• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penataan Peraturan Perundang-undangan

Dalam dokumen Roadmap RB BG 2015 2019 (Halaman 53-86)

BAB 3. AGENDA REFORMASI BIROKRAS

3.7 Penataan Peraturan Perundang-undangan

Kemajuan yang telah di capai pada program penataan perundang-undangan sebagai berikut:

1. Bersama-sama dengan Kementerian ESDM berpartisipasi aktif memberikan kontribusi pemikiran dalam:

a. Penyusunan peraturan perundang-undangan dalam bentuk 9 Rancangan Undang-Undang, 13 Rancangan Peraturan Pemerintah, 6 Rancangan Peraturan Presiden atau Keputusan Presiden, 50 Rancangan Peraturan Menteri, dan 10 Keputusan Menteri selama periode 2010-2014;

b. Penyusunan program legislasi dan regulasi peraturan perundang- undangan sektor ESDM tahun 2010–2014 dan untuk jangka menengah dan prioritas tahunan, yang kerangkanya menggambarkan perkembangan peraturan perundang-undangan yang berlaku di sektor ESDM tercantum dalam Permen ESDM Nomor 13 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun 2015- 2019 yang meliputi 2 Rancangan Undang-Undang, 6 Rancangan Peraturan Pemerintah, 8 Rancangan Peraturan Presiden, 120 Rancangan Peraturan Menteri, dan 3 Rancangan Peraturan Dewan Energi Nasional;

c. Mengidentiikasi peraturan perundang-undangan yang diterbitkan atau diprakarsai oleh KESDM dengan tahapan kegiatan pemutakhiran Kerangka Legislasi dan Regulasi Sektor ESDM;

d. Memetakan peraturan perundang-undangan sektor ESDM bidang kegeologian yang digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan regulasi dan deregulasi dan menjadi komitmen bersama dalam memperlancar penyelenggaraan tugas dan fungsi KESDM;

e. Memetakan peraturan perundang-undangan sektor ESDM bidang kegeologian yang tidak sinkron atau harmonis dengan instansi lain; f. Penyusunan peraturan perundang-undangan sektor lain yang

menyangkut kegeologian disesuaikan dengan peraturan perundang- undangan yang telah ada di sektor ESDM bidang kegeologian; dan

g. Identiikasi permasalahan pelaksanaan peraturan perundang- undangan dengan kegiatan penelaahan dan bantuan hukum.

2. Bersama-sama dengan instansi lain memberikan kontrisbusi pemikiran dalam penyusunan regulasi serta sosialisasi peraturan yang menyangkut kegeologian diantaranya:

a. Pembahasan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana no. 07 tahun 2015, Tentang Rambu dan Papan Informasi Bencana;

b. Penyusunan Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Sumber Daya Air dengan Kementerian Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat;

c. Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Ekosistem Karst dengan Kementerian Lingkungan Hidup;

d. Penyusunan Undang-undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dengan Kementerian Dalam Negeri;

e. Penyusunan RPP Organisasi Perangkat Daerah dengan Kementerian Dalam Negeri;

f. Badan Geologi sebagai instansi rujukan dalam perumusan kebijakan bidang air tanah, geologi teknik, dan geologi lingkungan (antara lain kawasan bentang alam karst dan kawasan cagar alam geologi), mitigasi bencana geologi(gunungapi, gempa bumi, gerakan tanah, dan tsunami), dalam penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria bidang geologi teknik, air tanah, dan geologi lingkungan, dan mitigasi bencana geologi (gunungapi, gempa bumi, gerakan tanah, dan tsunami).

