• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Pengawasan dan Perlindungan Konsumen

Dalam dokumen KEMENTERIAN PERDAGANGAN Pushaka (c) 2013 (Halaman 46-53)

BAB III KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

3.2. Capaian Sasaran Perdagangan Tahun 2011

3.2.1.5. Peningkatan Pengawasan dan Perlindungan Konsumen

Standar Internasional

Kementerian Perdagangan aktif berpartisipasi dalam berbagai pertemuan di bidang standar Internasional, sehingga dapat mempelajari dan memahami berbagai substansi standardisasi. Adapun pertemuan tersebut antara lain:

1. Standardisasi dan Pelabelan Pemanfaatan Listrik Rumah Tangga di Australia.

Dalam pertemuan tersebut kedua negara peserta study visit yaitu Vietnam dan Indonesia masing-masing mempresentasikan perkembangan terkait standar dan pelabelan bagi produk peralatan rumah tangga di masing-masing negara. Seluruh produk yang

termasuk pada Program Equipment Energy Efficiency (E3) sebelum dipasarkan, harus terlebih dahulu teregistrasi di portal www.energyrating.gov.au. Tujuan pelabelan ini dapat memudahkan konsumen dalam memilih peralatan rumah tangga yang paling efisien penggunaan energinya, hanya dengan melihat jumlah bintang dari label yang tertera pada kemasan produk, konsumen dapat melihat tingkat efisiensi dan konsumsi tahunan yang digunakan oleh peralatan rumah tersebut.

2. ASEAN Task Force on Codex (ATFC) di Bangkok.

Telah dicapai kesepakatan bersama agar Negara ASEAN mendukung adopsi beberapa isu, yaitu:

Maximum Levels for Melamine in Food and Feed (CCCF)

Proposed Draft Standard for Alive Abalone and for Raw Fresh Chilled or Frozen Abalone for Direct Consmption or for Processing (CCFFP)

Proposed Draft Standard for Fresh and Quick Frozen Raw Scallop (Pectinidae) Adductor Muscle Meat for adoption at Step 5/8 (CCFFP)

3. ISO COPOLCO di Fiji.

Pertemuan tersebut terdiri dari WG on Consumer Participation, WG on Training Grou,WG on Consumer Protection in the Global Market Place dan WG on product safety dengan kesimpulan perlunya pengawasan yang lebih baik di perbatasan, pertukaran informasi tentang produk yang tidak aman (sub-standard), penyusunan pedoman pengawasan pasar, pengumpulan data masukan dari konsumen kepada pemerintah, peningkatan informasi dan edukasi konsumen serta ketertelusuran (tracebility) produk.

4. Codex Committee on Food Labelling di Ottawa.

Agenda utama adalah penyusunan standar label pangan dalam upaya perlindungan konsumen dan diitikberatkan pada penerapan World Health Organization (WHO) global strategy on diet and physical activity serta membahas tentang pedoman produksi, pengolahan, pelabelan dan pemasaran pangan organik dengan h

asil yang perlu

dipertimbangkan implementasinya di Indonesia antara lain

kewajiban mencantumkan informasi nilai gizi pada semua

produk pangan serta mengakomodir klaim “tanpa penambahan

gula” dan “tanpa penambahan garam”.

5. JSC EEE and Its Related Meetings di Phnom Penh.

Transposisi AHEEERR ke dalam peraturan Nasional dilakukan dalam beberapa tahap yang disebut milestones dan Indonesia dan Kamboja pada saat ini masih termasuk dalam tahap 3 (amend). Pertemuan sepakat untuk membahas post market alert system yang merupakan bagian dari post market surveillance dan diskripsi tentang beberapa modul yang dikembangkannya termasuk proses traceability produk serta mengkaji apakah ASEAN Conformity Mark (ACM) dapat diterapkan untuk sektor EEE berdasarkan hasil feasibility study yang direncanakan akan dilakukan ACCSQ.

