• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penciptaan Jaringan Distribusi Perdagangan Yang Efisien

Dalam dokumen KEMENTERIAN PERDAGANGAN Pushaka (c) 2013 (Halaman 53-58)

BAB III KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

3.2. Capaian Sasaran Perdagangan Tahun 2011

3.2.1.6. Penciptaan Jaringan Distribusi Perdagangan Yang Efisien

peringkat menjadi posisi 59 di tahun 2012 dengan indeks 2.94.

Pada tahun 2009, LPI Indonesia berada pada peringkat 75 dari 155 negara yang disurvei, dengan skor 2,76 (Tabel 2). Peringkat masing-masing pilar logistik yang diukur adalah: kepabeanan 72 (skor 2,43), infrastruktur 69 (skor 2,54), pengiriman internasional 80 (skor 2,82), kompetensi logistik 92 (skor 2,47), ketertelusuran 80 (2,77), dan ketepatan waktu 69 (skor 3,46). Penilaian terhadap performa logistik dilakukan selama 2 tahun sekali, sehingga untuk tahun 2010, indeks penilaian kinerja logistik Indonesia masih mengacu pada skor LPI tahun 2009.

Dalam hasil riset LPI 2012, Indonesia berhasil naik peringkat dari posisi 75 di tahun 2010 menjadi posisi 59 di tahun 2012 ini, dengan kenaikan indeks dari 2.76 menjadi 2.94.

Indeks LPI memiliki rentang nilai antara 1 hingga 5, dengan capaian indeks 5 sebagai yang terbaik. Peningkatan ini menunjukkan perbaikan yang signifikan, di saat negara-negara tetangga, kecuali Singapura, mengalami stagnasi atau penurunan peringkat. Terlebih, indeks ini dicapai dalam kondisi belum selesainya pembangunan infrastruktur utama logistik, seperti pelabuhan-pelabuhan baru dan soft infrastructure sebagai penunjangnya.

Kenaikan tertinggi dalam indikator tersebut terjadi di wilayah soft infrastructure yang meliputi kompetensi logistic handler dan kemampuan pemilik barang untuk mengetahui di mana saat ini barangnya berada (tracking and tracing). Indikator kompetensi logistic handler meningkat dari 2.47 di tahun 2010 ke 2.85 di tahun 2012, sedangkan tracking and tracing dari 2.77 hingga 3.12.

Untuk mendukung penciptaan jaringan distribusi perdagangan yang efisien, Kementerian Perdagangan bersama dengan Pemerintah Daerah melakukan revitalisasi pasar tradisional, pengembangan gudang SRG dan pengembangan pasar lelang daerah.

Tabel 7 Skor Logistics Performance Index tahun 2012

Revitalisasi Pasar Tradisional dan Pusat Distribusi Regional,serta Program Pasar

Percontohan

Tahun 2011 Kementerian Perdagangan melakukan revitalisasi terhadap 355 pasar tradisional dan 10 diantaranya merupakan pasar percontohan. Selain merevitalisasi pasar tradisional, juga dilakukan pembangunan gudang sebanyak 26 yaitu 11 gudang dari dana APBN-P dan 15 gudang SRG di lima provinsi melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).

Tahun 2012 Kementerian Perdagangan telah mengalokasikan anggaran APBN sebesar Rp 628 miliar untuk dialokasikan ke 92 kabupaten/kota di seluruh Indonesia,untuk merevitalisasi 159 pasar melalui Tugas Pembantuan (TP), 20 diantaranya pasar percontohan.

Kedua puluh Pasar Percontohan yang dibangun pada tahun 2012 adalah: 1) Pasar Selat Panjang Kec. Tebing Tinggi, Kab. Kepulauan Meranti, Riau. 2) Pasar Kota Bengkulu, Kota Bengkulu, Bengkulu. 3) Pasar Pasalaran Plered Cirebon, Kab. Cirebon, Jawa Barat. 3) Pasar Karangampel Kec. Karangampel, Kab. Indramayu, Jawa Barat. 4) Pasar Petir Kec. Petir, Kab. Serang, Banten. 5) Pasar Prembun Kec. Prembun, Kab. Kebumen, Jawa Tengah. 6) Pasar Cepogo Kec. Cepogo, Kab. Boyolali, Jawa Tengah. 7) Pasar Boja Kec. Boja, Kab. Kendal, Jawa Tengah. 8) Pasar Turisari Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah. 9) Pasar Bekonang Kec. Mojolaban, Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah. 10) Pasar Bekonang Kec. Mojolaban, Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah. 11) Pasar Laskar Pelangi Kec. Gantung, Kab. Belitung Timur, 12) Pasar Sentolo Desa Salamrejo Kec. Sentolo, Kab. Kulonprogo, DIY. 13) Pasar Pon, Kepanjenlor Kec. Kepanjen Kidul, Kota Blitar, Jawa Timur. 14) Pasar Mempawah, Kab. Pontianak, Kalimantan Barat. 15) Pasar Baru Marabahan Kec. Marabahan, Kab. Barito Kuala, Kalimantan Selatan. 16) Pasar Takalasi Kec. Balusu, Kab. Barru, Sulawesi Selatan. 17) Pasar Mamasa, Kab. Mamasa, Sulawesi Barat. 18) Pasar Sentral Tahap II, Kab. Majene, Sulawesi Barat. 19) Pasar Mandalika Kec. Sandubaya, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. 20) Pasar Sabu Raijua, Kab. Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur.

