• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jumlah Kendaraan Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Terhadap Konsentrasi SO 2

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

HASIL DAN ANALISIS

4.2.1 Pengaruh Jumlah Kendaraan terhadap Konsentrasi Pencemar

4.4.1.2 Pengaruh Jumlah Kendaraan Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Terhadap Konsentrasi SO 2

Hubungan jumlah kendaraan berdasarkan bahan bakar terhadap konsentrasi SO2 dapat dilihat pada gambar 4.10 dan 4.11.

Gambar 4.10 Pengaruh Jumlah Kendaraan Terhadap Konsentrasi SO2 di Gerbang Tol Amplas

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan Gambar 4.10, hasil pengukuran jumlah kendaraan dan konsentrasi SO2 di Gerbang Tol Amplas mengalami fluktuasi. Fluktuasi yang sangat jelas terlihat pada

0

Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

Hari 1 Hari 2 Hari 3

Jumlah Kendaraan

Konsentrasi (μg / Nm3)

Konsentrasi Kendaraan Bensin Kendaraan Solar

pengukuran hari pertama dan kedua di waktu sore ketika jumlah kendaraan meningkat namun terjadi penurunan konsentrasi SO2 dan sebaliknya ketika kendaraan menurun tetapi terjadi peningkatan konsentrasi SO2. Hal ini bisa disebabkan perubahan faktor meteorologis pada saat pengukuran yakni arah angin, suhu yang selalu berubah pada saat sampling dilakukan. Menurut Winardi (2014), selain faktor meteorologi, rendahnya konsentrasi SO2 yang dihasilkan kendaraan bermotor disebabkan sifat SO2 yang mudah larut dalam air dan reaktif. Mudahnya gas SO2 bereaksi dengan senyawa di atmosfer seperti oksigen (O2) dan air (H2O) menyebabkan keberadaan gas SO2 di atmosfer relatif singkat.

Tingginya konsentrasi pada hari kedua siang, disebabkan pada saat itu merupakan jam pulang sekolah dan juga merupakan jam istirahat makan bagi pegawai/karyawan.

Kondisi ini menyebabkan tingkat kemacetan cukup tinggi yang berdampak pada tingginya gas SO2 yang hasilkan oleh kendaraan yang dominan berbahan bakar solar (Sengkey, 2011).

Gambar 4.11 Pengaruh Jumlah Kendaraan Terhadap Konsentrasi SO2 di Gerbang Tol Tanjung Morawa

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan Gambar 4.11, dapat dilihat bahwa konsentrasi SO2 tertinggi di gerbang Tol Tanjung Morawa yakni pada hari Jumat sore sebesar 97,7 μg/Nm3 dengan jumlah

Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

Hari 1 Hari 2 Hari 3

Jumlah Kendaraan

Konsentrasi (μg / Nm3)

Konsentrasi Kendaraan Bensin Kendaraan Solar

kendaraan berbahan bakar solar. Konsentrasi minimum di Gerbang Tol Tanjung Morawa pada hari Selasa pagi sebesar 20,29 μg/Nm3 dengan jumlah kendaraan sebesar 1.024 unit kendaraan berbahan bakar bensin dan 563 unit kendaraan berbahan bakar

Tingginya konsentrasi SO2 pada sore hari selama penelitian disebabkan karena merupakan jam pulang kerja sehingga volume lalu lintas meningkat (Sengkey, 2011).

Selain itu, tingginya konsentrasi pada sore hari juga disebabkan karena banyaknya pengendara baik kendaraan pribadi atau kendaraan berat seperti bus dan truk melakukan perjalanan ke luar kota Medan. Aktifitas antar dan jemput penumpang yang akan ke Bandara Kuala Namu juga memicu padatnya aktifitas transportasi sehingga menyebabkan tingginya konsentrasi.

