• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Teknis Terhadap Proporsi Hasil Tangkapan per Bulan

TANGKAPAN PUKAT CINCIN

3.2 Hasil 3.3.1 Speed Length Ratio

2.3.8 Pengaruh Faktor Teknis Terhadap Proporsi Hasil Tangkapan per Bulan

Hasil analisis menunjukkan bahwa ketiga faktor teknis memberikan kontribusi terhadap proporsi hasil tangkapan, dimana rata-rata tiap bulanya ikan madidihang (Thunnus albacares) sebesar 23,5%, layang (Decapterus macarellus) 22,5%, cakalang (Katsuwanus pelamis), 14,9%, tongkol komo (Euthynnus affinis)13,7%, lemadang (Coryphaena hippurus) 7,6%, kambing-kambing (Canthidermis maculata) 6,9%, sunglir (Elagatis bipinulatus) 6,7% dan tenggiri (Scrombedies commerson)7,6% (Gambar 3.6).

22

Gambar 3.6 Persentase faktor teknis terhadap hasil tangkapan per bulan 3.3 Pembahasan

Perkembangan usaha perikanan pukat cincin di Pacitan tergolong skala usaha kecil dan menengah. Dimana armada pukat cincin berdasarkan tonnase sekitar 25-48 GT dan melakukan operasi penangkapan di wilayah perairan ZEEI dan laut lepas Samudera Hindia. Dengan wilayah operasi penangkapan dengan rumpon sampai posisi lintang 100-130 LS dan bujur 108030’-113000’ BT dan diluar wilayah perairan teritorial Indonesia. Hal ini dilakukan karena berkurangnya hasil tangkapan di wilayah pesisir laut teritorial dan bertambah jauh operasi penangkapan, untuk itu dibutuhkan kapal penangkap yang laiklaut berstandar IMO (International Maritime Organization), stabilitas atau daya oleng dan kecepatan kapal ideal. Unjuk kerja (performance) sangat menentukan saat pengoperasian alat tangkap dan keberhasilan pada saat melingkari gerombolan ikan yang menjadi target hasil tangkapan pukat cincin. Menurut Rumeli (1976) bahwa pukat cincin pada operasi penangkapan akan banyak menerima dari beban samping.

Berdasarkan perhitungan tahanan (resistance) yang dihasilkan jaring, maka kecepatan kapal saat melakukan penurunan jaring diperkirakan 20% lebih rendah daripada kecepatan kapal saat bergerak bebas lurus (Fridman dan Carrothers, 1986). Sedangkan kapal pukat cincin Pacitan mampu mengurangi beban samping yang berdasar pada nilai rasio dimensi (L/B) termasuk encircling gear, dengan rasio panjang berbanding lebar (L/B) kapal berkisar 2,5-4,3 meter, rasio lebar berbanding dalam (B/D) berkisar 1,9-4,0 meter sedangkan rasio panjang berbanding dalam (L/D) berkisar 6,7-12,0 meter. Lebih lanjut Setiyanto (2005) menyatakan bahwa perbandingan L/B berpengaruh terhadap kemampuan olah gerak kapal atau daya gerak kapal, B/D berpengaruh terhadap stabilitas kapal dan daya gerak sedangkan L/D berpengaruh terhadap stabilitas, daya muat dan kekuatan kapal.

Untuk itu dibutuhkan kecepatan tinggi berkisar sekitar 8-10 knot dengan speed length ratio 2,173 untuk katagori kapal kecepatan tinggi (Nomura dan Yamazaki 1977), speed length ratio pukat cincin Paciatan 1,811, kecepatan kapal

23

rata-rata 5,8-8,8 knot dengan kisaran panjang kapal antara 13,86-19,91 dan termasuk katagori kapal normal. Dengan kecepatan tersebut pukat cincin Pacitan lebih cepat dibanding kecepatan renang ikan pelagis dan setiap bulannya menghasilkan produksi ikan pelagis berkisar 8-16 ton. Wijopriono dan Nasution (1986) menyatakan bahwa pukat cincin yang dioperasikan di Prigi mempunyai kecepatan rendah, walaupun demikian kecepatan kapal tersebut sudah cukup karena dalam operasinya pukat cincin sifatnya tidak mengejar gerombolan ikan (hunting) tetapi hanya melingkari gerombolan ikan yang sudah terkumpul pada rumpon.

