• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Studi Etnografi pada Masyarakat Adat Suku Nuaulu di Pulau Seram, Negeri Nua Nea Kec

MATA PENCAHARIAN PENDUDUK

Sumber: Kantor Negeri Nua Nea

Pada table atas menerangkan mata pencaharian lainnya masyarakat suku Nuaulu di Negeri Nua Nea. Selain mayoritas sebagai petani, dan juga berburu Dewasa ini dari msayarakat suku Nuaulu Nua Nea ada yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan beberapa dari masyarakat suku Nuaulu juga ada yang menjadi sopir. Sektor pertanian merupakan lapangan usaha dan kerja yang besar pengaruhya bagi masyarakat Nua Nea. Ha ini tercermin dari hasil sensus penduduk tahun 2014 dimana banyaknya penduduk yang bekerja pada sektor pertnian tercaata sebanya 60 orang. Jadi dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian masih sangat dominan bagi penduduk Maluku dalam hal pemenuhan

N o

Negeri / Kelurah

an

MATA PENCAHARIAN PENDUDUK

Pe ta ni Nel aya n Mon tir Pete rnak Ped aga ng atau Wira swa sta Su pir P N S T NI /P O L RI Gur u Swa sta Buru h Tani Buru h Bang unan Pe ng -raj in Pra muri a Penj ahit Ibu Ruma h Tangg a Pendu duk Masih Sekola h 1 Nua Nea 60 - - 5 - 4 1 - - - - 10 - - 70 148

kebutuhan hidupnya. Bila sektor ini dijabarkan, maka akan ditemui sub-sub sektor meliputi:

a) Sub sektor pertanian tanaman pangan b) Sub sektor perkebunan

c) Sub sektor peternakan d) Sub sektor kehutanan.

Dalam teritorial di hutan terdapat banyak hutan sagu. Sagu merupakan makanan pokok bagi suku Nuaulu, walaupun mereka sudah mengenal mengenal makanan lainnya seperti beras (nasi) akan tetapi setiap hari sagu dan papeda (tepung sagu yang ditambah dengan air) tetapada di atas hidangan makanan setiap rumah orang Naulu. Suatu kebiasan yang turun temurun tetap dijaga dan dipelihara sejak dahulu sampai saat ini adalah pada saat meramu sagu, dimana mereka selalu melakukannya secara bersama-sama oleh beberapa orang. Biasanya ada tetangga/kerabat yang membantu meramu sagu. Cara ini bukan hanya dilakukan pada saat meramu sagu saja tetapi juga pada saat membuka kebun baru atau pada saat membangun/mendirikan rumah.Hasil yang diperoleh dari meramu akan dibagi secara merata oleh pemilik sagu. Suatu hal yang menarik yang dapat diihat adalah bahwa sekalipun tepung sagu banyak yang diperjual belikan dipasar, namun hal tersebut tidak mengurangi keinginan mereka untuk membagikan hasil olahan mereka secara merata kepada sesama pekerja. Inilah wujud kebersamaan, dimana mereka tetap memelihara hubungan kekerabatan sebagai bagian dari suatu komunitas.

Dalam melakukan kegiatan akativitas usaha tani khususnya berkebun, ternyata pada setiap pembukaan kebun baru, para tetangga dan kerabat keluarga turut membantu proses pelaksanaan pembukaan kebun baru tersebut. Disini sungguh terlihat betapa nilai solidaritas yang tinggi patut dijaga dan memang perlu tetap dipertahankan sebagai suatu warisan nilai-nilai yang telah melekat dan melembaga dalam kehidupan suku Nuaulu. Demikian Pembangunan dan peningkatan sektor pertanian melalui usaha-usaha intensifikasi, ekstensifikasi, diverifikasi, dan rehabilitasi dilakukan secara terpadu, serasi dan merata dengan tetap memelihara kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup. Peningkatan produksi pangan diarahkan untuk memperbaiki taraf hidup petani, memperluas

kesempatan kerja dan menjamin penyediaan pangan untuk masyarakat pada tingkat harga yang layak bagi petani produsen maupun konsumen.

k. Agama dan Kepercayaan Suku Nuaulu di Negeri Nua Nea Kecamatan Amahai

Masyarakat Suku Nuaulu, Negeri Nua Nea pada dasarnya belum memiliki agama resmi yang diakui pemerintah, tetapi mereka percaya akan adanya Tuhan, yang adalah pencipta alam semesta beserta isinya. Mereka menyabut Tuhan dengan kata “UPUKU ANAHATANA” yang artinya Tuhan Yang Maha Kuasa Penguasa Langit dan Bumi. Pemahaman beragama Suku Nuaulu berbeda dengan agama-agama formal pada umumnya. Mereka memahami keberadaan Tuhan melalui ritual-ritual yang dijalankan. Pada saat ritual-ritual tersebut dijalankan, benar-benar mereka merasakan kebesaran Tuhan yang terjadi dalam kehidupan mereka, yang memberikan mereka kehidupan, kemakmuran, keperkasaan, dan juga kematian. Inilah kehidupan beragama dan karakteristik masyarakat Suku Nuaulu di Negeri Adminstratif Nua Nea.

