• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penelitian Panel Perikanan Nasional (PANELKANAS) merupakan sebuah Penelitian yang dirancang untuk memonitor dinamika sosial ekonomi desa perikanan sebagai dampak kegiatan pembangunan nasional. Kegiatan ini merupakan studi yang bersifat panel mikro yang memiliki kelebihan untuk menjelaskan perkembangan yang terjadi pada tipologi usaha kelautan dan perikanan serta perbedaan-perbedaannya menurut waktu. Dengan dasar keberadaan manfaat panel tersebut maka Panelkanas menjadi penting untuk dilaksanakan.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan kajian-kajian generik sosial ekonomi kelautan dan perikanan, yang lebih lanjut akan digunakan untuk mendasari penelitian yang bersifat problem solving dan prediksi perkembangan sosial ekonomi kelautan dan perikanan serta pengkajian-pengkajian opsi-opsi kebijakan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan. Untuk itu kegiatan penelitian ini akan bersifat multi-years dengan menggunakan contoh lokasi yang sama sehingga dapat terlihat perkembangan yang terjadi.

Data sosial ekonomi berskala mikro dibutuhkan sebagai informasi pelengkap yang dapat menjelaskan perkembangan data-data makro pembangunan kelautan dan perikanan. Perkembangan produksi kelautan dan perikanan secara makro tidak memiliki informasi yang cukup mengenai faktor-faktor yang membuatnya meningkat atau menurun. Oleh karena itu penelitian yang bersifat mikro seperti PANELKANAS penting untuk dilakukan.

Beberapa isu pembangunan dan kebijakan yang terkait dengan PANELKANAS diantaranya adalah Pembangunan Desa Tertinggal, Millenium Development Goals (MDG’s), Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), GENDER, Program Pemberdayaan (PUMP/PUGAR), Program Cluster 4 dan Rumput Laut di 7 Provinsi serta pembangunan 100 sentra perikanan. Program dan kebijakan pemerintah tersebut diharapkan memberikan dampak yang positif bagi masyarakat kelautan dan perikanan secara umum meski sebagian besar dari mereka tidak menjadi target secara langsung. Pengukuran dampak tersebut akan dilihat dari indikator-indikator yang akan diamati oleh PANELKANAS sehingga penelitian ini sangat penting.

Pelaksanaan kegiatan PANELKANAS selama ini belum mampu mencerminkan kondisi kelautan dan perikanan skala kecil pada level nasional. Hal ini dikarenakan keterwakilan lokasi monitoring yang sangat terbatas, tipologi kelautan dan perikanan yang

sangat bervariasi memerlukan keterwakilan lokasi yang memadai untuk dapat menggambarkan indikator mikro pembangunan kelautan dan perikanan secara nasional. Untuk kepentingan tersebut mulai tahun 2015 PANELKANAS akan diarahkan pada pengembangan jaringan pengumpulan data sosial ekonomi rumah tangga kelautan dan perikanan secara nasional yang akan dilakukan melalui kerjasama dengan institusi lain. Kerjasama tersebut akan dilakukan dengan perguruan tinggi, pemerintah daerah, organisasi profesi/kepakaran maupun institusi lain yang memiliki semangat yang sama untuk mendorong pembangunan sektor kelautan dan perikanan.

1.2. Tujuan

Penelitian PANELKANAS bertujuan untuk menyediakan data indikator mikro usaha kelautan dan perikanan yang berguna dalam menilai perkembangan pembangunan kelautan dan perikanan serta perumusan kebijakan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Kegiatan ini bersifat multi-years sehingga data-data yang dihasilkan dapat dibandingkan anta periode pengamatan yang dilakukan. Secara lebih spesifik penelitina ini bertujuan untuk :

1. Membangun jaringan pelaksanaan kegiatan penelitian indikator kinerja mikro pembangunan sektor kelautan dan perikanan;

2. Menentukan kawasan sentra perikanan yang akan dimonitor;

3. Menentukan indikator-indikator kinerja mikro pada kawasan sentra perikanan yang dimonitor;

4. Menyusun rekomendasi kebijakan terkait indikator kinerja mikro pembangunan kelautan dan perikanan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dinamika Sosial Ekonomi Rumah Tangga Perikanan

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 1996). Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang laindisekitarnya. Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.

Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos” yang berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum. Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan) (KBBI, 1996). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan. Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi Melly G. Tan mengatakan adalah pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan ini masyarakat tersebut dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Koentjaraningrat, 1981).

Rumah tangga yaitu seluruh urusan keluarga untuk hidup bersama, dikerjakan bersama di bawah pimpinan seseorang yang ditetapkan, menurut tradisi. Konstruksi sosial yang menggunakan ideologi gender menetapkan bahwa pimpinan di dalam rumah tangga adalah ayah. Namun, pada beberapa daerah pedesaan di Jawa, keputusan-keputusan yang menyangkut hidup anggotanya, ayah selalu mengajak bermusyawarah ibu, serta anak-anak yang dianggap sudah mampu (Murniati, 2004). Dinamika sosial ekonomi rumah tangga

perikanan yang menjadi kajian dalam penelitian meliputi aspek usaha, pendapatan dan konsumsi pada tingkat rumah tangga perikanan.

