Tinjauan Status Pencapaian STBM
B. Dukungan mitra kerja
4.2 Pencapaian STBM
Sejak dicanangkan pada September 2008, STBM yang asalnya hanya berbicara tentang Stop Buang Air Besar Sembarangan berkembang menjadi 5 pilar. Berikut ini adalah beberapa gambaran tentang apa yang sudah dicapai :
Tabel 2
Indikator Program Prioritas Penyehatan Lingkungan
Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan, Perkembangan STBM Nasional dan Releksi Program sebelumnya, disampaikan pada : Pelaihan STBM Provinsi Lampung Bandar Lampung, 18-21 Juni 2012
Terlihat bahwa pada tahun 2010-2011, kita belum mampu memenuhi target akses masyarakat terhadap air minum berkualitas dan jamban sehat, secara detail sesuai dengan hasil Susenas oleh BPS tahun 2010, sebagaimana yang tercantum pada buir tulisan 3.5 kondisi eksising program AMPL. Untuk air minum baru sekitar 70% dari target, sedangkan untuk sanitasi sekitar 80% dari target.
Untuk memperjelas dapat dilihat pula peta persentase jumlah penduduk yang telah menggunakan jamban sehat pada tahun 2010 berikut ini:
Gambar 8
Persentase Penduduk Yang Menggunakan Jamban di Indonesia No Program/ Kegiatan Prioritas Indikator Tahun 2010 Tahun 2011 2012 (Triwulan I) 7.4 P e n y e h a t a n Lingkungan
Persentase penduduk yang 1.
memiliki akses terhadap air minum berkualitas Target, 62 Capaian, 45,1 (70,2%) Target, 62,5 Capaian, 44,2 (70,7%) Target, 63 Capaian, 41,66 (66,13%) Persentase kualitas air minum
2.
yang memenuhi syarat
Target, 85 Capaian, 86,46 (101,7%) Target, 90 Capaian, 90,8 (100,9%) Target, 95 Capaian, 90,8 (95,6%) Persentase penduduk yang
3.
menggunakan jamban sehat
Target, 64 Capaian, 55,5 (86,7%) Target, 67 Capaian, 55,5 (82,9%) Target, 69 Capaian, 54,26 (78,68%) Jumlah desa/kelurahan yang
4.
melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat STBM Target, 2.500 Capaian, 2510 (100,4%) Target, 5.500 Capaian, 6.235 (113,4%) Target, 11.000 Capaian, 6.637 (60,33%) Sumber : Direktorat Penyehatan Lingkungan 2012
Terlihat hanya 8 provinsi dengan persentase penduduk menggunakan jamban sehat di atas rata rata nasional (55,5%). Kondisi ini sesuai dengan graik tentang kondisi sarana sanitasi per-provinsi seperi berikut ini:
Graik 3
Kondisi Sarana Sanitasi Provinsi di Indonesia Tahun 2010
Hanya provinsi DKI Jakarta yang dinyatakan idak memiliki masyarakat berperilaku buang air besar sembarangan, ini dengan asumsi bahwa masyarakat yang sarana sanitasinya unimproved memang kondisi sarananya benar-benar layak/sehat. Jika idak, ini arinya masih banyak upaya yang harus kita lakukan dalam membangun perilaku higiene masyarakat.
Melalui STBM, selain Stop BABS, diharapkan perilaku higiene masyarakat meningkat dengan kebiasaan CTPS, mengkonsumsi air dan makanan sehat, mengelola sampah dengan benar serta limbah cair secara aman. Untuk itu mendokumentasikan berbagai pembelajaran yang sudah terjadi di Indonesia dengan pengelolaan pengetahuan menjadi sangat pening dalam rangka Percepatan Pencapaian STBM, sebagai upaya strategis untuk pencapaian target RPJMN 2014 maupun MDGs 2015.
Melihat graik di atas maka diperlukan strategi:
Mempertahankan kelompok masyarakat yang sudah Stop BABS dan menggunakan jamban sehat
(1)
pribadi/komunal agar idak kembali ke perilaku OD;
Mendampingi masyarakat yang sudah Stop BABS dengan mengakses jamban tetangga untuk segera
(2)
memiliki jamban dan mempertahankan perilakunya agar idak kembali ke OD;
Meningkatkan kualitas jamban masyarakat dan mempertahankan perilakunya agar idak kembali OD;
(3)
serta
Melakukan pemicuan bagi masyarakat yang masih OD untuk segera mengubah perilaku (Stop BABS),
(4)
menggunakan jamban serta mempertahankan perilakunya agar idak kembali OD.
