• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG DAN PEMBAHASAN

4.3 Proyek Perancangan Lanskap

4.3.2 Review Management Plan Hutan Diklat Jampang Tengah,

4.3.2.2 Tahapan Perancangan Hutan Diklat Jampang

Tengah memiliki alir proses seperti pada Gambar 25.

Gambar 26 Tahapan Perancangan Lanskap dalam Pengerjaan Proyek Hutan Diklat Jampang Tengah

Persiapan Inventarisasi dan analisis Desain konseptual

Desain konsep Akhir

a. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan PT IdeA melakukan persamaan persepsi dengan pengelola dan untuk mengetahui metode survai yang akan digunakan. Tahap perancangan awal dari kedua proyek yang sempat diikuti hanya sampai pada tahap pengembangan desain berupa desain sarana dan prasarana yang akan disediakan dalam tapak. Hasil dari perancangan lanskap, seperti pemanfaatan potensi lanskap, penatagunaan lahan, desain sarana dan prasarana, sampai pada pemberdayaan masyarakat akan dimasukkan dalam rencana strategi untuk program pengelolaan Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin. b. Tahap Inventarisasi dan Analisis

Secara administratif Hutan Diklat Jampang Tengah terletak di Kampung Ciareuy, Desa Sindang Resmi Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Hutan Diklat Jampang Tengah terletak diantara 106047’48” - 106048’54” BT dan 701’42” - 702’12” LS, dengan batas-batas di bagian Utara dengan Kampung Ciburial, sebelah Selatan dengan Kampung Ciareuy dan Perkebunan Panumbangan, sebelah Timur dengan Kampung Bojongwaru dan sebelah Barat berbatasan dengan jalan raya Bojonglopang-Sukabumi. Total luas kawasan hutan adalah 45,539 Ha dengan sistem manajemen untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan kawasan Hutan Diklat yang diimplementasikan ke dalam sistem pembagian petak untuk kepentingan diklat dan pemanfaatan lainnya.Hutan Diklat Jampang Tengah terbagi atas 10 (sepuluh ) petak yaitu petak A s/d petak J sesuai pada peta eksisting yang terlihat pada Gambar 26. Metode survai yang digunakan adalah dengan perekaman jalur trek dengan menggunakan GPS dan perekaman kondisi tapak dengan menggunakan kamera. Kegiatan survai didampingi langsung oleh pihak Balai Hutan Diklat Jampang Tengah. Pada tahap inventarisasi, perusahaan menyediakan tenaga ahli GIS untuk membuat dan mengolah peta kondisi eksisting, peta persebaran flora dan fauna, peta kontur, peta kondisi di sekitar kawasan, dan peta fasilitas terbangun di dalam kawasan.

Gambar 27 Peta Kondisi Eksisting di Hutan Diklat Jampang Tengah Sumber : PT IdeA (2011)

x Blok A adalah Jalur Hijau seluas 1,116 Ha dibuat sepanjang tepi hutan diklat, yang berbatasan dengan jalan raya bojong lopang selebar 20-25 m. Kemiringan areal ini langsung berbatasan dengan jalan utama yang disertai dengan vegetasi, seperti pohon jati, kaliandra, dan akasia yang berperan sebagai jalur hijau, serta border blok A. Blok ini akan tetap dipertahankan. Jenis-jenis tanaman yang ada selain jati, kaliandra, dan akasia, ada pula mahoni, suren, midi, lantoro, nangka, petai, dan sengon. Tanaman-tanaman terus akan dikembangkan menjadi green belt di seluruh kawasan dengan mengelilingi kawasan. Di blok ini juga terdapat pagar yang berfungsi sebagai border, namun telah mengalami kondisi yang tidak layak. Sebagai alternatif akan dibuat pagar setinggi 1,75 m yang dililit tanaman rambat yang berfungsi sebagai rekayasa pagar.

