• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan

Dalam dokumen KEMENTERIAN PERDAGANGAN Pushaka (c) 2013 (Halaman 34-46)

BAB III KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

3.2. Capaian Sasaran Perdagangan Tahun 2011

3.2.1.4. Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan

Perizinan bidang perdagangan dalam negeri berkaitan dengan pembinaan pasar dan distribusi, pembinaan usaha dan pendaftaran perusahaan, dan kemetrologian, serta yang terkait dengan perdagangan berjangka komoditi dan sistem resi gudang.

UPP perdagangan dalam negeri menerapkan prinsip “single entry dan single exit point”

Perbaikan layanan perizinan sektor perdagangan dalam negeri merupakan upaya mendukung penciptaan iklim investasi dan iklim usaha yang kondusif yang akhirnya dapat menguatkan pasar domestik.

UPP perdagangan dalam negeri memberikan layanan perizinan dengan prinsip ”single entry dan single exit point” sehingga proses perizinan khususnya perdagangan dalam negeri tidak lagi dilakukan secara tatap muka antara pemohon dengan pejabat pemroses.

12 jenis perizinan bidang perdagangan dalam negeri telah dilayani secara online.

Saat ini terdapat 12 jenis perizinan bidang perdagangan dalam negeri yang dilayani oleh Kementerian Perdagangan, dengan 12 jenis perizinan yang sudah dapat dilayani secara online. Target jumlah perizinan perdagangan dalam negeri dapat tercapai sesuai RENSTRA, sehingga meningkatkan efisiensi dan efektifitas sistem distribusi nasional yang menjamin kepastian berusaha.

Waktu penyelesaian permohonan perizinan menjadi lebih singkat dan tanpa dipungut biaya. Sebelumnya, penyelesaian perizinan memakan waktu antara 5-15 hari kerja, tetapi dengan penerapan sistem ini, waktu persetujuan permohonan perizinan menjadi sekitar 3,5 hari kerja.

Pengawasan yang bertujuan untuk menjamin kelancaran ditribusi dan perlindungan konsumen diatur juga melalui beberapa kebijakan Perizinan bidang perdagangan dalam negeri berkaitan dengan pembinaan pasar dan distribusi, pembinaan usaha dan pendaftaran perusahaan.

Pembinaan bahan pokok dan strategis

Perizinan terkait dengan pembinaan bahan pokok dan barang strategis, antara lain: (i) Pedagang Kayu Antar Pulau Terdaftar (PKAPT), (ii) Pedagang Gula Antar Pulau Terdaftar (PGAPT), (iii) Surat Persetujuan

85.433 89.893 93.390 95.605 93.604 98.477 100.499 103.310 -20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2011 2012

M

il

ia

r

R

u

p

ia

h

Per Per Per Per Pen Sep pem Kem SPP Per sta di se

Minat investor asing berusaha di Indonesia.

Sem per 201 dili

Perdagangan Gula Antar Pulau (SPPGAP), (iv Perdagangan Gula Rafinasi Antar Pulau (SPPGRAP Perdagangan Bahan Berbahaya (SIUP B2), Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUPMB), d Penyelenggaraan Pameran Dagang.

Gambar 4 Jumlah Izin Bd. Pembinaan Bhn Pokok &

Seperti yang ditunjukkan pada Gambar di atas, pembinaan bahan pokok dan barang strateg Kementerian Perdagangan dalam Tahun 2012 dido SPPGRAP, sebanyak 656 izin usaha. Hal te ermendag yang mengatur tata niaga gula da stabilitas pasokan yang cukup dan harga yang terjan di seluruh wilayah Indonesia.

Sementara itu, jumlah izin bidang pembinaan u perusahaan yang dikeluarkan Kementerian Perd 2012 menggambarkan iklim berusaha di Indone dilihat dari kacamata investor, terutama oleh pela

PKAPT; 8 PG Perpanjangan 656 Perubahan; 112 ; 129 PGAPAT; 6

(iv) Surat Persetujuan RAP), (v) Surat Izin Usaha ), (vi) Surat IzinUsaha ), dan (vii) Persetujuan

ok & Barang Strategis Tahun 2012

Sumber: Kemendag

atas, jumlah izin bidang ategis yang dikeluarkan didominasi oleh Surat Izin tersebut menunjukkan dalam rangka menjaga erjangkau bagi masyarakat

n usaha dan pendaftaran Perdagangan hingga tahun donesia semakin kondusif, pelaku usaha.

