• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI KABUPATEN LEBAK - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI KABUPATEN LEBAK - FISIP Untirta Repository"

Copied!
336
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI KABUPATEN LEBAK

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

Rachmawati Dwi Maharani NIM 6661100330

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Nama : Rachmawati Dwi Maharani

NIM : 6661100330

Judul Skripsi : Implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Kabupaten Lebak

Telah Diuji di Hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, tanggal 16 Oktober 2014 dan dinyatakan LULUS.

Serang, Oktober 2014

Ketua Penguji

(Kandung Sapto Nugroho., S.Sos., M.Si)

NIP 197809182005011002 ...

Anggota :

(Drs. Hasuri Waseh, SE., M.Si)

NIP 196202032000121002 ...

Anggota :

(Deden Maulana Haris, S.Sos., M.Si)

NIP 197204072008121002 ... Mengetahui,

Dekan Fisip Untirta Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Rachmawati Dwi Maharani. NIM 1100330. Implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: Rina Yulianti, S.IP., M.Si dan Pembimbing II: Deden Maulana Haris, S.sos., M.Si

Kata Kunci : Implementasi Program, Penyediaan Air Minum, Sanitasi

(7)

ABSTRACT

Rachnawati Dwi Maharani. Nim 1100330. The Implementation of Water Supply and Sanitation Community-based at Lebak Regency. Public Administration Departement. Faculty of Social and Politic. Sultan Ageng Tirtayasa University. Advisor I: Rina Yulianti, S.IP. M.Si., and advisor II: Deden Maulana Haris, S.Sos. M.Si.,

Keyword: Implementation Program, Water supply, Sanitation

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Alhamdulillah Puja dan Puji syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT atas segala rahmat, ridho, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita semua Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Dan berkat rahmat, ridho, dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

Adapun dalam peelitian skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul “Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Kabupaten Lebak.” Penyusunan penelitian skripsi ini tentunya tak lepas dari

bantuan banyak pihak yang tentunya sangat berpengaruh dalam pembuatan proposal skripsi ini, baik secara moril dan materil. Maka peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, serta dukungan dan motivasi dalam penyelesaian penelitian skripsi ini.

(9)

peneliti dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; 4. Bapak Gandung Ismanto., S.Sos., MM., selaku Wakil Dekan III Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

5. Ibu Rina Yulianti, S.IP., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, yang sekaligus menjadi dosen pembimbing I skripsi. Trimakasih atas kebaikan, bimbingan, waktu dan arahannya selama proses penyusunan penelitian skripsi ini;

6. Bapak Anis Fuad, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

(10)

skripsi. Trimakasih atas kebaikan, waktu, bimbingan dan motivasi yang selalu diberikan dalam penyusunan penelitian skripsi ini;

8. Ibu Titi Setiawati, M.Si., selaku Kepala Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

9. Terimakasih yang tak terhingga untuk kedua orang tuaku tercinta, kepada Apih Jajuli S.Sos., dan Mamah Rd. Yani Aryani atas do’a, cinta kasih dan

motivasi yang telah diberikan tanpa henti dan tak pernah putus kepada peneliti dalam proses penyelesaian penelitian skripsi ini;

10.Terimakasih kepada kaka tersayang Wildan Alfariza SH M.Si atas segala dukungannya yang telah diberikan kepada peneliti dalam penyelesaian proposal skripsi ini;

11.Terimakasih kepada keluarga besar Jaka Wijaya, Keluarga besar Amar Bastaman, Keluarga Besar AJ, terimakasih Uwa, Om, Tante, teteh, aa Saudara Sepupu, dan Ponakan atas doa dan semangat yang diberikan kepada peneliti;

12. Terimakasih kepada Rihat Faris Ardiansyah atas do’a, semangat, motivasi, dan dukungan kepada penliti dalam pembuatan skripsi ini.

(11)

14.Terimakasih untuk para sahabat terbaik Laarons, Ka Safira, Tisa, Nuke, Lina, Nidya, Citra, Fitra, Gita, Pita, Rurin, Njay atas doa, semangat dan dukungannya.

15.Terimakasih untuk teman-teman satu angkatan 2010 baik Reguler maupun Non Reguler, khususnya kelas ANE A dan ANE B yang menjadi motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

16.Kepada para sahabat, Kanari Gemilang Al Ridha, Dwi Mayang Sari, Astri Permata Sari, Pratiwi, Emma Marlini, Ivan Setiawan, yang selalu mendukung dan memberikan semangat dan canda kebahagian selama penyusunan skripsi ini.

17.Semua dosen dan staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan; 18.Terimakasih kepada Ibu Ela Arwati dan ibu Anik Arifah bagian Kesehatan

Lingkungan di Puskesmas Rangkasbitung dan Cibadak atas segala informasi dan bantuannya kepada peneliti dalam proses penyelesaian proposal skripsi ini;

(12)

Tidak lupa juga peneliti mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan dan penyadian skripsi ini. Peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk membangun kemujuan yang lebih baik lagi terhadap penelitian skripsi ini. Semoga penelitian skripsi ini dapat bermanfaat berguna dan memberikan wawasan bagi para pembaca dan peneliti. Akhir kata peneliti ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Rangkasbitung, September 2014

(13)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS………. i

LEMBAR PERSETUJUAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR LAMPIRAN……… xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Bekang………..………... 1

1.2 Identifikasi Masalah……….………..…… 15

1.3Batasan Masalah………...….. 15

1.4Rumusan Masalah……….……. 16

1.5 Tujuan Penelitian……….. 16

1.6 Manfaat Penelitian……… 17

1.7 Sistematika Penelitian……….. 17

BAB II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Asumsi Dasar Penelitian 2.1 Kebijakan Publik…..………..… 24

2.1.1 Kebijakan dalam Pembangunan………..…… 27

2.1.2 Kebijakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan…………. 30

2.1.3 Pengertian Implementasi Kebijakan………..… 32

2.1.4 Model-model Implementasi Kebijakan……….. 34

2.1.5 Pengertian Pembangunan………... 44

(14)

2.1.7 Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan……….. 49

2.1.8 Pengertian Pembangunan Masyarakat……… 50

2.2 Penelitian Terdahulu……….. 51

2.3 Kerangka Berfikir……….. 54

2.4 Asumsi Dasar………. 63

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian……….…. 64

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian………….………...………… 66

3.3 Lokasi Penelitian……… 66

3.4 Variabel Penelitian……… 67

3.4.1 Definisi Konsep……… 67

3.4.2 Definisi Operasional………. 68

3.5 Instrumen Penelitian……… 69

3.6 Informan Penelitian……… 70

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data………. 73

3.7.1 Wawancara……….. 73

3.7.2 Pedoman Wawancara………... 74

3.7.3 Observasi………... 80

3.7.4 Dokumentasi………. 80

3.7.5 Teknik Analisis Data……….……... 80

3.7.6 Sumber Data………. 82

3.7.7 Pengujian Keabsahan Data……….. 82

(15)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian……….…. 85

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak………...………… 85

4.1.2 Gambaran Umum Desa Pasir Tanjung………. 93

4.1.3 Gambaran Umum Desa Tambakbaya……….. 96

4.2 Deskripsi Data……… 100

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian……… 100

4.2.2 Daftar Informan………... 105

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian……… 108

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan……….……….…. 141

5.2 Saran……… 143 DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs dan Ctps Puskesmas

Rangkasbitung di Desa Pasir Tanjung….……… 7

Tabel 1.2 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs dan Ctps Puskesmas Mandala di Desa Tambakbaya………. 8

Tabel 3.1 Informan Penelitian……….. 71

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara……….. 75

Tabel 3.8 Jadual Penelitian………. 84

Tabel 4.1 Nama Kecamatan dan jumlah Desa Di Kabupaten Lebak…….. 87

Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Lebak……… 88

Tabel 4.3 Jarak Ibu Kota Kecamatan ke Kota Rangkasbitung………. 89

Tabel 4.5 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Lebak……….. 90

Tabel 4.6 Potensi Sumber Daya Manusia Di Desa Pasir Tanjung…………. 94

Tabel 4.7 Pendidikan Di Desa Pasir Tanjung………. 95

Tabel 4.8 Mata Pencaharian Pokok Di Desa Pasir Tanjung……….. 96

Tabel 4.9 Potensi Sumber Daya Manusia Di Desa Tambakbaya……… 98

Tabel 4.10 Pendidikan Di Desa Tambakbaya………. 98

Tabel 4.11 Mata Pencaharian Pokok Di Desa Tambakbaya……… 99

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir………. 62

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Dokumentasi Gambar………..… LAMPIRAN 2 Matriks Sebelum Reduksi………..… LAMPIRAN 3 Matriks Setelah Reduksi………..……….…. LAMPIRAN 4 Surat Izin Penelitian………..…….……

LAMPIRAN 5 Member Check... LAMPIRAN 6 Pedoman Umum pengelolaan Program Pamsimas…………..