2.3.8 Pelayanan Publik

Kemajuan yang telah dicapai dalam pelaksanaan pelayanan publik adalah meliputi:

1. Penyebaran informasi melalui website masing-masing satuan kerja di lingkungan Badan geologi tentang organisasi, regulasi, data statistik, prosedur atau tata cara pelayanan, serta kebijakan bidang kegeologian; 2. Indonesian Journal on Geoscience (IJOG), Telah terindex internantional

(Copernicus, DOAJ), Akreditasi LIPI

3. Geomagz, Pembuatan portal online geomagz dan pemrosesan migrasi subdomain pada http://geomagz.geologi.esdm.go.id

4. Berita Geologi, majalah/buletin seputar bidang geologi

2014

6. One Map Policy dalam rangka mendukung kebijakan Perpres Nomor 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Kebijakan Satu Peta(KSP) dimana Badan Geologi memiliki tanggung jawab sebagai wali data tematik bidang survei geologi, hidrogeologi, sumberdaya geologi, dan mitigasi bencana geologi;

7. Meningkatkan penelitian dan kajian aspek konservasi untuk mendukung pemanfaatan dan nilai tambah sumber daya geologi dan mitigasi zona unsur mineral di wilayah pertambangan

8. Meningkatkan pelayanan prima dalam analisis laboratorium

9. Meningkatkan penyelidikan dan penelitian sumber daya geologi untuk mempercepat wilayah kerja pertambangan (WKP, WPN dan WUP) 10. Meningkatkan status keprospekan dan potensi sumber daya geologi

untuk percepatan investasi pertambangan dan menjamin kelangsungan ketersediaan data sumber daya geologi nasional.

11. Pembuatan Aplikasi Hasil Penyelidikan Sumber Daya Geologi, Pembuatan berbasis SIG dan web, serta Aplikasi Peta Potensi Sumber Daya Geologi berbasis web.

12. Pelayanan perpustakaan menuju one-stop-services dan digital library, serta penyediaan sarana jurnal kegeologian

13. Pemasangan peralatan pemantauan gerakan tanah di 10 lokasi dalam rangka meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap risiko terjadinya gerakan tanah serta, pembuatan Peta prakiraan potensi wilayah terjadi gerakan tanah, Analisis yang dilakukan setiap bulan tentang potensi terjadinya bencana gerakan tanah diseluruh Indonesia berdasarkan peta zona Kerentanan Gerakan Tanah dan perrkiraan curah hujan yang terjadi setiap bulan, hasil evaluasi atau prakiraan tersebut disampaikan kepada pemerintah daerah yang wilayahnya rentan terhadap bencana gerakan tanah.

14. Membangkitkan kesadaran peran serta massyarakat dalam mitigasi bencana telah dilakukan serangkaian sosialisasi dan simulasi mitigasi bencana geologi, untuk pelaksanaan penanggulangan bencana tingkat pemda. Peningkatan pemahaman prosedur kedaruratan bagi pelaksana penanggulangan bencana;

15. Melayani kunjungan untuk edukasi masyarakat dan pelajar, peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana geologi dengan kegiatan Wajib Latih Penanggulangan Bencana (WLPB); 16. Penyediaan Ruang pemantauan gunungapi untuk publik di BPPTKG

(yogyakarta);

17. Pembuatan Sistem Diseminasi Informasi Letusan Gunungapi untuk Keselamatan Penerbangan (VONA), Informasi letusan gunungapi untuk keselamatan penerbangan disampaikan ke instansi terkait keselamatan penerbangan.

18. Penyebaran informasi kebencanaan geologi berbasis SMS broadcast; 19. Pembangunan Sistem Informasi kebencanaan G. Merapi berbasis

android;

20. Pembangunan sumur bor dalam di daerah sulit air;

21. Pelayanan Rekomendasi Teknis Air Tanah, Web Data Laporan Geologi Lingkungan dan Data Geologi Teknik dan Geologi lingkungan secara online;

22. Badan Geologi mengikuti Lomba Inovasi Layanan Publik

23. Night at the museum, Kegiatan kunjungan ke Museum Geologi di waktu malam hari (malam minggu) sengaja dilakukan untuk memberikan alternatif destinasi wisata khususnya bagi masyarakat Bandung dan umumnya bagi para wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara yang sedang berakhir pekan (weekend) di Kota Bandung, setiap malam minggu di minggu pertama/kedua di setiap bulannya. Acara ini bertujuan mengubah paradigma masyarakat terhadap museum, penanaman kecintaan terhadap ilmu pengetahuan sejak usia dini, sebagai sumber ruang publik informasi kebumian, pelestarian, konservasi dan meningkatkan indeks kebahagiaan masyarakat.

24. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Sistem Peragaan Museum untuk memudahkan pemahaman bagi pengunjung terhadap materi museum, Revitalisasi Sistem Peragaan Museum dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan menggabungkan geologi dan digital (GeoDigi) untuk menjadikan Museum Geologi sebagai wahana edutainment (tempat belajar sekaligus menghibur) yang bersifat populer, informatif, interaktif dan menyenangkan bagi pengunjung.

2.4 Kebutuhan dan Harapan Pemangku Kepentingan

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Badan Geologi yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan sesuai kebutuhan dan harapan pemangku kepentingan pada 8 (delapan) area perubahan adalah sebagai berikut.

2.4.1 Manajemen Perubahan

Harapan pemangku kepentingan terkait dengan manajemen perubahan/ mental aparatur antara lain:

1. Terciptanya birokrasi yang bersih dan akuntabel;

2. Birokrasi yang mampu bekerja secara efektif dan eisien sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat;

3. Pemimpin yang baik, adil, jujur dalam mengemban amanatnya, bijaksana;

4. Peningkatan loyalitas, integritas, dan kepercayaan diri Aparatur Sipil Negara; dan

5. Terpenuhinya standar pelayanan minimal dan hasil yang memiliki kredibilitas tinggi.

2.4.2 Pengawasan

Harapan pemangku kepentingan terkait dengan perubahan pengawasan antara lain:

1. Instansi pemerintah dengan kriteria WBK; 2. Penguatan kebijakan pengawasan dan evaluasi;

3. Optimalnya pelaksanaan penegakkan disiplin pegawai secara tegas terhadap semua unsur jabatan;

4. Adanya pengawasan terhadap program kurang berjalan dengan baik; dan

5. Adanya kejelasan, transparansi, dan evaluasi dalam melakukan perjalanan dinas.

2.4.3 Akuntabilitas

Harapan pemangku kepentingan terkait dengan perubahan Akuntabilitas antara lain:

1. Adanya indeks kepuasan masyarakat yang terukur dan memberikan transparasi keterbukaan dalam Pelaksanaan kebijakan manajemen organisasi pelaporan kinerja instansi ke publik;

2. Penyempurnaan SAKIP sebagai pilar manajemen kinerja;

3. Penyelarasan kebijakan perencanaan, evaluasi sasaran dan kinerja, penganggaran, dan pelaporan kinerja;

4. Perumusan dan penetapan kebijakan penerapan sistem reward and punishment dalam penerapan manajemen kinerja;

5. Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah berbasis teknologi informasi untuk memudahkan pemantauan progress kegiatan;

6. Perumusan kebijakan mengenai pengukuran kinerja individu yang terkait dengan kinerja organisasi.

2.4.4 Kelembagaan

Harapan pemangku kepentingan terkait dengan perubahan kelembagaan antara lain:

1. Tugas pokok dan fungsi instansi tercermin dalam bidang komoditi terkait tidak adanya tumpang tindih tugas dan fungsi antar Kementerian/ Lembaga maupun Pemerintah daerah sehingga terciptanya senergi antar kelembagaan;

2. Meningkatnya kualitas pelaksanaan agenda Reformasi Birokrasi nasional;

3. Meningkatnya ketepatan ukuran, ketepatan fungsi dan sinergi antar kelembagaan Kementerian/ Lembaga pemerintah non kementerian/ Lembaga non struktural;

4. Meningkatnya kejelasan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota;

5. Mewujudkan kejelasan pengembangan kelembangan harus sesuai dengan latar belakang keilmuwan; dan

2.4.5 Tatalaksana

Harapan pemangku kepentingan terkait dengan perubahan tatalaksana antara lain:

1. Adanya perwujudan komitmen dari Pejabat Penyelengara Negara untuk hidup bersih dan bebas dari KKN;

2. Terwujudnya sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, eisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance; 3. Sosialisasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan SOP;

