• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA

2. Pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi:

2.4 Pencemar NOx .1 Defenisi NOx

Menurut Chandra (2006), nitrogen dioksida merupakan gas yang dihasilkan baik akibat kegiatan manusia maupun akibat proses alam semacam aktivitas gunung berapi. Gas ini dapat digunakan sebagai indikator pencemaran udara.

Menurut Wardhana (2004), nitrogen Oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai dua macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifat gas NO2 adalah berwarna dan berbau, warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. Daerah perkotaan yang padat penduduknya biasanya kadar NOx cenderung tinggi. Hal tersebut diakibatkan oleh berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia seperti transportasi, penggunaan generator pembangkit listrik dan pembuangan sampah (Sunu, 2001).

2.4.2 Sumber Pencemar NOx

Kontributor terbesar dari polutan NO2 adalah kendaraan bermotor dan dari sumber menetap yang membakar minyak. NO2 terdapat di udara sekitar 78%, nitrogen sebagai gas buang kendaraan bermotor karena terlibat dalam proses masuknya udara ke dalam karburator kemudian ke silinder karena dibutuhkan komponen oksigennya (Sarudji, 2010).Sumber pencemar gas NOx dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Sumber Pencemar Gas NOx

Sumber Pencemar % Bagian % Total

Pembakaran batubara sisa 1,0

Pembakaran limbah pertanian 1,5

Pembakaran lain-lain 0,0

100 100

Sumber : Wardhana, 2004

2.4.3 Pembentukan NOx

Pembentukan NOx mencakup antara reaksi nitrogen san oksigen di udara sehingga membentuk NO, selanjutnya NO yang lebih banyak oksigen membentuk NO2. Pembentukan NO dirangsang hanya pada suhu tinggi, dengan demikian NO didalam campuran ekuilibrium pada suhu tinggi akan terdisosiasi kembali menjadi N2 dan O2

jika suhu diturunkan (Sunu, 2001).

Kecepatan reaksi pembentukan NO dapat dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen dan kuadrat dari konsentrasi NO. Apabila konsentrasi NO bertambah menjadi dua kalinya maka kecepatan reaksi akan naik menjadi empat kalinya, dan bila konsentrasi NO

menurun menjadi setengahnya maka kecepatan reaksi akan berkurang seperempatnya.

Kenaikan jumlah oksigen dan penurunan suhu menyebabkan sedikit kenaikan dalam kecepatan reaksi, dan hanya sedikit dari NO yang diproduksi selama pembakaran akan diubah menjadi NO2 selama proses pendinginan atau pengenceran (Sunu, 2001).

Sebagian NO yang terdapat diatmosfer akan diubah menjadi NO2 melalui proses yang disebut siklus fotolisis NO2 yang bukan merupakan reaksi langsung dengan oksigen (Sunu, 2001).

2.4.4 Baku Mutu NOx

Baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara. Penanggulangan pencemaran udara dari sumber bergerak meliputi pengawasan terhadap penaatan ambang batas emisi gas buang, pemeriksaan emisi gas buang untuk kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor lama, pemantauan mutu udara ambien di sekitar jalan, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan bermotor di jalan dan pengadaan bahan bakar minyak bebas timah hitam serta solar berkadar belerang rendah sesuai standar intemasional.

Pemerintah menerapkan baku mutu untuk NO2 sebesar 400 μg/Nm3 selama 1 (satu) jam pengukuran, 150 μg/Nm3 selama 24 jam pengukuran, dan 100 μg/Nm3 selama 1 (satu) tahun pengukuran (PP No.41 Tahun 1999).

2.4.5 Dampak dan Pengendalian NOx

Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan (Wardhana, 2004).

Sifat racun pada NO2 lebih berbahaya daripada NO. Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang terkontaminasi gas NO2

akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat mengakibatkan kematiannya (Wardhana, 2004).

Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf yang dapat mengakibatkan kejang-kejang. Bila keracunan ini terus berlanjut maka akan menyebabkan kelumpuhan (Wardhana, 2004).

Pencemaran udara oleh gas NOx juga dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetyl Nitrates yang biasanya disebut dengan PAN. Peroxy Acetyl Nitrates ini menyebabkan iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair (Wardhana, 2004).

Menurut Fardiaz dalam Sunu (2001), beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengurangi jumlah NOx pada proses pembakaran seperti menggunakan sistem absorbsi yang merupakan proses penyerapam. Adapun absorben yang digunakan akan dapat menahan NOx. Penggunaan absorben yang mengandung air akan lebih efektif terutama yang mengandung komponen alkalidan asam sulfat. Sistem absorbsi tersebut sekaligus dapat menyerap nitrogen dioksida (NO2) dan sulfur dioksida (SO2).

Dampak NOx pada lingkungan diantaranya adalah:

1. Hujan asam yang ditimbulkan dari reaksi antara NOx dan senyawa-senyawa lain 2. Pemanasan global yang disebabkan oleh salah satu spesies NOx yaitu nitrous

oksida atau dinitrogen monoksida (N2O)

3. Eutrofikasi atau kelebihan nutrisi pada badan air yang menyebabkan timbulnya hama eceng gondok sehingga menurunkan kualitas air, juga disebabkan oleh emisi NOx. Eutrofikasi ini akan mengurangi konsentrasi oksigen terlarut dalam air sehingga menyebabkan banyak binatang-binatang air yang mati

4. Berkurangnya jarak pandang yang disebabkan oleh partikel nitrat dan NO2. Partikel nitrat dan NO2 mampu menghalangi transmisi cahaya dan membentuk kabut sehingga mengganggu pemandangan (KLHK, 2016).

2.5 Pencemar SO2

2.5.1 Pengertian SO2

Menurut Sarudji (2010), sulfur dioksida adalah gas pencemar yang tidak dapat terbakar dan tidak berwarna yang banyak dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak.

Menurut Soedomo (2001), oksida sulfur merupakan pencemar yang paling umum, terutama ditimbulkan akibat pembakaran bahan bakar fosil, yang mengandung sulfur tinggi dalam bentuk sulfur organik dan anorganik.

2.5.2 Sumber Pencemar SO2

Menurut Sunu (2001), pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber utama polutan SOx, seperti pembakaran minyak bakar, gas, kayu, dan sebagainya.

Sebagian besar sulfur yang terdapat di atmosfer dalam bentuk SO2 berasal dari kegiatan manusia dan sumber-sumber alam seperti volcano.

2.5.3 Pembentukan SO2

Emisi ikatan belerang banyak dijumpai dalam bentuk sulfur organik yang tereduksi.

Reduksi dikerjakan oleh bakteri kemudian masuk ke atmosfer, sehingga mengalami oksidasi dan terjadi aerosol sulfat. Ada dua macam gas belerang dioksida yaitu sulfur dioksida dan sulfur trioksida yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Karakteristik SO2 mempunyai bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan SO3 merupakan komponen yang tidak reaktif (Sunu, 2001).

2.5.4 Baku Mutu SO2

Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 telah menetapkan bahwa baku mutu untuk sulfur dioksida (SO2) adalah 900 μg/Nm3 dengan 1 (satu) jam pengukuran.

2.5.5 Dampak dan Pengendalian SO2

Udara yang tercemar SOx menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada sistem pernafasannya. Hal ini karena gas SOx yang mudah menjadi asam tersebut menerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan, dan saluran pernafasan yang lain sampai ke paru-paru. Serangan gas SOx tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena (Wardhana, 2004). Menurut Sunu (2001), (SO2) dapat dikendalikan dari sumbernya dengan menggunakan empat metode yaitu insinerasi, adsorbsi, absorbsi dan kondensasi.

2.6 Pencemar CO