• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penatalaksanaan kegawatdaruratan akibat diabetes mellitus .1Hipoglikemia

2. Porsi latihan

2.8 Penatalaksanaan kegawatdaruratan akibat diabetes mellitus .1Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi ketika kalau kadar glukosa darah turun di bawah 50-60 mg/dL. Kondisi hipoglikemia terbagi atas 3 jenis:

a) Hipoglikemia ringan b) Hipoglikemia sedang c) Hipoglikemia berat

50

Faktor-faktor yang mempengaruhi hipoglikemia: 1. Usia

Menurut Lefebvre, gejala (symptom) hipoglikemia muncul lebih berat dan terjadi pada kadar gula darah yang lebih tinggi pada orang tua dibanding dengan usia yang lebih muda

2. Kelebihan (ekses) insulin

a) Dosis insulin atau obat penurun gula darah yang terlalu tinggi. b) Konsumsi glukosa yang berkurang.

c) Produksi glukosa endogen berkurang, misal setelah konsumsi alkohol. d) Peningkatan penggunaan glukosa oleh tubuh, misal setelah berolahraga. e) Peningkatan sensitivitas terhadap insulin.

f) Penurunan ekskresi insulin, misal pada gagal ginjal.

3. Obat hipoglikemik oral yang berisiko menyebabkan hipoglikemia

Penggunaan obat hipoglikemik oral yang memiliki cara kerja meningkatkan sekresi insulin pada pankreas dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia. Obat – obat tersebut antara lain dipeptydil peptidase-4 inhibitor, glucagon-like peptide-1, golongan glinide, golongan sulfonylurea: glibenclamide, glimepiride

Jika mengabaikan gejala hipoglikemia terlalu lama, maka akan mungkin mengalami kehilangan kesadaran. Hal itu terjadi karena otak memerlukan glukosa untuk berfungsi dengan baik. Untuk itu, kenalilah tanda dan gejala hipoglikemia awal karena hipoglikemia yang tidak diobati dapat menyebabkan penurunan kesadaran hingga kematian. Seiring waktu, episode berulang dari hipoglikemia dapat menyebabkan koma hipoglikemia. Tubuh dan otak tidak lagi memproduksi tanda-tanda dan gejala yang memperingatkan bahwa gula darah rendah. Gejala awal biasanya dapat diobati dengan mengonsumsi 15 sampai 20 gram karbohidrat atau gula. Makanan tersebut termasuk permen, jus buah, dan lain-lain. Makanan yang mengandung lemak atau protein yang tidak baik untuk perawatan hipoglikemia, karena protein dan lemak dapat memperlambat penyerapan tubuh dari gula.

Periksa kembali kadar gula darah 15 menit setelah pengobatan. Jika kadar gula darah masih di bawah 70 mg/dL, ulangi langkah ini sampai gula darah di atas 70 mg/d. Setelah kadar gula darah kembali normal, penting sekali untuk mengonsumsi makanan ringan atau makanan untuk membantu menstabilkan gula darah Anda. Hal ini juga membantu glikogen untuk tersimpan kembali, karena telah habis selama hipoglikemia.

51

1. Memakan makanan terlalu sedikit, melewatkan makan sementara terus menggunakan obat diabetes atau insulin

2. Melakukan olahraga tambahan tanpa memakan makanan tambahan 3. Menggunakan insulin terlalu banyak

4. Penyakit, seperti muntah-muntah dan diare, pencernaannya dan penyerapan gula dari usus terganggu dan tidak seimbang, sehingga dapat menyebabkan hipoglikemia.

5. Meminum minuman beralkohol saat perut kosong 6. Haid dan kehamilan

Penderita diabetes yang mengalami hipoglikemia mungkin pada mulanya hanya merasa lapar, tapi dapat berlanjut ke keadaan bingung dan akhirnya hilang kesadaran atau tidak sadarkan diri. Hal yang perlu dilakukan pada kondisi hipoglikemia ini diantaranya :

1. Lakukan pemeriksaan glukosa darah. Jika glukosa darah rendah,segera makan makanan sumber energi yang cepat (tablet gula, kembang gula, kismis) dan meminum minuman yang mengandung gula (jus jeruk, madu, susu). Perlu menghubungi dokter sebelum menggunakan lagi insulin atau obat diabetes lainnya.