Pasar percontohan didesain dan dikembangkan sesuai dengan kehidupan sosial dan budaya setempat. pasar ini juga harus menjadi pasar yang bersih, nyaman, segar, aman, jujur, higienis, dan ramah lingkungan.

Dukungan Kementerian Perdagangan dalam mengembangkan pasar tradisional yang khusus atau spesialis.

Kementerian Perdagangan mengembangkan inisiatif dan mendukung pemerintah daerah untuk mengembangkan pasar tradisional yang khusus/spesialis, misalkan pasar wisata kuliner dan pasar bunga. Pasar khusus yang dikelola dengan baik dapat menarik wisatawan dan bisa menyumbang ke Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pembinaan dan Pengawasan di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK).

Dengan meningkatnya kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), baik transaksi multilateral yang dilakukan di Bursa Berjangka maupun transaksi bilateral yang di lakukan melalui Sistem Perdagangan Alternatif, maka peran dari pelaksanaan pengawasan transaksi serta pemantauan dan evaluasi kegiatan pelaku usaha sangat penting dalam mewujudkan Perdagangan Berjangka Komoditi yang tertib, wajar, efektif, efisien, transparan dan akuntabel.

Pada tahun 2012 Jumlah transaksi multilateral di bidang PBK berhasil meraih realisasi sebesar 1.136.336 lot dari taget yang ditetapkan sebesar 1.000.000 lot. Pada tahun 2011 jumlah transaksi multilateral tercatat sebesar 951.328 lot dan pada tahun 2012 jumlah volume transaksi mencapai sebesar 1.136.336 lot atau meningkat sebesar 185.008 lot atau 19,45%.

Keberhasilan dalam meningkatan jumlah transaksi multilateral ini tidak terlepas dari upaya pembinaan kepada pelaku usaha khususnya dalam melakukan koordinasi dengan Bursa Berjangka dan memberikan pemahaman secara intensif kepada Pelaku Pasar terhadap mekanisme dan Peraturan Kepala BAPPEBTI Nomor 85/BAPPEBTI/Per/10/2010 tentang Penggerak Pasar (market maker) dan kewajiban Pialang Berjangka melakukan transaksi kontrak berjangka (transaksi multilateral) di Bursa Berjangka terutama pada saat melakukan pengawasan transaksi ke Pelaku Usaha. Dengan semakin pahamnya terhadap peraturan dan mekanisme transaksi multilateral, memudahkan Pelaku Pasar dalam memasarkan kontrak komoditi yang ditransaksikan di Bursa Berjangka sehingga kepercayaan masyarakat (Nasabah) untuk melakukan transaksi di Bursa Berjangka semakin tumbuh.

Total volume seluruh transaksi perdagangan berjangka) selama tahun 2012 baik yang dilaksanakan di PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) maupun PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) untuk transaksi multilateral dan bilateral (SPA) berjumlah 9.465.119,40 lot atau mengalami peningkatan sebanyak 1.004.462,40 lot atau sebesar 11,87% jika dibandingkan dengan total volume transaksi PBK pada tahun 2011 yang tercatat sebesar 8.460.657 lot. Adapun rincian transaksi perdagangan berjangka selama tahun 2011 untuk kontrak berjangka komoditi primer, Penyaluran Amanat Luar Negeri (PALN) dan Sistem Perdagangan Alternatif (SPA) adalah sebagai berikut :

Tabel 8 Perkembangan Transaksi Perdagangan Berjangka Tahun 2011 - 2012

JENIS KONTRAK 2011 2012*) VOLUME (LOT) SHARE (%) VOLUME (LOT) SHARE (%) PERUB (%) KONTRAK MULTILATERAL BBJ 78,505 0.93 189.605 2,00 141,52  L 12,637 21.959 73,77  L10 462 10.230 2.114,29 GL 9,333 17.196 84,25 GL250 19,792 8.559 100,0  K 20,859 27.596 39,43  KG 0 30.317 45,34  KG SD 12,715 8.079 100,00  G1T 945 11.229 -11,69  5 1,762 4.213 345,82 KONTRAK MULTILATERAL BKDI 872.823 10,32 946.731 10,00 8,47