Agustini, dkk (2014), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kendaraan bermotor yang berbahan bakar solar seperti truk berkontribusi sebanyak 85% dalam menghasilkan SO2 dibandingkan dengan kendaraan bermotor yang berbahan bakar bensin yang hanya sekitar 15%. Namun pada kenyataannya konsentrasi SO2 yang dihitung selalu rendah. Hal ini disebabkan karena adanya faktor suhu yang relatif tinggi, kecepatan angin dan kelembaban udara yang tinggi serta keberadaan SO2 di udara yang relatif singkat karena bersifat reaktif juga dapat menjadi penyebab rendahnya konsentrasi SO2 di atmosfer (Winardi,2014).

Untuk mengetahui pengaruh jumlah kendaraan berdasarkan jenis bahan bakar terhadap konsentrasi SO2 maka dilakukan uji statistik, yaitu uji normalitas serta uji korelasi dan uji regresi. Hasil analisis dapat dilihat pada pembahasan berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data antar variabel jumlah kendaraan berdasarkan jenis bahan bakar terhadap konsentrasi SO2 berdistribusi normal atau tidak. Data yang di uji yaitu jumlah kendaraan berbahan bakar bensin, jumlah

kendaraan berbahan bakar solar dan konsentrasi SO2 dapat dilihat pada tabel 4.14 dan hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut.

Tabel 4.14 Data Konsentrasi SO2 dengan Jumlah Kendaraan Di Gerbang Tol Amplas dan Tanjung Morawa

Hari Waktu Lokasi Konsentrasi

(µg/m3) (unit) Solar Bensin (unit)

Tabel 4.15 Uji Normalitas Jumlah Kendaraan terhadap Konsentrasi SO2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Normal Parametersa,b Mean 44,2167 645,5000 1205,2778

Std. Deviation 28,03486 88,56055 146,65438

Most Extreme Differences Absolute ,178 ,160 ,123

Positive ,178 ,108 ,110

Negative -,086 -,160 -,123

Kolmogorov-Smirnov Z ,756 ,678 ,520

Asymp. Sig. (2-tailed) ,617 ,747 ,950

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan hasil uji normalitas diatas dapat diketahui :

a. Most extreme Difference menyatakan bahwa nilai D absolut dari konsentrasi SO2 adalah 0,178. Nilai D tersebut lebih kecil dari nilai tabel uji smirnov kolmogorov (α= 0,05, n=18) sebesar 0,309.

b. Nilai Ztabel diperoleh dari Zα/2= 0,05/2=0,025 = 1,960

Tes statistik menyatakan bahwa nilai Z dari konsentrasi SO2 adalah 0,756.

Nilai Z hitung ini lebih kecil dari 1,960.

c. Nilai signifikansi pada konsentrasi SO2 adalah 0,617. Nilai signifikansi ini

>0,05.

Berdasarkan hasil dari ketiga nilai diatas maka didapat kesimpulan bahwa data terdistribusi normal dan dapat dilanjutkan untuk uji regresi dan korelasi.

2. Uji Korelasi dan Regresi

Uji korelasi dan regresi ini digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan dan pengaruh jumlah kendaraan berdasarkan jenis bahan bakar terhadap konsentrasi SO2. Hasil uji regresi dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut.

Tabel 4.16 Uji Korelasi dan Regresi Jumlah Kendaraan terhadap Konsentrasi SO2

a. Predictors: (Constant), Kendaraan Bensin, Kendaraan Solar

Berdasarkan tabel 4.16, dapat diketahui bahwa hubungan antara jumlah kendaraan terhadap konsentrasi SO2 sangat kuat dan memiliki pengaruh sebesar 57,8 % dan sisanya dipengaruhi oleh faktor diluar jumlah kendaraan antara lain faktor meteorologis, faktor umur kendaraan, faktor bahan bakar dan faktor perawatan mesin kendaraan (Soedomo,2001).

Tabel koefisien uji regresi konsentrasi SO2 terhadap jumlah kendaraan berdasarkan jenis bahan bakar dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut.

