya adalah untuk mengalirkan air dari reservoir produksi IPA ke reservoir distribusi/reservoir booster.
5 Hydran Kebakaran untuk peningkatan ketahanan resiko bahaya kebakaran harus dilakukan revitalisasi terhadap 66 titik hydran yang ada dan menghidupkan /
membangun kembali seluruh hydran yang pernah ada menjadi sebanyak 250 titik di seluruh Kota Medan.
6.3.3.Analisis Kebutuhan SPAM Kota Medan
A. Unit Air Baku
Berbagai permasalahan yang ada pada unit air baku yang digunakan oleh PDAM Tirtanadi, dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 6.16. Analisa Kondisi Unit Air Baku PDAM Tirtanadi pada Zona I (Medan dan Sekitarnya)
No. Lokasi Sumber Air Analisa
1 Mata Air Sibolangit Mata air Sibolangit yang terletak di daerah Sibolangit
kapasitas 283 lt/det.
kapasitas 204 l/detik.
120 Liter/detik
Apabila PDAM tidak melakukan pemeliharaan terhadap hutan di kawasan hulu mata air (resapan airnya), tentu akan mengakibatkan penurunan kapasitas air sumber tersebut. Oleh karena itu diperlukan kerja sama dengan instansi terkait termasuk masyarakat yang ada di sekitar kawasan resapan agar kesinambungan mata air dapat dipertahankan.
2. Sungai Belawan (IPA Sunggal)
terletak di Kecamatan Sunggal. Berdasarkan studi MUDP II, sungai Belawan mempunyai catchment area 200 km2 dan debit aliran minimum 8,6 m3/detik. Bila mengacu pada hasil studi tersebut, , maka penyadapan air sungai sebesar 1.5 – 1.7 m3/detik dapat dilakukan secara baik, namun pernah terjadi kapasitas penyadapan harus diturunkan bahkan dihentikan karena kapasitas air Sungai Belawan tidak mencukupi, walaupun dalam 1 tahun hanya terjadi selama beberapa jam. Hal tersebut menunjukkan adanya penurunan kuantitas yang drastis dari Sungai Belawan yang kemungkinan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang terjadi di hulu sungai. Namun demikian tentu saja hal ini memerlukan studi/penelitian yang lebih mendalam.
IPA akan ditingkatkan dari 1900 menjadi 2.200 sehingga diperlukan peningkatan kapasitas ijin SIPAnya
3 Sungai Belawan (IPA Hamparan Perak)
Kualitas air baku di lokasi Hamparan Perak semakin buruk
4 Sungai Deli Air sungai Deli merupakan air baku untuk IPA Deli Tua yang terletak di kecamatan Deli Tua. Sungai Deli yang mengalir melalui tengah kota Medan adalah merupakan gabungan beberapa anak sungai dan dan bermuara di Selat Malaka. Catchment area sungai Deli adalah seluas 160 km2 . Saat ini debit yang disadap untuk IPA Deli Tua antara 1,5-1,8 m3/detik dan berdasarkan informasi lapangan yang ada, diperkirakan kapasitas pengambilan air baku dari sungai ini sudah mengalami penurunan kuantitas lagi. Namun demikian tentu saja hal ini memerlukan studi/penelitian yang lebih mendalam.
5 Sungai Belumai 1 (IPA Belumai) Sungai Belumai: Memiliki “catchment area” di Limau Manis (IPA BOT)
seluas 244 km2. Berdasarkan studi yang pernah ada, semula air sungai ini yang akan dimanfatkan sebagai sumber air baku untuk penyediaan air minum kota Medan dan sekitarnya adalah 3m3/detik. Namun dari pengamatan lapangan oleh petugas produksi PDAM, saat ini kapasitas air baku sudah menurun. Tingkat kekeruhan cukup tinggi. Namun demikian tentu saja hal ini memerlukan studi/penelitian yang lebih
No. Lokasi Sumber Air Analisa
7 Sungai Sei Ular Kapasitas sumber cukup besar dapat memasok air sampai diatas 5.000 Liter/detik. Tingkat kekeruhan dan endapan pasir cukup tinggi.
