• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

D. Biaya yang Diperhitungkan

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian serta didukung dengan lahan yang luas dan subur. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian. Pertanian merupakan salah satu pendorong terbesar pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pertanian juga digunakan untuk pemenuhan kebutuhan penduduk, terutama untuk kebutuhan pangan seperti padi.

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang berperan sebagai lumbung padi nasional. Komoditas padi ini diupayakan peningkatan produksi dan produktivitasnya oleh pemerintah daerah Jawa Barat. Peningkatan yang dicapai selama ini diperoleh melalui penanaman varietas-varietas padi baru dan dengan menggunakan teknik bercocok tanam yang telah disempurnakan. Tetapi teknologi yang dilaksanakan pada umumnya masih bertumpu pada penggunaan pupuk kimia (anorganik) dan penggunaan pestisida kimia yang telah meninggalkan aspek kelestarian lingkungan (Plosorejo, 2009).

Produksi padi di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2006 sampai tahun 2009 terus meningkat. Pada tahun 2006 produksi padi sebesar 9,42 juta ton dan pada tahun 2009 sebesar 11,32 juta ton. Begitu pula produktivitas dan luas panen padi dari tahun 2006 sampai tahun 2009 semakin meningkat. Peningkatan produksi, luas panen, dan produktivitas padi harus dipertahankan setiap tahunnya, guna meningkatkan ketersediaan bahan pangan bagi masyarakat. Data mengenai luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman padi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Luas Panen dan Produksi Padi Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2009 Tahun Luas Panen (ha) Produktivitas

(Ku/ha) Produksi (ton)

2006 2007 2008 2009 1.798.260 1.829.085 1.803.628 1.950.203 52,38 54,20 56,06 58,06 9.418.572 9.914.019 10.111.069 11.322.681

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010

Kemampuan petani padi dalam mengelola usahataninya, pada saat ini cenderung semakin menurun, akibat dari dampak krisis ekonomi yang hingga kini masih dirasakan. Sarana produksi seperti benih, pupuk, dan obat-obatan terus meningkat harganya sehingga pembiayaan bagi penyediaan sarana produksi dan proses produksi semakin menurun. Hal ini menjadikan produktifitas padi semakin menurun dan akan mempengaruhi pendapatan serta kesejahteraan petani.

Pada awal tahun 2010 pemerintah menaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebesar 33,4%. Hal ini menyebabkan penurunan pendapatan petani. Kenaikan HET pupuk hanya menguntungkan pengusaha pupuk dan distributor-distributor pupuk tetapi tidak menguntungkan petani. Sekarang ini sudah saatnya petani lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhannya.

Pertanian organik merupakan jawaban untuk membuat petani menjadi mandiri. Pertanian organik didefinisikan sebagai sistem produksi pertanian yang terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan (Anonymous dalam Widodo, 2008). Pertanian organik dalam pengelolaannya tidak menggunakan pupuk dan pestisida terbuat dari bahan kimia, melainkan dengan menggunakan bahan organik. Pupuk organik dapat dibuat sendiri oleh petani dengan biaya yang rendah. Begitu pula dengan sarana produksi

organik lainnya. Hal ini akan menurunkan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

Produksi padi organik sampai saat ini masih belum memenuhi permintaan pasarnya. Hal tersebut dikarenakan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan pertumbuhan produksi padi organik yang masih lebih lambat dibandingkan pertanian anorganik, sehingga banyak permintaan akan beras organik, namun persediaan beras organik tersebut masih sedikit di pasaran (Widodo, 2008).

Bogor merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang telah lama membudidayakan pertanian organik, khususnya pada tanaman padi. Sebagian petani di beberapa desa di Kabupaten Bogor sudah melaksanakan usahatani padi organik salah satunya yaitu di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pelaksanaan usahatani padi di Desa Purwasari diupayakan dapat meningkatkan pendapatan petani dan meminimumkan biaya produksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai perbandingan efisiensi usahatani padi organik dan anorganik di Desa Purwasari untuk mengetahui apakah usahatani padi organik lebih efisien dibanding usahatani padi anorganik.