 GLDGR 12.873 .443 -49,95  GLDD 79.366 113.904 43,52  GLDD 7.063 4.867 -31,09  PTR 771.979 817.143 5,85  LNTR 1.542 4.374 183,66 TOTAL KONTRAK MULTILATERAL (BBJ + BKDI) 951.328 11,24 1.136.336 12,01 19,45 KONTRAK LUA NEGERI (PALN) BBJ 539 0,01 0 0,00 -100,00 KONTRAK LUAR NEGERI (PALN) BKDI 710 0,008 2.286 0,024 221,97 KONTRAK SPA BBJ 7.508.080 88,74 6.744.309, 00 71,25 -10,17  ND 2.573.832 1.425.804,3 0 -44,60 R 1.582.374 1.428.512,2 0 -9,72 L LNDN 3.351.874 3.889.992,5 0 16,05 KONTRAK SPA BKDI 0 0,00 1.582.188, 40 16,72 100,00 TOTAL VOLUME TRANSAKSI BBJ 7.587.124 89,68 6.933.914, 00 73,26 -8,61 TOTAL VOLUME TRANSAKSI BKDI 873.533 10,32 2.531.205, 40 26,74 189,7 TOTAL VOLUME TRANSAKSI PBK 8.460.657 100,00 9.465.119, 40 100,00 11,87

Sumber : BBJ dan BKDI (diolah)

Pembinaan dan

Pengawasan Sistem Resi Gudang (SRG).

Upaya Kementerian Peragangan dalam meningkatkan pembinaan dan pengawasan Sistem Resi Gudang adalah meningkatnya jumlah nilai Resi Gudang pada tahun 2012 mencapai sebesar Rp.93.181.184.464 dari target yang ditetapkan sebesar Rp.80.000.000.000.

Pada tahun 2012 jumlah nilai Resi Gudang mencapai sebesar Rp.93.181.184.464 atau meningkat sebesar Rp.53.113.460.856 atau 132,56% dibandingkan tahun 2011.

Hasil ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

1. Pada tahun 2012 terjadi panen raya yang cukup besar di beberapa daerah untuk produksi gabah, beras dan jagung dan tidak adanya kegagalan panen.

2. Pada saat panen, harga untuk komoditi tersebut secara umum mengalami penurunan sehingga banyak petani atau pelaku usaha yang tertarik untuk melakukan tunda jual dengan memanfaatkan Skema Sistem Resi Gudang.

kelompok tani, gapoktan, dan koperasi tani mengenai manfaat Sistem Resi Gudang.

Sejak tahun 2010 nilai resi gudang terus bertambah dalam jumlah yang relatif besar karena daerah mulai mengimplementasikan Sistem Resi Gudang. Peningkatan pemahaman masyarakat ini sebagai upaya yang dilakukan melalui sosialisasi dan edukasi termasuk memberikan bimbingan/asistensi teknis baik kepada masyarakat (petani, kelompok tani, gapoktan, UKM, dan Koperasi Tani) maupun kepada pelaku usaha dan stakholder terkait.

Tabel 9 Perkembangan Nilai Resi Gudang Tahun 2008 – 2012

NO Tahun Nilai Barang % *)

1 2008 Rp 1,431,616,200 2 2009 Rp 552,962,240 -61% 3 2010 Rp 8,678,733,500 1469% 4 2011 Rp 40,067,723,608 362% 5 2012 Rp. 93,181,184,464 Sumber : Kemendag

Dari data diatas dapat dilihat bahwa pada awal implementasi Sistem Resi Gudang sempat terjadi penurunan jumlah pelaku usaha yang memanfaatkan Sistem Resi Gudang. Hasil evaluasi menunjukan kendala yang ditemui dilapangan yaitu (i) adanya keragu-raguan pihak perbankan atau lembaga keuangan untuk menerima Resi Gudang sebagai jaminan pembiayaan; (ii) tingginya suku bunga kredit membuat pelaku usaha yang kebanyakan petani, kelompok tani, gapoktan dan koperasi tani; dan (iii) masih minimnya pengetahuan petani tentang manfaat Sistem Resi Gudang ini. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, ditempatkan 4 orang tenaga pendamping di kabupaten yang melaksanakan Sistem Resi Gudang yang bertugas untuk mengedukasi petani, kelompok tani, gapoktan setempat mengenai manfaat Sistem Resi Gudang dan memberikan pendampingan terhadap implementasi Sistem Resi Gudang tersebut.

Pada tahun 2012 jumlah nilai resi gudang mengalami peningkatan yang cukup signifikan karena mulai meningkatnya pemahaman masyarakat dan semakin banyaknya gudang-gudang yang telah dibangun oleh pemerintah maupun yang dimiliki oleh swasta (BUMN ataupun Koperasi) menjadi gudang SRG.

Tabel 10 Perkembangan Jumlah Pelaku Sistem Resi Gudang No Tahun Jumlah Pelaku

Usaha Persentase peningkatan 1 2008 15 - 2 2009 6 - 60% 3 2010 31 417% 4 2011 140 352% 5 2012 201 143% Sumber : Kemendag

3.2.2. Sasaran Strategis 2: Ekspor dan Kerjasama Internasional

Dalam dokumen KEMENTERIAN PERDAGANGAN Pushaka (c) 2013 (Halaman 53-58)

Dokumen terkait