• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1Latar Belakang

Kebijakan pembangunan pada hakikatnya harus bersifat adil, demokrasi, terbuka, partisipatif dan terintegrasi, sehingga kesenjangan pembangunan daerah yang ada saat ini dapat segera diatasi. Untuk mengatasi suatu ketertinggalan di daerah menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah itu sendiri, namun Pemerintah Pusat lebih berperan untuk melakukan fasilitasi dan koordinasi. Dalam pembangunan diperlukan pembangunan yang menyeluruh, mulai dari pembangunan sektor kecil pembangunan desa dengan berbagai faktor permasalahan di desa yang dilanjut ketingkatan yang lebih tinggi ke pembangunan Kabupaten/Kota dan Nasional.

Pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk mencapai target Millenium Development Goals dalam bidang sektor Air Minum dan Sanitasi (WSS-MDG), yaitu menurunkan separuh dari proporsi penduduk yang belum mempunyai akses air minum dan sanitasi dasar pada Tahun 2015. Sejalan dengan itu, Pemerintah Indonesia melaksanakan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), yaitu adalah salah satu program nasional yang diselenggarakan secara terstruktur oleh Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah untuk dapat meningkatkan akses penduduk perdesaan dari peri urban terhadap fasilitas air minum

dan sanitasi yang layak dengan pendekatan berbasis masyarakat. program Pamsimas dimulai padaTahun 2008, dimana sampai dengan Tahun 2012 telah berhasil meningkatkan pelayanan air minum dan sanitasi, serta meningkatkan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat di sekitar 6800 desa/kelurahan yang tersebar di 110 Kabupaten/Kota.

Untuk terus meningkatkan akses penduduk perdesaan dan pinggiran kota terhadap fasilitas air minum dan sanitasu dalam rangka pencapaian target MDG’s, Program Pamsimas dilanjutkan pada Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2016. Program Pamsimas II dilaksanakan untuk mendukung dua agenda nasional untuk meningkatkan cakupan penduduk terhadap pelayanan air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan, yaitu (1) Air Bersih untuk Rakyat, dan (2) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

Sebagai Pelayanan publik yang mendasar, berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pelayanan air minum dan sanitasi telah menjadi urusan wajib pemerintah daerah, dimana penyelenggaraan urusan wajib berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan Pemerintah. Untuk mendukung kapasitas Pemerintah Daerah dalam menyediakan layanan air minum dan sanitasi yang memenuhi SPM tersebut, Program Pamsimas berperan dalam menyediakan dukungan financial baik investasi fisik dalam bentuk sarana dan prasarana, maupun investasi non fisik dalam bentuk manajemen dukungan teknis, dan pengembangan kapasitas.

Pemerintah telah menetapkan 13 (tiga sebelas) prioritas dalam Program Aksi Pembangunan Nasional 2010-2014 dengan misi untuk melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera, memperkuat pilar-pilar demokrasi dan memperkuat dimensi keadilan di semua bidang. Ketiga belas prioritas ini dipandang mampu menjawab semua tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang, prioritas-prioritas tersebut meliputi :

1. Program aksi bidang pendidikan 2. Program aksi bidang kesehatan

3. Program aksi penanggulangan kemiskinan 4. Program aksi penciptaan lapangan kerja 5. Program aksi pembangunan infrastruktur dasar 6. Program aksi ketahanan pangan

7. Program aksi ketahanan dan kemandirian energi

8. Program aksi perbaikan dan pelaksanaan tata kelola pemerintahan 9. Program aksi penegakan pilar demokrasi

10.Program aksi penegakan hukum dan pemberantasan korupsi 11.Program aksi pembangunan yang inklusif dan berkeadilan 12.Program aksi di bidang lingkungan hidup

13.Program aksi pengembangan budaya

Terkait dengan program prioritas tersebut, maka Kementrian PU melakukan dukungan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat

yang dilaksanakan salah satunya melalui program-progeam pembangunan-pembangunan infrastruktur untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah, dukungan terhadap kawasan perbatasan dan kawasan terpencil dan terisolir.

Pembangunan yang berbasis pedesaan sangat penting dan perlu untuk memperkuat fondasi perekonomian negara, mempercepat pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan perkembangan antar wilayah. Sebagai solusi bagi perubahan sosial, desa sebagai basis perubahan. Pembangunan diperlukan untuk merubah suatu kondisi dan situasi seperti sekarang yang dirasa kurang baik kearah yang lebih baik lagi sesuai kebutuhan masyarakat banyak. Pembangunan desa bisa melalui beberapa program seperti misalnya listrik masuk desa, hotmix masuk desa, pembangunan jalan atau jembatan, Pamsimas, pembangunan gedung sekolah baik penambahan kelas dan pembangunan sarana yang lain.