8 Sungai Sei Percut (Sigara – gara) Kapasitas sumber cukup besar, kualitas relatif baik. Jarak ke eksisting IPA Deli Tua sekitar 3 km.
9 Sungai Sei Bingei Kapasitas sumber cukup besar dapat memasok air sampai di atas 1000 Liter/detik. Jarak ke sistem eksisting terdekat sekitar 20 km.
10 Sumur Bor Pompa III Belawan
sumber air baku. Namun demikian sumur bor akan tetap digunakan, tapi bukan sebagai sumber air yang utama.
11 Sumur Bor RS Kusta Belawan 12 Sumur Bor Sicanang Belawan 13 Sumur Bor Martubung Belawan 14 Sumur Bor Kp Nelayan Belawan 15 Sumur Bor BP Simalingkar Belawan 16 Sumur Bor Kota Bangun Belawan 17 Sumur Bor TKBM Belawan 18 Sumur Bor Padang Bulan 19 Sumur Bor PS Sejarah 20 Sumur Bor P Gaperta 21 Sumur Bor Gaperta VIII 22 Sumur Bor Sei Agul 23 Sumur Bor Tuasan 24 Sumur Bor Medan Denai 25 Sumur Bor P Rumah Susun
Sumber : Laporan Produksi PDAM Tirtanadi Tahun 2010 dan Analisis
B. Instalasi Pengolahan Air
Tabel 6.17. Analisa Kondisi IPA, Mata Air dan Sumur Bor Zona I
No. Lokasi Sumber Air Permasalahan 1 Mata Air Sibolangit (IPA
Aerasi)
Instalasi Pengolahan sebesar 607 Liter/detik dibangun pada zaman Belanda tahun 1907. Bangunan pengolahan ini adalah sistem aerasi untuk menurunkan CO2 agresif dengan sistem pemancaran air dari mata air di dalam bangunan tertutup. Selanjutnya untuk proses kimia digunakan kapur/soda ash untuk netralisasi pH dan kaporit/sodium hipochlorit sebagai desinfektan.
Apabila PDAM tidak melakukan pemeliharaan terhadap hutan di kawasan hulu mata air (resapan airnya), tentu akan mengakibatkan penurunan kapasitas air sumber tersebut. Oleh karena itu diperlukan kerja sama dengan instansi terkait termasuk
masyarakat yang ada di sekitar kawasan resapan agar kesinambungan mata air dapat dipertahankan.
2. IPA Sunggal detik, namun
dioperasikan pada kapasitas 1.867 Liter/detik sehingga menyebabkan lebih sering dilakukan backwash.
akan ditingkatkan dari 1900 menjadi 2.200 sehingga diperlukan peningkatan kapasitas ijin SIPAnya
3 IPA Hamparan Perak Kapasitas terpasang IPA adalah 200 Liter/detik, sedangkan kapasitas produksi baru 115 Liter/detik karena pipa transmisi yang ada tidak mencukupi untuk kapasitas 120 Liter/detik
No. Lokasi Sumber Air Permasalahan
4 IPA Deli Tua Kapasitas terpasang IPA Deli Tua adalah 1.400 Liter/detik, namun dioperasikan pada kapasitas 1.524 Liter/detik sehingga menyebabkan lebih sering dilakukan backwash dan kualitas air yang dihasilkan menurun
5 IPA Limau Mani Kapasitas terpasang adalah 500 Liter/detik, namun dapat ditingkatkan dengan up rating sampai sekitar 600 Liter/detik sehingga dapat meningkatkan cakupan pelayanan sekitar 7000 pelanggan lagi
6 (IPA TLM) IPA ini dibangun dengan kerja sama dengan pihak ketiga, yaitu denga Tirta Lyonnaise Medan. Kapasitas terpasang adalah 500 Liter/detik.
