• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG DAN PEMBAHASAN

4.5 Pencapaian Kegiatan Magang

Kegiatan magang yang dilakukan di PT IdeA bertepatan dengan padatnya waktu dan banyaknya proyek yang sedang dikerjakan. Waktu magang bertepatan dengan dimulainya proses perancangan lanskap dari tahap inventarisasi sampai pada tahap pengembangan desain pada proyek Kajian Terapan Desain Tapak Zona Pemanfaatan di Resort PTNW Kawah Ratu Taman Nasional Gunung Halimun Salak, serta pada tahap analisis sampai pada tahap desain konsep akhir dan mengedit booklet review management plan pada proyek Review Management Plan Hutan Diklat Jampang Tengah, Sukabumi dan Review Management Plan Hutan Diklat Rumpin, Bogor. Pada proyek Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin penentuan konsep desain dan desain fasilitas kawasan ditujukan untuk membuat design guidelines dan penuntun dalam membuat rencana pengelolaan kawasan kepada klien

Mahasiswa magang sangat terlibat dalam proyek di TNGHS, pada tahap inventarisasi mahasiswa ikut melakukan survai lapang selama dua hari dengan menggunakan GPS untuk perekaman trek, pengukuran debit air terjun dengan meteran dan stopwatch, serta perekaman kondisi tapak dengan kamera. Pada tahap

analisis dan desain konseptual, mahasiswa magang bersama dengan tim ahli dari perusahaan, serta tim ahli dari Balai TNGHS melakukan diskusi. Pembuatan peta kondisi eksisting dan analisis mahasiswa ikut membantu memilih foto yang dapat menggambarkan situasi tapak dalam peta. Pada tahap pengembangan desain berupa pembuatan alternatif desain, dilakukan pengembangan pada zona yang telah terbagi. Mahasiswa magang dilibatkan dalam pengembangan desain dengan membuat ilustrasi suasana tapak dengan fasilitasnya untuk memberikan gambaran lebih jelas kepada klien. Kegiatan pengembangan desain tersebut digunakan untuk mempermudah pekerjaan desain PT IdeA karena dikerjakan langsung di lapang dengan masukan yang diberikan dari perusahaan dan Balai TNGHS. Seluruh kegiatan perancangan pada proyek ini sepenuhnya melalui arahan dari arsitek lanskap senior (main designer) dan team leader. Masukan dan arahan mengenai fasilitas wisata disampaikan langsung oleh main designer kepada mahasiswa. Mahasiswa juga ikut hadir dalam presentasi dengan klien pada proyek ini. Pada presentasi produk mahasiswa memiliki tugas sebagai notulis berupa catatan rapat untuk perusahaan. Arahan, pembagian dan jadwal kerja dari arsitek senior (main designer) dan team leader dalam proyek ini dapat dilihat pada Lampiran 5. Mahasiswa mendapatkan ilmu baru yang tidak diperoleh selama perkuliahan, yaitu penggunaan GPS dan memasukkan data tersebut ke dalam GIS, pemahaman regulasi mengenai penataan lanskap taman nasional, pengetahuan dasar mengenai konstruksi rumah panggung, dan cara berkomunikasi dengan rekan kerja juga klien.

Pada proyek Hutan Diklat Jampang Tengah dan Rumpin, mahasiswa mulai mengikuti proses perancangan lanskap dari tahap analisis, desain konseptual, sampai pada desain konsep akhir. Mahasiswa bersama dengan mahasiswa magang lainnya diminta untuk menganalisis dan menentukan konsep untuk tapak dengan bimbingan dari pimpinan proyek dan pimpinan perusahaan. Hasil darri analisis dan sintesis, serta pembuatan konsep dalam tapak dengan menggunakan sketsa kasar digambarkan pada Lampiran 6. Pada proyek ini mahasiswa mendapatkan pengetahuan bagaimana menjaga konservasi tanah dan air, menyediakan ruang untuk wisata edukasi bagi peserta diklat dan pengunjung, teknik pembuatan ilustrasi menggunakan marker, serta regulasi penataan hutan diklat.

Selain itu, mahasiswa magang juga diminta untuk membuat alternatif desain fasilitas untuk menggambarkan konsep yang telah dibuat. Ilustrasi berupa welcome gate dan signage. Ilustrasi suasana jalan setapak juga dibuat mahasiswa yang dapat mendukung penggambaran desain konsep yang telah dibuat untuk kawasan.