Program Pamsimas adalah salah satu bentuk aksi nyata dari pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah dalam upaya pembangunan desa dan peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat, dan meningkatkan kesehatan masyarakat dan lingkungan di desa, serta berupaya menurukan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan yang tidak bersih. Adapun ruang lingkup dari kegiatan program Pamsimas adalah :

1. Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal 2. Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan Pelayanan Sanitasi

3. Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum

4. Insentif untuk Desa / Kelurahan dan Kabupaten / Kota; dan 5. Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen proyek

Pamsimas adalah suatu program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan. Pamsimas dapat berjalan dengan efektif dan berkelanjutan apabila berbasis pada masyarakat dengan melibatkan seluruh masyarakat baik perempuan dan laki-laki, baik yang kaya dan yang miskin dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Proyek tanggap terhadap kebutuhan masyarakat tersebut diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif dalam menyiapkan, melaksanakan, mengoprasionalkan dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan.

Program Pamsimas ini adalah salah satu program Pemerintah Pusat dalam pembangunan yang masuk ke desa-desa untuk menyelesaikan segala permasalahan yang berhubungan dengan air dan lingkungan yang berbasis masyarakat. Program ini hadir tentu dengan tujuan awalnya adalah untuk membantu masyarakat di desa dalam berbagai kebutuhan air untuk aktivitas kehidupan sehari-harinya serta kesehatan lingkungan tempat mereka tinggal. Program ini memang tidak hanya untuk desa tertinggal, tetapi untuk semua desa yang memang membutuhkan sarana air ataupun kekurangan akses air di desa mereka guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa tersebut.

Indikator capaian Pamsimas tahun 2008-2012:

1. Bertambahnya 6-7 juta penduduk menurut status sosial ekonomi yang dapat mengakses air minum.

2. Bertambahnya 3,1 juta penduduk menurut status sosial ekonomi yang dapat mengakses sanitasi.

3. Bertambahnya 80% masyarakat “stop BABS”.

4. Bertambahnya 80% masyarakat yang mengadopsi program cuci tangan pakai sabun.

5. Adanya rencana peningkatan kapasitas Pemerintah Kabupaten/Kota pelaksana Pamsimas untuk mendukung adopsi dan pengarusutamaan pendekatan Pamsimas.

6. Meningkatkan prosentase anggaran Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) untuk pencapaian target MDG’s.

Pencapaian keberhasilan Pamsimas:

1. Adanya keberlanjutan pelayanan sarana air minum dan sanitasi.

2. Adanya perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup sehat serta terjadi peningkatan pelayanan kesehatan dan sanitasi.

Seleksi dan pemilihan lokasi sasaran dari program Pamsimas untuk mendapatkan desa/kelurahan lokasi sasaran dilakukan tiap tahun, dan dilaksanakan pada 1 tahun pelaksanaan program. Jumlah desa/kelurahan yang masuk dalam daftar panjang desa layak (eligible longlist) sama dengan jumlah kouta lokasi sasaran per Kabupaten/Kota dikurangi jumlah desa/kelurahan yang telah menjadi lokasi program Pamsimas pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk menentukan desa/kelurahan yang dinilai layak dan akan diundang dalam sosialisasi program di tingkat Kabupaten/Kota, TKK (Tim Koordinasi Kecamatan) membuat suatu tabel daftar panjang (longlist) desa/kelurahan dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut :

No. Kriteria Lokasi Sumber Daya

1. Indeks Kemiskinan desa/kelurahan yang tinggi BPS 2005 2. Desa/Kelurahan yang terbatas akses terhadap

air minum

Potdes, PU, Dinkes

3. Desa/Kelurahan yang terbatas akses terhadap sanitasi

Potdes, PU, Dinkes

4. Desa/Kelurahan dengan prevalensi penyakit diare/terkait air yang tinggi

Dinkes/Puskesmas

5. Desa/Kelurahan yang belum mendapatkan program sejenis (air minum & sanitasi) dalam 2tahun terakhir

Berdasarkan daftar tersebut, TKK (Tim Teknis Kabupaten/Kota) kemudian membuat rangking dengan memberikan skor terhadap desa-desa ataupun kelurahan yang bersangkutan agar dapat menentukan prioritas desa/kelurahan yang dipilih untuk ikut sertadalam kegiatan pertemuan sosialisasi proyek. Jumlah desa/ kelurahan yang akan mengikuti pertemuan sosialisasi dapat disesuaikan dengan jumlah desa calon penerima proyek yang ditargetkan, dengan mempertimbankan dua hal utama sebagai berikut ini :