T; 87 PGAPT, 67

Pad pen Per kea sem asin Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri yang Telah Diterbitkan pada Tahun 2012 Kem keb beb sasa keb 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Gambar 5 Jumlah Izin Bidang Pembinaan Usaha

Pada periode Tahun 2012, jumlah izin bidang p pendaftaran perusahaan yang dikeluarkan Perdagangan sebagaimana terlihat dalam grafik. keagenan (1.583) menggambarkan bahwa iklim b semakin kondusif bagi investor, terutama oleh pela asing.

Kementerian Perdagangan di tahun 2012 telah m kebijakan Perdagangan Dalam Negeri. Kebijaka beberapa tujuan yaitu untuk penguatan pasar dala sasaran strategis Kementerian Perdagangan T kebijakan perdagangan dalam negeri yang telah dit 1. Penggunaan Cadangan Beras Pemerintah Un

melalui Peraturan Menteri Perdagang DAG/PER/01/2012.

2. Tata Cara Penetapan Harga Patokan Hasil Hut Provisi Sumber Daya Hutan melalui Peraturan Nomor : 9/M-DAG/PER/2/2012.

3. Penetapan Harga Patokan Hasil Hutan Untu Sumber Daya Hutan melalui Peraturan Menteri 12/M-DAG/PER/3/2012.

4. Pendelegasian Wewenang Penerbitan Perijina dan Pelaksana Unit Pelayanan Perdaganga Menteri Perdagangan Nomor: 18/M-DAG/PER/ 5. Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdaga

DAG/PER/8/2010 Tentang Unit Pelayanan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 19/M 6. Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdaganga

PER/3/2012 Tentang Penetapan Harga Patoka Perhitungan Provisi Sumber Daya Hutan mela Perdagangan Nomor: 22/M-DAG/PER/4/2012.

Keage 158 waralaba; 26 Pameran; 66 Manual Garansi; 940 SIU JS; 17 SIUP3A; 106 SIUP4

saha dan Pendaftaran Perusahaan

Sumber: Kemendag

ng pembinaan usaha dan an oleh Kementerian fik. Tingginya jumlah izin im berusaha di Indonesia pelaku usaha perdagangan

ah menetapkan beberapa ijakan tersebut memiliki dalam negeri sebagaimana n Tahun 2012. Adapun

ditetapkan yaitu:

Untuk Stabilisasi Harga angan Nomor:

Hutan Untuk Perhitungan ran Menteri Perdagangan

ntuk Perhitungan Provisi teri Perdagangan Nomor :

ijinan Kepada Koordinator angan melalui Peraturan

ER/3/2012.

dagangan Nomor: 32/M-an Perdag32/M-ang32/M-an melalui

/M-DAG/PER/3/2012. angan Nomor:

12/M-DAG-tokan Hasil Hutan Untuk elalui Peraturan Menteri 12.

agenan; 1583 UP4; 11

7. Penugasan Gubernur atau Bupati/ Walikota Dalam Rangka Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan dan Pengembangan Sarana Distribusi Yang Didanai Melalui Dana Tugas Pembantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran 2012 melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 31/M-DAG/PER/5/2012.

8. Perubahan Atas Lampiran Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 31/M-DAG/PER/5/2012 Tentang Penugasan Gubernur atau Bupati/ Walikota Dalam Rangka Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan dan Pengembangan Sarana Distribusi Yang Didanai Melalui Dana Tugas Pembantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran 2012 melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 41/M-DAG/PER/6/2012.

9. Operasi Pasar (OP) Beras melalui Surat Instruksi Menteri Perdagangan Nomor: 1185/M-DAG/SD/7/2012.

10. Operasi Pasar (OP) Beras melalui Surat Instruksi Menteri Perdagangan Nomor: 2130/M-DAG/SD/12/2012.

11. Penyelenggaraan Waralaba melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/8/2012.

12. Waralaba Untuk Jenis Usaha Toko Modern melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 68/M-DAG/PER/10/2012.