LAMPIRAN 7 Keputusan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal

Nomor: 001/KEP/M-PDT/I/2005………. LAMPIRAN 8 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kebijakan pembangunan pada hakikatnya harus bersifat adil, demokrasi, terbuka, partisipatif dan terintegrasi, sehingga kesenjangan pembangunan daerah yang ada saat ini dapat segera diatasi. Untuk mengatasi suatu ketertinggalan di daerah menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah itu sendiri, namun Pemerintah Pusat lebih berperan untuk melakukan fasilitasi dan koordinasi. Dalam pembangunan diperlukan pembangunan yang menyeluruh, mulai dari pembangunan sektor kecil pembangunan desa dengan berbagai faktor permasalahan di desa yang dilanjut ketingkatan yang lebih tinggi ke pembangunan Kabupaten/Kota dan Nasional.

(20)

dan sanitasi yang layak dengan pendekatan berbasis masyarakat. program Pamsimas dimulai padaTahun 2008, dimana sampai dengan Tahun 2012 telah berhasil meningkatkan pelayanan air minum dan sanitasi, serta meningkatkan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat di sekitar 6800 desa/kelurahan yang tersebar di 110 Kabupaten/Kota.

Untuk terus meningkatkan akses penduduk perdesaan dan pinggiran kota terhadap fasilitas air minum dan sanitasu dalam rangka pencapaian target MDG’s, Program

Pamsimas dilanjutkan pada Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2016. Program Pamsimas II dilaksanakan untuk mendukung dua agenda nasional untuk meningkatkan cakupan penduduk terhadap pelayanan air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan, yaitu (1) Air Bersih untuk Rakyat, dan (2) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

(21)

Pemerintah telah menetapkan 13 (tiga sebelas) prioritas dalam Program Aksi Pembangunan Nasional 2010-2014 dengan misi untuk melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera, memperkuat pilar-pilar demokrasi dan memperkuat dimensi keadilan di semua bidang. Ketiga belas prioritas ini dipandang mampu menjawab semua tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang, prioritas-prioritas tersebut meliputi :

1. Program aksi bidang pendidikan 2. Program aksi bidang kesehatan

3. Program aksi penanggulangan kemiskinan 4. Program aksi penciptaan lapangan kerja 5. Program aksi pembangunan infrastruktur dasar 6. Program aksi ketahanan pangan

7. Program aksi ketahanan dan kemandirian energi

8. Program aksi perbaikan dan pelaksanaan tata kelola pemerintahan 9. Program aksi penegakan pilar demokrasi

10.Program aksi penegakan hukum dan pemberantasan korupsi 11.Program aksi pembangunan yang inklusif dan berkeadilan 12.Program aksi di bidang lingkungan hidup

13.Program aksi pengembangan budaya

(22)

yang dilaksanakan salah satunya melalui program-progeam pembangunan-pembangunan infrastruktur untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah, dukungan terhadap kawasan perbatasan dan kawasan terpencil dan terisolir.

Pembangunan yang berbasis pedesaan sangat penting dan perlu untuk memperkuat fondasi perekonomian negara, mempercepat pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan perkembangan antar wilayah. Sebagai solusi bagi perubahan sosial, desa sebagai basis perubahan. Pembangunan diperlukan untuk merubah suatu kondisi dan situasi seperti sekarang yang dirasa kurang baik kearah yang lebih baik lagi sesuai kebutuhan masyarakat banyak. Pembangunan desa bisa melalui beberapa program seperti misalnya listrik masuk desa, hotmix masuk desa, pembangunan jalan atau jembatan, Pamsimas, pembangunan gedung sekolah baik penambahan kelas dan pembangunan sarana yang lain.

Program Pamsimas adalah salah satu bentuk aksi nyata dari pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah dalam upaya pembangunan desa dan peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat, dan meningkatkan kesehatan masyarakat dan lingkungan di desa, serta berupaya menurukan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan yang tidak bersih. Adapun ruang lingkup dari kegiatan program Pamsimas adalah :

(23)

3. Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum

4. Insentif untuk Desa / Kelurahan dan Kabupaten / Kota; dan 5. Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen proyek

Pamsimas adalah suatu program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan. Pamsimas dapat berjalan dengan efektif dan berkelanjutan apabila berbasis pada masyarakat dengan melibatkan seluruh masyarakat baik perempuan dan laki-laki, baik yang kaya dan yang miskin dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Proyek tanggap terhadap kebutuhan masyarakat tersebut diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif dalam menyiapkan, melaksanakan, mengoprasionalkan dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan.

(24)

Indikator capaian Pamsimas tahun 2008-2012:

1. Bertambahnya 6-7 juta penduduk menurut status sosial ekonomi yang dapat mengakses air minum.

2. Bertambahnya 3,1 juta penduduk menurut status sosial ekonomi yang dapat mengakses sanitasi.

3. Bertambahnya 80% masyarakat “stop BABS”.

4. Bertambahnya 80% masyarakat yang mengadopsi program cuci tangan pakai sabun.

5. Adanya rencana peningkatan kapasitas Pemerintah Kabupaten/Kota pelaksana Pamsimas untuk mendukung adopsi dan pengarusutamaan pendekatan Pamsimas.

6. Meningkatkan prosentase anggaran Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) untuk pencapaian target MDG’s.

Pencapaian keberhasilan Pamsimas:

1. Adanya keberlanjutan pelayanan sarana air minum dan sanitasi.

2. Adanya perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup sehat serta terjadi peningkatan pelayanan kesehatan dan sanitasi.

(25)

Seleksi dan pemilihan lokasi sasaran dari program Pamsimas untuk mendapatkan desa/kelurahan lokasi sasaran dilakukan tiap tahun, dan dilaksanakan pada 1 tahun pelaksanaan program. Jumlah desa/kelurahan yang masuk dalam daftar panjang desa layak (eligible longlist) sama dengan jumlah kouta lokasi sasaran per Kabupaten/Kota dikurangi jumlah desa/kelurahan yang telah menjadi lokasi program Pamsimas pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk menentukan desa/kelurahan yang dinilai layak dan akan diundang dalam sosialisasi program di tingkat Kabupaten/Kota, TKK (Tim Koordinasi Kecamatan) membuat suatu tabel daftar panjang (longlist) desa/kelurahan dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut :

No. Kriteria Lokasi Sumber Daya

1. Indeks Kemiskinan desa/kelurahan yang tinggi BPS 2005 2. Desa/Kelurahan yang terbatas akses terhadap

air minum

Potdes, PU, Dinkes

3. Desa/Kelurahan yang terbatas akses terhadap sanitasi

Potdes, PU, Dinkes

4. Desa/Kelurahan dengan prevalensi penyakit diare/terkait air yang tinggi

Dinkes/Puskesmas

5. Desa/Kelurahan yang belum mendapatkan program sejenis (air minum & sanitasi) dalam 2tahun terakhir

(26)

Berdasarkan daftar tersebut, TKK (Tim Teknis Kabupaten/Kota) kemudian membuat rangking dengan memberikan skor terhadap desa-desa ataupun kelurahan yang bersangkutan agar dapat menentukan prioritas desa/kelurahan yang dipilih untuk ikut sertadalam kegiatan pertemuan sosialisasi proyek. Jumlah desa/ kelurahan yang akan mengikuti pertemuan sosialisasi dapat disesuaikan dengan jumlah desa calon penerima proyek yang ditargetkan, dengan mempertimbankan dua hal utama sebagai berikut ini :

1. Rangking desa/ kelurahan daftar calon lokasi proyek, dimana menunjukan prioritas suatu desa/ kelurahan untuk memperoleh bantuan dari proyek. 2. Lokasi desa/ kelurahan, dimana lokasi-lokasi yang dipilih sebaiknya

masih dalam satu wilayah, kecamaan, atau kecamatan yang berdekatan agar menunjang efektivitas dan efiiensi proses pendampingan kepada masyarakat.