1. Rangking desa/ kelurahan daftar calon lokasi proyek, dimana menunjukan prioritas suatu desa/ kelurahan untuk memperoleh bantuan dari proyek. 2. Lokasi desa/ kelurahan, dimana lokasi-lokasi yang dipilih sebaiknya

masih dalam satu wilayah, kecamaan, atau kecamatan yang berdekatan agar menunjang efektivitas dan efiiensi proses pendampingan kepada masyarakat.

Di setiap Kabupaten/Kota yang menjadi sasaran lokasi Program Pamsimas dibentuk Tim Evaluasi RKM (Rencana Kerja Masyarakat) oleh TKK (Tim Koordinasi Kabupaten) dan menyampaikan laporannya kepada TKK. TKK dibentuk berdasarkan SK Bupati/Walikota dengan diketuai oleh Kepala Bappeda setempat, dan beranggotakan Dinas Cipta Karya, Dinas/Instansi Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Kesehatan, serta perwakilan kelompok masyarakat sipil/LSM lokal atau kelompok peduli dapat diundang sebagai pengamat atau partisipan. Aspek koordinasi pada tingkat kecamatan memiliki posisi strategis dan penting terutama terkait dengan

distribusi dan geografi desa/kelurahan sasaran di wilayahnya. Kecamatan sangat tepat untuk mengkoordinasi sekelompok desa/kelurahan sasaran Program Pamsimas. Tujuan Umumnya adalah Meningkatkan masyarakat berpenghasilan rendah di perdesaan dan pinggiran kota di lokasi Pamsimas dalam (Penggunaan sarana air minum dan sanitasi dan juga praktik perilaku hidup bersih da sehat), sebagai upaya pencapaian target WSS-MDG’s. Hal ini dapat dicapai melalui pengarusutamaan program dan perluasan pendekatan berbasis masyarakat secara nasional.

Indikator dari penetapan lokasi sasaran dari Program tujuan umumnya adalah (1) Tambahan jumlah orang yang memiliki akses sarana air minum yang sesuai. (2) Tambahan jumlah orang yang memiliki akses sarana sanitasi yang sesuai. Kemudian Intervensi dari Kegiatannya yaitu RKM I : (1)Pelatihan Manajemen administrasi dan keuangan. (2) Pelatihan teknis sarana air minum dan sanitasi. (3) Pembangunan sarana air minum umum di daerah pedesaan. (4) Pembangunan sarana sanitasi komunal di daerah pinggiran kota. RKM II: (1) Pembangunan sarana sanitasi di sekolah. (2) Pelatihan PHBS di masyarakat dan di sekolah. (3) Pelaksaaan PBHS di masyarakat dan sekolah. (4) Penyiapan dan pelatihan pengelola sarana air minum dan sanitasi.

Selanjutnya adalah tahapan dari Program Pamsimas adalah sebagai berikut :

Proses pemilihan lokasi berdasarkan kriteria dengan menggunakan Metode Rapid Participatory Assessment (RPA), mulai dari daftar panjang (Longlist) dan daftar pendek (Shortlist) sampai dengan penetapan lokasi terpilih. Dari tabel diatas adalah pelaku program tingkat Kabupaten/Kota serta tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan, adapun Pamsimas ini dilakukan dari tingkat Pemerintahan Pusat sampai dengan desa. Dimana Tim Pusat bertanggungjawab penuh dalam menjamin tercapainya tujuan antara indikator kinerja program sebagaimana disepakati dan ditetapkan dalam Financing Agreement serta dokumen proyek.