Selanjutnya Wijoprioyono (1986) menyatakan dari hubungan panjang dan kecepatan kapal, ternyata kapal pukat cincin di Prigi masih dapat ditambah kecepatan dengan memperbesar tenaga penggeraknya, sehingga dapat memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengejar gerombolan ikan. Sedangkan kecepatan kapal pukat cincin Pacitan tidak perlu merubah daya mesin dan dimensi kapal karena termasuk katagori kapal normal, hal ini dibuktikan dengan mendapat hasil tangkapan yang relatif tinggi. Memiliki daya oleng yang baik seperti yang diutarakan Nomura dan Yamazaki (1977) dan Iskandar (1990).

Kecepatan relatif didefinisikan dalam pergeseran atau perubahan kedudukan sebuah benda dalam suatu interval waktu tertentu, dimana interval waktu tertentu adalah pergeseran dibagi oleh waktu. Kecepatan rata-rata sebanding dengan pergeseran dan arahnya sama (Kane dan Sternheim 1991). Dengan stabilitas kapal laiklaut akan mengurangi beban anak buah kapal pada salah satu sisi kapal saat pengoperasian alat tangkap. Dimana efektivitas pengoperasian pukat cincin terlihat saat faktor teknis berfungsi yaitu kecepatan kapal saat melingkar jaring, kecepatan tenggelam jaring dengan membentuk dinding untuk menahan gerak kelompok gerombolan ikan keluar secara horisontal, serta kecepatan untuk menarik purse line untuk menahan larinya ikan ke arah vertikal (bagian bawah jaring) seperti yang diutarakan (Sainsbury 1971).

Hasil penelitian ketiga faktor teknis mempelihatkan keeratan sebesar 87,86 %, dimana keberhasilan pengoperasian pukat cincin dengan alat bantu rumpon dan lampu sangatlah produktif dalam mengumpulkan gerombolan ikan di area penangkapan (catchable area), dengan dugaan ikan yang memasuki zona influence tidak dapat lolos saat jaring dilingkarkan. Dimana proses penangkapan pukat cincin untuk mengurangi tingkat kelolosan ikan yaitu dengan memotong arah renang ikan, cenderung melawan arus, dengan kecepatan relatif saat melingkar peluang tertangkapnya ikan lebih besar. Hal ini akan berhasil jika pergerakan ikan secara horizontal dan vertikal dapat diduga saat penangkapan, dimana jarak ideal penangkapan dengan pukat cincin dengan rumpon sekitar 50- 100 m (Tabel 3.9). Jarak toleransi menduga pergerakan ikan, kecepatan renang ikan akan terbaca dan terperangkap saat jaring dilingkarkan (Fridman 1986).

Tabel 3.9 Jarak ideal saat melingkarkan sifat gerombolan ikan Spesies Diameter 2.rs(m) Kecepatan Renang (m/s)

Tembang atlantik 25 1,0

Sardin 50 1,1

Mackerel 40 1,3

Cakalang 30 1,6

Teri laut hitam 60 0,8

24

Hasil penelitian menunjukan rasio kecepatan relatif kapal lebih cepat dibanding kecepatan renang ikan yaitu 3,44-3,60 (m/s) sedangankan rasio kecepatan renang ikan berkisar 0,6-3,3 (m/s). Kecepatan penarikan purse line berkisar 1,36-1,59 (m/s) dan kecepatan tenggelam berkisar 762,9 – 903,17 (m/s), sedangkan kecepatan renang ikan berkisar 1,0-1,6 (m/s). Roni (2002) menyatakan bahwa kecepatan relatif kapal purse seine saat setting dengan target tangkapan ikan selar, layang dan kembung di perairan Ambunten Madura dengan KM. Damar Wulan berkisar 1,71-1,91 (m/s) sedangkan kecepatan relatif saat setting dengan KM. Asrama berkisar 1,90-2,18 (m/s). Muntaha, A (2012) menyatakan bahwa dengan kecepatan melingkar saat setting dengan 4 knot, kecepatan penarikan tali ris 1,69 (m/s) mendapatkan hasil tangkapan sebesar 540 kg/tawur, sedangkan dengan kecepatan melingkar saat setting dengan 8 knot, kecepatan tenggelam jaring 561 detik mendapatkan hasil tangkapn sebesar 844,77 kg.