Upaya-upaya penciptaan iklim usaha yang

kondusif

Kementerian Perdagangan selama periode Tahun 2012 telah melakukan berbagai upaya penciptaan iklim usaha perdagangan luar negeri yang kondusif. Hal ini diharapkan untuk dapat meningkatkan daya saing ekspor nasional khususnya pada saat terjadi krisis perekonomian dunia yang sangat mempengaruhi kinerja ekspor nasional.

Adapaun kebijakan yang dikeluarkan antara lain peningkatan pelayanan penerbitan SKA di masing-masing IPSKA, peningkatan pelayanan perizinan perdagangan, penetapan regulasi yang berorientasi pada ekspor produk yang bernilai tambah tinggi, peningkatan pengamanan pasar di negara tujuan ekspor.

Peningkatan Sistem Pelayanan Penerbitan SKA Mandiri Secara Elektronik di Seluruh IPSKA serta Penertiban IPSKA

Dalam rangka peningkatan fasilitasi pelayanan ekspor, Kementerian Perdagangan terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan penerbitan SKA di masing-masing IPSKA (Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal). Pada tahun 2012, peningkatan pelayanan ini dlakukan melalui penyediaan aplikasi dan infrastruktur yang mendukung penerbitan SKA secara elektronik (e-SKA). Penyediaan aplikasi dan infrastruktur terpadu ini juga ditujukan untuk:

1. Mempersiapkan sistem penerbitan SKA secara online di 85 IPSKA, dimana 28 IPSKA sudah otomasi dan 57 IPSKA masih dalam proses. 2. Menerapkan standar United Nation (UN) Electronic Document

pertukaran data SKA antar Negara ASEAN melalui ASEAN Single Window (ASW).

3. Meningkatkan pelayanan penerbitan SKA kepada eksportir. 4. Meningkatkan transparansi proses penerbitan SKA.

5. Mempersiapkan database penerbitan SKA di 85 IPSKA yang mempermudah proses verifikasi penerbitan SKA.

6. Menyiapkan sistem pengawasan penerbitan SKA yang terpadu.

7. Memelihara dan menyempurnakan Sistem Pelayanan Penerbitan SKA Mandiri Secara Elektronik yang telah dibangun.

Per tanggal 1 Januari 2012 seluruh eksportir dan 85 IPSKA dapat melakukan proses penerbitan SKA secara elektronik melalui situs e-ska.kemendag.go.id. Namun demikian, namun hingga bulan September 2012 terdapat 9 IPSKA yang belum memanfaatkan SKA elektronik. Hal tersebut dikarenakan:

1. Tidak ada SKA yang diajukan oleh eksportir (Biak, Manokwari, Lembaga Tembakau Medan);

2. Kesulitan akses internet (Fakfak, Kepulauan Yapen dan Merauke); 3. Belum menyadari manfaat dari IPSKA (Bangka Belitung, Kalimantan

Tengah dan Kotawaringin Timur)

Selain meningkatkan pelayanan SKA melalui penyediaan aplikasi dan infrastruktur penerbitan SKA, Kementerian Perdagangan juga melakukan penertiban IPSKA sesuai Permendag 21/2012 tentang Instansi Penerbit SKA. Terkait hal tersebut, Kementerian Perdagangan telah mencabut 2 IPSKA yaitu IPSKA Asahan dan IPSKA Banten, namun telah menunjuk 3 IPSKA baru yaitu IPSKA BPK Sabang, IPSKA Kotabaru dan IPSKA NTT.

UPP Kementerian Perdagangan berorientasi kepada pelayanan publik

Pada bulan April 2012, Kementerian Perdagangan kembali melakukan peningkatan pelayanan pada Unit Pelayanan Perdagangan (UPP) Kementerian Perdagangan guna percepatan penerbitan perijinan di sektor perdagangan. Untuk itu, dikeluarkan Permendag Nomor: 18/M-DAG/PER/3/2012 Tentang Pendelegasian Wewenang Penerbitan Perijinan Kepada Koordinator dan Pelaksana Unit Pelayanan Perdagangan.

Koordinator dan Pelaksana UPP menerbitkan perijinan paling lambat 2 (dua) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar. Total ijin yang didelegasikan oleh Menteri Perdagangan berdasarkan Permendag ini adalah sejumlah 93 (sembilan puluh tiga) perijinan yang terdiri dari 70 perijinan impor, 23 perijinan ekspor, 12 perijinan perdagangan dalam negeri dan 2 perijinan perdagangan berjangka komoditi .