Kondisi eksising perkembangan program STBM pada empat tahun terakhir ini, sosialisasi dan pelaksanaan Program STBM terus dilakukan dan hasilnya pun sudah menunjukkan angka yang signiikan. Sampai akhir tahun 2012 sudah sebanyak 241 kabupaten/kota dan 2.519 kecamatan telah mensosialisasikan dan menerapkan program STBM sehingga diperoleh 11.165 desa/kelurahan intervensi program STBM. Untuk 260 kabupaten/kota lainnya masih dalam proses upaya sosialisasi.
Apabila kita melihat jumlah desa/kelurahan di Indonesia yang sebanyak 76.655 desa/kelurahan – menurut Kodepos Indonesia Tahun 2013 – maka angka tersebut baru mencapai 14,56%. Sedangkan menurut Menteri Dalam Negeri pada tahun 2013 jumlahnya desa/kelurahan adalah 77.465 (Kompas 7 Februari 2013), sehingga capaiannya sekitar 14,41 %.
Graik 4
Jumlah Desa/kelurahan dan Desa/kelurahan Intervensi STBM Provinsi di Indonesia Tahun 2013
Sumber: Data Olahan Desa/kelurahan STBM di Indonesia tahun 2012 dan Jumlah Desa/Kelurahan menurut Kodepos Indonesia Tahun 2013
Terlihat ada 3 provinsi dengan jumlah desa/kelurahan banyak, sekitar 6.000–di atas 8.000 desa/kelurahan – termasuk jumlah penduduknya inggi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera Utara. Tiga provinsi ini yang harus menjadi perhaian utama. Tiga provinsi lainnya yang jumlah desa/kelurahannya 3.000–6.000 tetapi penduduknya menengah adalah Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Nanggro Aceh Darussalam. Sedangkan Papua jumlah desa/kelurahannya di atas 3.000, tetapi lokasinya menyebar dan jumlah penduduknya rendah.
4.3 Pembelajaran dan potensi
Dari Lokakarya “Menemukan Strategi Perluasan Pelaksanaan Program STBM di Indonesia”, di Bogor pada tanggal 7–11 Agustus 2012 diperoleh beberapa pembelajaran yang bila dirangkum sesuai dengan komponen program STBM, dapat dilihat sebagai berikut:
4.3.1
Pembelajaran dan usulan untuk pemerintah pusat Tabel 3Pembelajaran dan Usulan untuk Pemerintah Pusat Peningkatan
kebutuhan sanitasi
Peningkatan penyediaan
sanitasi Peningkatan lingkungan yang kondusif
Advokasi : Materi 1.
promosi untuk KIE dan pelaihan Advokasi 2. peningkatan demand untuk pengambil keputusan Kelembagaan : Petunjuk 3.
Teknis dan Panduan peningkatan demand TOT fasilitator 4. provinsi Pemetaan 5. kinerja STBM daerah Penganggaran : Anggaran 6. untuk peningkatan demand Implementasi : Tiik kriis 7.
setelah ODF selama 4 bulan, apakah dia akan kembali ke kondisi awal, oleh karena itu, kenyamanan perlu diperhaikan, diperlukan
pemahaman tangga sanitasi, dan disinilah peran Pemda untuk mencapai jamban yang sehat dan nyaman
Monitoring & evaluasi : Pemantauan hasil 8. pemicuan dan pendampingan masyarakat Kelembagaan : Kerja sama dengan 1.
program Penyediaan sarana sanitasi umum : IPAL komunal, pengelolaan sampah, instalasi air minum dan sanitasi sekolah Pengembangan Asosiasi 2. Pengusaha Sanitasi Pengembangan jejaring 3. supply Peningkatan sumber 4.
daya : Pelaihan tukang & pengusaha sanitasi, pendampingan, coaching, konseling
Buku Panduan Pemasaran 5.
Sanitasi Implementasi :
Peningkatan opsi teknologi 6.
sanitasi : jamban murah terjangkau, jamban kering (ecosan), jamban tepat guna, bekerja sama dengan Litbang, akademisi maupun NGO
Pengembangan potensi 7.
pasar : website, toma, media cetak dan audio video
Informasi kebutuhan 8.
pengusaha sanitasi masing masing daerah
Pendanaan :
Alokasi dana pusat fokus 9.
kepada pengembangan kapasitas. Contoh Dekon Cipta Karya untuk Pelaihan Tukang & Pengusaha Sanitasi Kerja sama dengan mitra 10.
