• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di dalam suatu negara, pastinya terdapat pemerintahan yang mengatur jalannya kehidupan berbangsa dan bernegara. Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tersebut pasti terdapat sistem perekonomian yang diterapkan. Baik negara besar ataupun kecil, dengan kepadatan penduduk rendah ataupun tinggi pasti memiliki sistem keuangan atau moneter yang mengatur peredaran uang di dalam negeri.

Pada sistem moneter yang diterapkan suatu negara tentu di dalamnya terdapat unsur atau organisasi yang terpercaya dan diakui secara badan hukum untuk mengelola dan mengatur uang beredar agar tercipta situasi perekonomian yang kondusif. Salah satu organisasi yang umumnya ada di setiap negara dan berperan dalam sistem moneter yaitu bank.

The Banking sector acts as the life blood of modern trade and commerce to provide them with a major source of finance. This increasing phenomenon of globalization has made the concept of efficiency more important both for the non-financial and financial institutions and banks are the part of them

(Sehrish Gul, Faizha Irshad, and Khalid Zaman, 2011:2).

Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan dana ini, bank sering pula disebut lembaga

2 kepercayaan. Sejalan dengan karakteristik usahanya tersebut, maka bank merupakan suatu segmen usaha yang kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah. (Siamat, 2005: 275).

Bank selaku pelaksana lalu lintas pembayaran berarti sebagai pelaksana penyelesaian transaksi dari pembayar ke penerima. Hubungan antara pembayar dengan penerima membutuhkan peran bank sebagai pendorong kemajuan perdagangan, perekonomian dengan prinsip praktis, ekonomis dan aman.

Sedangkan bank sebagai stabilitator perekonomian di bidang moneter dijalankan oleh bank sentral, yang di Indonesia umumnya dikenal sebagai Bank Indonesia. Kewajiban BI sebagai stabilitator yakni menstabilkan nilai tukar uang, menentukan tingkat suku bunga acuan, mengawasi jumlah peredaran uang, dan lain sebagainya. Kebijakan pun bisa diambil BI dalam rangka pelaksanaan kewajibannya, di antaranya kebijakan diskonto, operasi pasar terbuka, dan lain-lain.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut dapat

3 dijelaskan bahwa bank adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dan aktivitasnya pasti berhubungan dengan masalah keuangan.

Pengertian bank juga didefinisikan oleh ahli di bidang perbankan. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. (Kashmir,2003:11).

Dari berbagai definisi tentang pengertian bank, dapat dikatakan bahwa bank merupakan otoritas moneter yang diharapkan suatu negara memiliki peran yang strategis dan sentral dalam menjalankan perannya. Azas kepercayaan yang melekat pada bank membuat masyarakat percaya penuh akan uang yang disimpan pada bank, untuk kemudian bank menjadi mitra yang dipercaya oleh para pencari dana membuat kedudukan bank kian penting. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika negara dan pemerintahannya mempercayai, mendukung serta mengandalkan bank sebagai salah satu alat pendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meningkatkan kesejahteraan hidup antara lain diwujudkan dengan meningkatkan pendapatan dengan berbagai kegiatan perekonomian.

Perekonomian merupakan kegiatan yang menjadi urat nadi bagi masyarakat dan suatu negara. Perekonomian yang terus menerus berlangsung dari mulai jaman dahulu kala yang belum mengenal teknologi, kebudayaan dan alat tukar hingga sekarang yang di mana semua kebutuhan kita seolah

4 tersedia di sekitar kita. Semua terlihat semakin cepat dan mudah sehingga masyarakat sangat terbantu dengan perkembangan jaman.

Demikian juga dengan situasi dan kondisi perekonomian yang semakin dinamis, tidak kenal waktu dan tempat semua bersaing dan bergeliat. Tidak terkecuali dunia perbankan yang termasuk di dalamnya. Perekonomian tidak selalu berjalan mulus ataupun lancar yang di maa keadaan itu diharapkan oleh kita semua. Hambatan itu terjadi salah satunya tragedi krisis moneter.