1.2. Perumusan Masalah

Petani padi di wilayah Jawa Barat masih banyak menggunakan system pertanian anorganik. Petani padi anorganik yang masih sangat bergatung pada sarana produksi seperti penggunaan benih yang tinggi, pupuk kimia pabrik, dan pestisida kimia. Ketergantungan ini menyebabkan petani anorganik semakin merugi. Hal tersebut dikarenakan setiap tahunnya harga pupuk kimia, dan pestisida kimia. Biaya produksi padi anorganik akan semakin meningkat sehingga

menyebabkan pendapatan petani menjadi menurun. Sarana produksi tersebut sangat membantu petani padi anorganik dalam memperoleh hasil produksi padi yang cepat dan banyak. Permasalahan lainnya jika petani padi yang memiliki modal kecil hanya dapat membeli sarana produksi semampunya, sehingga kualitas produksi padi yang dihasilkan pun menjadi kurang baik.

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan pertanianan organik dengan mengubahnya menjadi pertanian organik. Pertanian organik menggunakan sarana produksi seperti benih yang digunakan sedikit, pupuk organik, dan pestisida organik. Pertanian organik ini membuat petani menjadi mandiri karena dapat membuat sarana produksi sendiri dengan menggunakan bahan-bahan organik yang mudah didapat seperti kotoran ternak dan limbah pertanian sebagai pupuk, serta tumbuhan-tumbuhan sekitar sebagai pestisida nabati. Akibatnya pertanian organik juga dapat menekan biaya produksi dan petani pun dapat meningkatkan pendapatannya.

Sistem pertanian organik sudah mulai diterapkan di Jawa Barat, salah satunya di Kabupaten Bogor, yaitu di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga. Sebagian besar petani di Desa ini merupakan petani padi. Beberapa petani padi tersebut sudah mulai sadar akan keuntungan dari sistem pertanian organik dan sudah mulai menerapkannya. Petani setempat juga membuat pupuk organik sendiri. Setelah beberapa tahun menerapkan pertanian organik, lahan di daerah tersebut menjadi subur kembali tetapi hasil produksi padi organik setempat masih lebih kecil di banding hasil produksi padi anorganik. Oleh karena itu, masih perlu dikaji apakah dengan pertanian organik petani dapat lebih menekan biaya produksi dan meningkatkan pendapatan petani padi dibandingkan dengan

pertanian anorganik. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk melihat bagaimana efisiensi usahatani padi organik dengan anorganik dilihat dari sisi biaya produksi dan pendapatan.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dikaji adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perbandingan efisiensi usahatani padi organik dengan anorganik dilihat dari sisi biaya produksi dan pendapatan di Desa Purwasari?

2. Bagaimana perbandingan pendapatan usahatani padi organik dengan anorganik di Desa Purwasari?

3. Apa saja faktor yang berpengaruh terhadap biaya produksi dan pendapatan usahatani padi organik dengan anorganik di Desa Purwasari?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis perbandingan efisiensi usahatani padi organik dengan anorganik dilihat dari sisi biaya produksi dan pendapatan di Desa Purwasari.

2. Mengestimasi perbandingan pendapatan usahatani padi organik dengan anorganik di Desa Purwasari.

3. Mengidentifikasi faktor yang berpengaruh terhadap biaya produksi dan pendapatan usahatani padi organik dengan anorganik di Desa Purwasari.

1.4. Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat:

1. Memberikan informasi kepada petani sebagai pertimbangan dalam upaya meminimumkan biaya produksi dan meningkatkan pendapatan dari usahatani padi.

2. Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai tambahan pengetahuan maupun sebagai informasi untuk melaksanakan studi yang relevan di masa mendatang.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan analisis usahatani yang membandingkan efisiensi usahatani padi organik dan anorganik yang dilihat dari sisi biaya produksi dan pendapatan. Data dalam penelitian ini diambil melalui pendekatan survey lapang.

II. TINJAUAN PUSTAKA