x Blok B adalah Petak Contoh Persemaian seluas 1 ha dengan kondisi relatif datar kelerengan 4%-12%. Kondisi petak persemaian saat ini tidak terpelihara, bedengan rusak dan didominasi bibit yang telah membesar karena terlambat

A B C D E F H G I J 0 90 180 270M

dipindahkan, sumber air tidak ada, gubuk kerja rusak dan telah dibongkar. Dengan kondisi bedengan yang tidak layak dan gubuk kerja yang telah dibongkar akan diperbaiki kembali untuk mengoptimalkan fungsi demplot persemaian.

x Blok C adalah Petak Contoh Teras Gulud Luas petak 3,258 ha dengan kelerangan 5-10%. Teras gulud dibangun dengan jarak antar guludan 10 m, dan diberi tanaman penguat kaliandra. Teras gulud dilengkapi saluran pembuangan air dan terjunan bambu dan batu. Kondisi teras gulud saat ini sudah tidak tampak guludan tanah dan saluran air, terjunan bambu serta batu telah rusak. Blok ini telah berubah fungsi menjadi kebun garapan masyarakat yang tidak memiliki izin resmi dari pengelola kawasan. Hal ini menyebabkan banyak terjadinya penebangan pada pohon penguat tanah oleh masyarakat untuk memperluas lahan garapan. Oleh karena itu, blok ini akan dikembangkan dengan penyediaan bangunan pengawas agar dapat mengontrol aktivitas dalam Blok B. Selain itu, pohon cendana akan ditanam kembali pada setiap lipatan teras untuk memperkuat tanah yang membentuk teras gulud. Teras gulud yang ada akan ditanami tanaman palawija untuk dikerjasamakan dengan masyarakat dalam pengelolaannya.

x Blok D adalah Petak Contoh Hutan Rakyat membentang searah jalur jalan raya propinsi antara Sukabumi dan Surade seluas 11,513 ha. Petak contoh ini berada di lokasi yang memiliki solum tanah dangkal bahkan berupa tumpukan batuan dengan kelerangan 5-35% dan dibagi dalam pola : tumpang sari dan hutan rakyat. Akar pohon yang kuat telah tertanam pada pori-pori bebatuan dan memecahkannya, sehingga memberikan ruang lebih untuk terjadinya infiltrasi (penyerapan air hujan yang mengalir di permukaan tanah).

x Blok E adalah Lahan Praktek Peserta Diklat kehutanan seluas 16,197 Ha. Petak lahan diklat yang merupakan areal ini merupakan lahan kosong untuk kegiatan praktek lapangan, saat ini petak praktek telah tertutupi pohon mahoni dan kaliandra yang awalnya dibuat sebagai sekat bakar. Pada petak ini terdapat menara pengawas kebakaran hutan yang saat ini kondisinya sudah rusak. Model lahan praktek ini kurang terawasi dan terkontrol dan terdapat bangunan yang sudah tidak layak. Selain itu, kegiatan pemberdayaan lahan tersebut pun

tidak optimal. Lahan ini berpotensi untuk menjadi area penelitian dan pendidikan tanaman kehutanan.

x Blok F adalah enclave seluas 1,00 ha. Enclave yang terdapat yaitu berbentuk wisma dari rumah masyarakat dan bangunan percontohan cek DAM yang sudah tidak terpakai. Lahan di Blok F ini memiliki cukup lawn area yang dapat dikembangkan menjadi rest area. Bangunan DAM pun akan dikonstruksikan menjadi wisma.

x Blok G adalah wilayah perlindungan mata air seluas 1,971 ha. Petak ini dimaksudkan melindungi mata air Cikompa, petak ini banyak ditumbuhi berbagai tanaman seperti mahoni, jati, laban, sungkai dan bambu. Blok G berpotensi sebagai area konservasi tanah dan air. Selain itu, mata air yang ada berfungsi sebagai sarana irigasi untuk petak-petak contoh yang ada dalam kawasan. Menara pandang yang ada didalamnya dengan kondisi yang tidak layak di dalam blok ini akan dipertahankan dan dikembangkan menjadi rest area.