7 Sumur Bor Pompa III Belawan
sumber air baku. Namun demikian sumur bor akan tetap digunakan, tapi bukan sebagai sumber air yang utama.
8 Sumur Bor RS Kusta Belawan 9 Sumur Bor Sicanang Belawan 10 Sumur Bor Martubung Belawan 11 Sumur Bor Kp Nelayan Belawan 12 Sumur Bor BP Simalingkar
Belawan
13 Sumur Bor Kota Bangun Belawan
14 Sumur Bor TKBM Belawan 15 Sumur Bor Padang Bulan 16 Sumur Bor PS Sejarah 17 Sumur Bor P Gaperta 18 Sumur Bor Gaperta VIII 19 Sumur Bor Sei Agul 20 Sumur Bor Tuasan 21 Sumur Bor Medan Denai 22 Sumur Bor P Rumah Susun
C. Reservoir Distribusi
Reservoir produksi ini tidak hanya menampung air hasil produksi dan mengalirkannya ke reservoir distribusi, tapi juga ada yang langsung dipompakan ke jaringan distribusi. Reservoir pada sistem penyediaan air minum di Zona Pelayanan 1 ada di beberapa lokasi.
Tabel 6.18. Analisa Kondisi Reservoir di Zona I
No. Lokasi Reservoir Volume (M3)
Analisa Permasalahan
1 Reservoir Menara SM Raja
1.200 Kapasitas air yang dapat masuk ke Reservoir menara agar dapat melayani sistem secara optimal adalah sebesar 70 Liter/detik, yang dapat melayani sekitar 4.900 pelanggan
2. Reservoir Sunggal 12.000 Berfungsi sebagai reservoir produksi dari IPA Sunggal. Bila IPA Sunggal Kapasitas operasinya 1900 Liter/detik, maka waktu detensi pada reservoir adalah 1,75 jam. Bila difungsikan sebagai reservoir distribusi, maka reservoir Sunggal dapat melayani sistem sebesar 700 Liter/detik, yang dapat melayani sekitar 49.000 pelanggan.
3 Reservoir Cemara 4.000 Kapasitas air yang dapat masuk ke Reservoir Cemara agar dapat melayani sistem secara optimal adalah sebesar 230 Liter/detik, yang dapat melayani sekitar 6.100 pelanggan
No. Lokasi Reservoir Volume (M3)
Analisa Permasalahan
pada reservoir adalah 2,19 jam. Bila difungsikan sebagai reservoir distribusi, maka reservoir Deli Tua dapat melayani sistem sebesar 700 Liter/detik, yang dapat melayani sekitar 49.000 pelanggan.
5 Reservoir Martubung
12.000 Kapasitas air yang dapat masuk ke Reservoir Martubung agar dapat melayani sistem secara optimal adalah sebesar 700 Liter/detik, yang dapat melayani sekitar 49.000 pelanggan
6 Reservoir Marelan 4.000 Kapasitas air yang dapat masuk ke Reservoir Marelan agar dapat melayani sistem secara optimal adalah sebesar 230 Liter/detik, yang dapat melayani sekitar 6.100 pelanggan (beroperasi tahun 2012)
7 Reservoir Gunung Empat
4.000 Kapasitas air yang dapat masuk ke Reservoir Gunung Empat agar dapat melayani sistem secara optimal adalah sebesar 230 Liter/detik, yang dapat melayani sekitar 6.100 pelanggan
8 Reservoir Lau Bangklewang
12.000 Kapasitas air yang dapat masuk ke Reservoir Lau Bangklewang agar dapat melayani sistem secara optimal adalah sebesar 700 Liter/detik, yang dapat melayani sekitar 49.000 pelanggan
9 Reservoir Tuasan 5.000 Kapasitas air yang dapat masuk ke Reservoir Tuasan agar dapat melayani sistem secara optimal adalah sebesar 290 Liter/detik, yang dapat melayani sekitar 20.300 pelanggan
10 Reservoir Sei Agul 5.000 Kapasitas air yang dapat masuk ke Reservoir Sei Agul agar dapat melayani sistem