: CSR, Koperasi, BPR untuk permodalan bagi pengusaha sanitasi
Advokasi :
Re-sosialisasi STBM ke seluruh level secara efekif 1.
Advokasi kepada sesama program untuk menyelesaikan masalah subsidi 2.
dan non subsidi; oleh karena itu perlu buki bahwa STBM itu efekif Pengarusutamaan STBM lewat media nasional, baik media cetak, maupun 3.
elektronik.
Penggunaaan media Televisi untuk promosi interakif, dengan 4.
menggunakan icon, untuk itu diperlukan konsolidasi anggaran advokasi dan promosi nasional untuk semua media, sebagaimana yang dilakukan BKKBN
Karena menyentuh langsung Rumah Tangga, perlu diadakan kompeisi 5.
antar kepala daerah karena dalam Pemilukada vote dilakukan secara individual
Revisi indikator Standard Pelayanan Minimum dengan memasukkan STBM 6.
sebagai salah satu indikator
Diperlukan kesadaran tentang sanitasi, untuk memunculkan investasi. 7.
Karena terbangun kesadaran, maka ada prioritas, perhaian pada efekiitas, baru kemudian terjadi alokasi anggaran
Kelembagaan :
Penyusunan Peraturan Pemerintah (PP) spesiik tentang STBM 8.
Perlu sinergi dengan Promosi Kesehatan 9.
Memanfaatkan AKKOPSI dengan anggota 118 bupai/walikota (ke depan 10.
akan berjumlah 226) yang sedang berupaya agar alokasi anggaran sanitasi meningkat sekitar 2%
STBM diusahakan menjadi indikator dari program-program nasional lainya 11.
seperi; Adipura, Kota/Kabupaten Sehat, Kota/Kabupaten Layak Anak, Desa/kelurahan Siaga dll
Surat Edaran Menteri Kesehatan/ Dirjen P2PL untuk penggunaan dana 12.
BOK dengan target ODF 1 desa/kelurahan/1 puskesmas/ tahun. Dengan perhitungan bahwa jumlah Puskesmas di Indonesia adalah 8.931, berari dalam setahun minimum capaian ODF adalah 8.931 desa/kelurahan. Dengan demikian akan tercapai target idak saja Desa/kelurahan STBM tetapi desa/kelurahan ODF 20,000 desa/kelurahan di Indonesia Menyediakan sistem yang efekif untuk pelaksanaan, monitoring dan 13.
evaluasi pasar sanitasi, serta penyediaan trainer untuk membantu Provinsi yang sudah siap mengadopsi pasar sanitasi
Perencanaan : Penyusunan
14. Roadmap STBM Nasional 2013-2015 Penganggaran :
STBM harus mendapatkan pos yang jelas dalam PPSP, termasuk sanitasi 15.
sekolah, serta memanfaatkan dana pendidikan 20%
Pengaturan dan penyusunan sistem yang efekif terhadap keikutsertaan 16.
sektor swasta dalam membantu modal awal kepada pengusaha sanitasi Monitoring & Evaluasi :
Penyusunan sistem dan teknis pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi yang 17.
4.3.2
Pembelajaran dan usulan untuk pemerintah provinsiTabel 4
Pembelajaran dan Usulan untuk Pemerintah Provinsi Tahun 2013-2015 Peningkatan
kebutuhan sanitasi
Peningkatan penyediaan sanitasi Peningkatan lingkungan yang kondusif
Advokasi : Advokasi 1. kepada DPRD, kabupaten/ kota, swasta Melakukan 2. kompeisi sebagai bagian dari pemicuan Anggaran : Anggaran 3. untuk peningkatan demand Kelembagaan : ToT fasilitator 4. kabupaten Penggandaan 5. materi KIE dan pelaihan untuk peningkatan demand Pedoman 6. sesuai kearifan lokal Memanfaatkan 7. mahasiswa yang KKN dengan kegiatan pemicuan Implementasi : Expose 8. jamban yang sudah dibangun oleh wirausaha sanitasi untuk kepeningan promosi peningkatan demand Mendramaisir 9. deklarasi ODF akan memicu desa/ kelurahan atau kecamatan lainnya Implementasi : Riset pasar sanitasi 1.