x Blok H adalah Petak Teras Bangku dengan luas petak contoh 6,1 Ha dengan kelerangan 5%-35%. Pada petak ini dibangun teras bangku dengan vertikal interval 50-75 cm, lebar 4 m dan lebar bidang olah 3,5 m. Tanaman penguat teras pada awal pembangunannya adalah kaliandra, rumput dan murbei. Dilengkapi dengan saluran pembuangan air, terjunan batu dan bambu. Kondisi saat ini petak contoh teras bangku telah terbagi dalam beberapa lahan garapan oleh masyarakat setempat. Masyarakat mengolah dan menanami lokasi tersebut dengan tanaman semusim. Tanaman penguat teras sudah rusak, bangunan teras, saluran air dan terjunan batu telah hancur. Semua telah diratakan oleh masyarakat penggarap dengan alasan untuk memperluas bidang garapan. Akibatnya bidang garapan yang dibangun pada areal yang miring sangat rawan erosi dan mempercepat pemiskinan hara tanah. Pemanfaatan liar hampir menguasai 20% area. Pengembangan Blok H akan dilakukan dengan pembangunan kebun benih dan teras bangku yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk penelitian, pengenalan tanaman kehutanan, dan area penanaman palawija.

x Blok I adalah Sarana Kampus seluas 2,016 Ha. Sarana kampus yang tersedia meupakan sarana kampus wirawana Lokasi ini merupakan pusat kegiatan wirawana yang berisi bangunan ruang kelas, perpustakaan, asrama, dapur, ruang makan, lapangan upacara dan olah raga, dll. Kondisinya saat ini mengalami rusak berat. Base Camp juga tersedia di petak ini yang merupakan pusat kegiatan pendidikan dan pelatihan yang didalamnya berisi sarana prasarana kegiatan diklat seperti : bangunan kelas, rumah karyawan, dapur, ruang makan, dan asrama.

x Blok J adalah Petak Kebun Koleksi. Lokasi seluas 0,284 Ha ini merupakan tempat penanaman berbagai macam tanaman penghijauan holtikultura dan buah-buahan. Kebun koleksi juga merupakan tempat penanaman berbagai macam jenis buah-buahan seperti lengkeng, melinjo, nam-nam, jeruk, dan sawo kecik. Luas lahan yang ada pada Blok J tidak cukup luas sebagai area pendidikan pengenalan tanaman hortikultura dan tanaman hutan. Oleh karena itu. Blok J akan dikembangkan dengan memperluas kawasan dan mengambil lahan praktek hutan diklat dengan tujuan dapat menanam tanaman contoh yang lebih banyak untuk dipelajari dan dikonservasi.

Vegetasi dan Satwa

Jenis vegetasi yang ada di hutan Diklat Jampang Tengah antara lain adalah a. Rerumputan dan perdu. Jenis dominan : alang-alang dan gelagah. Jenis lain :

harendong, saliara, dan kirinyuh

b. Tanaman berkayu : jenis dominan : akasia, kaliandara dan mahoni dan jenis lain : randu, albisia, lamtoro gung, puspa, jati, tanaman buah-buahan, sonokeling, merbau, kuku, salam dan pinus.

Jenis fauna yang dapat ditemukan adalah : kelelawar, biawak, burung, kupu -kupu, puyuh, ular, trenggiling, musang, dan kera.

Gambar 28 Peta Tutupan Vegetasi Hutan Diklat Jampang Tengah (Sumber : PT IdeA (2011)

Iklim dan Topografi

Curah hujan dalam tapak Hutan Diklat Jampang Tengah sebesar 3.000 mm/th. Bulan basah terjadi selama tujuh sampai sembilan bulan dalam satu tahun. Sedangkan ketinggian Hutan Diklat Jampang Tengah yaitu 490-600 mdpl. Topografi yang ada dalam tapak secara garis besar memiliki kontur bergelombang dengan kemiringan lapangan antara 51-152 m.