Perbankan dengan core business nya berupa jasa yang penuh dengan kehati-hatian sangat waspada dalam segala kemungkinan kondisi perekonomian yang terjadi. Bank harus mengetahui betul ancaman di sekitar nya yang dapat menyerang kapanpun, mulai dari ancaman dari dalam lingkungan bank (internal bank) hingga lingkungan luar (eksternal bank). Ancaman eskternal yang paling nyata dan tidak dapat dihindari yakni terjadinya krisis pada suatu negara.

Krisis moneter yang berkepanjangan selama beberapa tahun kebelakang ini telah berubah menjadi krisis ekonomi, yakni terpuruknya kegiatan ekonomi karena semakin banyaknya perusahaan yang tutup, perbankan yang dilikuidasi dan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang menganggur, mengingatkan bahwa betapa besar dampak ekonomi yang akan ditimbulkan apabila terjadi kegagalan usaha perbankan. Untuk itu perlu dilakukan serangkaian analisis yang sedemikian rupa sehingga kemungkinan kesulitan

5 keuangan dan bahkan kegagalan usaha perbankan dapat dideteksi sedini mungkin.

Rendahnya kualitas perbankan antara lain tercermin dari lemahnya kondisi internal sektor perbankan, lemahnya manajemen bank, moral Sumber Daya Manusia (SDM), serta belum efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Semakin banyaknya jumlah bank di Indonesia menciptakan persaingan yang semakin ketat dan kinerja bank yang menjadi rendah karena ketidakmampuan bersaing di pasar, sehingga banyak bank yang sebenarnya kurang sehat atau bahkan tidak sehat secara financial. Sehat tidaknya suatu perusahaan atau perbankan, dapat dilihat dari kinerja keuangan terutama kinerja profitabilitasnya dalam suatu perusahaan perbankan tersebut. Tingkat kinerja profitabilitas suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan dengan cara menganalisis dan menghitung rasio-rasio dalam kinerja keuangan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan diterapkan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka pimpinan perusahaan dapat mengetahui keadaan serta perkembangan financial perusahaan dengan hasil-hasil yang telah dicapai diwaktu lampau dan diwaktu yang sedang berjalan.

6 Selain itu, dengan melakukan analisis keuangan diwaktu lampau maka dapat diketahui kelemahan-kelemahan perusahaan serta hasil-hasil yang dianggap cukup baik dan mengetahui potensi kegagalan suatu perusahaan tersebut. Dengan diketahuinya kemungkinan kesulitan keuangan yang akan terjadi sedini mungkin maka pihak manajemen dapat melakukan antisipasi dengan mengambil langkah-langkah yang perlu dilakukan agar dapat mengatasinya.

Tingkat profitabilitas dalam suatu perusahaan dapat dinilai dan diukur melalui laporan keuangan dengan cara menganalisis dan menghitung rasio-rasio dalam kinerja keuangan (Fitriyanti P, 2010:2). Penghitungan rasio-rasio tersebut dilakukan, untuk kemudian dibandingkan berdasarkan rentang waktu agar terlihat berubahannya. Dengan diketahunya hal itu maka perusahaan dapat menentukan strategi terbaik agar tercapai tujuan dan keuntungan yang diharapkan. Rasio yang dapat digunakan mengukur profitabilitas cukup banyak, namun yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA (Return on Assests).

Alasan dipilihnya ROA (Return on Asset) sebagai indikator pengukur tingkat profitabilitas bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan sebaik-baiknya aktifa yang dimilikinya. Menurut Yacub Azwir (2006:6) ROA juga sudah memperhitungkan hutang perusahaan dan pembayaran dividen, selain itu untuk mendapatkan ROA, laba perusahaan yang digunakan adalah laba

7 bersih artinya ROA juga sudah memperhitungkan biaya bunga dan pajak perusahaan, disamping itu juga didasarkan pada alasan bahwa bagi investor atau pemodal adalah seberapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan, sehingga investor dapat mengharapkan berapa besar tingkat kembalian yang bakal diterima, sehingga ROA sangat bermanfaat bagi investor.

