• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGKAPAN PUKAT CINCIN

3.1 Pendahuluan 1 Kapal

Kapal merupakan kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, angin atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah (UU RI nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran). Pada kakekatnya fungsi sebuah kapal ialah sebagai alat pengangkut air dari suatu tempat ketempat lain, baik pengangkutan barang, penumpang maupun hewan. Kapal juga dapat digunakan untuk rekreasi, alat pertahanan dan keamanan, alat survey atau laboratorium maupun sebagai kapal kerja (Mudjiono, 1986). Klasifikasi kapal perikanan baik ukuran, bentuk, kecepatan maupun konstruksinya sangat ditentukan oleh peruntukkan kapal perikanan tersebut. Demikian pula dengan kapal penangkap, masing‐masing memiliki ciri khas, ukuran, bentuk, kecepatan dan perlengkapan yang berbeda (Ardidja, 2007).

Ayodhyoa (1981) menyatakan bahwa kapal ikan Indonesai terdiri dari ukuran yang terkecil (sampan), perahu nelayan terbuat dari kayu, hingga kapal–kapal ikan yang terbuat dari besi baja dengan ukuran lebih besar dari 100 GT menggunakan tenaga penggerak mesin diesel. Kapal penangkap ikan adalah kapal-kapal yang khusus digunakan dalam penangkapan ikan, jenis- jenis kapal ikan diantaranya adalah kapal pukat udang, pukat cincin, payang, long line, huhate (pole and line) (Pasaribu, 1984). Kapal pukat cincin (purse seine) menurut Mulyanto (1986) adalah kapal yang menggunakan alat tangkap purse seine yang dilengkapi tiang dan winch untuk menarik purse line yang dekat dengan jaring setelah penebaran. Pukat cincin adalah jenis alat penangkap ikan yang digunakan untuk menangkap jenis ikan pelagis, dimana alat ini merupakan perkembangan dari alat jaring yang termasuk klasifikasi beach seine (Rumeli, 1976). Seperti yang diutarakan Brandt (1984) bahwa purse seine merupakan alat tangkap yang efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis.

3.1.2 Kapal Pukat Cincin

Ayodhyoa dan Sondita (1986) menyatakan bahwa kapal pukat cincin merupakan kapal khusus untuk menangkap ikan pelagis yang bergerombol (schooling), perenang cepat (hight speed) dan beruaya jauh (high migration). Terkait dengan sifat ikan sebagai target tangkapan dan alat tangkap yang digunakan, maka dimensi utama kapal akan berpengaruh pada beberapa kebutuhan kapal pukat cincin seperti :

1. Nilai B/D membesar mengakibatkan stabilitas kapal membaik, kondisi ini sangat dibutuhkan saat kapal melingkari gerombolan ikan dan pengaruh pusatnya beban, yaitu berat dan gaya-gaya yang bekerja dan berat seluruh ABK disalah satu sisi pada saat pengangkatan jaring

15

2. Nilai L/B berpengaruh terhadap tahanan penggerak kapal, mengecilnya nilai akan berpengaruh buruk pada kecepatan kapal.

3. Nilai L/D berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal, membesarnya nilai ini akan mengakibatkan kekuatan memanjang (longitudinal strength) kapal melemah.

Kapal pukat cincin merupakan salah satu tipe kapal yang membutuhkan kecepatan dalam olah gerak, menuju daerah penangkapan (fishing ground) dan manuver dalam pengoperasiannya. Kecepatan dalam olahgerak kapal sangat dibutuhkan saat melingkarkan jaring pukat cincin terhadap gerombolan ikan (Schooling). Sinkronisasi antara bentuk kasko, panjang kapal dan kecepatan kapal harus saling terkait, penyesuaian antara ketiga faktor tersebut merupakan indikator terhadap keberhasilan penangkapan pukat cincin. Faktor tersebut berpengaruh terhadap target spesies ikan yang akan ditangkap, dimana target ikan tangkapan merupakan ikan pelagis yang mempunyai kecepatan renang relatif tinggi dengan kisaran 0,8-1,6 meter/detik. Olah gerak kapal merupakan dasar dari keberhasilan dalam kecepatan kapal saat melingkari gerombolan ikan, penarikan purse line dan kecepatan waktu tenggelammnya jaring. Hal ini yang mendasari penelitian karakteristik kapal pukat cincin terhadap hasil tangkapan ikan pelagis.