Pelaku di Kabupaten/ Kota

Pelaku di Kecamatan dan Desa/Kelurahan 1. TKK 2. Bappeda 3. DPU 4. Dinkes 5. PMD 6. Bappedalda 7. Pokja AMPL 8. Tim Penggerak PKK 9. DPMU 10.Koor Fasilitator Kecamatan : 1. TKKc 2. TTKc 3. Sanitarian Puskesmas 4. Kasi PMD 5. Kaurbang 6. TFM Desa/Kel : 1. Aparat Desa 2. Lkm/Satlak Pamsimas 3. Natural Leader 4. Masyarakat

Tabel 1.1 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs dan Ctps Puskesmas Rangkasbitung di Desa Pasir Tanjung Jumlah Dusun/ RW Jumlah KK Jumlah Rumah Jumlah Penduduk Sebelum Implementasi Kebiasaan Tempat BAB Jumlah Kasus Diare BABS Jamban Sabagi 339 339 1,120 1,052 68 13 Babakan 104 104 455 381 74 - Sawit 159 159 480 417 63 - Pasir Nangka 152 152 569 499 70 12 Cipancur Lebak 184 184 617 586 31 7 Cipancur Pasir 174 174 532 509 23 9 Cilengkeng 113 113 374 358 16 5 Ciunut 152 152 386 319 67 8 Jumlah 1,377 1,377 4,533 4,121 412 54 (Sumber: Dinas Kesehatan Rangkasbitung, 2009)

Dari data tabel diatas, dapat dilihat pada sebelum implementasi program Pamsimas di Desa Pasir Tanjung tersebut ada sebanyak 4,121 jiwa penduduk di desa tersebut yang membuang air besarnya sembarangan atau BABS dan ada sebanyak 412 jiwa penduduk yang melakukan aktivitasnya tersebut di jamban. Hal tersebut tentu saja menggambarkan lebih banyak masyarakat yang BABS dibandingkan dengan

yang menggunakan jamban bersih, kemudian adanya kasus diare yangbtimbul karena pola kebiasaan prilaku masyarakat sendiri sehingga di desa tersebut sebanyak 54 penduduk yang terdata yang terkena penyakit diare. Maka dapat dikatakan bahwa masih banyak masyarakat di desa pasir tanjung yang masih BABS dibandingkan dengan yang menggunakan jamban.

Tabel 1.2 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs dan Ctps Puskesmas Mandala di Desa Tambakbaya Jumlah Dusun/ RW Jumlah KK Jumlah Rumah Jumlah Penduduk Sebelum Implementasi Kebiasaan Tempat BAB Jumlah Kasus Diare BABS Jamban Kampung Pasir Melati RW 01 104 98 482 251 231 3 Kampung Peucangeun RW 02 155 140 807 441 366 6 Kampung Cidalung RW 02 158 116 593 190 390 4 Kampung Pasir Cau RW 03 53 44 174 112 64 0 Kampung Tambakbaya RW 04 201 141 792 90 615 22 Kampung Pengkolan/Bojong Kondang Rw 05 130 105 508 132 393 3 Kampung Pasir Kadu RW 07 56 38 207 20 170 0

Kampung Sempur Dua RW 07

56 45 229 135 90 2

Jumlah

913 727 3,792 1,371 2,319 40 (Sumber: Puskesmas Mandala Kec.Cibadak, 2012).

Dari data tabel diatas, dapat dilihat pada sebelum implementasi program Pamsimas di desa Tambakbaya pada sebelum implementasi, masyarakat yang melakukan BABS ada sebanyak 1,371 jiwa orang. Kemudian ada sebanyak 2,319 jiwa orang yang melakukannya di jamban. Hal ini tentu lebih baik dari Desa Pasir Tanjung yang memang masyarakatnya masih banyak yang BABS, namun dilihat dari banyaknya masyarakat yang menggunakan jamban apakah jamban tersebut jamban bersih dan sehat, kemudian dalam tahap pengelolaan pembuangannya apakah langsung ke sungai atau apakah sudah dengan baik pengelolaannya sehingga tidak merusak dan mengganggu lingkungan. Pada desa Tambakbaya ada sekitar 40 jiwa orang yang terkena kasus diare, memang jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan desa Pasir Tanjung.

Dari pelaksanaan implementasi program Penyediaan Sanitasi Berbasis Masyarakat ini atau Pamsimas adalah program yang di keluarkan oleh Kementerian PU, dan pelaksana di daerahnya Dinas Cipta Karya berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan program Pamsimas tersebut. Dinas Cipta Karya sendiri tentunya sebagai pelaksana pembangunan secara fisik bangunan penampungan air sanitasi berbasis masyarakat dan puskesmas sendiri

dibawah pengawasan Dinas Kesehatan memberikan pelayanan untuk merubah kebiasaan dan perilaku masyarakatnya melalui kegiatan pemicuan bukan dari fisik dalam pembangunannya seperti yang dilakukan Dinas Cipta Karya.