Selain itu, status UPP Kementerian Perdagangan mulai bulan April 2012 mengalami perubahan yang semula hanya sebagai loket penerimaan permohonan, penyimpanan pendistribusian kepada pemroses dan penyerahan ijin yang sudah jadi, saat ini UPP Kementerian Perdagangan dapat melakukan pemrosesan perizinan berdasarkan Permendag Nomor 19/M-DAG/PER/3/2012. Dengan tugas dan fungsi yang baru ini diharapkan pelayanan perizinan perdagangan kepada pelaku usaha dapat lebih ditingkatkan baik dari segi kualitas pelayanan maupun waktu penyelesaian perizinan.

Perizinan yang sudah dilimpahkan kepada UPP, saat ini jenis perizinan yang sudah dapat di proses dan diselesaikan dalam waktu 2 hari, antara lain:

Persetujuan ekspor Skrap Logam; Persetujuan ekspor Komoditi CITES;

Importir Terdaftar Produk Tertentu (7 jenis barang: Elektronika, Pakaian Jadi, Mainan Anak, Alas Kaki, Makanan dan Minuman, Obat

Tradisional dan Herbal, Kosmetik ; Importir Terdaftar Gula Kristal Putih;

Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK) [8 kelompok: Beras, Jagung, Kedelai, Gula, Tekstil dan Produk Tekstil, Sepatu, Elektronika, Mainan Anak).

INATRADE mendapatkan Juara 1 kompetisi Open Government Indonesia (OGI)

Pada tanggal 10 Agustus 2012, INATRADE Kementerian Perdagangan mendapatkan predikat Juara 1 kompetisi Open Government Indonesia (OGI). Pemberian penghargaan ini dilakukan di kantor Wakil Presiden RI dan diserahkan langsung oleh Wakil Presiden RI Bp. Boediono kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan.

Kompetisi OGI merupakan lomba layanan publik instansi Pemerintah Pusat yang diadakan oleh UKP4 (Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan). Lomba ini diikuti oleh 34 instansi Pemerintah Pusat dengan total 62 layanan publik yang dilombakan. Lomba ini dimulai pada awal April 2012 dan berakhir pada Juli 2012.

Piala dan Piagam Penghargaan Inatrade sebagai juara I OGI Tiga aspek utama yang dinilai pada OGI adalah transparansi, partisipasi dan inovasi. Pada awal lomba, para peserta menyampaikan kepada panitia kondisi awal layanan publik, pengembangan yang akan dilakukan serta kondisi akhir yang diharapkan. Pada setiap awal bulan dilakukan penilaian terhadap progres dari masing-masing perkembangan yang dilakukan. INATRADE Kementerian Perdagangan terpilih sebagai Juara I karena dinilai sebagai layanan publik yang paling progresif perkembangannya.

Penetapan Kebijakan Pengelolaan Impor

Kementerian Perdagangan selama periode Januari 2012 – Desember 2012 telah menetapkan beberapa kebijakan pengelolaan impor. Kebijakan pengelolaan impor ini memiliki beberapa tujuan yaitu untuk penguatan pasar dalam negeri, memegari dan melindungi kepentingan pembangunan ekonomi nasional dari pengaruh negatif pasar global terkait aspek K3LM (Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, Lingkungan Hidup dan moral bangsa), menjamin ketersediaan barang modal, bahan baku dan penolong yang belum sepenuhnya dapat dipenuhi dari dalam negeri, peningkatan kualitas pelayanan publik dan tertib administrasi di bidang impor, meningkatkan taraf hidup petani produsen sekaligus mendorong terciptanya kondisi perdagangan dan pasar dalam negeri yang sehat serta iklim usaha yang kondusif, transparan, efektif dan

efisien, serta berkesinambungan.