Spesifikasi kapal pukat cincin Pacitan umumnya terbuat dari kayu dengan panjang sekitar 13-18 meter, lebar 4-5,35 meter dan dalam 1,5-2,5 meter dengan tonnase berkisar 25-50 GT. Mesin utama bermerk Dompeng atau Mitsubishi yang mempunyai kekuatan 350-420 PK dan mempunyai mesin bantu bermerk Dompeng 36 dan 42 PK. Palkah untuk menyimpan hasil tangkapan berjumlah 9- 12 buah dengan kapasitas 2 ton per palkah. Anak buah kapak (ABK) berjumlah 25-30 orang. Alat tangkap terdiri dari badan jaring, tali ris atas dan pelampung dari gabus, tali ris bawah dan pemberat serta cincin sebagai tempat purse line untuk mengerutkan bagian bawah jaring. Panjang pukat cincin sekitar 350-600 m kedalaman jaring sekitar 100-130 m, lebar mata jaring bagian atas 2-3 inci dan bagian bawah 1,5 inci. Spesifikasi kapal dan Alat tangkap pukat cincin disajikan pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Pasaribu (1984) dalam Umam (2007) menyatakan bahwa perbedaan dimensi ukuran, desain kapal, dan rancangan bangun disesuaikan dengan peruntukkan kapal tersebut. Hasil perhitungan nilai rasio dimensi ukuran kapal pukat cincin Pacitan menunjukkan bahwa rasio panjang berbanding lebar kapal berkisar 2,51- 4,30 meter, rasio lebar berbanding dalam berkisar 2,22-4,00 meter sedangkan rasio panjang berbanding dalam berkisar 6,75-12,0 meter. Selanjutnya, Ayodhyoa (1972) menyatakan bahwa jika nilai L/B suatu kapal mengecil akan berpengaruh lambat terhadap kecepatan, jika L/D membesar maka kekuatan memanjang (longitudinal strength) akan melemah dan jika nilai B/D dari kapal tersebut membesar, maka stabilitas akan membaik tetapi daya dorong (propulsive ability) akan memburuk (Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Nilai rasio dimensi kapal pukat cincin Pacitan

Kelompok kapal L/B L/D B/D

Pukat cincin Pacitan 2,51-4,30 6,75-12,0 1,93-4,00 Sumber : Hasil penelitian di Pacitan

Hasil perhitungan nilai rasio dimensi bila dibandingkan terhadap nilai acuan kapal Indonesia disajikan pada Tabel 3.2 nilai rasio dimensi (L/B) untuk kapal

16

pukat cincin Pacitan termasuk encircling gear, dari 57 kapal yang diteliti ada 1 kapal yang memiliki batas dibawah standar propulsive ability) yaitu kapal KM. Baruna Jaya 07 sebesar 2,51 meter, hal ini berarti nilai rasio L/B kapal KM. Baruna Jaya 07 tergolong kapal yang tidak sesuai dengan peruntukannya sebagai kapal pukat. Nilai rasio dimensi B/D berpengaruh terhadap stabilitas kapal, dimana nilai rasio kapal pukat cincin Pacitan termasuk kapal yang mempunyai stabilitas yang baik yaitu 2,22 hingga 4,00 meter, dan dapat meningkatkan daya dorong kapal saat melingkarkan alat tangkap terhadap gerombolan ikan (schooling). Nilai rasio L/D kapal pukat cincin Pacitan sebesar 6,75 hingga 12,00 meter dan termasuk dalam acuan kapal pukat cincin Indonesia yaitu berkisar 4,55 hingga 17,43 meter, kondisi kekuatan memanjang kapal melemah, karena panjang kapal yang terlau besar dibandingkan dengan dalam (D) dan akan menghambat saat melakukan olah gerak kapal.

Tabel 3.2 Nilai rasio dimensi utama kapal penangkap ikan Indonesia

Kelompok kapal L/B L/D B/D Encircling gear Static gear Towed gear Multipurpose 2,60-9,30 2,83-11,12 2,86-8,30 2,88-9,42 4,55-17,43 4,58-17,28 7,20-15,12 8,69-17,55 0,56-5,00 0,96-4,68 1,25-4,41 0,35-6,09 Sumber : Iskandar dan Pujiati (1995)

Keberhasilan operasi penangkapan pukat cincin di rumpon dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu kecepatan relatif kapal dalam melingkari gerombolan ikan (setting), kecepatan penarikan purse line, kecepatan tenggelamnya jaring, sedangkan faktor teknis lain relatif sama dan musim penangkapan sebagai indikator komposisi hasil tangkapan. Ketiga faktor tersebut merupakan indikator penyeimbang terhadap kecepatan renang gerombolan ikan saat penangkapan, berdasarkan FAO kecepatan renang ikan rata-rata sebesar 1,1 m/s. Wijopriono dan Genisa (2003), bahwa kapal dengan kecepatan relatif tinggi dapat menghalangi atau menyaingi kecepatan renang ikan. Oleh karena itu, kapal yang bergerak relatif lebih cepat dari kecepatan renang ikan akan meningkatkan peluang tertangkapnya ikan. Dengan kekuatan mesin yang besar, maka proses pelingkaran gerombolan ikan juga lebih cepat sehingga kemungkinan ikan untuk lolos juga semakin kecil. Kane dan Sternheim (1991) menyatakan bahwa kecepatan rata-rata kapal adalah pergeseran atau perubahan kedudukan kapal yang terjadi dalam suatau interval waktu dibagi oleh waktu yang berlalu.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ketiga faktor teknis tersebut terhadap hasil tangkapan ikan di perairan Pacitan, Jawa Timur dengan asumsi besarnya gerombolan ikan yang ada di sekitar rumpon setiap kali setting dan faktor lainnya dianggap sama. Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang pengaruh kecepatan setting kapal terhadap hasil tangkapan yang optimal pada setiap kali operasi penangkapan ikan.

17

3.2 Hasil

Dokumen terkait