Tabel 11Kelas Kemiringan Lahan dan Luasnya di Hutan Latihan Jampang Tegah

No Kelas kemiringan Luas (Ha) Prosentase (%)

1 0-5 0,572 1,3 2 5-10 17,860 29,6 3 10-15 13,629 31,4 4 15-35 10,744 24,7 5 >35 5,664 13,0 JUMLAH 43,469 100 Sumber : PT IdeA (2011) 0 90 180 270M

Hutan Diklat Jampang Tengah memiliki potensi sebagai berikut :

1. Terletak di jalan Provinsi Sukabumi – Surade dan merupakan jalur lintas tempat wisata laut atau pantai Ujung Genteng dan tempat peneluran penyu di Pangumbahan. Jarak dari Hutan Diklat Jampang Tengah–Ujung Genteng/Pangumbahan sekitar 100 km dengan kondisi jalan mulus. Obyek wisata lainnya adalah pantai Pelabuhan Ratu yang berjarak sekitar 60 km. 2. Hutan Diklat Jampang Tengah dapat menjadi percontohan rehabilitasi lahan

kritis di wilayah Kabupaten Sukabumi yang memiliki karakteristik alam relatif sama. Mengingat upaya rehabilitasi & penanaman di Hutan Diklat Jampang Tengah pada beberapa lokasi cukup berhasil dengan tingkat penutupan lahan yang cukup rapat.

3. Hutan Diklat Jampang Tengah ditumbuhi pepohonan yang menciptakan iklim mikro yang sejuk dan menjaga tata air bagi lingkungan sekitarnya. 4. Hutan Diklat menyimpan potensi berbagai jenis pohon langka dan bernilai

ekonomi tinggi diantaranya cendana, sono keling, salam, mahoni, jati, akasia, ebony, aquilaria (gaharu), dan lain-lain.

5. Di sekitar lokasi Hutan Diklat Jampang Tengah sekitar 2 km terdapat obyek wisata Curug Pareang dan Goa Lalay. Kedua lokasi tersebut telah menjadi obyek wisata daerah Kabupaten Sukabumi.

6. Obyek wisata lainnya yang dekat dengan Hutan Diklat Jampang Tengah adalah wisata arung jeram di Sungai Cimandiri yang berjarak 5 km, dan Sungai Citarik yang berjarak sekitar 50 km.

7. Sarana prasaran hutan diklat Jampang Tengah sering dimanfaatkan untuk kegiatan rapat pemerintah daerah, serta kegiatan kepramukaan lingkup Kabupaten Sukabumi.

Kendala utama Hutan Diklat Jampang Tengah diantaranya :

1. Terdapat 33 penggarapan lahan Hutan Diklat Jampang Tengah di petak teras gulud dan petak teras bangku. Penggarap kurang memelihara tanaman pokok kehutanan dan cenderung menghilangkan tanaman pokok, serta bangunan konservasi tanah pada areal garapan. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengawasan dan pembinaan dari petugas, masyarakat tidak merasa memiliki terhadap tanaman pokok dan hanya memikirkan

kelangsungan tanaman tumpang sari yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat.

2. Penggembalaan liar ternak kambing, khususnya di musim kemarau sangat mengganggu anakan pohon yang baru tumbuh.

3. Pengambilan kayu bakar, kadangkala mayarakat meneres pohon yang sehat hingga mati dan selanjutnya ditebang untuk kayu bakar.

4. Ketidaktegasan pengelola Hutan Diklat Jampang Tengah terhadap para penggarap yang seringkali lalai dalam pemeliharaan tanaman hutan.

5. Adanya kebiasaan masyarakat sekitar Hutan Diklat yang membersihkan lahan untuk pertanian lahan kering dengan melakukan pembakaran. Api dari kegiatan tersebut seringkali masuk ke dalam kawasan.