4. Meningkatkan eisiensi, efektiitas, transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan;

5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kepada publik; 6. Mentransformasi hubungan antara pejabat publik dengan masyarakat; 7. Terwujudnya unit pelayanan terpadu di masing-masing daerah propinsi

yang berperan dalam menlindungi dan memanfaatkan kekayaan geologi; 8. Membuat peraturan yang jelas dan tegas mengenai kerjasama antar

instasi pusat dan daerah serta dengan stakeholder yang mempunyai kepentingan kegeologian;

9. Membuat SOP yang mampu mengkoordinir dan mengkoordinasi antar satuan kerja dalam mewujudkan manajemen lembaga yang sinergi satu sama lain, tidak tumpang tindik kepentingan antar satker.

2.4.6 Sumber Daya Manusia Aparatur

Harapan pemangku kepentingan terkait dengan perubahan Sumber Daya Manusia Aparatur antara lain:

1. Meningkatnya tunjangan kinerja pegawai Badan Geologi sesuai dengan meningkatnya nilai Penilaian Mandiri Reformasi Birokrasi (PMPRB);

2. Meningkatnya profesionalisme SDM aparatur;

3. Meningkatnya motivasi, kinerja, kesejahteraan dan kesehatan pegawai Badan Geologi;

4. Terwujudnya penataan jumlah distribusi PNS yang ideal dan kompeten; 5. Terciptanya pengembangan kompetensi pegawai yang terarah sesuai

dengan bidang kemampuan, keilmuan keterampilan yang dimiliki; 6. Terciptanya penataan sistem rekrutmen pegawai;

7. Terbentuknya penyusunan pola karir;

8. Terciptanya penetapan kinerja individu yang ideal; 9. Terwujudnya penegakan disiplin pegawai yang baik;

10. Terciptanya peningkatan integritas pegawai; dan 11. Pembangunan dan pengembangan database pegawai.

2.4.7 Penataan Peraturan Perundang-undangan

Harapan pemangku kepentingan terkait dengan penataan peraturan perundang-undangan antara lain:

1. Badan Geologi sebagai instansi rujukan bidang air tanah, geologi lingkungan, dan geologi teknik dan mitigasi bencana geologi;

2. Tersedianya peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan (stakeholders) dan menaungi kerjasama antar instansi;

3. Semakin berkurangnya jumlah peraturan perundang-undangan yang tidak harmonis, tumpang tindih dan tidak sinkron;

4. Meningkatnya peran serta publik dalam perumusan kebijakan dan peraturan perundang-undangan bermanfaat untuk kepentingan nasional;

5. Meningkatnya dukungan publik terhadap penerapan kebijakan pemerintah dan peraturan perundangundangan;

6. Mempercepat terselesaian usulan peraturan perundang-undangan kegeologian yang tertunda;

7. Meningkatnya sinergi antar instansi pemerintah dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan sektor ESDM; dan

8. Meningkatnya kualitas peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang mampu melindungi, berpihak pada publik, harmonis, tidak tumpang tindih dan mendorong iklim usaha yang kondusif bagi publik.

2.4.8 Pelayanan Publik

Harapan pemangku kepentingan terkait dengan pelayanan publik antara lain:

1. Pelayanan terpadu dan kemudahan akses informasi dan pelayanan untuk:

a. pelayanan pengadaan barang; b. manajemen perpustakaan;dan c. Informasi kegeologian;

2. Tersedianya data kajian analisa aspek konservasi untuk mendukung pemanfaatan dan nilai tambah sumber daya geologi;

3. Tersedianya hasil pelayanan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam SOP, dan berkualitas;

4. Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat dengan tersedianya informasi data secara mudah dan akurat tentang potensi bencana, sumber daya geologi;

5. Optimalisasi pengelolaan pengaduan masyarakat dan melakukan survei kepuasan masyarakat untuk melihat keinginan dan kebutuhan masyarakat;

6. Pembuatan dan penerapan sistem teknologi informasi sebagai langkah percepatan pelayanan publik, penyelidikan, penelitian di bidang kegelogian;

7. Peningkatan kemampuan bagi pegawai untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat;

8. Penegakan reward and punishment secara tegas untuk mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan;

9. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan publik secara terpadu, layanan kepuasan terhadap stakeholder; dan

10. Melakukan survei kepuasan pengguna layanan untuk lebih memberikan pemahaman tentang apa tugas dan fungsi Badan Geologi.