Beberapa kebijakan di bidang impor yang telah ditetapkan selama periode ini yaitu:

1. Peraturan Menteri Perdagangan No 02/M-DAG/PER/1/2012 tentang Ketentuan Impor Mutiara

2. Peraturan Menteri Perdagangan No 03/M-DAG/PER/1/2012 tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak Lapisan Ozon

3. Peraturan Menteri Perdagangan No 07/M-DAG/PER/2/2012 sebagai perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No 15/M-DAG/PER/3/2007 tentang Ketentuan Impor Mesin Multifungsi Berwarna, Mesin Fotokopi Berwarna, dan Mesin Printer Berwarna 4. Peraturan Menteri Perdagangan No 08/M-DAG/PER/2/2012 sebagai

perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No 54/M-DAG/PER/12/2010 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja

5. Peraturan Menteri Perdagangan No 54/M-DAG/PER/8/2012 sebagai perubahan ke empat, Peraturan Menteri Perdagangan No 11/M-DAG/PER/3/2012 sebagai Perubahan Ketiga dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11/M-DAG/PER/3/2012 sebagai perubahan ke dua atas Peraturan Menteri Perdagangan No. 43/M-DAG/PER/9/2009 tentang Ketentuan Pengadaan, Pengedaran, Penjualan, Pengawasan, dan Pengendalian Minuman Beralkohol. 6. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24/M-DAG/PER/4/2012

sebagai perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 39/M-DAG/PER/10/2010 tentang Ketentuan Pencabutan Impor Barang Jadi Oleh Produsen.

7. Peraturan Menteri Perdagangan No 59/M-DAG/PER/9/2012 sebagai perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik No 27/M-DAG/PER/5/2012 Tentang Ketentuan Angka Pengenal Importir (API). 8. Peraturan Menteri Perdagangan No 60/M-DAG/PER/9/2012 sebagai

perubahan ke dua dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 38/M-DAG/PER/6/2012 sebagai perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No 30/M-DAG/PER/5/2012 Tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura.

9. Peraturan Menteri Perdagangan No 35/M-DAG/PER/5/2012 sebagai Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11/M-DAG/PER/3/2010 Tentang Ketentuan Impor Mesin, Peralatan Mesin, Bahan Baku, Cakram Optik Kosong dan Cakram Optik Isi.

10. Peraturan Menteri Perdagangan No 58/M-DAG/PER/9/2012 tentang Ketentuan Impor Garam

11. Peraturan Menteri Perdagangan No 71/M-DAG/PER/11/2012 sebagai Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan No 40/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Verifikasi Atau Penelusuran Teknis Impor Kaca Lembaran

12. Peraturan Menteri Perdagangan No 72/M-DAG/PER/11/2012 sebagai Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan No 06/M-DAG/PER/1/2007 Tentang Verifikasi Atau Penelusuran Teknis Impor Keramik

13. Peraturan Menteri Perdagangan No. 77/M-DAG/PER/12/2012 sebagai Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No 48/M-DAG/PER/12/2011 tentang Impor Barang Modal Bukan Baru

14. Peraturan Menteri Perdagangan No 82/M-DAG/PER/12/2012 tentang Impor Telepon seluler, komputer genggam (handheld), dan

komputer tablet.

15. Peraturan Menteri Perdagangan No 83/M-DAG/PER/12/2012 tentang Impor Produk Tertentu.

Kebijakan impor produk hortikultura

Pada tahun 2012, Kementerian Perdagangan mengeluarkan ketentuan impor produk hortikultura melalui Permendag Nomor: 30/M-DAG/PER/5/2012 yang merupakan turunan dari dari Undang-Undang Nomor: 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura Pasal 88 ayat (2). Selama ini produk hortikultura belum diatur tata niaga impornya, maka impor dapat dilakukan oleh setiap importir sepanjang yang bersangkutan telah memiliki Angka Pengenal Importir (API) dan mematuhi ketentuan Karantina.

Latar belakang diaturnya impor produk hortiultura antara lain hortikultura merupakan komoditi strategis yang mempunyai nilai ekonomis bagi masyarakat Indonesia dan erat kaitannya dengan ketahanan pangan, sehingga kegiatan produksi, penyediaan, pengadaan, distribusi produk hortikultura maupun impornya menjadi sangat penting, dan perlu pengaturan agar tidak merugikan petani, konsumen dan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data BPS, dalam 5 tahun terakhir, impor produk hortikultura mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Lima negara asal impor buah2an terbesar ke Indonesia berdasarkan data tahun 2012 adalah China, Thailand, Amerika Serikat, Chile, dan Australia. Sedangkan negara asal impor sayur-sayuran terbesar adalah dari China, Thailand, Myanmar, India, dan Vietnam.