6. Adanya perburuan burung yang banyak dijumpai di Hutan Diklat Jampang Tengah.

Proyeksi kawasan untuk masa depan adalah sebagai berikut :

1. Hutan Diklat Jampang Tengah sebagai wahana praktek diklat aparatur kehutanan dan menjadi tempat pelatihan masyarakat seperti mahasiswa, murid sekolah dan guru untuk pendidikan lingkungan.

2. Tanaman cendana rencana perlu dibuat blok atau petak tersendiri agar dalam perkembangan dan penyebarannya dapat tumbuh secara optimal.

3. Penataan lokasi petak teras bangku dengan tanaman keras kehutanan sebagai kebun benih.

4. Perlunya pengkayaan tanaman untuk meningkatkan keragaman jenis di petak Hutan Rakyat.

5. Untuk mendukung pendidikan lingkungan perlu penataan dan penyesuaian fungsi sarana prasarana yang ada di Hutan Diklat Jampang Tengah. Seperti : pusat informasi hutan diklat, trek jalan hutan, jalur interpretasi, menara pengamatan dan shelter.

Pengembangan model wisata alam/wisata pendidikan akan dikembangkan mengitari Blok I berupa jalur interpretasi kawasan. Jalur ini akan dimanfaatkan oleh pengguna kawasan untuk mengelilingi Blok A sampai Blok J dalam kegiatan pelatihan dan pendidikan tanaman kehutanan dan tanaman hortikultura dimana

kawasan memiliki langit yang biru dsan banyak pepohonan rimbun yang dapat mengoptimalkan fungsi jalur interpretasi ini. Selain itu, rest area yang akan dikembangkan di Blok F akan menjadi salah satu objek wisata alam berupa camp area dan shelter yang didukung oleh panorama alam didalamnya.

Produk interpretasi dalam kawasan memiliki keunggulan untuk menjadi sarana pendidikan dan pelatihan tanaman kehutanan dan tanaman hortikultur yang ada di dalam kawasan. Hal tersebut juga tujuan peruntukkan untuk mengembangkan camp area di Blok F. Pengembangan produk interpretasi dan camp area ini berlandaskan pada :

x Mendorong terciptanya obyek wisata alam dengan introduksi interpretasi yang memiliki cakupan luas;

x Menyajikan program interpretasi dan camp area memiliki 1) nilai penafsiran; 2) nilai pembelajaran; 3) nilai rekreasi;

x Kelayakan secara finansial, agar manfaat terkembalikan ke konservasi.

b. Tahap Desain konseptual

Pada tahap ini dilakukan proses pembagian ruang dengan menggunakan sketsa kasar. Keterlibatan dalam menghasilkan produk pada tahap ini adalah sebagai berikut :

a) Conceptual landscape plan

Ruang dalam kawasan Hutan Diklat Jampang Tengah sebagai hutan pendidikan dan pelatihan akan dikembangkan berdasarkan prinsip pemanfaatan secara lestari dan ditentukan berdasarkan pendekatan integrated enviromental mapping. Pendekatan ini tertuang dalam desain tapak. Keseluruhan rencana tapak memiliki sistem organization space yang kuat sehingga memiliki kesatuan tema dalam ruang yang ada dalam kawasan. Tema “GREENEDUFORESTRY” diangkat untuk pengembangan Hutan Diklat Jampang Tengah menjadi salah satu hutan berwawasan pendidikan hutan dan lingkungan di kawasan urban melalui kegiatan wisata edukasi berupa pelatihan dan pendidikan yang akan dikembangkan bagi pengunjung dan pengelola. Kombinasi ragam tanaman hutan dan pertanian akan menjadi pendukung dalam aktivitas dalam tapak, serta guna melestarikan lingkungan melalui konservasi tanah dan air.