Fridman (1986) menyatakan bahwa jenis ikan tembang memiliki kecepatan renang 1,0 (m/detik), mackerel 1,3 (m/s), cakalang 1,6 (m/s). Selanjutnya Videle (1993) Menyatakan bahwa kecepatan renang jenis tuna 10 (m/s), mackerel 3,3 (m/s) kisaran panjang 30 cm, hering dewasa 1 (m/s) kisaran panjang 20 cm, hering muda 0,5 (m/s) kisaran panjang 10 cm. Godo et al. (2003) mengemukakan bahwa ikan mackerel mempunyai kecepatan renang sampai 6 (m/s) jika kawanan/gerombolan kecil dan sekitar 1 (m/s) jika kawanan besar.

Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor teknis lebih cepat terhadap kecepatan renang ikan pada saat jaring pukat cincin dioperasikan dan pukat cincin memberikan kontribusi terhadap hasil tangkapan ikan yaitu madidihang 23,5%, layang 22,5%, cakalang 14,9%, tongkol komo 13,7%, lemadang 7,6%, kambing-kambing 6,9%, sunglir 6,7% dan tenggiri 4,1%. Sedangkan musim penangkapan pukat cincin memperlihatkan pola yang sama dan menunjukkan bahwa hasil tangkapan pada bulan Mei hingga Juni meningkat sebesar 11.987 kg dan 12.875 kg, dan menurun pada bulan Juli sebesar 8.760 kg dan meningkat pada bulan Oktober sebesar 12.914 kg. Sedangkan musim penangkapan pukat cincin terjadi pada bulan Mei hingga Juni dan pada bulan Oktober (BPPL 2013). Hal ini menjelaskan bahwa tertangkapnya ikan saat dilingkar lebih besar, namun tingkat keberhasilan hasil tangkapan berbeda, diduga gerombolan ikan meloloskan diri saat jaring belum maksimal dilingkarkan, purse line belum maksimal ditarik, arah renang ikan cenderung menyisir jaring, kebawah jaring, dimana tingkat kelolosan gerombolan ikan lebih tinggi dan umumnya ikan yang tertangkap sekitar 0,25%-50% per setting (Fridman, 1986).

Adanya perbedaan hasil dari ketiga penelitian terkait ketiga faktor teknis, hal ini diduga perbedaan target hasil tangkapan ikan, dimana proses penangkapan dikondisikan terhadap target jenis ikan yang akan ditangkap, perbedaan karakteristik wilayah perairan sangat mempengaruhi terhadap dimensi alat tangkat, pola penangkapan, kedalaman perairan, keragaman jenis ikan di wilayah tersebut.

Simpulan

Rasio dimensi utama kapal pukat cincin Pacitan termasuk tipe kapal Encircling gear, yang memiliki bentuk badan kapal V (V bottom) dibagian depan, bentuk Akatsuki bottom pada bagian tengah dan bentuk Round flat bottom pada

25

bagian belakang kapal. Kapal pukat cincin Pacitan termasuk katagori kapal normal yang memiliki panjang 13.86-19.91 m, dengan kecepatan kapal berkisar 5,8-8,8 knot dengan nilai speed length ratio normal yaitu 1,811.

Hasil penelitian menunjukan rasio kecepatan relatif kapal lebih cepat dibanding kecepatan renang ikan yaitu 3,44-3,60 (m/s) sedangankan rasio kecepatan renang ikan berkisar 0,6-3,3 (m/s). Kecepatan penarikan purse line berkisar 1,36-1,59 (m/s) dan kecepatan tenggelam berkisar 762,9-903,17 (m/s), sedangkan ikan 1,0-1,6 (m/s). Sedangkan hasil analisis sidik ragam secara parsial menunjukkan kecepatan melingkar berpengaruh signifikan terhadap hasil tangkapan dengan α 0,05 nilai Fhit sebesar 18,50. Secara bersamaan ketiga faktor

teknis yaitu kecepatan melingkar, kecepatan penarikan purse line dan kecepatan tenggelamnya jaring berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketiga faktor teknis memberikan kontribusi terhadap hasil tangkapan yaitu madidihang 23,5%, layang 22,5%, cakalang 14,9%, tongkol komo 13,7%, lemadang 7,6%, kambing-kambing 6,9%, sunglir 6,7% dan tenggiri 4,1%.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat seberapa besar pengaruh teknis terhadap tingkah laku ikan saat dilingkarkan oleh jaring, apakah ikan melakukan gerakan secara vertikal, harisontal, menyisir jaring atau bergerak bebas dan untuk mengetahui kecepatan renang minimum dan maksimum ikan.

26

4

SEBARAN IKAN DAN UKURAN RATA-RATA PERTAMA

KALI TERTANGKAP DENGAN PUKAT CINCIN

Dokumen terkait