(a)

(b) (c)

Gambar 39 Ilustrasi Welcome Gate dan Signage; Welcome Gate Hutan Diklat Jampang Tengah (a) Welcome Gate Hutan Diklat Rumpin (b) Papan Titik Blok

Hutan Diklat Jampang Tengah (c) (Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)

(a) (b)

Gambar 40 Ilustrasi Bambu Sebagai Pengarah Jalan di Hutan Diklat Rumpin (a) Ilustrasi Cendana Sebagai Pengarah Jalan Hutan Diklat Jampang Tengah (b)

Desain fasilitas kawasan menampilkan repetisi dari penggunaan material bambu sebagai material utama untuk fasilitas. Pada Hutan Diklat Rumpin dari welcoming gate sampai pada pengarah jalan akan menggunakan material utama yaitu bambu. Sementara pada Hutan Diklat Jampang Tengah yang digunakan adalah material bambu dan pengarah jalan dalam tapak adalah pohon cendana. Hal tersebut tidak mencerminkan “The Law of The Similar” yang dikemukakan oleh Simond (1983) karena tidak ada kesatuan material atau elemen yang menunjukkan harmonisasi elemen lanskap. Perusahaan seharusnya dapat lebih teliti dalam menilai hasil desain yang akan diajukan kepada klien untuk menyesuaikan dengan konsep yang telah dibuat. Ilustrasi fasilitas lainnya yang telah dibuat oleh mahasiswa magang untuk kedua kawasan juga dapat dilihat pada lampiran 7. Kemampuan dan cara berkomunikasi dengan klien dan rekan kerja telah dipelajari mahasiswa dalam pengerjaan setiap proyek sehingga tujuan dari proyek dapat tercapai. Tambahan wawasan dan pengetahuan lainnya yang diperoleh mahasiswa selama kegiatan magang adalah melakukan pendekatan studi mengenai ekowisata dan kebijakan pengembangan kawasan untuk pariwisata dengan jenis wisata alam di kawasan alami khususnya konservasi dan perlindungan kawasannya pada proyek-proyek yang dikerjakan. Studi dilakukan dengan pencarian kebijakan pengembangan kawasan alami dan referensi gambar-gambar dari internet, studi pustaka, serta library milik perusahaan. Pengetahuan mengenai pariwisata dan eco-tourism di Indonesia juga dipelajari dalam komunitas Selain itu, pengerjaan proyek dalam skala besar dan berlokasi pada kawasan konservasi merupakan tantangan baru untuk mempelajarinya.

Pengetahuan mengenai pariwisata dan konsep eco-tourism yang diperoleh berasal dari berbagai bidang ilmu, seperti arsitektur lanskap, arsitektur, teknik sipil, bisnis perhotelan, dan kepariwisataan. Konsep eco-tourism dengan gabungan prinsip konservasi telah diterapkan perusahaan pada lokasi proyek kawasan konservasi. Hal tersebut menunjukkan hubungan antara perlindungan lingkungan dengan pariwisata harus menghasilkan hubungan yang harmonis sehingga dapat tercipta wisata dan lingkungan yang berkelanjutan. Melalui konsep eco-tourism, implementasi wisata ke dalam lingkungan dapat terwujud tanpa melupakan kepentingan pelestarian kawasan, kepentingan ekonomi masyarakat

lokal di sekitar kawasan, kepentingan pelayanan terhadap wisatawan, dan kepentingan kelayakan pengembangan wisata, dalam sebuah hubungan timbal balik yang bergantung dan saling mempengaruhi.

Hal yang diberikan dalam konsep ekowisata dalam desain fasilitas pada ketiga proyek adalah kesesuaian kriteria chalets dengan prinsip ecolodges yang terlihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Kesesuaian Kriteria Chalets dengan Prinsip Ecolodges

No. Ecolodges Chalets

1. Merupakan bangunan kecil kurang dari 30 kamar.

Merupakan bangunan dengan 1 kamar.

2. Menerapkan prinsip arsitektur tradisional dan penggunaan material dari lingkungan setempat.

Menerapkan prinsip arsitektur tradisional dan penggunaan material dari lingkungan setempat yaitu penerapan filosofi dan penggunan material arsitektur lokal rumah Baduy.

3. Terletak pada daerah alami dan mendukung konservasi alam lingkungan setempat.

Terletak pada salah zona pemanfaatan TNGHS yang merupakan daerah alami dan juga merupakan kawasan konservasi sehingga mendukung konservasi lingkungan setempat. 4. Meminimalkan penggunaan

energi dan pengelolaan limbah.

Desain kemiringan atap 20o dan penggunaan material kasa dapat memaksimalkan arus sirkulasi udara dan cahaya matahari sehingga dapat menghemat energi. Adanya ecotoilet yang

menggunakan sistem biofil merupakan bentuk

aplikasi penggunaan teknologi dalam pengelolaan limbah.

Selain itu aktivitas wisata alam yang ada di dalam ketiga tapak mengajak kerja sama masyarakat guna menaikkan ekonomi masyarakat lokal dan pengetahuan mengenai konservasi.