Konsep Ruang

Gambar 29 Konsep Ruang Hutan Diklat Jampang Tengah Sumber : PT IdeA (2011)

Konsep Sirkulasi

Pada pintu masuk memiliki dua alternatif rencana, yaitu 1) membuat pintu masuk pola cul de sac (pengguna kawasan hanya dapat keluar masuk kawasan melalui satu pintu masuk saja) denga tujuan untuk lebih mudah mengontrol dan mengawasi siapa dan apa aktivitas yang dilakukan pengguna dalam kawasan; 2) Pola pintu masuk terbagi menjadi 3 dengan satu gerbang utama. Pintu masuk 2 dan 3 dapat diakses langsung oleh masyarakat dengan syarat pengawasan pada pintu masuk tersebut.

Sirkulasi antar ruang dalam kawasan memiliki keterkaitan akses langsung dan tidak langsung dimana akses langsung ke setiap ruang dimiliki oleh Blok Sarana Kampus dan Gedung Administrasi agar lebih mudah mengawasi dan mengontrol kegiatan kawasan. Sementara akses tidak langsung dimiliki ruang yang tidak berhubungan langsung, seperti antara petak teras gulud dan kebun benih. Jalur sirkulasi pada kawasan berupa jalur kendaraan, jalan setapak, dan jalur interpretasi. Jalur utama merupakan jalur yang dapat diakses oleh kendaraan, sedangkan jalur dalam ruang merupakan jalur berupa jalan setapak yang hanya dapat diakses oleh manusia. Sementara jalur interpretasi dapat diakses manusia untuk interpretasi alam dengan mengelilingi ruang tiap ruang dalam tapak.

Konsep Ruang Zona Penyangga Teras Gulud Sarana Kampus dan Administrasi Area Penerimaan Petak perlindungan mata air dan rest area Petak Contoh Hutan Rakyat Petak Contoh Teras Bangku Area penelitian

Petak Kebun Benih Petak Kebun Koleksi

Petak Lahan Diklat

Petak Camp

dan Shelter Petak Persemaian

B C E L F G H I J K D A A A A (a) (b)

Gambar 30 Alternatif Pintu Masuk; Pola dengan Tiga Pintu Masuk )a) Pola Cul De Sac (b)

Sumber : PT IdeA (2011) Konsep Fasilitas

Menerapkan etika eco-design dalam pembangunan fasilitas pengembangan kegiatan dan utilitas dikemas untuk :

x Membangun kesadaran dan meningkatkan apresiasi pengguna kawasan terhadap pelestarian lingkungan dan pengelolaan konservasi;

x Menyediakan area untuk rekreasi di alam terbuka, pendidikan, pelatihan, penelitian, dan konservasi yang berkaitan dengan status kawasan.

Hubungan antara ruang, aktivitas dan fasilitas dapat dilihat pada Lampiran 3. A. Zona Penyangga B. Petak Persemaian C. Petak Teras Gulud D. Petak Contoh Hutan Rakyat E. Petak penelitian F. Petak Lahan Diklat

G. Petak Shelter dan Camp

H. Petak Perlindungan Mata Air dan Rest Area I. Petak Kebun Benih J. Petak Kebun Koleksi K. Sarana Kampus dan Administrasi L. Area Penerimaan Sirkulasi Utama Sirkulasi Antar Ruang

Akses Masuk dan Keluar B C E L F G H I J K D A

Konsep Vegetasi

Pohon Cendana akan digunakan sebagai tanaman pengarah sepanjang jalur pedestrian menuju ke berbagai blok dalam tapak, sedangkan pohon jati akan digunakan sebagai buffer. Pada Kebun koleksi akan dibuat seperti kolom sebagai plot ragam jenis vegetasi. Pada Blok Teras Gulud akan juga akan ditanami pohon cendana pada tiap lipatan teras sebagai penguat tanah, sedangkan pada Blok Teras Bangku akan ditanami kaliandra sebagai penguat tanah sesuai dengan fungsinya pada awal pembentukan blok tersebut.

4.3.2.3 Tahapan Perancangan Review Management Plan Hutan Diklat