(27)

distribusi dan geografi desa/kelurahan sasaran di wilayahnya. Kecamatan sangat tepat untuk mengkoordinasi sekelompok desa/kelurahan sasaran Program Pamsimas. Tujuan Umumnya adalah Meningkatkan masyarakat berpenghasilan rendah di perdesaan dan pinggiran kota di lokasi Pamsimas dalam (Penggunaan sarana air minum dan sanitasi dan juga praktik perilaku hidup bersih da sehat), sebagai upaya pencapaian target WSS-MDG’s. Hal ini dapat dicapai melalui pengarusutamaan program dan perluasan pendekatan berbasis masyarakat secara nasional.

(28)

Selanjutnya adalah tahapan dari Program Pamsimas adalah sebagai berikut :

Proses pemilihan lokasi berdasarkan kriteria dengan menggunakan Metode Rapid Participatory Assessment (RPA), mulai dari daftar panjang (Longlist) dan daftar pendek (Shortlist) sampai dengan penetapan lokasi terpilih. Dari tabel diatas adalah pelaku program tingkat Kabupaten/Kota serta tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan, adapun Pamsimas ini dilakukan dari tingkat Pemerintahan Pusat sampai dengan desa. Dimana Tim Pusat bertanggungjawab penuh dalam menjamin tercapainya tujuan antara indikator kinerja program sebagaimana disepakati dan ditetapkan dalam Financing Agreement serta dokumen proyek.

Pelaku di Kabupaten/ Kota

Pelaku di Kecamatan dan Desa/Kelurahan 1. TKK 2. Bappeda 3. DPU 4. Dinkes 5. PMD 6. Bappedalda 7. Pokja AMPL

8. Tim Penggerak PKK 9. DPMU

10.Koor Fasilitator

Kecamatan : 1. TKKc 2. TTKc

3. Sanitarian Puskesmas 4. Kasi PMD

5. Kaurbang 6. TFM Desa/Kel :

1. Aparat Desa

2. Lkm/Satlak Pamsimas 3. Natural Leader

(29)

Tabel 1.1 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs dan Ctps Puskesmas Rangkasbitung di Desa Pasir Tanjung Jumlah Dusun/ RW Jumlah KK Jumlah Rumah Jumlah Penduduk Sebelum Implementasi Kebiasaan Tempat BAB Jumlah Kasus Diare BABS Jamban

Sabagi 339 339 1,120 1,052 68 13

Babakan 104 104 455 381 74 -

Sawit 159 159 480 417 63 -

Pasir

Nangka 152 152 569 499 70 12

Cipancur

Lebak 184 184 617 586 31 7

Cipancur

Pasir 174 174 532 509 23 9

Cilengkeng

113 113 374 358 16 5

Ciunut

152 152 386 319 67 8

Jumlah

1,377 1,377 4,533 4,121 412 54 (Sumber: Dinas Kesehatan Rangkasbitung, 2009)

(30)

yang menggunakan jamban bersih, kemudian adanya kasus diare yangbtimbul karena pola kebiasaan prilaku masyarakat sendiri sehingga di desa tersebut sebanyak 54 penduduk yang terdata yang terkena penyakit diare. Maka dapat dikatakan bahwa masih banyak masyarakat di desa pasir tanjung yang masih BABS dibandingkan dengan yang menggunakan jamban.

Tabel 1.2 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs dan Ctps Puskesmas Mandala di Desa Tambakbaya Jumlah Dusun/ RW Jumlah KK Jumlah Rumah Jumlah Penduduk Sebelum Implementasi Kebiasaan Tempat BAB Jumlah Kasus Diare BABS Jamban

Kampung Pasir

Melati RW 01 104 98 482 251 231 3

Kampung Peucangeun RW

02 155 140 807 441 366 6

Kampung

Cidalung RW 02 158 116 593 190 390 4

Kampung Pasir

Cau RW 03 53 44 174 112 64 0

Kampung Tambakbaya RW

04 201 141 792 90 615 22

Kampung Pengkolan/Bojong

Kondang Rw 05 130 105 508 132 393 3

Kampung Pasir Kadu RW 07

(31)

Kampung Sempur Dua RW 07

56 45 229 135 90 2

Jumlah

913 727 3,792 1,371 2,319 40 (Sumber: Puskesmas Mandala Kec.Cibadak, 2012).

Dari data tabel diatas, dapat dilihat pada sebelum implementasi program Pamsimas di desa Tambakbaya pada sebelum implementasi, masyarakat yang melakukan BABS ada sebanyak 1,371 jiwa orang. Kemudian ada sebanyak 2,319 jiwa orang yang melakukannya di jamban. Hal ini tentu lebih baik dari Desa Pasir Tanjung yang memang masyarakatnya masih banyak yang BABS, namun dilihat dari banyaknya masyarakat yang menggunakan jamban apakah jamban tersebut jamban bersih dan sehat, kemudian dalam tahap pengelolaan pembuangannya apakah langsung ke sungai atau apakah sudah dengan baik pengelolaannya sehingga tidak merusak dan mengganggu lingkungan. Pada desa Tambakbaya ada sekitar 40 jiwa orang yang terkena kasus diare, memang jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan desa Pasir Tanjung.

(32)

dibawah pengawasan Dinas Kesehatan memberikan pelayanan untuk merubah kebiasaan dan perilaku masyarakatnya melalui kegiatan pemicuan bukan dari fisik dalam pembangunannya seperti yang dilakukan Dinas Cipta Karya.

Pada awal mula sebelum adanya program ini masuk ke desa mereka, para warga di desa Pasir Tanjung maupun Tambakbaya tersebut melakukan sebagaian aktifitas kehidupannya yang berhubungan dengan air di sungai, seperti mandi, membuang air besar/kecil, mencuci baju, mencuci piring. Aktivitas ataupun kebiasaan yang dilakukan oleh warga Desa Pasir Tanjung dan Desa Tambakbaya tentu adalah kebiasaan yang tidak baik ataupun tidak sehat. Karena dengan aktivitas tersebut maka dapat menimbulkan beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh air dan lingkungan kotor seperti diare, dan bukan hanya itu saja lingkungan sekitarpun tentu akan menjadi tidak bersih dan tidak sehat atas aktivitas ataupun kebiasaan masyarakat yang akan merugikan masyarakat itu sendiri.

(33)

Di tahun 2008-2009 di Desa Pasir Tanjung sendiri sudah ada sebanyak delapan titik pembangunan penampungan air sanitasi berbasis masyarakat atau Pamsimas, diantaranya yaitu berada di Kampung Sabagi, Kampung Babakan, Kampung Sawit, Kampung Pasir Nangka, Kampung Cipancur Lebak, Kampung Cipancur Pasir, Kampung Cilengkeng dan Kampung Ciunut. Sedangkan di Desa Tambakbaya ada tujuh titik penyimpanan penampungan air ada sebanyak delapan titik yang tersebar diantara di Kampung Pasir Melati, Kampung Peucangeun, Kampung Cidalung, Kampung Pasir Cau, Kampung Tambakbaya, Kampung Pengkolan/Bojong Kondang, Kampung Pasir Kadu dan Kampung Sempur Dua.