Peningkatan opsi teknologi 2.
sanitasi : jamban murah terjangkau, jamban kering (ecosan), jamban tepat guna, bekerja sama dengan Litbang, akademisi maupun NGO, termasuk penyebarluasan pilihan opsi sanitasi model jamban yang murah
Pengembangan potensi pasar : 3.
website, toma, media cetak dan audio video
Informasi kebutuhan pengusaha 4.
sanitasi masing-masing daerah Pengembangan wirausaha 5.
sanitasi akan membuat “litle winner”, usaha-usaha kecil tetapi banyak dan hasilnya meyakinkan. Misal di Jawa Timur dari sekitar 20 wirausaha sanitasi ada tambahan sekitar 40-50 jamban baru per hari Informasi penjualan bahan 6.
bangunan dengan tetap memperhaikan kearifan lokal Kelembagaan :
Kerja sama dengan mitra 7.
: CSR, Koperasi, BPR: Permodalan bagi pengusaha sanitas
Kerjasama program : 8.
penyediaan sarana sanitasi umum : IPAL komunal, pengelolaan sampah, instalasi air minum dan sanitasi sekolah Pengembangan Asosiasi 9. Pengusaha Sanitasi Pengembangan jejaring 10. supply
Sinergi dan integrasi dengan 11.
Dinas Koperasi serta pemangku kepeningan lainnya untuk pengembangan wirausaha sanitasi
Peningkatan sumber daya 12.
Pelaihan tukang & pengusaha 13.
sanitasi
Pendampingan,
14. coaching,
konseling
Buku Panduan Pemasaran 15.
Sanitasi
Advokasi :
Re-sosialisasi STBM ke kabupaten secara efekif
1.
Deep advocacy
2. memberikan dukungan kepada Bupai/Walikota sangat pening, sesuai PP 38, sanitasi menjadi tanggung jawab daerah
Pengarusutamaan STBM melalui media di provinsi, baik media cetak maupun 3.
media elektronik, termasuk memanfaatkan semua event yang memungkinkan untuk promosi STBM
Kompeisi antar kabupaten tentang STBM seperi
4. event Otonomi Award dengan Jawa Pos Group di Jawa Timur, termasuk kompeisi antar Kecamatan : Camat Award
Reward
5. untuk daerah ODF seperi contoh yang dilakukan NTB
Terus memberikan pendampingan, moivasi, advokasi, fasilitasi terhadap
6.
Kabupaten/kota Kelembagaan :
Penyusunan Pergub AMPL dan atau PERDA AMPL sebagai payung hukum,
7.
dimana secara spesiik STBM disebutkan sebagai pendekatan dari perubahan perilaku dengan nilai-nilai non subsidi, parisipatori, dll
Kolaborasi dengan PKK: STBM dimasukkan indikator lomba lingkungan sehat, 8.
memanfaatkan jejaring PKK
Bekerja sama dengan akademisi: memasukkan kurikulum tentang STBM, 9.
pelaihan teknis, topik karya tulis/skripsi
Sinergi dan mendapatkan dukungan lintas sektor melalui Pokja Sanitasi Provinsi 10.
& Pokja AMPL di Kabupaten/Kota
Kesepakatan lintas sektor pengelolaan sanitasi, untuk STBM (Sanitasi 11.
Perdesaan) di bawah koordinasi Dinas Kesehatan sedangkan Sanitasi Perkotaan (PPSP) dikoordinasikan di bawah Dinas PU
Sinergi dengan SLBM untuk opsi jamban dengan lahan terbatas 12.
Sinkronisasi dengan Desa/kelurahan Siaga: STBM sebagai bagian dari Desa/
13.
kelurahan Siaga, Desa/kelurahan Siaga dimulai dari pemanfaatan potensi Desa/ kelurahan menjadi Desa/kelurahan Sehat menuju Kota Sehat
Program Kota Sehat sebagai
14. entry point dari wilayah ODF, Melaih mahasiswa tentang CLTS untuk bahan prakik KKN
15.
Sinergi dengan UKS: pemicuan sekolah masuk sebagai bagian kegiatan UKS
16.
Promkes untuk sosialisasi, PHBS, CTPS, dlsb
17.