6. Technical Barrier to Trade (TBT) di Jenewa.

Tujuan pertemuan untuk memberikan tanggapan atas Specific Trade Concerns (STC) yang disampaikan oleh Mexico dan South Africa terkait Draft modification to the technical regulation HK.00.05.52.4040 on alcoholic drinks; atas STC yang disampaikan Korea dan Jepang terhadap notifikasi Indonesia mengenai Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pemberlakuan Standar Nasional (SNI) Baja lembaran tipis lapis timah elektrolisa (BjLTE) secara wajib (G/TBT/N/IDN/46); dan atas STC yang disampaikan pihak Amerika Serikat dan Uni Eropa terkait Technical Guidelines for the Implementation of the Adoption and Supervision of Indonesia National Standards for Obligatory Toy Safety. Selain itu, tanggapan atas STCyang disampaikan oleh Amerika Serikat terkait Import permit regulations 60 for horticultural products from the Ministries of Agriculture and Trade yang dinotifikasi melalui G/LIC/N/2/IND/12 dan G/SPS/N/IND/55 dan Technical Guidelines for the Implementation of the Adoption and Supervision of Indonesia National Standards for Obligatory Toy Safety yang dinotifikasi melalui G/TBT/N/IDN/64. Manyampaikan intervensi atas STC yang diajukan oleh Republik Dominika kepada New Zealand terkait proposal to introduce plain packaging of tobacco products dinotifikasi melalui G/TBT/N/NZL/62 dan atas STC yang diajukan oleh AS kepada European Union (EU)

terkait Directive 2009/28/CE Renewable Energy Directive melalui notifikasi G/TBT/N/EEC/200; G/TBT/N/EEC/200/Add.1.

7. The 2nd International Tripartite Rubber Council (ITRC) di Penang.

Pembentukan Regional Rubber Market dan sepakat untuk membentuk Technical Working Group dengan melibatkan perwakilan dari Rubber Research Institute of Thailand (RRIT), Bursa Malaysia Derivatives Bhd (BMDB), dan Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX). Pertemuan membahas konsep Regional Rubber Market untuk meningkatkan peranan Thailand, Indonesia, dan Malaysia dalam menstabilkan harga karet alam dan meningkatkan pendapatan petani karet dan mempromosikan jaringan bisnis, penyampaian fisik, aktivitas arbitrase dan perdagangan karet alam.

8. Rangkaian Pertemusn D8 di Mataram.

Pembahasan mengenai Mataram Initiatives yang berisi antara lain Komitmen untuk mengatasi volatilitas harga pangan dan meningkatkan produksi pangan global, serta strategi untuk memberantas kelaparan dan kurang gizi; memberikan prioritas dalam ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan dan masyarakat pedesaan dalam mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan; peningkatan kerjasama teknis dalam aplikasi dan harmonisasi standar pupuk, potensi penelitian dan kerjasama teknologi untuk pupuk komersial dan perdagangan intra kawasan. Untuk itu, para menteri mendesak agar negara-negara anggota D-8 untuk menyiapkan data base dan informasi tentang standar pupuk diantara negara anggota serta pembentukan kelompok kerja teknis dalam rangka meningkatkan produksi pakan ternak, yaitu: technical working group on palm kernel cake, rice bran dan cassava.

Peraturan terkait Standardisasi dan Perlindungan Konsumen

Kementerian Perdagangan selama periode Tahun 2012 telah melakukan berbagai upaya penguatan pasar dalam negeri, penciptaan iklim usaha perdagangan dalam negeri yang kondusif dan perlindungan kepada konsumen dengan mengeluarkan kebijakan antara lain:

1. Peraturan Menteri Perdagangan No. 69/M-DAG/PER/10/2012 tentang Tanda Tera.

2. Peraturan Menteri Perdagangan No. /M-DAG/PER/12/2012 tentang Tanda Sah Tahun 2014.

3. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 954/M-DAG/KEP/10/12 tentang Penetapan Kota Surakarta sebagai Daerah Tertib Ukur. 4. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor Nomor

956/M-DAG/KEP/10/12 tentang Penetapan Kota Balikpapan sebagai Daerah Tertib Ukur.

5. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor Nomor 955/M-DAG/KEP/10/12 tentang Penetapan Kota Batam sebagai Daerah Tertib Ukur.

6. Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Nomor 18.1/SPK/KEP/02/2012 tentang Pembentukan Unit Pelayanan Perijinan Kemetrologian (UPPK).

7. Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Nomor 72/SPK/KEP/09/2012 tentang Penetapan UPTD Metrologi Legal Terbaik Tahun 2012.

Kebijakan Standardisasi dan Perlindungan Konsumen

Surat Menteri Perdagangan tentang Pembentukan dan Dukungan terhadap BPSK tanggal 23 Juli 2012, sehingga diharapkan Kabupaten/ Kota yang akan mendapatkan bantuan pasar dipersyaratkan memiliki BPSK terlebih dahulu sebagai akses penyelesaian kasus konsumen di wilayah tersebut, dan dihimbau agar Kabupaten/Kota yang belum memiliki BPSK agar segera mengusulkan membentuk BPSK kepada Presiden melalui Menteri Perdagangan.

Bagi Kabupaten/Kota yang telah memiliki BPSK agar tetap mendukung kinerja dan eksistensinya dengan penyediaan sarana prasarana dan dana operasional yang memadai sesuai pernyataan kesanggupan di awal pembentukannya.

Gerakan Konsumen Cerdas

Gerakan konsumen cerdas dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman konsumen agar lebih cerdas dan memiliki proteksi alamiah serta mampu menghadapi pasar yang semakin terbuka. Gerakan Konsumen Cerdas dilaksanakan melalui kegiatan Klinik Konsumen Terpadu (KKT), Motivator dan Gerakan Komunitas Konsumen, Pengembangan Layanan Informasi Konsumen di Perguruan Tinggi, Edukasi Belanja Cerdas, Pengaduan Konsumen secara online (Siswas PK, Hotline-Call Center), serta Sosialisasi melalui media elektronik dan media cetak. Saat ini dirintis kerjasama edukasi dengan ormas (dimulai dengan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama) dan telah dihasilkan pedoman edukasi untuk Da’i dan Aktivis Ormas.

Pembinaan dan pengawasan

kemetrologian melalui Daerah Tertib Ukur

Pembentukan Daerah Tertib Ukur merupakan langkah percepatan peningkatan tertib ukur dilakukan dalam rangka memberikan perlindungan terhadap kepentingan umum/konsumen dalam hal jaminan kebenaran hasil pengukuran dan mendorong pemerintah daerah aktif dalam mewujudkan tertib ukur dan meningkatkan kinerja kemetrologian.

Pada tahun 2012 telah ditetapkan 3 (tiga) kota menjadi Daerah Tertib Ukur yaitu Kota Batam pada tanggal 6 November 2012, Kota Balikpapan pada tanggal 30 Oktober 2012 dan Kota Surakarta pada tanggal 16 Oktober 2012. Pada kesempatan itu pula dilakukan juga penyerahan bantuan timbangan dengan total sebanyak 2025 (dua ribu dua puluh lima) unit kepada ketiga Walikota untuk diberikan kepada usaha mikro pemilik UTTP yang telah rusak maupun tidak memenuhi persyaratan teknis kemetrologian. Upaya pembentukan Daerah Tertib Ukur ini mendapat perhatian besar dari Pemerintah Daerah. Untuk tahun 2013, telah ada 6 Kabupaten/Kota yang mengusulkan membentuk Daerah Tertib Ukur antara lain: Kota Padang, Kota Tarakan, Kota Bontang, Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Karimun, dan Kota Salatiga.