Maka dapat dijelaskan permasalahan-permasalahan yang ada di Desa Pasir Tanjung Kecamatan Rangkasbitung dan Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak mengenai Implementasi Program Penyediaan Air Minum Sanitasi Berbasis Masyarakat, karena pada dasarnya permasalahan yang muncul dari kedua desa tersebut adalah tidak jauh berbeda. Maka dari observasi awal peneliti permasalahan yang muncul adalah:

(34)

masyarakat di desa tersebut yang membangun secara gotong royong. Serta adanya kurang koordinasi yang baik antara pengelola atau penyelenggara Pamsimas seperti dari Dinas Cipta Karya dan Puskesmas, karena seharusnya dinas-dinas terkait melakukan sosialisasi ataupun pemicuan sebelum program tersebut dilaksanakan.

Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan oleh Ibu Anik sebagai sanitarian dari Puskesmas Mandala pada Desa Tambakbaya juga masyarakatnya kurang terlibat langsung dalam pembangunan penampungan airnya, sehingga menimbulkan rasa memiliki yang kurang dalam menjaga dan merawat sarana dan prasarana yang telah disediakan dari program tersebut. Hal tersebut dapat pula menyebabkan kurangnya pemeliharaan dari masyarakat tentu dapat disebabkan karena kurangnya partisipasi awal pada pembangunan sarana penampungan air tersebut, sehingga kurangnya rasa memiliki dari masyarakat terhadap penampungan air tersebut.

(35)

masyarakat di desa Pasir Tanjung tersebut yang dapat mengakibatkan tujuan adanya program tersebut tidak dapat dirasakan secara menyeluruh oleh warga di Desa Pasir Tanjung dan DesaTambakbaya.

Selain itu, penempatan kurang tepat yang menyimpan penampungan air di rumah keluarga Kepala Desa ataupun di rumah Kepala Desanya membuat warga segan dan mersa malu untuk menggunakan air tersebut. Sehingga warga di desa pun tidak menggunakan penampungan air tersebut dengan baik, dan tidak banyak dari warga yang memilih kembali ke sungai. Bukan hanya dari penyimpanan yang kurang stategis saja memang, karena pada penempatan penampungan yang kurang meratapun dirasakan masyarakat di Desa Pasir Tanjung dan Desa Tambakbaya, sehingga hal tersebut menyebabkan warga kembali BABS atau menjalankan aktivitas kesehariannya seperti sebelum adanya Program Pamsimas masuk ke desa mereka.

(36)

akan pentingnya kesehatan dan menjaga lingkungan hidup demi keberlangsungan hidup mereka sendiri pula.

Berdasarkan uraian yang telah peneliti paparkan diatas, dapat dikatakan bahwa permasalahan yang terjadi pada program Pamsimas tersebut ialah pada awal program tersebut akan direalisasikan di Desa Pasir Tanjung Kecamatan Rangkasbitung dan Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak adalah masih kurangnya partisipasi dan koordinasi yang selaras dari para pelaksana yang menjadi kendala awal dalam program tersebut. Serta peran masyarakat yang kurang dalam implementasi program ini agar dapat berjalan dengan baik dan berdayaguna. Sehingga pada pelaksanaan dan impelementasi program tersebut masih memiliki beberapa kendala ataupun permasalahan-permasalahan yang muncul dan mengganggu implementasi program berjalan dengan baik.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang diperoleh adalah sebagai berikut :

a. Adanya penempatan penampungan air dari Program Pamsimas yang tidak merata di Desa Pasir Tanjung dan Desa Tambakbaya.

b. Masih kurangnya peran serta langsung dari masyarakat terhadap Program Pamsimas di desa mereka.

(37)

1.3Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, tenaga serta biaya yang dimiliki serta minat dan perhatian penulis, masalah penelitian ini dibatasi dengan “Implementasi program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis

masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Lebak”, adapun Kecamatan yang diambil oleh peneliti yaitu hanya Kecamatan Rangkasbitung dan Kecamatan Cibadak.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi serta batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah implementasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Kabupaten Lebak?

(38)

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ini ;

a. Untuk mengetahui sejauh manakah program pembangunan desa di Kabupaten Lebak dengan melalui program Pamsimas.

b. Untuk melihat perubahan di desa Pasir Tanjung dan desa Tambakbaya setelah adanya program Pamsimas.

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari peneletian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Dalam rangka pengembangan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan

b. Mengetahui prinsip pembangunan desa

c. Dapat dijadikan sebagai bahan pemahaman yag lebih untuk peneliti. 2. Secara Praktis

a. Untuk meningkatkan kualitas belajar dan referensi berfikir serta memberikan wawasan yang luas bagi seluruh mahasiswa khususnya peneliti.

(39)

c. Hasil ini diharapkan dapat memberikan sumbangan masukan kepada para pelaksana program Pamsimas.

1.7Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Latar belakang menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling umum hingga menukik ke masalah yang paling spesifik, yang relevan dengan judul skripsi.

1.2Identifikasi Masalah

Mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari tema atau judul penelitian dan dengan masalah atau variabel yang akan diteliti. Identifikasi masalah dapat diajukan dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan. 1.3Batasan Masalah

(40)

1.4Rumusan Masalah

Perumusan masalah bertujuan untuk memilih dan menetapkan masalah yag paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian. Perumusan masalah adalah mendefinisikan permasalahan yang telah diterapkan dalam bentuk definnisi konsep dan definisi oprasional. Kalimat yang digunakan adalah kalimat pernyataan.

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang igin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah.

1.6Manfaat Penelitian

Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis temuan penelitian. 1.7Sistematika Penulisan

Menjelaskan isi bab per bab yang terdapat dalam penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Landasan Teori

(41)

2.2Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakuka oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik Skripsi, Tesis, disertai Jurnal Penelitian. Jumlah jurnal yang digunakan minimal 2 jurnal.

2.3Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai hipotesisnya. Kerangka berpikir dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang menunjukan alur piker peneliti sertakaitan antar variabel yang diteliti. Bagan tersebut disebut paradigm atau model penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1Pendekatan dan Metode Penelitian

Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan penelitian, yaitu: survey (deskriptif analisis, eksplanatory, eksplanatory, eksperimental atau teknik kuantitatif dan kualitatif lain).

3.2Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

(42)

3.3Lokasi penelitian

Menjelaskan tempat (lokus) penelitian dilaksanakan. Menjelaskan tempat penelitian, serta alasan memilihnya. Jika dipandang perlu dapat diberi deskripsi tentang tempat penelitian dilaksanakan.

3.4Variabel Penelitian 3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan penejalasan tentang konsep dari variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan Kerangka Teori yang digunakan.

3.4.2 Definisi Oprasional

Definisi oprasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitiandalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Variabel penelitian dilengkapi dengan tabel matriks variabel, indikator, sub indikator, dan nomor pertanyaan sebagai lampiran.

3.5Instrumen Penelitian

Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data yang digunakan, pada penelitian kualitatif instrumennya adalah peneliti itu sendiri. Sehingga perlu disampaikan pedoman wawancara yang akan digunakan dalam pengumpulan data dan observasi.

3.6Informan Penelitian

(43)

kemampuan reflektif, bersifat artikulatif, meluangkan waktu untuk wawancara, dan bersemangat untuk berperan serta dalam penelitian. Pada penentuan informan dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana informan kunci (key informan) di dapat dalam situasi yang sesuai dengan fokus penelitian. Sedangkan, pemilihan informan kedua (secondary selection) berfungsi sebagai cara alternatif bagi peneliti yang tidak dapat menentukan partisipan secara langsung.