Namun karena di negara Indonesia segala macam yang berurusan dengan kebutuhan surat-surat formal dan aktivitas informal di lingkungan tempat tinggal dan bermasyarakat, mewajibkan kehadiran KTP. Dari mulai membuat kartu keluarga, surat nikah, akta kelahiran, melamar kerja, perjalanan naik pesawat dan kereta, hingga upacara kematian dan identitas jenazah. Intinya, fungsi KTP sebagai formalitas justru sangat krusial dari lahir hingga wafatnya seorang WNI. Maka untuk mempermudah pengurusan pada adminstrasi di pemerintahan suku Nuaulu sebagian besar mencantumkan agama Hindu pada kolom KTP mereka,

tanpa menjalankan syari’at atau ajaran agama Hindu yang seharusnya. walaupun sebagian dari warga Nuaulu juga ada yang telah memeluk agama Islam ataupun Kristen. Namun sebagian besar warga Nuaulu masih berpegang pada keyakinan dan ajaran nenek moyang. Namun demikian kehidupan suku nuaulu dengan kepercayaan umat beragama lain sangat rukun.

l. Pendidikan Suku Nuaulu

Menurut keterangan bapak Raja Sahune Matoke pada dasarnya masyarakat Suku Nuaulu tidak mengenal pendidikan formal kalaupun tahu itu hanya tamatan SD, karena karena orang tua sudah mengajarkan pada anak-anaknya sedari kecil

untuk tahu banyak hal tanpa perlu bersekolah mereka tau segala hal dari alam, budaya dan lingkungan mereka. Bapak yang tidak pernah sekolah ini menjelaskan bahwa adat lebih penting dari apapun. Menurutnya orang tua melalui media bahasa lisan seperti lagu-lagu yang secara tidak langsung mencerminkan nilai-nilai universal seperti mendidik, memaknai arti kehidupan tentang nilai-nilai kebaikan dan keburukan siapa yang buat baik dapat berkat, hidup persaudaraan jangan sampai putus karena satu darah ayah dan ibu. Dengan demikian ada terdapat unsur-unsur nasihat dan didikan yang secara tidak langsung harus mereka jalankan dalam hidup. Selain dalam bentuk lagu juga ada dalam cerita rakyat, bentuk lagu daerah Maluku yang biasa dinyanyikan oleh para ibu yang isinya benar-benar sangaat mendidik.

Bentuk nyanyian dan cerita rakyat ini dijadikan sebagai sarana pendidikan budaya, dan dapat kita lihat hal-hal sebagai berikut: selain berisi nasihat-nasihat dan memberikan teladan kepada anak sejak kecil betapa nilai-nilai luhur tersebut haruslah mereka laksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain pendidikan yang diberikan berupa nyanyian dan cerita rakyat, secara langsungpun pendidikan diberikan oleh orang tua seperti anak perempuan dari kecil sudah diajarkan membantu ibu mreka di dapur untuk memasak dan mencuci piring. Demikian juga anak laki-laki membantu ayahnya untuk membelah kayu bakar dan meramu sagu. Itulah bentuk pendidikan informal yang diberikan oleh orang tua dari suku Nuaulu kepada anak-anak mereka.

Sedangkan untuk pendidikan formal bagi suku Nuaulu dulu asal sudah tau membaca dan menulis itu sudah cukup, yang penting sudah pernah sekolah dan menamatkan jenjang sekolah dasar (SD) namun dalam perkembangan dewasa ini sudah ada beberapa orang tua yang mulai menyadari akan pentingnya arti sekolah bagi anak mereka. Hal tersebut didukung dengan sarana dan prasarana yang diberikan pemerintah berupa gedung sekolah, motivasi dari orang tua, dan lingkungan sosial yang mendukung. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2014 menurut Hatunisa Sounawe, Sekertaris Negeri Nua Nea, tingakat pendidikan masyarakat Nuaulu pada tahun 2014/2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.7