Khusus untuk produk holtikultura yang menjadi perhatian khusus Pemerintah adalah potensi masuknya Organisme Penganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) karena dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, dilaporkan bahwa produk hortikultura yang masuk ke Indonesia membawa beberapa OPTK eksotik yang belum ada di Indonesia dan belum diketahui cara pengendaliannya. OPTK eksotik tersebut, antara lain Panthoea stewartii, Aphelenchoides fragariae, Psedomonas capsici. Peraturan ini kemudian mengalami dua kali perubahan dan terakhir melalui Permendag Nomor: 60/M-DAG/PER/9/2012. Hal yang diubah dalam ketentuan tersebut antara lain: penghapusan ketentuan wajib memperoleh Surat Keterangan Pencantuman Label Berbahasa Indonesia-Produk Hortikultura (SKPLBI-Indonesia-Produk Hortikultura), namun tidak menghapus kewajiban penggunaan label berbahasa Indonesia dan untuk impor produk Hortikultura oleh IT-Produk Hortikultura. Komoditi hortikultura yang diatur dalam ketentuan ini mencakup 57 jenis HS, yang terdiri atas produk tanaman hias, seperti anggrek dan krisan; produk hortikultura segar, seperti bawang, sayur-sayuran dan buah-buahan (wortel, lobak pisang, kentang, cabe, jeruk, apel, anggur, papaya); serta produk hortikultura olahan, seperti sayuran dan buah-buahan yang diawetkan dan jus buah.

Adapun pokok-pokok pengaturan impor hortikultura adalah sebagai berikut:

Impor Produk Hortikultura hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah mendapatkan pengakuan sebagai IP-Produk Hortikultura atau penetapan sebagai IT-Produk Hortikultura dari Menteri.

Untuk memperoleh pengakuan sebagai IP-Produk Hortikultura, perusahaan harus mengajukan permohonan kepada Menteri dalam hal ini Direktur Jenderal, dengan melampirkan antara lain fotokopi

Angka Pengenal Importir Produsen (API-P), bukti penguasaangudang penyimpanan sesuai karakteristik produk, bukti penguasaan alat transportasi sesuai karakteristik produk, rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) dari Menteri Pertanian atau pejabat yang ditunjuk. Untuk memperoleh penetapan sebagai IT-Produk Hortikultura, perusahaan harus mengajukan permohonan kepada Menteri dalam hal ini Direktur Jenderal, dengan melampirkan fotokopi Angka Pengenal Importir Umum (API-U), bukti kepemilikan gudang penyimpanan sesuai karakteristik produk, bukti kepemilikan alat transportasi sesuai karakteristik produk, bukti kontrak kerjasama penjualan Produk Hortikultura paling sedikit dengan 3 (tiga) distributor selama paling sedikit 1 (satu) tahun, bukti pengalaman sebagai distributor Hortikultura selama 1 (satu) tahun, dan surat pernyataan bermaterai yang menyatakan tidak akan menjual Produk Hortikultura kepada konsumen langsung atau pengecer (retailer).

Ketentuan Angka Pengenal Importir (API)

Kementerian Perdagangan menetapkan ketentuan tentang Angka Pengenal Importir pada Mei 2012 melalui Permendag Nomor: 27/M-DAG/PER/5/2012. Selama implementasi peraturan ini, terdapat beberapa hal yang menyebabkan ketentuan ini harus mengalami perubahan sehingga ketentuan ini kemudian direvisi melalui Permendag Nomor: 59/M-DAG/PER/9/2012.

Tujuan pengaturan ini adalah untuk:

1. Meningkatkan pengawasan terhadap pelaku impor; 2. Mendorong pengembangan industri di dalam negeri; 3. Meningkatkan keadilan (fairness) di antara pelaku impor; 4. Meningkatkan kredibilitas dari para pelaku impor.

Berdasarkan ketentuan ini maka terdapat 2 (dua) jenis API yaitu Angka Pengenal Importir –Produsen (API-P) dan Angka Pengenal Importir Umum (API-U).