3.7Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai.

3.8Jadwal Penelitian

Menjelaskan jadwal peneliti secara rinci berserta tahapan penelitian yang akan dilakukan. Jadwal penelitian ditulis dalam bentuk tabel.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1Deskripsi Obyek Penelitian

(44)

4.2Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan.

4.3Pembahasan

Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data. Pembahasan akan lebih mendalam jika dikonfrontir atau didiskusikan dengan hasil penelitian orang lain yang relevan (sejenis).

BAB V PENUTUP

5.1Kesimpulan

Menyimpulkan hasil peneli yang diungkapkan secara singkat, jelas, dan sesuai dengan permasalahan serta hipotesis penelitian.

5.2Saran

(45)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1Kebijakan Publik

Menurut Riant Nugroho (2008:54) Kebijakan Publik adalah keputusan yang dibuat oleh Negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan Negara yang bersangkutan.Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada masyarakat yang di cita-citakan.

Kebijakan publik dalam bentuk Undang-undang atau perda adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung operasional antara lain kepres, inpres, kepmen, keptusan kepala daerah, keputusan kepala dinas. Jadi kebijakan publik dimulai dari program, ke proyek, dan kemudian ke dalam bentuk kegiatan.

(46)

kebijakan publik dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta. Dan kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah. Menurut Robert Eystone (Winarno, 2012:20) mengatakan bahwa “secara luas” kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai “hubungan suatu unit pemerintahan dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Jeffrey L.Presman dan

Aaron Wildavsky yang dikutip oleh Budi Winarno (2012:22) mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu hipotesis yang mengandung kondisi-kondisi awal dan akibat-akibat yang bisa diramalkan.

Menurut James Anderson (Winarno,2012:23) kebijakan publik ini mempunyai beberpa implikasi, yakni pertama, titik perhatian kita dalam membicarakan kebijakan publik berorientasi pada maksud atau tujuan dan bukan perilaku secara serampangan. Kebijakan publik secara luas dalam sistem politik modern bukan suatu yang terjadi begitu saja melainkan direncanakan oleh aktor-aktor yang terlibat di dalam sistem politik. Kedua, kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputusan yang tersendiri.

(47)

Keempat, keijakan publik mungkin dalam bentuknya bersifat positif atau negatif. Secara positif, kebijakan mungkin mencakup bentuk tindakan pemerintah yang jelas untuk mempengaruhi suatu masalah tertentu. Secara negatif, kebijakan mungkin mencakup suatu keputusan oleh pejabat-pejabat pemerintah, tetapi tidak untuk mengambil tindakan dan tidak untuk melakukan sesuatu mengenai suatu persoalan yang memerlukan keterlibatan pemerintah. Dengan kata lain, pemerintah dapat mengambil kebijakan untuk tidak melakukan campur tangan dalam bidang-bidang umum maupun khusus.

(48)

2.1.1 Kebijakan Dalam Pembangunan

Kebijakan pemerintah suatu negara atau bangsa terhadap program pembangunan adalah suatu hal yang sangat penting keberadaannya karena sangat menentukan kemajuan suatu negara atau bangsa. Oleh sebab itulah hanya dengan program pembangunan yang dapat menciptakan kemampuan negara atau bangsa tersebut dalam rangka usaha untuk menetapkan suatu kebijakan di bidang pembangunan di mana hasil-hasilnya diharapkan dapat dinikmati seluruh warga negara yang bersangkutan.

Berdasarkan pola pemikiran yang telah dikemukakan diatas, masih dapat dipertanyakan kegiatan-kegiatan apa saja yang berkaitan dengan kebijakan pembangunan sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam kehidupan masyarakat tentu juga termasuk penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut kita dapat diperjelas:

(49)

2. Kebijakan pembangunan dalam pelaksanaan. Setiap terjadinya tindakan manusia terdiri atas dua bagian: pertama karena digerakan oleh naluri yaitu suatu tindakan yang dilakukan secara refleks tanpa melalui suatu pertimbangan rasionalitas karena terdapat gangguan secara tiba-tiba dalam kehidupan manusia yang bersangkutan, hal ini sebenarnya bukan tindakan yang dimaksudkan dalam kebijakan pembangunan. Kedua, adalah tindakan yang digerakan oleh pemikiran rasional agar kegiatan yang dilakukan itu dapat dikerjakan secara sistematis serta dapat pula memberikan kegunaan dan manfaat untuk memunjang dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia, hal inilah yang sesungguhnya perlu ditetapkan atau diatur dalam sebuah kebijakan pembangunan.

3. Kebijakan pembangunan dalam pengawasan. Pengawasan dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan tentunya bertujuan untuk dapat memberikan hasil yang maksimal dengan meminimalisir pelanggaran agar tidak terjadi kerugian yang lebih besar di mana kemungkinannya menyengsengsarakan kepada semua pihak terutama semua anggota masyarakat.

(50)

5. Kebijakan pembangunan dalam peningkatan martabat manusi. Kemiskinan adalah salah satu kondisi yang dapat merendahkan martabat antar manusia dengan manusia organisasi lainnya, dan bahkan sampai kepada bangsa yang satu dengan bangsa yang lain.

6. Kebijakan pembangunan dalam partisipasi masyarakat. kelancaran suatu program pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan bahkan sampai kepada evaluasi atau penilaian sangat diperlukan keterlibatan atau dengan kata lain partisipatif bagi aktif anggota masyarakat.

7. Kebijakan pembangunan dalam pembinaan bangsa. Sebagaimana kita maklumi bahwa unsur utama dari pada suatu bangsa adalah adanya wilayah tertentu, kekuasaan pemerintahan, dan anggota masyarakat atau sering juga disebut warga negara. (Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;122)

(51)

Kebijakan pembangunan dalam peningkatan martabat manusia tentu sebagai alasan kebijakan tersebut dibuat adalah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di tegah masyarakat dan mengharapkan masyarakat dapat hidup secara sejahtera. Kemudian, kebijakan pembangunan dalam partisipasi masyarakat dimaksudkan dalam kelancaran suatu kebijakan atau program yang dilakukan oleh pemerintah tentu diperlukan partisipasi atau peran serta langsung dari amsyarakat untuk mensukseskan program yang dibuat oleh pemerintah tersebut, karena tentu pemerintah prospeknya adalah untuk masyarakat.

Dalam kebijakan pembangunan dalam pembinaan bangsa unsur yang utama dari pada suatu bangsa adalah adanya wilayah tertentu, kekuasaan pemerintah, dang anggota masyarakat. Maka perlu pembinaan oleh pemerintah dan jajarannya kepada masyarakat untuk lebih terlibat dalam berbagai program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.

2.1.2 Kebijakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan

(52)

Tindakan memelihara dan melestarikan lingkungan adalah suatu tindakan yang sangat terpuji dan patut menjadi kebanggaan suatu bangsa dan negara, karena pengalaman pelaksanaan pembangunan terutama bagi kasus di Indonesia lebih berorientasi kepada memperjelas kemiskinan dan memperjelas kekayaan bagi warga negara, sehingga Indonesia lahir sebagai negara yang memiliki kesenjangan yang sangat melebar antara orang kaya dan orang miskin, misalnya ada anggota masyarakat memiliki penghasilan hanya sekitar puluhan ribu dan ada yang berpenghasilan ratusan juta perbulan. Jika kita menyelusuri proses pembangunan yang berwawasan lingkungan pada dasarnya bahwa masyarakat yang memiliki penghasilan di atas ratusan juta itu senantiasa menginvestasi atau dengan lain merusak lingkungan dalam rangka mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Berbeda halnya dengan masyarakat yang memperoleh penghasilan yang relative kecil kelihatannya sangat memedulikan kelestarian lingkungan dalam proses pelaksanaan kegiatannya. Oleh sebab itulah peranan kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan sangat penting. (Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;129)

(53)

Maka memang kita harus sadar bahwa lingkungan adalah penting dalam keberlangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya yang ada di bumi ini. kebijakan dalam rangka pembangunan yang berwawasan lingkungan semakin dibutuhkan mengingat bahwa sudah semakin menurun tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat atau manusia dalam menjaga lingkungan sekitar tempat tinggalnya tersebut dilihat dari berbagai lingkungan, baik lingkungan sosial tempat mereka hidup, lingkungan sekolah tempat mereka mencari ilmu, lingkungan kerja dimana tempat mereka mencari nafkah, lingkungan alam tempat mereka tinggal, lingkungan pergaulan dimana mereka melakukan sosialisasi dengan sesame manusia serta lingkungan keluarga sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas keberlangsungan kehidupan mereka.