2. Hipoglikemia harus segera mendapatkan pengelolaan yang memadai. Bagi pasien dengan kesadaran yang masih baik, diberikan makanan yang mengandung karbohidrat atau mi-numan yang mengandung gula berkalori atau glukosa 15-20 gram melalui intra vena. Perlu dilakukan pemeriksaan ulang glukosa darah 15 menit setelah pemberian glukosa. Gluk-agon diberikan pada pasien dengan hipoglikemia berat. Untuk penyandang diabetes yang tidak sadar, sementara dapat diberikan glukosa 40% intravena terlebih dahulu se-bagai tindakan darurat, sebelum dapat dipastikan penyebab menurunnya kesadaran. Jika penderita tidak sadarkan diri, segera bawa ke rumah sakit dan dipasang infus glukosa atau menginjeksi hormon khusus seperti glukagon.

2.8.2 Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak secara tiba-tiba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur. Apabila diketahui dengan cepat,

52

hiperglikemia dapat dicegah tidak menjadi parah. Hipergikemia dapat memperburuk gangguan-gangguan kesehatan seperti gastroparesis, disfungsi ereksi, dan infeksi jamur pada vagina. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik (Diabetic Ketoacidosis= DKA) dan (HHS), yang keduanya dapat berakibat fatal dan membawa kematian. Hiperglikemia dapat dicegah dengan kontrol kadar gula darah yang ketat. Tanda-tanda hipergilkemia antara lain :

1. Terdapat glukosa pada pemeriksaan urin 2. Kadar gula tinggi pada pemeriksaan darah 3. Sering buang air kecil

4. Haus

5. Mulut dan kulit yang kering

6. Hilang nafsu makan (terkadang diikuti rasa lapar yang luar biasa) 7. Mual dan kadang-kadang muntah

Penyebab terjadinya hiperglikemia diantaranya :

1. Lupa menggunakan insulin atau obat-obatan diabetes lain 2. Memakan terlalu banyak makanan

3. Apabila seseorang sedang mengalami infeksi, tubuh memerlukan lebih banyak insulin

4. Tubuh membutuhkan lebih banyak insulin saat sedang mengalami stres berat.

2.8.3 Ketoasidosis

Merupakan komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300600 mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton(+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300320 mOs/mL) dan terjadi peningkatan anion gap. Penyebab ketoasidosis diantaranya :

1. Kurangnya insulin seperti lupa menyuntikkan insulin atau menggunakan insulin dengan dosis sangat rendah

2. Tidak memakan cukup makanan sehingga memaksa tubuh membakar lemah 3. Awalnya penderita mengalami hipoglikemia lalu tidur => tubuh membakar

lemak untuk mendapatkan energii yang diperlukan

4. Penyakit diabetes yang tidak didiagnosa, dan perawatan diabetes yang dilalaikan 5. Penyakit, stres berlebihan

53

Jika penderita tidak mengenali gejala dari ketoasidosis itu sendiri maka dapat berkembang hingga keadaan tidak sadarkan diri atau koma. Tanda-tanda ketoasidosis terdiri dari dua yaitu tanda-tanda peringatan dini dan peringatan lanjutan.

1. Tanda-tanda peringatan dini - Rasa haus

- Mulut rasa kering - Sering buang air kecil

- Kadar gula darah yang tinggi - Keton yang tinggi di air kencing 2. Tanda-tanda peringatan lanjutan

- Rasa letih terus menerus

- Kulit kering dan warna kemerah-merahan - Rasa sukar bernafas

- Bau nafas rasa buah-buahan (atau seperti aseton-penghapus/penanggalan cat kuku) oleh karena keton

- Kadang-kadang muntah atau rasa sakit di perut - Bingung atau susah berkonsentrasi

2.8.4 Koma diabetika

Penderita diabetes tipe II bisa mendapat koma diabetika yang gawat yang disebut koma hiperosmolar hiperglikemia (HHC-CHH) atau koma non ketolik hiperosmolar. Kadar gula darah dapat naik secara perlahan hingga lebih dari 600 mg/dl (lebih dari 50 mmol/l) atau bahkan hingga 1000 mg/dl. Tanda-tanda dan gejala koma diabetika ini hampir sama dengan ketoasidosis kecuali jarang terdapat keton dalam urin sehingga disebut koma non ketolik.