Pada awal mula sebelum adanya program ini masuk ke desa mereka, para warga di desa Pasir Tanjung maupun Tambakbaya tersebut melakukan sebagaian aktifitas kehidupannya yang berhubungan dengan air di sungai, seperti mandi, membuang air besar/kecil, mencuci baju, mencuci piring. Aktivitas ataupun kebiasaan yang dilakukan oleh warga Desa Pasir Tanjung dan Desa Tambakbaya tentu adalah kebiasaan yang tidak baik ataupun tidak sehat. Karena dengan aktivitas tersebut maka dapat menimbulkan beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh air dan lingkungan kotor seperti diare, dan bukan hanya itu saja lingkungan sekitarpun tentu akan menjadi tidak bersih dan tidak sehat atas aktivitas ataupun kebiasaan masyarakat yang akan merugikan masyarakat itu sendiri.

Perilaku hidup tidak sehat ini dapat ditinggalkan dan dirubah dikit demi sedikit dengan adanya program Program Pamsimas tersebut. Masyarakat dibuatkan penampungan air yang telah ditentukan titik penyimpanan penampungan air Pamsimasnya untuk dialirkan kerumah penduduk di desa tersebut, selain itu warga atau penduduk di desa dibuatkan MCK untuk mereka melakukan aktifitas kehidupannya untuk mengganti kebiasaan aktivitas sehari-hari masyarakat di sungai menjadi ke MCK tersebut.

Di tahun 2008-2009 di Desa Pasir Tanjung sendiri sudah ada sebanyak delapan titik pembangunan penampungan air sanitasi berbasis masyarakat atau Pamsimas, diantaranya yaitu berada di Kampung Sabagi, Kampung Babakan, Kampung Sawit, Kampung Pasir Nangka, Kampung Cipancur Lebak, Kampung Cipancur Pasir, Kampung Cilengkeng dan Kampung Ciunut. Sedangkan di Desa Tambakbaya ada tujuh titik penyimpanan penampungan air ada sebanyak delapan titik yang tersebar diantara di Kampung Pasir Melati, Kampung Peucangeun, Kampung Cidalung, Kampung Pasir Cau, Kampung Tambakbaya, Kampung Pengkolan/Bojong Kondang, Kampung Pasir Kadu dan Kampung Sempur Dua.

Maka dapat dijelaskan permasalahan-permasalahan yang ada di Desa Pasir Tanjung Kecamatan Rangkasbitung dan Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak mengenai Implementasi Program Penyediaan Air Minum Sanitasi Berbasis Masyarakat, karena pada dasarnya permasalahan yang muncul dari kedua desa tersebut adalah tidak jauh berbeda. Maka dari observasi awal peneliti permasalahan yang muncul adalah:

1. Kurangnya keterlibatan langsung dari masyarakat di Desa Pasir Tanjung dan kurang koordinasi pihak pengelolaa Pamsimas. Hal ini disampaikan langsung oleh Ibu Ela sebagai Sanitarian di Puskesmas Kecamatan Rangkasbitung, bahwa pada awal program Pamsimas ini masuk ke Desa Pasir Tanjung masyarakat kurang terlibat langsung dalam pembangunan Pamsimas karena pembangunan dilakukan oleh tukang dan bukan

masyarakat di desa tersebut yang membangun secara gotong royong. Serta adanya kurang koordinasi yang baik antara pengelola atau penyelenggara Pamsimas seperti dari Dinas Cipta Karya dan Puskesmas, karena seharusnya dinas-dinas terkait melakukan sosialisasi ataupun pemicuan sebelum program tersebut dilaksanakan.

Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan oleh Ibu Anik sebagai sanitarian dari Puskesmas Mandala pada Desa Tambakbaya juga masyarakatnya kurang terlibat langsung dalam pembangunan penampungan airnya, sehingga menimbulkan rasa memiliki yang kurang dalam menjaga dan merawat sarana dan prasarana yang telah disediakan dari program tersebut. Hal tersebut dapat pula menyebabkan kurangnya pemeliharaan dari masyarakat tentu dapat disebabkan karena kurangnya partisipasi awal pada pembangunan sarana penampungan air tersebut, sehingga kurangnya rasa memiliki dari masyarakat terhadap penampungan air tersebut.