Peresmian Penetapan Kota Surakarta sebagai Daerah Tertib Ukur 2012 oleh Wakil Menteri Perdagangan

Pembinaan dan pengawasan

kemetrologian melalui Pasar Tertib Ukur

Dalam rangka peningkatan perlindungan terhadap konsumen dalam hal kebenaran hasil pengukuran, peningkatan citra pasar tradisional, dan penanaman elemen perlindungan konsumen di pasar tradisional, Kementerian Perdagangan menetapkan program pembentukan Pasar Tertib Ukur. Kriteria ditetapkannya pasar tradisional sebagai Pasar Tertib Ukur, antara lain dikelola dengan manajemen yang baik, memiliki data base tentang jumlah, jenis, lokasi, dan pemilik UTTP, dan semua UTTP yang digunakan dalam transaksi perdagagan bertanda tera sah. Pembentukan Pasar Tertib Ukur dimulai pada tahun 2010 dengan ditetapkan 56 Pasar Tertib Ukur di 33 Ibukota Provinsi. Selanjutnya pada tahun 2012 telah ditetapkan 35 Pasar Tertib Ukur di 28 Kabupaten/Kota. Bagi pasar yang telah memperoleh predikat Pasar Tertib Ukur, Kementerian Perdagangan menyediakan bantuan timbangan ukur ulang yang dapat digunakan oleh konsumen untuk memastikan kebenaran hasil pengukuran dan juga bantuan timbangan masing-masing 20 unit tiap pasar untuk digunakan sebagai timbangan pengganti pada saat dilaksanakan tera ulang.

Penetapan Pasar Aviari di Batam sebagai Pasar Tertib Ukur 2012 oleh Menteri Perdagangan

Peningkatan pemahaman di bidang metrologi legal

Kegiatan Peningkatan pemahaman metrologi legal merupakan upaya Kementerian Perdagangan untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat, pelaku usaha, aparat pemerintah, dan stakeholder lainnya terhadap pentingnya metrologi legal khususnya dalam transaksi perdagangan. Hal ini mengingat masih banyak masyarakat yang belum mengenal pentingnya metrologi legal sehingga upaya untuk mewujudkan tertib ukur masih dilakukan oleh Pemerintah. Pemerintah daerah belum menjadikan kegiatan metrologi legal menjadi kegiatan prioritas di daerah dan masyarakat belum ikut berperan aktif dalam upaya mewujudkan tertib ukur. Kegiatan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan pemahaman di bidang metrologi legal antara lain:

1. Seminar Regional dengan tema “Membangun Budaya Jujur dan Meningkatkan Citra Daerah melalui Tertib Ukur” yang dilaksanakan: Regional I untuk wilayah Sumatera tanggal 3 April 2012, Regional II untuk wilayah Jawa dan Nusa Tenggara tanggal 10 Mei 2012, Regional III untuk wilayah Kalimantan tanggal 17 April 2012, dan Regional IV untuk wiilayah timur Indonesia tanggal 1 Mei 2012. 2. Penayangan iklan animasi tentang Pos Ukur Ulang di ruang tunggu

airport.

3. Pelatihan tingkat Asia Pasifik tentang sistem ketertelusuran meter kadar air untuk komoditi beras yang dilaksanakan tanggal 28 Mei – 1 Juni 2012.

4. Bimbingan teknis pengelola pasar yang dilaksanakan pada tanggal 11 – 15 Juli 2012 di Bandung.

5. Upgrading bagi PPNS Metrologi Legal yang dilaksanakan pada tanggal 30 – 1 Juni 2012 di Bandung.

6. Bimbingan Teknis tentang Syarat Teknis UTTP bagi aparat pemerintah daerah.

Peresmian Gedung Kantor dan Laboratorium Balai Standardisasi Metrologi Legal Regional I,II,III,dan IV

