• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori

4. Pendapatan Bunga

a. Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan penerimaan yang dihasilkan dari aktivitas usaha. Pendapatan akan bertransformasi menjadi laba jika dapat menutupi seluruh pengeluaran dalam operasionalnya. Atau secara sederhananya laba didapat apabila pendapatan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Adam Smith, salah satu tokoh ekonomi dunia mengartikan pendapatan sebagai suatu kenaikan kekayaan pendapatan dapat menambah harta perusahaan jika digunakan kembali untuk kegiatan usaha. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal (IAI, 2002 :232).

32 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan berasal dari usaha normal perusahaan seperti : penjualan output hasil produksi, peggunaan jasa yang digunakan pihak lain, peminjaman uang atau aktiva, penyewaan harta, dan sebagainya. Menurut Hasibuan (2004:100) pendapatan bersumber dari :

1. Bunga kredit yang disalurkan bank 2. Ongkos-ongkos lalu lintas pembayaran

3. Penjualan buku cek, bilyet giro, setoran dan bilyet deposito 4. Safe deposit box

5. Komisi dan provisi 6. Call money market

7. Dan lain-lain b. Pengertian bunga

Dalam industri perbankan, bunga merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam aktivitas usahanya. Bunga yang muncul dari aktivitas bank berasal dari kedua aktivitas besarnya, yaitu dari dana yang dikumpulkan bank dan dari dana yang disalurkan bank. Masing-masing dari kegiatan tersebut menghasilkan dua dimensi bagi bank yaitu pengeluaran dan juga pendapatan bank.

Dimensi/sudut pandang pengeluaran bank dari sektor bunga yaitu bank berkewajiban memberikan imbalan bagi pemilik dana yang telah mempercayai bank menjaga dan mengelola uang mereka. Sedangkan

33 dimensi pendapatan bagi bank yaitu bank berhak mendapat imbalan atas dana yang disalurkan nya kepada penerima kredit bank dan penerima berkewajiban membayar agunan beserta bunganya.

Kashmir (2003:37) mengemukakan bahwa bunga bagi bank adalah yang berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Kashmir (2003:5) keuntungan atau pendapatan bank yang utama diperoleh dari selisih bunga simpanan dengan bunga pinjaman. Keuntungan atau pendapatan dari selisih bunga peminjam dan bunga simpanan dikenal dengan istilah spread based. Apabila bunga simpanan lebih tinggi dari bunga pinjaman seperti dialami perbankan di Indonesia pada tahun 1998 dan 1999 maka bank tersebut dalam kondisi merugi atau dikenal dengan istilah negatif spread.

5. Efisiensi

Efisiensi berasal dari bahasa Inggris yakni efficiency yang berarti tepat guna. Sedangkan secara umum efisiensi ialah penggunaan segala sumber daya yang dimiliki guna mencapai hasil yang optimal. Setiap institusi apapun

34 itu, baik yang mencari laba ataupun nirlaba pastinya menghendaki terjadinya efisiensi dalam aktivitasnya.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Lampiran 1d, Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.

Masalah efisiensi dirasakan semakin penting pada saat ini dan dimasa yang akan datang karena adanya permasalahan yang mungkin timbul sebagai akibat kompetisi usaha yang bertambah ketat, dan meningkatnya mutu kehidupan yang berakibat pada meningkatnya standar kepuasan konsumen (Yuliani, 2007:8).

Nilai Biaya Operasional dan Beban Operasional (BOPO) idealnya bagi suatu bank agar dikatakan memenuhi standar efisiensi yakni 70%-80%. Bank Indonesia menetapkan angka di bawah 90% ialah yang terbaik untuk rasio BOPO. Sedangkan jika angka BOPO melebihi 90% atau bahkan mendekati 100% maka bank tersebut dinyatakan tidak efisien.

Unsur bunga tidak akan bisa lepas dari perhitungan rasio Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO). Mengapa demikian,

35 karena bank sebagai perantara dalam sebuah sistem pembayaran (intermediary system) maka unsur bunga pastinya sangat kuat pengaruhnya.

6. Profitabilitas

Untuk mengukur kinerja suatu perusahaan yang notabene adalah

profit motif dapat digunakan analisis profitabilitas (Wisnu Mawardi, 2005:3). Profitabilitas atau kata lain dari tingkat keuntungan, penting untuk dinilai serta ditindaklanjuti oleh perusahaan. Karena, keuntungan atau laba mencerminkan hasil yang didapat atas usaha yang sudah dijalankan. Normatifnya setiap perusahaan mengehendaki nilai profitabilitas yang meningkat dari waktu ke waktu.

Laba yang diraih dari kegiatan yang dilakukan merupaan cerminan kinerja sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya profitabilitas. Sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien, karena efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut dengan kata lain adalah menghitung profitabilitas (Ahmad Buyung Nusantara, 2009:15).

The profitability determinants were divided in two main categories, namely the internal determinants (liquidity, capital adequacy and expenses management) and the external determinants (ownership, firm size and external economic conditions) (Samy Ben Nacuer, 2003:4).

36 Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengukur tingkat profitabilitas, dan salah satunya dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio yang digunakan pun memiliki berbagai alternatif untuk digunakan, di antaranya Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin

(OPM), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), dan Return on Asset (ROA). Pada penelitian ini rasio yang digunakan yakni Return on Asset (ROA).

a. Return on Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan menunjukkan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik (Dendawijaya, 2003:120). Rasio return on asset yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti perusahaan mampu menggunakan asset yang dimiliki untuk menghasilkan laba dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut (Wahyu Widarjo dan Doddy Setiawan, 2009:6).

Sedangkan menurut Surat Edaran BI No. 6/23 DPNP tanggal 31 Mei 2004, Return on Asset (ROA) merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total asset dalam satu periode. Semakin

37 besar Return on Asset (ROA) menunjukkan kinerja keuangan semakin baik karena pengembalian (return) semakin besar.

Alasan menggunakan ROA dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Devinaga Rasiah (2010:5) bahwa ROA merupakan indikator utama dalam mengukur efisiensi manajerial. ROA juga menunjukkan bagaimana kemampuan manajemen bank mengkonversi asset perusahaan nya menjadi pendapatan. Dan ROA adalah pengukuran berharga dalam mengukur profitabilitas antara satu bank komersil dengan bank lainnya dalam sebuah sistem secara keseluruhan.

The ROA is primarily an indicator of managerial efficiency. It indicates how capable the management of the bank has been in

converting the institution’s assets into net earnings. The ROA is a

valuable measure when comparing the profitability of one bank with another or with the commercial banking system as a whole. A low rate might be the result of conservative lending and investment policies or excessive operating expenses (Devinaga Rasiah, 2010:2).

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, yang tercantum dalam Surat Edaran BI No. 9/24/DPbS, secara matematis, ROA dirumuskan sebagai berikut:

38 ROA = Laba sebelum pajak x 100%

Rata-rata total asset

Dokumen terkait