Penyebab terjadinya koma diabetika antara lain yaitu :

1. Penderita diabetes membiarkan kadar gulanya tak terkendalikan terlalu lama 2. Stres fisik atau mental yang berlebihan, kecelakaan, stroke, sakit berat, atau

infeksi yang tak diobati

3. Minuman beralkohol, obat-obatan dengan dosis tinggi (steroid, diuretika dan beberapa obat penenang).

Jika koma hiperglikemiia terjadi, penderita harus dirawat di rumah sakit dan dokter perlu sering-sering mengubahh dosis pemberian insulin hingga kadar gula darah kembali terkendalikan.

54 2.9Lipodistrofi

Lipodistrofi adalah gangguan yang ditandai dengan distribusi abnormal dari lemak tubuh yang dapat terjadi secara genetik, ataupun diperoleh (acquired). Lipodistrofi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh ataupun parsial. Lipodistrofi yang diinduksi insulin merupakan acquired-parsial lipodistrofi (APL). Gejala lipodistrofi adalah kehilangan lemak subkutan pada wajah, leher, perut bagian bawah dan tubuh bagian bawah. Lipohipertrofi dan lipoatrofi merupakan dua komplikasi dermatologis utama dari lipodistrofi yang saling terkait tetapi berbeda. Kedua komplikasi ini terjadi akibat dari suntikan insulin secara subkutan. Lipohipertrofi lebih sering terjadi dibandingkan lipoatrofi. Lipohipertropi adalah istilah yang mengacu pada benjolan di bawah kulit yang disebabkan oleh penumpukkan lemak di lokasi penyuntikan insulin secara subkutan.

Gambar 7. Lipohipertrofi

Lipoartrophy adalah istilah yang menjelaskan hilangnya jaringan lemak secara lokal.

Gambar 8. Lipoatrofi

Prevalensi Lipohipertrofi karena insulin sebesar 25-30% pasien DM 1 dan <5% pada pasien DM 2 dengan pengobatan insulin secara subkutan. Prevalensi lipoatrofi karena suntikan insulin terbilang langka, yakni hanya sebesar 3,6%. Lipohipertrofi dianggap efek anabolik langsung insulin pada kulit lokal yang mengarah ke sintesis lemak dan protein.

55

Komplikasi ini terjadi karena suntikan berulang di tempat yang sama. Dikarenakan daerah ini relatif tanpa rasa sakit, pasien cenderung untuk menyuntikkan di daerah yang sama lagi dan lagi daripada pindah ke daerah lain yang akan menimbulkan rasa sakit baru. Faktor risiko lain yang mungkin terkait adalah durasi terapi insulin yang lama pada penderita DM 1, tingginya jumlah suntikan insulin, dan penggunaan perangkat pena. Lipoatrofi dianggap respons peradangan yang dimediasi imun. Meskipun lipoatrofi cenderung terjadi karena pemberian insulin sapi dan insulin babi, namun masih tetap merupakan komplikasi dari terapi insulin terlepas dari sumber insulin (hewan, rekombinan, atau analog) dan cara administrasi.

Penanganan Lipodistrofi antara lain :

• Mengganti tempat injeksi/melakukan rotasi tempat injeksi • Pasien diedukasi mengenai teknik injeksi yang tepat

• Pasien sebaiknya diajarkan untuk memeriksa sendiri gejala awal lipodistrofi pada kulit dan menghindari area yang dianggap muncul lipodistrofi.

• Mengganti insulin yang digunakan (lipoatrofi) • liposuction (lipohipertrofi)

Dokumen terkait