Tabel 1.1 di bawah ini adalah perhitungan rata-rata LDR, Total Assets,

Pendapatan Bunga, dan BOPO pada 14 bank Go Public dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.

Tabel 1.1

Nilai Rata-Rata LDR, Total Assets, Pendapatan Bunga dan BOPO Pada 14 Bank Go Public Tahun 2008-2011

No. Variabel 2008 2009 2010 2011 1. LDR 73,90% 70,26% 72,79% 78,10% 2. Total Assets Rp.101724700 Rp.125574596 Rp.138436908 Rp.162358230 3. Pend.Bunga Rp. 5570677 Rp6328700 Rp.7137485 Rp.7933738 4. BOPO 82,12% 81,71% 80,52% 73,19% 5. ROA 1,72% 1,86% 2,22% 2,29%

Sumber : Bank Indonesia & Website Bank (laporan keuangan yang diolah) Berdasarkan tabel di atas, untuk rasio LDR dari tahun 2008 hingga 2011 mengalami fluktuasi. Dari tahun 2008 ke tahun 2009 LDR mengalami penurunan sebesar 3,64%. Sedangkan dari tahun 2009 hingga tahun 2011 LDR terus mengalami kenaikan. Jika dilihat, nilai ROA mengalami konsistensi karena terus mengalami peningkatan. Akan tetapi, jika dilihat

8 kekonsistenan data antara LDR dan ROA maka terjadi inkosnsitensi data karena LDR yang mengalami fluktuasi. Kenaikan LDR ini menurut Yusti Agistiara (2011:8-9) menimbulkan masalah bagi bank yang mana apabila semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya akan semakin kecil karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin besar dan dalam hal ini akan membawa pengaruh negatif terhadap profitabilitas.

Menurut data empiris di atas, untuk total assets dari tahun 2008 hingga tahun 2011 terus mengalami kenaikan. Aktiva yang dimiliki 14 bank go public tidak pernah mengalami fluktuasi, sehingga dapat dikatakan nilai total assets mengalami konsistensi data. Jika dilihat nilai antara total assets dengan ROA, maka dapat dikatakan keduanya sama-sama mengalami konsistensi karena terus menerus mengalami kenaikan dari tahun 2008 hingga tahun 2011. Dewi Mayasari (2008) mengatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Ni Putu Ena Marbeya dan Agus Suryana (2009) ukuran perusahaan memilki hubungan positif terhadap profitabilitas bank. Untuk pendapatan bunga, dari tahun 2008 hingga tahun 2011 sesuai tabel 1.1 di atas menunjukkan terus mengalami kenaikan dan tidak berfluktuasi. Untuk pendapatan bunga, mengalami konsistensi data dan sama halnya dengan ROA yang juga konsisten terus mengalami kenaikan. Menurut penelitian Rina Nurmila (2006) pendapatan bunga tidak berpengaruh

9 signifikan terhadap ROE. Sedangkan menurut Dewi Mayasari (2008) pendapatan bunga memiliki hubungan positif signifikan terhadap ROA. Selanjutnya, nilai BOPO sesuai tabel 1.1 di atas dari tahun 2008 hingga tahun 2011 menunjukkan konsistensi yakni mengalami penurunan. Sedangkan untuk ROA dari tahun 2008 hingga tahun 2011 mengalami peningkatan. Sehingga, berdasarkan data empiris tersebut dapat dikatakan bahwa antara BOPO dan ROA memiliki hubungan yang berlawanan arah. Berdasarkan penelitian Yacub Azwir (2006) efisiensi yang diukur dengan BOPO memilki hubungan negatif signifikan terhadap Profitabilitas yang diukur dengan ROA. Sedangkan menurut penelitian Ahmad Buyung Nusantara (2009) efisiensi yang diukur dengan BOPO memilki hubungan negatif tidak signifikan terhadap ROA.