Memanfaatkan Infolinbangkes terkait
18. website untuk expose data STBM Melaksanakan
19. stakeholder learning review untuk mendapatkan best pracice Di ingkat Provinsi sebaiknya memiliki Tim Trainer CLTS
20.
Perencanaan :
Menyusun Perencanaan dengan target untuk 3 tahun sampai tahun 2015 21.
Tertuang dalam RPJMD & Renstra SKPD terkait ingkat Provinsi, sehingga
22.
mendapatkan dukungan kebijakan, akan memposisikan Sanitasi (STBM) sebagai salah satu program prioritas.
Penganggaran :
Dukungan anggaran dari APBD Provinsi Jaim untuk: (a) pelaihan fasilitator
23.
kabupaten/kota, (b) pengenalan pasar sanitasi kepada kabupaten/kota, (c) diteruskan atas inisiaif kabupaten/kota, (d) upaya pengikutsertaan pihak akademi/universitas dalam membantu capaian STBM, misal dalam ikut melaih mahasiswa tentang proses pemicuan sebelum KKN (masuk dalam kurikulum pelaihan KKN), (e) peningkatan kapasitas staf dalam upaya Monitoring dan Evaluasi
Anggaran kegiatan STBM provinsi diupayakan mempunyai nomor rekening
24.
tersendiri atau punya MAK, sebagaimana pengalaman Jawa Timur Penyediaan dana Lintas Sektor: Pemanfaatan Koperasi Wanita dari Dinas
25.
Koperasi untuk modal kredit jamban, Pemanfaatan dana CSR untuk pengadaan kloset, pelat pembuatan kloset, maupun pemicuan
Monitoring & evaluasi :
Monitoring dan evaluasi berkelanjutan 26.
4.3.3
Pembelajaran dan usulan untuk kabupaten/kotaTabel 5
Pembelajaran dan Usulan untuk Kabupaten/Kota
Peningkatan kebutuhan sanitasi Peningkatan penyediaan sanitasi Peningkatan lingkungan yang kondusif Advokasi :
Kepemilikan jamban sehat 1.
menjadi bagian dari syarat nikah dan naik haji
Beri Puskesmas dengan 2.
“mainan” yang menantang, misal seiap Puskesmas minimal 1 Desa/kelurahan ODF/tahun dengan menggunakan BOK. STBM dapat masuk ke menu Kesehatan Lingkungan Kelembagaan : PHBS dan STBM menjadi 3. kurikulum di sekolah Memperbanyak fasilitator 4.
melalui Pelaihan Fasilitator Pemicuan
Perencanaan :
Memetakan wilayah sesuai 5.
dengan klasiikasi kinerja STBM per-kecamatan atau puskesmas
Implementasi :
Semua pihak menyadari dan 6.
menemukan iik masuk pelaksanaan STBM, misalnya sampah sebagai masalah utama, 3 R dikelola karena mempunyai nilai ekonomi
Mendramaisir deklarasi
7. ODF akan
memicu desa/kelurahan/kecamatan lainnya
Memanfaatkan gerakan masyarakat 8.
dan kearifan lokal, untuk menjelaskan peningnya PHBS – seperi Gemohing di Lembata Perubahan perilaku dilakukan 9.
melalui upaya budaya malu, meningkatkan swadaya, serta bermitra dengan pelaku pembangunan lainnya
Memanfaatkan kegiatan 10.
Kelompok Masyarakat, seperi pengajian, kebakian dll Harus memperhaikan kondidi 11.
geograis
Monitoring & evaluasi :
Memelihara komitmen unik untuk 12.
mempertahankan ODF baik oleh komunitas maupun pemerintah
Advokasi :
Kepemilikan jamban ehat 1.
menjadi prasyarat: KTP, nikah, IMB, Jamkesmas, Jampersal, Rumah Sehat
Mengembangkan media 2.
promosi, termasuk dari mulut ke mulut
Kelembagaan :
Kerja sama dengan mitra: CSR, 3.
Koperasi, BPR untuk permodalan bagi pengusaha sanitasi
Kerja sama program untuk 4.
Penyediaan sarana sanitasi umum : IPAL komunal,
pengelolaan sampah, instalasi air minum dan sanitasi sekolah Regulasi dengan memasukkan 5.
komponen supply dalam strategi STBM Pengembangan Asosiasi 6. Pengusaha Sanitasi Pengembangan jejaring 7. supply
Peningkatan sumber daya : 8.
pelaihan tukang & pengusaha sanitasi, pendampingan, coaching, konseling Buku Panduan Pemasaran 9.