2.5 Tantangan dan Permasalahan Pelaksanaan Reformasi

Perjalanan reformasi birokrasi di Badan Geologi dalam melaksanakan manajemen perubahan juga menemui tantangan dan permasalahan, adapun tantangan dan hambatan tersebut sebagai berikut:

2.5.1 Manajemen Perubahan

Tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area manajemen perubahan yaitu:

1. Kurang komitmen manajemen dalam menyelesaikan persoalan; 2. Masih terdapat oknum pejabat yang kurang peduli terhadap perubahan; 3. Beberapa pejabat tidak berpengalaman dalam pengembangan ilmiah. 4. Kurang kepeduliannya petugas dalam melayani;

5. Adanya kesenjangan antara senior dan junior akibat recruitment CPNS tidak berkelanjutan akibat moratorium;

6. Kurang komunikasi antara atasan dan bawahan;

7. Masih kurangnya pemahaman pegawai tentang Reformasi Birokrasi;. 8. Belum semua pimpinan mendukung Reformasi Birokrasi, dan

9. Kurangnya komunikasi dan koordinasi antar satuan kerja, sehingga sering mengalami perbedaan pemahaman.

2.5.2 Pengawasan

Adapun tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area pengawasan adalah:

1. Penguatan peran SPIP belum efektif karena satuan tugas yang dibentuk pada masing-masing Satuan Kerja belum seluruhnya dapat melaksanakan tugasnya.

2. Belum adanya personil yang khusus menangani pengaduan layanan; 3. Ruang lingkup kebencanaan geologi sangat luas;

4. Pegawai kurang memahami arah kebijakan pimpinan karena kurangnya sosialisasi.

2.5.3 Akuntabilitas

Adapun tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area akuntabilitas adalah:

1. Penyelenggaraan pemerintahan belum mencerminkan penyelenggaraan yang bersih dan bebas KKN. dan

2. Seringnya terjadi pergantian penugasan Pegawai menyebabkan proses penyelesaian tugas menjadi tersendat.

2.5.4 Kelembagaan

Banyaknya bentuk layanan, komoditas yang menjadi cakupan kegeologian serta luasnya area yang menjadi domain Badan Geologi menjadikan tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area kelembagaan di antaranya:

1. Perubahan kebijakan pemerintah; dan

2. Belum harmonisnya peraturan perundangan yang mengatur antara Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah.

2.5.5 Tatalaksana

Adapun tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area tata laksana adalah:

1. Standard Operating Procedure (SOP) yang tidak detail, sehingga alur pekerjaan belum efektif untuk pelaksanaan tugas dan fungsi;

2. Banyaknya pejabat fungsional yang belum memahami petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis (Juklak Juknis) jabatan fungsionalnya; 3. SOP pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Geologi yang ada saat ini

2.5.6 Sumber Daya Manusia Aparatur

Adapun tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area Sumber Daya Manusia Aparatur adalah:

1. Sarana pendukung kurang memadai dengan diklat/pengembangan pegawai;

2. Kompetensi SDM dan team work masih lemah; 3. Reward and punishment belum berjalan;

4. Pejabat dan pegawai yang tidak memiliki kompetensi; 5. Penugasan pekerjaan yang tidak seimbang;

6. Tunjangan kinerja yang belum memadai jika dibandingkan dengan kebutuhan hidup wilayah perkotaan;

7. Kurangnya SDM dan kemampuan dalam menggunakan aplikasi teknologi informasi sehingga menghambat pelaksanaan tugas;

8. Pimpinan kurang apresiasi terhadap PNS untuk mengikuti diklat untuk pengembangan pegawai;

9. Sumber daya manusia yang terbatas serta masih terdapatnya SDM yang tidak open minded, dan

10. Penempatan pegawai masih tidak sesuai dengan keahlian di bidangnya.

2.5.7 Penataan Peraturan Perundang-undangan

Adapun tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area Peraturan perundang-undangan adalah:

1. Belum terbitnya Peraturan Pemerintah tentang Panas Bumi yang mengatur pengusahaan panas bumi di Indonesia;

2. Belum optimalnya keterlibatan masyarakat publik dan masih lemahnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam mekanisme penyusunan peraturan dan kebijakan;

3. Kurangnya koordinasi antar instansi dalam proses penyusunan peraturan teknis;

4. Adanya keterbatasan jumlah aparatur pada jabatan fungsional penyusunan peraturan perundangundangan sedangkan sektor ESDM mempunyai cakupan yang luas;

5. Belum lengkapnya peraturan perundang-undangan yang dibutuhkan untuk memenuhi amanat peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, baik UndangUndang maupun Peraturan Pemerintah;

6. Adanya peraturan perundang-undangan yang diterbitkan oleh KESDM yang memerlukan penataan ulang, karena sudah tidak sesuai lagi atau

perlu dibentuk sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan tugas dan fungsi KESDM pembangunan nasional dan perkembangan hukum; 7. Beberapa peraturan perundang-undangan sektor energi dan sumber

daya mineral yang belum harmonis dengan peraturan perundangan- undangan sektor lain contoh: Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dengan UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sehingga menghambat perkembangan investasi sektor ESDM;

8. Terdapat peraturan daerah yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan sektor ESDM; dan

9. Belum adanya pengkajian secara keseluruhan peraturan perundang- undangan yang diterbitkan oleh KESDM yang menghambat efektivitas pelaksanaan Reformasi Birokrasi, peningkatan investasi maupun dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

2.5.8 Pelayanan Publik

Adapun tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area Pelayanan Publik adalah:

1. Belum seluruh jenis layanan dapat memberikan layanan yang terbaik, sehingga masih terus dilakukan upaya-upaya untuk penyempurnaan dan perbaikan baik sarana, prasarana, prosedur maupun sistem layanan seperti:

-

kurangnya data potensi sumber daya geologi di daerah remote area, salah satunya disebabkan oleh tidak terdokumentasikannya data eksplorasi yang dilakukan perusahaan di Pemerintah Provinsi dan Kabupaten;

-

keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran untuk mengolah kurangnya data geosain sumber daya geologi untuk mendukung hal tersebut;

-

kurangnya analis laboratorium dan sering dilibatkan dalam survei akibat keterbatasan personil;

-

kurangnya pemamfaatan peta potensi digital yang disajikan pada website Badan Geologi kemungkinan akibat dari peta yang ada belum sesuai dengan keinginan calon pengguna;

-

belum terpenuhinya ketersediaan buku dan bulletin digital tentang hasil kegiatan Badan Geologi;

-

belum adanya standar tentang rambu-rambu evakuasi mitigasi bencana geologi

-

belum semua daerah menerima dan memahami pemamfaatan peta potensi kawasan rawan bencana gerakan tanah;

-

Belum adanya Penyusunan Katalog Unsur Geograi Indonesia Secara Standart Untuk Peta Tematik Air Tanah, Geologi Teknik dan Geologi Lingkungan Menuju One Map Policy dan One Geoportal Indonesia

2. Pelayanan publik di lingkungan Badan Geologi belum seluruhnya menyusun dan menerapkan standar pelayanan publik sebagaimana yang diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

3. Kurangnya sumber daya manusia yang memadai dalam pelaksanaan pelayanan publik;

4. Pelayanan publik masih belum memiliki kualitas sesuai yang diharapkan;

5. Praktek manajemen pelayanan publik belum dijalankan dengan baik; 6. Belum terimplentasikannnya berbagai aspek manajemen pelayanan

publik sebagaimana digambarkan pada UU Pelayanan Publik, seperti standar pelayanan dan maklumat pelayanan secara konsisten;

7. Rendahnya kompetensi petugas pemandu, inovasi dan budaya pelayanan bermutu, serta penggunaan e-services sebagai sarana pendukung penyelenggaraan pelayanan yang belum merata.