Berdasarkan uraian di atas dan penjelasan data empiris, maka perbankan telah berupaya menjadi alat bantu negara dalam terciptanya kesejahteraan. Hal ini dapat dilihat dari penyaluran kredit perbankan go public yang bersedia menyalurkan kredit dari dana pihak ketiganya kepada pencari dana yang umumnya pelaku usaha. Dengan demikian, dengan adanya kredit maka sektor usaha dapat bergeliat guna memajukan usahanya. Selain itu, ukuran perusahaan yang dilihat dari total assests tidaklah kalah penting bagi perbankan.

Selain itu, masih berdasarkan data empiris di atas terlihat pula usaha bank dalam meraih pendapatan dari sektor bunga tumbuh secara meyakinkan.

10 Agresifitas bank dalam mengeksplor pendapatan bunga menunjukkan keseriusan bank menjalankan usahanya yang ternyata berhubungan searah dengan profitabilitas (ROA) yang juga terus meningkat. Hal ini terlihat semakin menggembirakan dengan efisiensi (BOPO) yang berhasil ditekan dan angka nya terus menurun dari tahun ke tahun. Sesuai data di tersebut, semakin angka efisiensi ditekan maka profitabilitas (ROA) meningkat.

Berdasarkan latar belakang, data empiris serta beberapa penelitian terdahulu yang memilki keterkaitan serta menginspirasi dalam penlitian ini, maka peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai profitabilitas perbankan dengan judul “Pengaruh Kredit yang Disalurkan, Ukuran Perusahaan, Pendapatan Bunga dan Efisiensi Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan” (Studi Kasus pada Bank yang Terdaftar di BEI tahun 2008-2011)

Pada penelitian ini, dijelasakan mengenai batasan yang dibahas agar lebih fokus, sesuai topik yang dibahas dan tidak keluar dari topik yang diteliti. Jadi, batasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan-batasan dari masalah penelitian yang akan berguna untuk mengidentifikasi faktor-faktor mana saja yang akan dimasukkan ke dalam ruang lingkup masalah penelitian dan mana yang tidak dimasukkan (Abdul Hamid, 2010:14).

Untuk variabel bebas nya, difokuskan kepada kredit yang disalurkan dengan menggunakan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio), ukuran perusahaan dengan total assets, kemudian pendapatan bunga serta efisiensi yang diukur

11 dengan BOPO (Beban Operasional dan Pendapatan Operasional). Sedangkan untuk variabel terikat nya yaitu profitabilitas dengan menggunakan rasio ROA (Return on Assets).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimanakah pengaruh kredit yang disalurkan (LDR), ukuran perusahaan (total assets), pendapatan bunga dan efisiensi (BOPO) terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan?

2. Variabel independen manakah yang paling dominan mempengaruhi profitabilitas?

C. Tujuan Penelitian

Berdasrakan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh kredit yang disalurkan, ukuran perusahaan, pendapatan bunga dan efisiensi terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan.

2. Menganalisis variabel independen manakah yang paling berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti yaitu untuk menambah wawasan tentang seberapa besar pengaruh kredit yang disalurkan bank, ukuran perusahaan,

12 pendapatan bunga dan efisiensi nya terhadap profitabilitas bank. Serta penelitian ini juga merupakan syarat untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1).

2. Manfaat bagi bank yang telah go public khusunya yaitu sedikit memberikan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi profitabilitas. Sehingga dengan hal itu diharapkan bank lebih peka terhadap perubahan situasi ekonomi yang terjadi dan tepat dalam mengambil kebijakan guna meningkatkan keuntungan bank.

3. Bagi dunia akademis dan peneliti selanjutnya, semoga dengan sumbangan kecil berupa penelitian ini dapat membantu perkembangan penelitian selanjutnya dan demi kemajuan akademis di bidang perbankan khususnya. 4. Bagi pihak investor, diharapkan peneltian ini dapat menjadi salah satu

bahan masukan untuk perencanaan investasi khususnya di bidang usaha perbankan.

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen terkait