• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tantangan dan Permasalahan Pelaksanaan Reformasi

Dalam dokumen Roadmap RB BG 2015 2019 (Halaman 61-67)

BAB 2. GAMBARAN BIROKRASI BADAN GEOLOGI

2.5 Tantangan dan Permasalahan Pelaksanaan Reformasi

Perjalanan reformasi birokrasi di Badan Geologi dalam melaksanakan manajemen perubahan juga menemui tantangan dan permasalahan, adapun tantangan dan hambatan tersebut sebagai berikut:

2.5.1 Manajemen Perubahan

Tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area manajemen perubahan yaitu:

1. Kurang komitmen manajemen dalam menyelesaikan persoalan; 2. Masih terdapat oknum pejabat yang kurang peduli terhadap perubahan; 3. Beberapa pejabat tidak berpengalaman dalam pengembangan ilmiah. 4. Kurang kepeduliannya petugas dalam melayani;

5. Adanya kesenjangan antara senior dan junior akibat recruitment CPNS tidak berkelanjutan akibat moratorium;

6. Kurang komunikasi antara atasan dan bawahan;

7. Masih kurangnya pemahaman pegawai tentang Reformasi Birokrasi;. 8. Belum semua pimpinan mendukung Reformasi Birokrasi, dan

9. Kurangnya komunikasi dan koordinasi antar satuan kerja, sehingga sering mengalami perbedaan pemahaman.

2.5.2 Pengawasan

Adapun tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area pengawasan adalah:

1. Penguatan peran SPIP belum efektif karena satuan tugas yang dibentuk pada masing-masing Satuan Kerja belum seluruhnya dapat melaksanakan tugasnya.

2. Belum adanya personil yang khusus menangani pengaduan layanan; 3. Ruang lingkup kebencanaan geologi sangat luas;

4. Pegawai kurang memahami arah kebijakan pimpinan karena kurangnya sosialisasi.

2.5.3 Akuntabilitas

Adapun tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area akuntabilitas adalah:

1. Penyelenggaraan pemerintahan belum mencerminkan penyelenggaraan yang bersih dan bebas KKN. dan

2. Seringnya terjadi pergantian penugasan Pegawai menyebabkan proses penyelesaian tugas menjadi tersendat.

2.5.4 Kelembagaan

Banyaknya bentuk layanan, komoditas yang menjadi cakupan kegeologian serta luasnya area yang menjadi domain Badan Geologi menjadikan tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area kelembagaan di antaranya:

1. Perubahan kebijakan pemerintah; dan

2. Belum harmonisnya peraturan perundangan yang mengatur antara Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah.

2.5.5 Tatalaksana

Adapun tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area tata laksana adalah:

1. Standard Operating Procedure (SOP) yang tidak detail, sehingga alur pekerjaan belum efektif untuk pelaksanaan tugas dan fungsi;

2. Banyaknya pejabat fungsional yang belum memahami petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis (Juklak Juknis) jabatan fungsionalnya; 3. SOP pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Geologi yang ada saat ini

2.5.6 Sumber Daya Manusia Aparatur

Adapun tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area Sumber Daya Manusia Aparatur adalah:

1. Sarana pendukung kurang memadai dengan diklat/pengembangan pegawai;

2. Kompetensi SDM dan team work masih lemah; 3. Reward and punishment belum berjalan;

4. Pejabat dan pegawai yang tidak memiliki kompetensi; 5. Penugasan pekerjaan yang tidak seimbang;

6. Tunjangan kinerja yang belum memadai jika dibandingkan dengan kebutuhan hidup wilayah perkotaan;

7. Kurangnya SDM dan kemampuan dalam menggunakan aplikasi teknologi informasi sehingga menghambat pelaksanaan tugas;

8. Pimpinan kurang apresiasi terhadap PNS untuk mengikuti diklat untuk pengembangan pegawai;

9. Sumber daya manusia yang terbatas serta masih terdapatnya SDM yang tidak open minded, dan

10. Penempatan pegawai masih tidak sesuai dengan keahlian di bidangnya.

2.5.7 Penataan Peraturan Perundang-undangan

Adapun tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area Peraturan perundang-undangan adalah:

1. Belum terbitnya Peraturan Pemerintah tentang Panas Bumi yang mengatur pengusahaan panas bumi di Indonesia;

2. Belum optimalnya keterlibatan masyarakat publik dan masih lemahnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam mekanisme penyusunan peraturan dan kebijakan;

3. Kurangnya koordinasi antar instansi dalam proses penyusunan peraturan teknis;

4. Adanya keterbatasan jumlah aparatur pada jabatan fungsional penyusunan peraturan perundangundangan sedangkan sektor ESDM mempunyai cakupan yang luas;

5. Belum lengkapnya peraturan perundang-undangan yang dibutuhkan untuk memenuhi amanat peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, baik UndangUndang maupun Peraturan Pemerintah;

6. Adanya peraturan perundang-undangan yang diterbitkan oleh KESDM yang memerlukan penataan ulang, karena sudah tidak sesuai lagi atau

perlu dibentuk sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan tugas dan fungsi KESDM pembangunan nasional dan perkembangan hukum; 7. Beberapa peraturan perundang-undangan sektor energi dan sumber

daya mineral yang belum harmonis dengan peraturan perundangan- undangan sektor lain contoh: Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dengan UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sehingga menghambat perkembangan investasi sektor ESDM;

8. Terdapat peraturan daerah yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan sektor ESDM; dan

9. Belum adanya pengkajian secara keseluruhan peraturan perundang- undangan yang diterbitkan oleh KESDM yang menghambat efektivitas pelaksanaan Reformasi Birokrasi, peningkatan investasi maupun dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

2.5.8 Pelayanan Publik

Adapun tantangan dan permasalahan pelaksanaan reformasi pada area Pelayanan Publik adalah:

1. Belum seluruh jenis layanan dapat memberikan layanan yang terbaik, sehingga masih terus dilakukan upaya-upaya untuk penyempurnaan dan perbaikan baik sarana, prasarana, prosedur maupun sistem layanan seperti:

-

kurangnya data potensi sumber daya geologi di daerah remote area, salah satunya disebabkan oleh tidak terdokumentasikannya data eksplorasi yang dilakukan perusahaan di Pemerintah Provinsi dan Kabupaten;

-

keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran untuk mengolah kurangnya data geosain sumber daya geologi untuk mendukung hal tersebut;

-

kurangnya analis laboratorium dan sering dilibatkan dalam survei akibat keterbatasan personil;

-

kurangnya pemamfaatan peta potensi digital yang disajikan pada website Badan Geologi kemungkinan akibat dari peta yang ada belum sesuai dengan keinginan calon pengguna;

-

belum terpenuhinya ketersediaan buku dan bulletin digital tentang hasil kegiatan Badan Geologi;

-

belum adanya standar tentang rambu-rambu evakuasi mitigasi bencana geologi

-

belum semua daerah menerima dan memahami pemamfaatan peta potensi kawasan rawan bencana gerakan tanah;

-

Belum adanya Penyusunan Katalog Unsur Geograi Indonesia Secara Standart Untuk Peta Tematik Air Tanah, Geologi Teknik dan Geologi Lingkungan Menuju One Map Policy dan One Geoportal Indonesia

2. Pelayanan publik di lingkungan Badan Geologi belum seluruhnya menyusun dan menerapkan standar pelayanan publik sebagaimana yang diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

3. Kurangnya sumber daya manusia yang memadai dalam pelaksanaan pelayanan publik;

4. Pelayanan publik masih belum memiliki kualitas sesuai yang diharapkan;

5. Praktek manajemen pelayanan publik belum dijalankan dengan baik; 6. Belum terimplentasikannnya berbagai aspek manajemen pelayanan

publik sebagaimana digambarkan pada UU Pelayanan Publik, seperti standar pelayanan dan maklumat pelayanan secara konsisten;

7. Rendahnya kompetensi petugas pemandu, inovasi dan budaya pelayanan bermutu, serta penggunaan e-services sebagai sarana pendukung penyelenggaraan pelayanan yang belum merata.

8. Belum semua unit pelayanan melakukan survei kepuasan masyarakat yang berkesinambungan;

BAB 3

Dalam dokumen Roadmap RB BG 2015 2019 (Halaman 61-67)

Dokumen terkait