2.1.3 Pengertian Implementasi Kebijakan

(54)

implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah. Implementasi mencakup tindakan-tindakan (tanpa tindakan-tindakan) oleh berbagai aktor, khususnya para birokrat yang dimaksudkan untuk membuat program berjalan.

Merilee S.Grindle dalam Budi Winarno (2012:149) implementasi adalah membentuk suatu kaitan (linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah. Oleh karena itu, tugas implementasi mencakup terbentuknya “a policy delivery system”, dimana sarana-sarana tertentu dirancang dan dijalankan dengan harapan sampai pada tujuan-tujuan yang diinginkan. Selanjutnya menurut Van Meter dan Van Horn (Winarno, 2012:149) membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindaka-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.

(55)

mana program pemerintah dilaksanakan, apakah telah sesuai dengan maksud dan tujuan awal apakah masih ada berbagai permasalahan atau penghambat dalam penerapan atau pencapaian kebijakan atau program yang dilakukan oleh pemerintah. Jadi implementasi adalah kegiatan untuk melihat sejauh mana kebijakan dilaksanakan seusai dengan sasaran awal sebagai upaya penyelesaian masalah di lingkungan sasaran tersebut.

2.1.4 Model-model Implementasi Kebijakan. 2.1.4.1Model Van Meter dan Van Horn

Model van Meter dan van Horn dalam Budi Winarno (2012:158) mempunyai enam variabel yang membentuk kaitan (linkage) antara kebijakan dan kinerja (performance). Model ini tidak hanya menentukan hubungan-hubungan antara variabel-variabel bebas dan variabel terikat mengenai kepentingan-kepentingan, tetapi juga menjelaskan hubungan-hubungan antara variabel-variabel bebas. Variabel tersebut dijelaskan oleh van Meter dan van Horn sebagai berikut :

1. Ukuran-Ukuran Dasar dan Tujuan-Tujuan Kebijakan

(56)

Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan berguna dalam menguraikan tujuan-tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh.

2. Sumber-sumber kebijakan

Sumber-sumber yang tersedia dianggap perlu mendapatkan perhatian dalam proses implementasi kebijakan. Sumber-sumber layak mendapatkan perhatian karena menunjang keberhasilan implementasi kebijakan, sumber-sumber yang dimaksud mencakup dana atau perangsang (insentive) lain yang mendorong dan mempelancar implementasi yang efektif.

3. Komunikasi antar Organisasi dan Kegiatan-Kegiatan Pelaksanaan

Implementasi akan berjalan dengan efektif bila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan dipahami oleh individu-individu yang bertanggung jawab dalam kinerja kebijakan. Dengan begitu, sangat penting untuk memberi perhatian yang besar kepada kejelasan ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan.

4. Karakteristik Badan-Badan Pelaksana

(57)

1) Kompetensi dan ukuran staf suatu badan;

2) Tingkat pengawasan hierarkis terhadap keputusan-keputusan sub-unit dan proses-proses dalam badan pelaksana;

3) Sumber-sumber politik suatu organisasi (misalnya dukungan di antara anggota-anggota legislatif dan eksekutif).

4) Vitalitas suatu organisasi;

5) Tingkatkomunikasi-komunikasi “terbuka”, yang didefinisikansebagai jaringan kerja komunikasi horizontal dan vertical secara bebas serta tingkat kebebasan yang secara relatif tinggi dalam komunikasi dengan invividu-individu di luar organisasi;

6) Kaitan formal dan informal suatu badan dengan badan “pembuat

keputusan” atau “pelaksana keputusan”.

5. Kondisi-kondisi Ekonomi, Sosial, dan Politik

Dampak kondisi-kondisi ekonomi, sosial, dan politik pada kebijakan publik merupakan pusat perhatian yang besar selama dasawarsa yang lalu. Para peminat perbandingan politik dan kebijakan publik secara khusus tertarik dalam mengidentifikasikan pengaruh variabel-variabel lingkungan pada hasil-hasil kebijakan.

6. Kecenderungan Pelaksana (Implementator)

(58)

tepat karena mereka menolak tujuan-tujuan yang terkandung dalam kebijakan-kebijakan tersebut.

7. Kaitan antara Komponen-Komponen Model

Implementasi merupakan proses yang dinamis, faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi pelaksanaan suatu kebijakan dalam tahap-tahap awal mungkin akan mempunyai konsekuensi yang kecil dalam tahap selanjutnya.

8. Masalah kapasitas

Kapasitas sebagai faktor yang berpengaruh bagi implementasi kebijakan. Menurut van Meter dan Horn, implementasi yang berhasil juga merupakan fungsi dari kemampuan organisasi pelaksana untuk melakukan apa yang diharapkan untuk dikerjakan.

2.1.4.2Model George C. Edwards

(59)

1. Komunikasi

Secara umum Edward membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan, yakni transmisi, konsistensi, dan kejelasan. Jika kebijakan-kebijakan ingin diimplementasikan sebagaimana mestinya, maka petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus dipahami, melainkan petunjuk-petunjuk tersebut harus dikomunikasikan secara jelas.

2. Sumber-sumber

Perintah-perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat, jelas, dan konsisten, tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber-sumber yang diperluan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan maka implementasipun cenderung tidak efektif. Dengan demikian, sumber-sumber dapat merupakan faktor yang penting dalam melasanakan kebijakan publik.

3. Kecenderungan-kecenderungan

Kecenderungan dari para pelaksana kebijakan merupakan faktor ketiga yang mempunyai konsekuensi penting bagi implementasikebijakan yang efektif. Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, dna hal ini berarti danya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat kebijakan awal. 4. Struktur Birokrasi

(60)

tidak sadar memilih bentuk-bentuk organisasi untuk kesepakatan kolektif, dalam rangka memecahkan masalah-masalah sosial dalam kehidupan modern.

2.1.4.3Model Mazmanian dan Sabatier

Model implementasi kebijakan publik yang ditawarkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam buku Leo Agustino (2012,144). Model yang ditawarkan mereka disebut dengan A Framework for Policy Implementation Analysis. Kedua ahli ini berpendapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah kemampuan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tercpainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi. Dan, variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu:

1. Mudah atau Tidaknya yang akan Digarap, meliputi: 1. Kesukaran-kesukaran Teknis

(61)

2. Keberagaman Perilaku yang Diatur

Semakin beragam perilaku yang diatur, maka asumsinya semakin beragam pelayanan yang diberikan, sehingga semakin sulit untuk membuat peraturan yang tegas dan jelas. Dengan demikian semakin besar kebebasan bertindak yang harus dikontrol oleh para pejabat dan pelaksana (administrator atau birokrat) di lapangan.

3. Persentase Totalitas Penduduk yang Tercakup dalam Kelompok Sasaran Semakin kecil dan semakin jelas kelompok sasaran yang perilakunya akan diubah (melalui implementasi kebijakan), maka semakin besar peluang untuk memobilisasikan dukungan politik terhadap sebuah kebijakan dan dengannya akan lebih terbuka peluang bagi pencapaian tujuan kebijakan. 4. Tingkat dan Ruang Lingkup Perubahan Perilaku yang Dikehendaki

Semakin besar jumlah perubahan perilaku yang dikehendaki oleh kebijakan, maka semakin sukar/sulit para pelaksana memperoleh implementasi yang berhasil. Artinya, ada sejumlah masalah yang jauh lebih dapat kita kendalikan bila tingkat dan ruang lingkup perubahan yang dikehendaki tidaklah terlalu besar.