Tabel 4.17 Koefisien Uji Korelasi dan Regresi Jumlah kendaraan terhadap Konsentrasi SO2

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -117,879 44,884 -2,626 ,019

Kendaraan Solar ,236 ,056 ,745 4,176 ,001

Kendaraan Bensin ,008 ,034 ,043 ,241 ,813

a. Dependent Variable: Konsentrasi SO2

Berdasarkan tabel 4.17, didapat nilai untuk konstanta sebesar -117,879. Konstanta negatif menunjukkan bahwa terdapat rentang yang jauh antara variabel X1 (Jumlah kendaraan berbahan bakar solar), X2 (jumlah kendaraan berbahan bakar bensin) dan variabel Y (Konsentrasi SO2), koefisien regresi untuk kendaraan solar sebesar 0,236 yang berarti setiap pertambahan 1 mobil solar akan menaikkan konsentrasi SO2 sebesar 0,236 μg/Nm3 dan untuk kendaraan bensin sebesar 0,008 dimana setiap pertambahan 1 kendaraan berbahan bakar bensin akan menaikkan 0,008 μg/Nm3 konsentrasi SO2

sehingga diperoleh persamaan regresi liniear berganda mengenai pengaruh jumlah kendaraan berdasarkan jenis bahan bakar terhadap konsentrasi SO2 dapat dilihat pada persamaan 4.2.

Y= -117,879 + 0,236 X1 + 0,008 X2...(4.2) Keterangan :

Y = Konsentrasi SO2

X1 = Jumlah Kendaraan Solar X2 = Jumlah Bendaraan Bensin

Dari persamaan 4.2, dapat diartikan bahwa setiap penambahan kendaraan yang melewati Gerbang Tol Amplas dan Tanjung Morawa akan mengakibatkan semakin tinggi pula konsentrasi Pencemar SO2 di daerah gerbang tol tersebut. Kurva regresi pengaruh jumlah kendaraan bensin dan solar terhadap konsentrasi SO2 dapat dilihat pada gambar 4.12 dan 4.13 dibawah ini.

Gambar 4.12 Kurva Regresi Kendaraan Berbahan Bakar Bensin terhadap Konsentrasi SO2

Gambar 4.13 Kurva Regresi Kendaraan Berbahan Bakar Solar terhadap Konsentrasi SO2

Berdasarkan kurva 4.12 dan 4.13, dapat dilihat bahwa hubungan antara jumlah kendaraan solar terhadap konsentrasi SO2 lebih berpengaruh dominan daripada kendaraan berbahan bakar bensin.

Menurut Tarigan (2009), polutan SO2 yang diemisikan dari kendaraan bermotor dipengaruhi oleh kondisi bahan bakar yang dipergunakan. Minyak diesel sebagai bahan bakar truk dan mobil penumpang berbahan bakar diesel sebagai penyumbang emisi SO2

terbesar. Hal ini semakin menguatkan hasil penelitian bahwa kendaraan dengan bahan bakar solar mengakibatkan konsentrasi pencemar lebih tinggi dari kendaraan berbahan bakar bensin. Menurut Suhadi dalam Hodijah (2014), menjelaskan bahwa kandungan sulfur dalam solar (0,2156%) lebih besar dari bensin (0,015%), kondisi inilah yang menyebabkan kendaraan berbahan bakar solar akan menghasilkan SO2 lebih besar dari kendaraan berbahan bakar bensin.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini digunakan untuk melihat adakah pengaruh signifikan jumlah kendaraan berdasarkan jenis bahan bakar kendaraan terhadap konsentrasi SO2. Berdasarkan tabel 4.17 diketahui nilai signifikansi untuk kendaraan solar adalah 0,001 dan kendaraan bensin adalah 0,813.

a. Uji hipotesis kendaraan bahan bakar solar terhadap konsentrasi SO2

Signifikansi kendaraan solar lebih < 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Maka terdapat pengaruh signifikan antara jumlah kendaraan berbahan bakar solar terhadap konsentrasi SO2.

b. Uji hipotesis kendaraan bahan bakar bensin terhadap konsentrasi SO2

Signifikansi kendaraan bensin lebih > 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Maka tidak terdapat pengaruh signifikan antara jumlah kendaraan berbahan bakar bensin terhadap konsentrasi SO2.

4.4.1.3 Pengaruh Jumlah Kendaraan Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Terhadap