Dalam rangka mengantisipasi pelaksanaan otonomisasi khususnya di bidang pelayanan kemetrologian dimana urusan metrologi legal ditetapkan menjadi urusan pilihan bagi Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Kementerian Perdagangan telah membentuk unit kerja baru untuk memfasilitasi pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pelayanan metrologi legal, dengan demikian masyarakat konsumen diharapkan tetap memperoleh perlindungan dalam hal jaminan kebenaran hasil pengukuran. Unit kerja tersebut adalah Balai Standardisasi Metrologi Legal (BSML) yang dibentuk pada tahun 2006 yaitu Regional I di Provinsi Sumatera Utara untuk wilayah

Sumatera; Regional II di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk wilayah Jawa, Bali, NTB, dan NTT; Regional III di Provinsi Kalimantan Selatan untuk wilayah Kalimantan; dan Regional IV di Provinsi Sulawesi Selatan untuk wilayah Timur Indonesia.

Tugas pokok BSML antara lain :

a. Memberikan bimbingan dan pembinaan bagi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Metrologi Legal dan Pegawai Berhak (Penera), b. Melaksanakan interkomparasi antar UPTD Metrologi Legal Provinsi

untuk memastikan kesamaan kemampuan dan keakurasian standar antar UPTD Metrologi Legal Provinsi,

c. Verifikasi standar acuan milik UPTD Metrologi Legal Provinsi, dan verifikasi standar uji/kerja UPTD Metrologi Legal Kabupaten/Kota apabila UPTD Metrologi Legal Provinsi belum siap/mampu menangani,

d. Monitoring standar uji/kerja pada UPTD Metrologi Legal Kabupaten/Kota dan standar acuan milik UPTD Metrologi Legal Provinsi untuk menjamin standar tersebut telah tertelusur secara berkala sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan

e. Melaksanakan tera/tera ulang UTTP di wilayah kerja provinsi apabila pemerintah daerah provinsi tersebut belum membentuk UPTD Metrologi Legal.

Peresmian Gedung Kantor dan Laboratorium BSML oleh Menteri Perdagangan dan dihadiri oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X

Penghargaan bagi pemangku kepentingan yang peduli tertib ukur.

Dalam rangka meningkatkan kinerja UPTD Metrologi Legal dan memotivasi kerja Pegawai Berhak dalam memberikan pelayanan tera dan tera ulang serta memberikan apresiasi kepada perusahaan dalam negeri yang memiliki ketaatan/kepatuhan dalam menggunakan UTTP dan mengedarkan BDKT sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Kementerian Perdagangan memberikan penghargaan “Metrology Award” kepada 3 (tiga) UPTD terbaik, 3 (Tiga) Pegawai Berhak Teladan dan 5 (lima) perusahaan pengguna UTTP peduli tertib ukur yang diberikan oleh bapak Wakil Menteri Perdagangan, yaitu:

1. UTPD Terbaik adalah Unit Pelayanan Kemetrologian Pontianak sebagai terbaik I, Balai Metrologi Wilayah Semarang sebagai terbaik II dan Balai Metrologi Wilayah Banyumas sebagai terbaik III.

2. Pegawai Berhak Teladan adalah Edi Subeno dari Balai Metrologi Wilayah Semarang (Pegawai Teladan I), M Eqbal dari Balai Metrologi Wilayah Semarang (Pegawai Teladan II) dan Edi Subiantoro dari Balai Kemetrologian Karawang (Pegawai Teladan III).

3. Perusahaan pengguna UTTP peduli tertib ukur adalah:

Bekasi;

b. PT. Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk. (produsen olahan minyak sawit), Rungkut Surabaya;

c. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor;

d. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Surabaya; dan e. ASESE (UMKM produsen rendang dalam kemasan) di kota

Padang.

Pemberian penghargaan kemetrologian oleh Wakil Menteri Perdagangan

3.2.1.6 Penciptaan Jaringan Distribusi Perdagangan Yang Efisien

Dalam dokumen KEMENTERIAN PERDAGANGAN Pushaka (c) 2013 (Halaman 46-53)

Dokumen terkait