2. Kemampuan Kebijakan Menstruktur Proses Implementasi Secara Cepat Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimilikinya untuk menstruktur proses implementasi secara tepat melalui beberapa cara:

(62)

b. Keterkendalaan teori kausalitas yang diperlukan. c. Ketetapan alokasi sumberdana.

d. Keterpaduan hierarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga-lembaga atau instansi-instansi pelaksana.

e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana. f. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam

undang-undang.

g. Akses formal pihak-pihak luar.

3. Variabel-variabel diluar Undang-undang yang Mempengaruhi Implementasi. a. Kondisi sosial-ekonomi dan teknologi.

b. Dukungan publik.

c. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat. d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana.

2.1.4.4Model Grindle

(63)

1. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan. 2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan.

3. Derajat perubahan yang diinginkan. 4. Kedudukan pembuat kebijakan. 5. (siapa) pelaksana program. 6. Sumber daya yang dikerahkan.

Sementara itu, konteks implementasinya adalah :

1. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat. 2. Karakteristik lembaga dan penguasa.

3. Kepatuhan dan daya tanggap.

(64)

2.1.4.5Model Hogwood dan Gunn

Model Brian W. Hogwood dan Lewis A.Gunn (Riant Nugroho, 2009:630) yang dalam pemetaan kita beri label “MS” yang terletak di kuadran “puncak ke

bawah” dan berada di “mekanisme paksa” dan “mekanisme pasar”. Menurut kedua

pakar tersebut untuk melakukan implementasi kebijakan diperlukan beberapa syarat, yaitu :

1. Syarat pertama adalah, jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi oleh lembaga/badan pelaksana tidak akan menimbulkan masalah besar.

2. Syarat kedua adalah, apakah untuk melaksanakan tersedia sumber daya yang memadai, termasuk sumber daya waktu.

3. Syarat ketiga adalah, perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar ada.

4. Syarat keempat, apakah kebijakan yang akan diimplementasikan didasari hubungan kausal yang andal.

5. Syarat kelima adalah, seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi. 6. Syarat keenam adalah, apakah hubungan saling kebergantungan kecil.

7. Syarat ketujuh adalah, pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.

(65)

2.1.4.6Model Elmore, dkk.

(Richard Elmore, Michael Lipsky, Benny Hjern & David O’portor)

Model yang disususn oleh Richard Elmore, Benny Hjern dan David O’Porter

dalam Riant Nugroho (2002:635) model ini diberi lebel “RE, dkk” yang terletak di kuadran “bawah ke puncak” dan berada di “mekanisme pasar”. Model ini dimulai

dari identifikasi jaringan aktor yang terlibat dalam proses pelayanan dan menanyakan kepada mereka: tujuan, strategi, aktivitas, dan kontak-kontak yang mereka miliki.model implementasi ini didasarkan pada jeniskebijakan publik yang mendorong masyarakat untuk mengerjakan sendiri implementasi kebijakan atau tetap melibatkan pejabat pemerintah namun hanya di tataran rendah.

2.1.5 Pengertian Pembangunan

Saul M. Katz (Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;34) mendefinisikan pembangunan sebagai perubahan yang berlangsung secara luas dalam masyarakat dan bukan sekedar pada sektor ekonomi saja melainkan sektor lainnya seperti perubahan pendapatan perkapita atau perubahan pada grafiktenaga kerja dan lainnya.

(66)

a) Seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat untuk memperbaiki tata kehidupan sebagai suatu bangsa, dalam berbagai aspek kehidupan bangsa tersebut dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

b) Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Nation Building).

Maka pembangunan adalah melakukan perubahan secara sadar kearah yang lebih baik lagi dengan tujuan memperbaiki kondisi ataupun situasi yang ada sekarang menjadi kesituasi yang lebih baik lagi yang lebih ideal dan berbasis kepada kebutuhan atau kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan awal dari suatu pembangunan tersebut.

2.1.5.1Prinsip-prinsip Pembangunan 1. Prinsip Pembangunan

Beberapa prinsip dan proses pembangunan yang penting antara lain (Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;50):

a. kesemestaan.

b. Partisipasi masyarakat. c. Keseimbangan.

(67)

e. kekuatan sendiri. f. Kesisteman. g. Strategi jelas. h. Skala prioritas. i. Kelestarian ekologis.

j. Pemerataan dan pertumbuhan. 2. Proses Pembangunan

a. Konseptualisasi. b. Motivasi (Felt needs). c. Keputusan Politik. d. Dasar hukum.

e. Rencana Pembangunan. f. Programming.

g. Proyek. h. Pelaksanaan.

i. Evaluasi dan monitoring. j. Feed back.

k. Politik.

(68)

Pembangunan daerah adalah usaha untuk meningkatkan kualitas dan perikehidupan manusia dan masyarakat daerah yang dilakukan secara terus menerus, berlandaskan kemampuan daerah dan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan keadaan daerah, nasional, dan global. Maka semua point atau prinsip-prinsip pembangunan dan proses pembangunan adalah satu kesatuan yang saling berhubungan dan berkesinambungan dalam melakukan suatu pembangunan wilayah.

2.1.6 Administrasi Pembangunan

Menurut Mustopadidjaya (dalam Afifuddin 2010:51) mengatakan administrasi pembangunan adalah ilmu dan seni tentang bagaimana pembangunan suatu sistem administrasi yang mampu menyelenggarakan berbagai fungsi pemerintahan dan pembangunan secara efektif dan efisien.

Menurut Montgomery dan Esman (dalam Afifuddin (2010: 53) dalam

“Development Administration In Malaysia” mengemukakan Administrasi

pembangunan meliputi perbaikan aparatur serta pelaksanaan dari pemerintaan (The Development of Administration) dan juga berarti perbaikan dan pelaksanaan usaha pembangunan (Administration of The Development).

(69)

bahwa Administrasi pembangunan melawati kemampuan organisasi untuk melakukan pembaharuan.

Menurut Fred W. Riggs (Afifuddin 2010:52) Administrasi Pembangunan menunjuk pada berbagai usaha yang diorganisasikan untuk melaksanakan program-program , atau proyek-proyek terkait guna mencapai sasaran pembangunan.

Menurut Sondang P.Siagan (Afifuddin 2010:52) Administrasi Pembangunan adalah rangkaian usaha dalam mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu bangsa atau negara untuk mencapai modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).

Administrasi pembangunan adalah administrasi negara dan publik yang berperan sebagai agen perubahan dengan tujuan menyukseskan pembangunan dalam berbagai aspeknya, melalui perencanaan yang berorientasi pada pelaksanaan, transfer teknologi,transformasi sosial, pengembangan kapasitas, dan partisipasi masyarakat serta pemerataan hasil pembangunan. (Weidner, Unites Nation, Gaiden, Naomi, Wildawsky dan Aaron dalam buku Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;24)

(70)

masyarakat ataupun desakan lingkungan mengenai memenuhi kebutuhan yang diinginkan dengan proses yang administratif.

2.1.7 Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan

Mengenai ruang lingkup Administrasi Pembangunan, Bintoro Tjokroamidjojo (Adam Ibrahim dan Juni Pranoto, 2011;31) mengemukakan bahwa Administrasi Pembangunan mempunyai tiga fungsi yaitu :

a) Penyusunan kebijaksanaan penyempurnaan Administrasi Negara yang meliputi upaya penyempurnaan organisasi, pembinaan lembaga yang diperlukan, kepegawaian dan pengurusan sarana-sarana Administrasi lainnya. Ini disebut the development of administration yang kemudian lebih dikenal dengan istilah “administrative reform”.

b) Perumusan kebijakan-kebijakan dan program-program pembangunan di berbagai serta, pelaksanaannya secara efektif. Ini disebut the administration of development.

