• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencegahan Malaria

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang (Halaman 50-55)

1. Insecticide-treated nets (ITNs)

Dari semua metode mencegah gigitan nyamuk, tidur dengan ITN kemungkinan adalah yang paling efektif karena nyamuk menggigit malam hari saat wanita tersebut tertidur. ITNs menurunkan kontak manusia dengan nyamuk dengan cara membunuh nyamuk bila hinggap atau dengan mengusir nyamuk tersebut. Meskipun kelambu bisa juga dapat memberikan proteksi terhadap nyamuk, kelambu tersebut kurang efektif dibandingkan ITNs.

Perbandingan kelambu biasa dengan ITNs.

Kelambu Biasa ITNs

- Memberikan sedikit proteksi terhadap malaria

- Tidak membunuh atau mengusir nyamuk yang menyentuh kelambu

- Tidak mengurangi jumlah nyamuk - Tidak membunuh serangga lain seperti kutu, dan kecoa

- Memberikan proteksi tinggi terhadap malaria

- Membunuh atau mengusir nyamuk yang menyentuh kelambu

- Mengurangi jumlah nyamuk di dalam dan luar kelambu

51 - Aman digunakan bagi wanita

hamil, anak-anak, dan bayi

kutu, dan kecoa

- Aman digunakan bagi wanita hamil, anak-anak, dan bayi

2. Intermitten Preventive Treatment (IPT)

Intermitten preventive treatment (IPT) malaria dalam kehamilan adalah berdasarkan asumsi bahwa setiap wanita hamil yang tinggal di daerah dengan transmisi malaria yang tinggi memiliki parasit malaria di dalam darah atau plasentanya, baik wanita tersebut memiliki atau tidak memiliki gejala malaria. Penelitian menunjukkan bahwa IPT adalah strategi yang efektif dan dapat diterapkan untuk menurunkan resiko anemia berat pada primigravida yang tinggal di area malaria. Bahkan wanita yang baru mendapat dosis satu kali oleh karena terlambat memeriksakan kehamilannya, secara signifikan mendapat manfaat dari intervensi ini.

Oleh karena itu WHO merekomendasi bahwa semua wanita hamil sebaiknya diberikan tiga dosis sulfadoksin-pirimetamin (SP) setelah gejala quickening (terasanya gerakan bayi pertama kali) dan paling sedikit 1 bulan berikutnya. Mencegah parasit menyerang plasenta membantu fetus untuk berkembang secara normal dan mencegah berat lahir rendah.

IPT sebaiknya diberikan pada semua wanita hamil, baik yang memiliki gejala-gejala malaria maupun tidak, namun terutama sangat penting bagi wanita yang memenuhi kondisi seperti berikut:

- Hamil yang pertama atau kedua - HIV positif

- Usia antara 10-24 tahun

- Memiliki anemia yang tidak dapat dijelaskan selama kehamilan - Tinggal di daerah dengan transmisi malaria rendah

- Pindah dari daerah dengan transmisi malaria rendah

52 Nomor dosis Jumlah tablet klorokuin

(150 mg setiap tablet) Saat pemberian klorokuin

1 4 Kunjungan pertama setelah usia

kehamilan 16 minggu

2 4 Hari kedua setelah dosis pertama

3 2 Hari ketiga setelah dosis pertama

Tiap minggu 2 Tiap minggu untuk sampai melahirkan

3. Cara lain mencegah malaria

Wanita hamil memiliki resiko 2 kali lebih tinggi untuk digigit nyamuk disbanding wanita tidak hamil kemungkinan oleh karena kulit wanita hamil lebih hangat dibanding wanita tidak hamil.

- Tutup pintu dan jendela dengan kawat nyamuk untuk mencegah nyamuk masuk ke rumah

- Menghindari keluarnya rumah malah hari. Bila akan keluar: o Gunakan pakaian yang menutupi seluruh lengan dan tungkai.

o Gunakan repelen nyamuk berupa krim pada daerah kulit yang terekspos

o Gunakan obat nyamuk bakar (terutama bila duduk di luar rumah) yang mengeluarkan asap. Asap tersebut mengusir nyamuk atau membunuhnya sewaktu terbang melewatinya.

- Semprot kamar-kamar dengan insektisida sebelum tidur setiap malam. Oleh karena semprotan tersebut hanya efektif untuk beberapa jam, metode ini hanya digunakan sebagai kombinasi tindakan lain seperti pintu dan jendela yang berkawat nyamuk.

53 BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pembuatan makalah ini adalah :

1. Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan hepatosplenomegali yang dapat berlangsung akut maupun kronik

2. Infeksi malaria dapat disebabkan oleh semua spesies Plasmodium penyebab malaria, yaitu : Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium

ovale, Plasmodium malariae.