2. Penempatan penyimpanan penampungan yang kurang strategis. Penempatan titik penyimpanan atau penampungan air tersebut tidak di tempatkan di tempat yang sesuai dan strategis dengan pemukiman warga yang akan diairi, dalam prosesnya keputusan penempatannya di dasari oleh aspek politik seperti kekerabatan dan kepentingan khusus ataupun kepentingan pribadi. Sehingga menyebabkan penempatan yang tidak sesuai, tidak strategis dan tidak adil atau tidak menyeluruh bagi

masyarakat di desa Pasir Tanjung tersebut yang dapat mengakibatkan tujuan adanya program tersebut tidak dapat dirasakan secara menyeluruh oleh warga di Desa Pasir Tanjung dan DesaTambakbaya.

Selain itu, penempatan kurang tepat yang menyimpan penampungan air di rumah keluarga Kepala Desa ataupun di rumah Kepala Desanya membuat warga segan dan mersa malu untuk menggunakan air tersebut. Sehingga warga di desa pun tidak menggunakan penampungan air tersebut dengan baik, dan tidak banyak dari warga yang memilih kembali ke sungai. Bukan hanya dari penyimpanan yang kurang stategis saja memang, karena pada penempatan penampungan yang kurang meratapun dirasakan masyarakat di Desa Pasir Tanjung dan Desa Tambakbaya, sehingga hal tersebut menyebabkan warga kembali BABS atau menjalankan aktivitas kesehariannya seperti sebelum adanya Program Pamsimas masuk ke desa mereka.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai kesehatan dan kebersihan lingkungan hidup. Pada awal sebelum adanya program ini masuk ke Desa Pasir Tanjung dan Tambakbaya, aktivitas sehari-hari masyarakat di desa tersebut yang berhubungan dengan air adalah denga melakukannya di sungai ataupun di kebun-kebun sekitar desa. Seperti mencuci, mandi, membuang air kecil/besar, sehingga kesehatan masyarakat pun dapat terganggu dan kebersihan lingkungan pun dapat terganggu. Hal tersebut menggambarkan masyarakat di desa yang kurang memiliki kesadaran

akan pentingnya kesehatan dan menjaga lingkungan hidup demi keberlangsungan hidup mereka sendiri pula.

Berdasarkan uraian yang telah peneliti paparkan diatas, dapat dikatakan bahwa permasalahan yang terjadi pada program Pamsimas tersebut ialah pada awal program tersebut akan direalisasikan di Desa Pasir Tanjung Kecamatan Rangkasbitung dan Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak adalah masih kurangnya partisipasi dan koordinasi yang selaras dari para pelaksana yang menjadi kendala awal dalam program tersebut. Serta peran masyarakat yang kurang dalam implementasi program ini agar dapat berjalan dengan baik dan berdayaguna. Sehingga pada pelaksanaan dan impelementasi program tersebut masih memiliki beberapa kendala ataupun permasalahan-permasalahan yang muncul dan mengganggu implementasi program berjalan dengan baik.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang diperoleh adalah sebagai berikut :

a. Adanya penempatan penampungan air dari Program Pamsimas yang tidak merata di Desa Pasir Tanjung dan Desa Tambakbaya.

b. Masih kurangnya peran serta langsung dari masyarakat terhadap Program Pamsimas di desa mereka.

c. Masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan dan kebersihan lingkungan hidup.

1.3Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, tenaga serta biaya yang dimiliki serta minat dan perhatian penulis, masalah penelitian ini dibatasi dengan “Implementasi program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak”, adapun Kecamatan yang diambil oleh peneliti yaitu hanya Kecamatan Rangkasbitung dan Kecamatan Cibadak.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi serta batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Kabupaten Lebak?

b. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat menjadi pendukung dan penghambat dalam dalam pelaksanaan implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Kabupaten Lebak?

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ini ;

a. Untuk mengetahui sejauh manakah program pembangunan desa di Kabupaten Lebak dengan melalui program Pamsimas.

b. Untuk melihat perubahan di desa Pasir Tanjung dan desa Tambakbaya setelah adanya program Pamsimas.

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari peneletian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Dalam rangka pengembangan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan

b. Mengetahui prinsip pembangunan desa

c. Dapat dijadikan sebagai bahan pemahaman yag lebih untuk peneliti. 2. Secara Praktis

a. Untuk meningkatkan kualitas belajar dan referensi berfikir serta

Dokumen terkait