Administrasi untuk pembangunan (the development of administration) dapat dibagi dua, yaitu:

(71)

pembangunan harus disempurnakan. Hal-hal tersebut termasuk ke dalam wilayah penyempurnaan administrasi yang diperlukan dalam proses perumusan kebijakan.

b) Pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan secara efektif, untuk ini diperlukan penyusunan instrument-instrumen yang baik, seperti kepemimpinan, koordinasi, pengawasan, dn fungsi-fungsi administrasi yang lain sebagai unsur pembaharuan, dan administrasi fungsional dalam arti sempit seperti: kepegawaian, pembiayaan pembangunan dan lain-lain sebagai sarana pencapaian tujuan kebijakan dan program-program pembangunan.

c) Pencapaian tujuan-tujuan pembangunan tidak mungkin terlaksana dari hasil kegiatan pemeritahan saja. Oleh karena itu, ada fungsi lain yang penting dalam administrasi pembangunan yaitu membangun partisipasi masyarakat.

2.1.8 Pengertian Pembangunan Masyarakat

Menurut PBB, pembangunan masyarakat atau Pembangunan Komunitas adalah suatu proses melalui usaha dan prakarsa masyarakat sendiri maupun kegiatan pemerintah dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan budaya. Menurut Sanders, Pembangunan Masyarkat dapat dipaang pada:

(72)

4. Metode

Maka pembangunan masyarakat adalah berorientasi kepada perubahan aktivitas manusia yang tidak baik menjadi aktivas yang lebih baik, seperti merubah kebiasaan masyarakat yang tidak baik seperti membuang sampah sembarangan, Buang Air Besar Sembarangan, dan hal-hal lainnya aktivitas ataupun kebiasaan masyarakat yang buruk ataupun tidak baik diharapkan dapat berubah kearah yang lebih baik lagi.

2.2Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian terdahulu dengan judul “Judul Implementasi Program

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) Di Desa Cileles Kecatamatan Jatinangor Sumedang” oleh Vina Eka Yuliani dari Universitas

Padjajaran.

(73)

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah metode penelitian deduktif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakan dan studi lapangan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik penentu informan menggunakan purposive sampling dengan jumlah informan sebanyak 10 orang. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis data dari Miles dan Huberman, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Peneliti menggunakan teori implementasi dari Charles O. Jones yang di dalamnya terdapat aspke-aspek kegiatan implementasi program yaitu organisasi, interpretasi, dan aplikasi, sebagai pedoman peneliti dalam melakukan penelitian.

Maka dapat disimpulkan jika secara umum implementasi program Pamsimas dapat dinilai belum cukup efektif mencapai tujuan formalnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar program ini dapat mencapai tujuannya dengan baik adalah penetapan sasaran program yang tepat dan konsisten dilaksanakan sesuai ketentuan, pengelolaan yang transparan dan akuntabel oleh pihak pelaksana di desa dan pelaksanaan pengawasan yang tepat dan rutin untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan program di lapangan.

(74)

merupakan program pemerintah pusat yang membantu penyediaan air minum dan sanitasi dengan konsep berbasis kebutuhan masyarakat bagi kabupaten dan kota di seluruh Indonesia yang memiliki kesulitan di dalam pemenuhan akses air dan sanitasi.

Salah satu kabupaten yang telah melaksanakan Program Pamsimas Tahun 2008 adalah Kabupaten Grobogan. Hasil penelitian di Kabupaten Grobogan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa masalah pada proses pelaksanaan Pamsimas yakni pada komponen pendukung keberhasilan Program Pamsimas seperti perencanaan (Komponen I: Keterlibatan Masyarakat), Pembangunan (Komponen II: Pelayanan sanitasi dan kesehatan masyarakat), dan pengelolaannya (Komponen III: penyediaan sarana air minum dan sanitasi). Proses perencanaan (Komponen I) tidak selamanya berbasis masyarakat didalam perencanaan program, karena yang terlibat adalah perwakilan masyarakat dan pemerintah desa dan hasil perencanaan tidak disampaikan kepada masyarakat luas.

(75)

air yang dihasilkan tidak layak konsumsi oleh masyarakat, yang pada akhirnya membuat sarana tidak pernah dipakai serta tidak dirawat oleh masyarakat. Desa Kenteng, Ngrandah dan Pakis memiliki masalah pada upaya penambahan jumlah sumur (Komponen III) untuk melayani kebutuhan masyarakat akan air bersih, meskipun telah dilakukan pengembangan akeses sarana air.

Namun penggunaan sarana air pribadi daripada sumur Pamsimas ketika musim penghujan, sedangkan penggunaan sarana Pamsimas hanya ketika musim kemarau. Padahal, Program Pamsimas mengharapkan adanya keberlanjutan penggunaan untuk membantu pemasukan biaya untuk pengelolaan sarana air. Sedangkan dari sisi kegiatan pengelolaan sanitasi, hanya Desa Kenteng yang memiliki kegiatan rutin untuk melaksanakan pemantauan tingkat kesadaran sanitasi dan PHBS masyarakat, sedangkan Desa Jetaksari, Ngrandah, dan Desa Pakis memiliki masalah-masalah koordinasi dan bantuan serta pemahaman mengenai konsep “relawan” (sukarela)

antar anggota kader sanitasi maupun pemerintah. Sehingga membuat pelaksanaan kegiatan pemantauan sanitasi dan PHBS masyarakat terkendala, meskipun memiliki potensi untuk dilanjutkan kembali.

2.3Kerangka Berfikir

(76)

menggunakan Teori Implementasi dengan menggunakan Model Implementasi dari Merilee S. Grindle yang ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan mak barulah implementasi kebijakan dilakukan. Model implementasi menurut Grindle dibagi menjadi dua, yaitu yag pertama adalah isi kebijakan dan konteks kebijakan, isi dari kebijakan tersebut terbagi menjadi 6 (enam) yaitu:

1. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan. 2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan.

3. Derajat perubahan yang diinginkan. 4. Kedudukan pembuat kebijakan. 5. (siapa) pelaksana program. 6. Sumber daya yang dikerahkan.

Sementara itu, konteks implementasinya adalah :

1. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat. 2. Karakteristik lembaga dan penguasa.

3. Kepatuhan dan daya tanggap.

(77)

Pemerintah Pusat lebih berperan untuk melakukan fasilitasi dan koordinasi. Dalam pembangunan diperlukan pembangunan yang menyeluruh, mulai dari pembangunan sektor kecil pembangunan desa dengan berbagai faktor permasalahan di d

Gambar

Tabel 1.1 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs
Tabel 1.2 Rekapitulasi Pelaporan Monitoring Stop Babs
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Tabel 3.1 Informan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dekan dan para Wakil Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam (HPI), serta seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas

Warga di Lingkungan XI Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan yang terlibat dalam penelitian ini, lebih banyak mempunyai partisipasi yang tinggi dalam mencegah DBD

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan (1) aspek stilistika yang terdapat pada kumpulan geguritan Aja Nganti Kamanungsan karya Suksmawan Yant Mujiyanto;

Pengujian dilakukan dengan cara non-real time yaitu menguji algoritma pada aplikasi Android menggunakan 72 citra latih yang digunakan pada proses optimasi yang

Perempuan dengan segala sifat yang melekat di dalam dirinya dianggap tidak akan mampu menjadi pemimpin, baik di bidang eksekutif, legislatif maupun yudikatif (Muhammad

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Jaksa sebagai Penuntut Umum yang mewakili kepentingan dalam penyelamatan keuangan Negara dari tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM PERSPEKTIF LINGKUNGAN TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa.. Efek

Salah satu alat untuk menganalisis return saham secara fundamental adalah dengan melakukan analisis tingkat kesehatan perbankan dengan menggunakan rasio CAMEL