Sanitasi
Pelaihan Kerajinan Sampah 10.
Pendanaan :
Arisan sebagai salah satu 11.
bentuk memunculkan budaya malu untuk pengadaan jamban Implementasi :
Expose
12. dan peningkatan opsi teknologi sanitasi : jamban murah terjangkau, jamban kering (ecosan), jamban tepat guna, bekerja sama dengan Litbang, akademisi maupun NGO
Pengembangan potensi pasar: 13.
website, toma, media cetak dan audio video
Informasi kebutuhan 14.
pengusaha sanitasi masing-masing daerah
Advokasi :
Adanya komitmen pimpinan daerah, disertai 1.
dengan kesediaan turun ke lapangan, sesuai PP 38, sanitasi menjadi tanggung jawab daerah Re-sosialisai STBM ke kecamatan secara efekif 2.
Pengarusutamaan STBM di kabupaten, lewat 3.
media baik cetak maupun elektronik, termasuk memanfaatkan semua event yang memungkinkan untuk promosi STBM
Mengupayakan keluarnya edaran/ himbauan 4.
Walikota/ Bupai tentang penggunaan dana ADD untuk membantu capaian ODF
Pengelolaan sampah diupayakan menjadi visi 5.
kota, sehingga Bank Sampah menjadi pengelola sampah berbasis masyarakat, dan membantu pemasaran hasil kerajinan sampah
Menyedian
6. reward untuk desa/kelurahan ODF Kelembagaan :
Adanya kerjasama eksekuif dan legislaif sesuai 7.
dengan peran dan fungsinya masing masing Pembuatan PERDA dan PERBUP/PERWALI AMPL 8.
yang menyebutkan spesiik STBM sebagai pendekatan perubahan perilaku
Peningnya peran Pokja AMPL sebagai wadah 9.
koordinasi pelaksanaan STBM, dimana Bappeda/ Bappeko berperan sebagai SKPD koordinaif; sehingga terjadi sinergi antar SKPD dan pemangku kepeningan lainnya
Diperlukan dukungan pemerintah untuk 10.
penyusunan sistem pasar sanitasi, pelaihan, termasuk permodalan kepada beberapa pengusaha sanitasi terpilih
Memberikan peran kepada NGO dan pemangku 11.
kepeningan lainnya dalam pelaksanaan STBM Refreshing fasilitator dan sanitarian
12.
Perencanaan :
Menyusun Dokumen Perencanaan STBM sebagai 13.
arahan pembangunan AMPL untuk memudahkan pemangku kepeningan untuk berperan
Penganggaran :
Menyediakan dana untuk pelaihan trainer 14.
fasilitator kecamatan dan desa/kelurahan Monitoring & evaluasi :
Peningkatan kapasitas staf pemerintah dalam 15.
sistem dan pelaksanaan Monitoring & Evaluasi Melakukan monitoring dan evaluas secara ruin 16.
Potensi yang tersedia saat ini masih sangat dimungkinkan untuk memenuhi target RPJMN 2010–2014 dan MDGs 2015. Pada tahun 2011 diketahui ada sejumlah program yang lebih memfokuskan pada AMPL dengan skala besar karena didukung oleh lembaga Donor dan Instansi terkait3 antara lain: 1) Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP); 2) WASH UNICEF; 3) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM); 4) Metropolitan Sanitaion Management and Health Project (MSMHP); 5) Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS); 7) Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM); 8) ICWRMIP; maupun program kerja sama dengan mitra sebagaimana dijabarkan di tabel pelaku STBM. Belum lagi dengan dukungan program STBM melalui Direktorat Penyehatan Lingkungan Kemenkes, maupun insiaif daerah.
Perkembangan di daerah diindikasikan dengan masih banyaknya program AMPL dan STBM dengan fokus dan skala yang lebih bervariasi, yang dilaksanakan oleh berbagai insitusi (Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota maupun bekerja sama dengan lembaga non Pemerintah), terkait dengan kebutuhan dan rasa kepedulian. Banyak informasi yang berkembang menyangkut keberhasilan pelaksanaan STBM secara mandiri oleh beberapa pemerintah daerah, apalagi didukung dengan kondisi dimana pembangunan sanitasi idak seluruhnya dapat dilayani dengan pendekatan berbasis insitusi4.