Berdasarkan ketentuan ini, API-P dimungkinkan untuk menjadi Produsen Importir jika dalam pengembangan usaha dan investasinya, perusahaan pemilik API-P dapat mengimpor barang industri tertentu untuk tujuan diperdagangkan dan/atau dipindahtangankan. Barang Industri tertentu tersebut tidak digunakan sebagai proses produksi dan hanya untuk tujuan Tes Pasar dan/atau sebagai Barang Komplementer. Persyaratan untuk menjadi Produsen Importir adalah rekomendasi dari instansi teknis pembina di tingkat pusat yang memuat antara lain jumlah, jenis barang dan Pos Tarif/HS, jangka waktu impor sesuai dengan maksud/tujuan peruntukkan barang, dan pelabuhan muat dan tujuan

Forum Ekspor sebagai sasarana komunikasi Pemerintah dan Pelaku Usaha

Dalam rangka peningkatan daya saing ekspor nasional dan pelaksanaan tugas Pokja Ekspor Tim Nasional Pengembangan Ekspor dan Pengembangan Investasi, Menteri Perdagangan selaku Ketua Pokja Ekspor terus menerus meningkatkan komunikasi dan fasilitasi dengan para pelaku usaha. Sebagaimana pada tahun sebelumnya, Kementerian Perdagangan pada tahun 2011-2012 kembali mengadakan Forum Ekspor yang merupakan sarana komunikasi antara instansi Pemerintah dengan para pelaku usaha khususnya dalam upaya peningkatan ekspor.

Forum Ekspor yang berhasil dilaksanakan Kementerian Perdagangan pada periode ini yaitu

1. Forum Ekspor Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan, Perkebunan dan Makanan Minuman pada tanggal 31 Januari 2012 di kota Malang. Melalui Forum Ekspor ini, Kementerian Perdagangan berhasil menganalisa dan mengidentifikasi hambatan ekspor dan menyiapkan rekomendasi kebijakan dan langkah-langkah penyelesaian masalah sesuai prioritas penyelesaiannya.

Beberapa hal yang diusulkan pada Forum Ekspor kali ini antara lain adanya pedoman pelaksanaan ekspor rumput laut, ketentuan Nomor Induk Kepabeanan (NIK), masalah hambatan untuk ekspor produk tembakau dan beberapa permasalahan produksi tembakau, dan masalah pasokan energi.

Penyelenggaraan Forum Ekspor yang dipimpin oleh Wakil Menteri Perdagangan

Penetapan kebijakan di bidang industri dan pertambangan sebagai implementasi kebijakan Sustainable Trade

Dalam rangka meningkatkan daya saing ekspor di bidang industri dan pertambangan, Kementerian Perdagangan telah menetapkan beberapa kebijakan ekspor di bidang industri dan pertambangan. Beberapa kebijakan ekspor di bidang industri dan pertambangan ini pada umumnya merupakan kelanjutan dan implementasi dari kebijakan Sustainable Trade pada tahun-tahun sebelumnya. Melalui kebijakan ini, diharapkan daya saing ekspor Indonesia semakin meningkat karena produk yang diekspor adalah produk yang bernilai tambah tinggi.

Selama periode ini, beberapa kebijakan yang telah ditetapkan adalah: 1. Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor melalui Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 13/M-DAG/PER/3/2012. Peraturan ini merupakan revisi Kepmenperindag No. 558 Tahun 1998 jo. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 01/M-DAG/PER/1/2007 tentang Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor.

Ketentuan umum di bidang ekspor mencakup hal-hal berkaitan dengan norma-norma/kaidah umum pengaturan, pengawasan, pembatasan dan pelarangan ekspor. Ketentuan umum ini terpisah dengan penetapan jenis barang.

2. Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 29/M-DAG/PER/5/2012 yang kemudian dirubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan No. 52/M-DAG/PER/8/2012. Kebijakan ini mengatur tata niaga ekspor untuk 61

(enam puluh satu) pos tarif barang tambang mineral logam, mineral non logam dan batuan dengan instrumen wajib Eskportir Terdaftar (ET), Persetujuan Ekspor (PE), dan Verifikasi Ekspor.

3. Ketentuan Barang Dilarang Ekspor melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/M-DAG/PER/7/2012.

Ketentuan ini merupakan pelarangan ekspor beberapa produk pertanian dan peternakan, produk kehutanan, produk perikanan dan kelautan, produk industri, produk pertambangan, tumbuhan dan

Dalam dokumen KEMENTERIAN PERDAGANGAN Pushaka (c) 2013 (Halaman 34-46)

Dokumen terkait