8. Belum semua unit pelayanan melakukan survei kepuasan masyarakat yang berkesinambungan;

BAB 3

AGENDA

REFORMASI BIROKRASI

BADAN GEOLOGI 2015-2019

Terbentuknya self management dan personal responbility pada level individu pegawai adalah dua dari sekian dampak upaya manajemen yang terkait dengan peningkatan kinerja. Tercipta sinergi dari interaksi individu-individu semacam itu, akan berpengaruh besar terhadap kinerja sebuah institusi. Sikap atau mental model yang baik akan memberikan dampak yang dahsyat bagi kinerja pegawai, sehingga mendorong iklim yang kondusif dalam bekerja serta meningkatkan profesionalisme dalam melayani masyarakat.

Dewasa ini kita makin menyadari bahwa faktor manusia memegang peran kunci di dalam usaha pemerintah untuk maju dan bertumbuh kembang bersama masyarakat secara berkelanjutan. Oleh karenanya manajemen perlu mempertimbangkan konsep hubungan kemanusiaan. Hal ini bertujuan di antaranya untuk:

a. Adanya rasa tenang dan tenteram dalam bekerja;

b. Membentuk sikap “sense of belonging” atau rasa sebagai bagian dari Organisasi;

c. Mengakui kinerja dan memberikan tindak korektif; d. Keyakinan terhadap tujuan dan tanggung jawab; e. Menghindari sikap yang tidak produktif.

Badan Geologi sebagai bagian dari Kementerian ESDM memiliki agenda Reformasi Birokrasi periode 2015 - 2019 yang mengutamakan perubahan wajah birokrasi masa lalu menuju masa depan birokrasi yang leksibel dan inovatif dalam memberikan pelayanan prima kepada publik serta senantiasa menyesuaikan diri dengan dinamika perkembangan lingkungan. Rencana perubahan tersebut direpresentasikan ke dalam 8 (delapan) area perubahan.

3.1 Manajemen Perubahan

Program kegiatan yang akan dilakukan oleh Badan Geologi sebagai bagian dalam Reformasi Birokrasi KESDM khususnya pada area manajemen perubahan terdiri dari 3 (tiga) program utama yaitu penataan pola pikir dan budaya kerja, penguatan Reformasi Birokrasi, serta penataan dan internalisasi budaya pelayanan. Strategi pelaksanaan dalam area ini adalah dengan menyusun strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi, pengembangan dan penyempurnaan Road map Reformasi Birokrasi, pemantauan dan evaluasi Reformasi Birokrasi, dan membentuk aparatur sipil negara yang berorientasi pelayanan publik. Hasil yang diharapkan

adanya perubahan pola pikir dan budaya kerja, terinternalisasinya program Reformasi Birokrasi serta meningkatnya kualitas pelayanan publik di Badan Geologi. Ukuran keberhasilan dari program ini adalah peningkatan Indeks Kepuasan Masyarakat, Indeks integritas, Indeks Reformasi Birokrasi, dan Indeks Kepuasan Masyarakat.

Program pada area manajemen perubahan dari tahun 2015 - 2019 adalah seperti tertera dalam Gambar 3.1.

Selain internalisasi budaya pelayanan, program akreditasi manajemen perkantoran ISO 9001 2008 di lingkungan Badan Geologi merupakan hal yang prioritas bagi. Strateginya adalah dengan sosialisasi, inventalisir SOP dan dokumen yang lain untuk dituangkan dalam dokumen akreditasi, penyusunan dokumen akreditasi, serta pengusulan assessment ke KAN.

Dalam dokumen Roadmap RB BG 2015 2019 (Halaman 53-86)

Dokumen terkait