3. Diagnosis kehamilan dengan malaria ditegakkan mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan apus darah tepi, serologi dll.

4. Penatalaksanaan kehamilan dengan malaria : Pencegahan transmisi, Pengobatan malaria, Pengobatan komplikasi, Penangan proses persalinan.

5. Farmakologi obat-obatan malaria dalam kehamilan. Terapi klorokuin tetap menjadi lini pertama jika belum resisten. Alternatif dari klorokuin adalah kuinin, kuinidin, dan proguanil bisa untuk semua trimester. Artesunat/artemeter, meflokuin, sulfadoksin hanya bisa trimester kedua dan ketiga. Kontraindikasi pada malaria dalam kehamilan adalah golongan primakuin, tetrasiklin, doksisiklin, dan halo fantrin.

6. Pencegahan kehamilan dengan malaria dapat menggunakan kelambu berinsektisida (ITN) dan IPT

54 DAFTAR PUSTAKA

1. Review : Malaria in pregnancy. BJOG : International Journal of Obstetrics and Gynaecology. Blackwell publishing. September 2005, Vol 112, 1189-95.

2. Stray-Pederson. Parasitic Infection. In: Cohn WR, eds. Cherry-Merkatz's Complication of Pregnancy. 5 th ed. Philladelphia : Lippincott Williams and Wilkins 2000: 699-724.

3. Warouw NN. Malaria dalam Kehamilan. Dalam: Tarjoto EH, Kosim Muetiana P,eds. Naskah Lengkap Kongres Nasional VII Perhimpunan, Perinatologi Indonesia dan Simposium lnternasional. Semarang; 2000:241-54.

4. Mustadjab I. Malaria kongenital. Bagian ilmu kesehatan anak FKUNSRAT Prof. Dr.RD Kandou, Manado.

5. Kothare SO, Kaliapur, 56, Bram SF, ed. Congenital Malaria. J Clin Med 1987; 33 : 158 - 61.

6. Viraraghavan, Jantausch B. Congenital Malaria : diagnosis and therapy. J Pediatric Therapy(1) : 66 - 61.

7 . Hewson MP, Simmer K, Blackmore I. Kongenital malaria intra uterine. J. Pediatr. Intl. 1997 : 28-33.

8. Sardjono, U.S., Handoko, T., Zubaidi, J., Sunaryo, Sukarban, S. 2007.

Farmakologi dan Terapi Edis 5 Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Gaya Baru : Jakarta.

9. WHO. Severe falciparum maiaria. Transactions of the Royal Society ed Tropical Medicine and Hygiene 2000;V,4:S1 ~12

10. Kampenplan TH, Dianto. Congenital falciparum malaria with chloroquine resistance type II. Paediatrica Indonesiana 4 - 2 0 .

1 1 . Starr SR, Wheeler US. Index of Suspicious Case of Congenital Malaria. Pediatr. Rev 1990; 19 (10) : 3 3 8 - 6 0 .

55 12. Rampengan. Malaria. Dalam . Soemarno FS, Garnadi, Hadinegoro S, eds. Buku ajar ilmu kesehatan anak : infeksi dan penyakit tropik.Edisi pertama Jakarta : Balai penerbit FKUI Vol I : 44~9.

13. Singh N, Saxena N. Placental Plasmodium Vivax Infection. Congenital Malaria in Central India. Ann Trop J ed. Parasitol. 2003; 7 (10) : 875 - 78.

14. Nugroho A, Harijanto PN, Datau EA. Imunologi pada Malaria. Dalam : Harijanto PN, eds. Malaria : Epidemiologi, P atogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Edisi I. Jakarta : EGC 2000 : 129 -47.

15. Shah I. Congenital malaria with aparasitemia on peripheral smear. JAMA 2002; 2007: 1520 - 21.

16. Ndyomugyeny: R, Magnussen P. Cloroquine prophylaxis, iron/folic-acid supplementation or case management of malaria attack in primigravidae in westem Uganda : effect on congenital malaria and infant haemoglobin concentrations. Ann Trop Med Parasitol. 2004, 94 (18) : 759 - 68.

17. Naing T, Win H, New YY. Falciparum Malaria and Pr egnancy : Relationship and Treatment Response. Southeast Asian J Trop Med. Vol 19 No.2 June 1988.

18. Haider M, Arishi A, Ibrahim S. Chloroquine resistant plasmodium falciparum malaria in an extremely premature infant. Annals of Study medicine 1999; 19 : 215 - 7.

19. Quin JC, Bolinger RC. Parasitic diseases during pregnancy. In: Sciarra JJ. Maternal Fet al Medicine. Vol 3. 1997.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang (Halaman 50-55)

Dokumen terkait