2.2. Struktur Dan Disribusi Penguasaan Asset Rumah Tangga Perikanan

Aset terdiri dari modal investasi yang pada gilirannya akan menghasilkan laju pemasukan dimasa depan. Keuntungan aset ini sangat bergantung pada investasi yang sukses. Pendapatan dan aset merupakan dua ide yang saling membangun. Pendapatan dapat disimpan untuk mengakumulasikan aset, sebagai gudang (storehouse) unutk konsumsi dimasa depan. Pada gilirannya, banyak aset justru membangkitkan lajunya pendapatan (Sherraden, 2005).

Kepemilikan aset dapat dicerminkan sebagai kepemilikan faktor produksi maupun kekayaan oleh suatu rumah tangga yang pada akhirnya dapat mempengaruhi tingkat pendapatan dan konsumsi rumah tangga. Semakin besar kepemilikan aset oleh suatu rumah tangga akan memperbesar kesempatan rumah tangga tersebut untuk memperoleh tingkat pendapatan yang semakin besar dan rumah tangga tersebut akan mencapai tingkat kesejahteraan. Sedangkan semakin rendah kepemilikan aset suatu rumah tangga akan memperkecil kesempatan rumah tangga untuk dapat mengakses pasar dan akan berakibat pada rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga.

2.3. Struktur Dan Disribusi Pendapatan Rumah Tangga Perikanan

Upah dan gaji yang biasa disebut dalam istilah asing wages and salaries merupakan pendapatan yang diperoleh rumah tangga keluarga sebagai imbalan terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja yang mereka gunakan dalam pembentukan produk nasional (Soediyono, 1984).Pendapatan adalah sama dengan pengeluaran. Pendapatan yang dicapai oleh jangka waktu tertentu senantiasa sama dengan pengeluaran jangka waktu tersebut. Pendapatan senantiasa harus sama dengan pengeluaran karena kedua istilah ini menunjukan hal yang sama hanya dipandang dari sudut pandang lain (Winardi, 1975).

Makin tinggi pendapatan perseorangan akan makin sedikit anggota masyarakat yang memilikinya, yang terbanyak menempati ruangan pendapatan yang rendah. Besarnya pendapatan perseorangan akan tergantung pada besarnya bantuan produktif dari orang atau faktor yang bersangkutan dalam proses produksi (Kaslan, 1962).

Perbedaan dalam tingkat pendapatan adalah disebabkan oleh adanya perbedaan dalam bakat, kepribadian, pendidikan, latihan dan pengalaman. Ketidaksamaan dalam tingkat pendapatan yang disebabkan oleh perbedaan hal-hal ini biasanya dikurangi melalui tindakan-tindakan pemerintah yaitu melalui bantuan pendidikan seperti beasiswa dan pemberian

bantuan kesehatan. Tindakan-tindakan pemerintah ini cenderung menyamakan pendapatan riil. Pendapatan uang adalah upah yang diterima dalam bentuk rupiah dan sen. Pendapatan riil adalah upah yang diterima dalam bentuk barang/jasa, yaitu dalam bentuk apa dan berapa banyak yang dapat dibeli dengan pendapatan uang itu. Yang termasuk pendapatan riil adalah keuntungan-keuntungan tertentu seperti jaminan pekerjaan, harapan untuk memperoleh pendapatan tambahan, bantuan pengangkutan, makan siang, harga diri yang dikaitkan dengan pekerjaan, perumahan, pengobatan dan fasilitas lainnya (Sofyan, 1986). Besarnya pendapatan perseorangan akan tergantung pada besarnya bantuan produktif dari orang atau faktor yang bersangkutan dalam proses produksi (Kaslan, 1962).

Aspek yang terkait dengan tingkat pendapatan adalah tingat pengeluaran masyarakat. Secara umum diketahui bahwa tingkat pendapatan mempengaruhi pola dan tingkat pengeluaran (Nurmanaf dkk, 2000). Penelitian Sudaryanto dkk (1999) membuktikan bahwa tingkat pendapatan mempunyai hubungan negatif dengan porsi pengeluaran pangan. Semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga semakin rendah porsi pengeluaran pangan. Dalam Pakpahan dkk (1993) disebutkan bahwa ada hubungan antara porsi atau pangsa pengeluaran pangan dengan ketahanan pangan rumah tangga. Pangsa pengeluaran pangan berhubungan terbalik dengan ketahanan pangan, semakin besar pangsa pengeluaran pangan maka semakin rendah ketahanan rumah tangga yang bersangkutan.

2.4. Struktur Pengeluaran Dan Konsumsi Rumah Tangga Perikanan

Konsumsi atau permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh harga komoditas itu sendiri, harga komoditas lain yang bersifat substitusi atau komplementer, tingkat pendapatan (riil), jumlah dan komposisi umur penduduk serta selera konsumen terhadap barang yang diminta. Setiap rumahtangga atau kelompok rumahtangga memiliki pola atau struktur konsumsi dan pengeluaran yang berbeda. Pola konsumsi dan pengeluaran umumnya berbeda antar agroekosistem, antar kelompok pendapatan, antar etnis atau suku dan antar waktu (Rachman dan Wahida, 1998; Arifin dan Simatupang, 1988; Suryana dkk, 1988). Struktur pengeluaran rumahtangga dapat pula dijadikan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan rumahtangga. Dalam hal ini rumahtangga dengan pangsa pengeluaran pangan yang tinggi tergolong rumahtangga dengan tingkat kesejahteraan rendah relatif dibanding rumahtangga dengan proporsi pengeluaran untuk pangan yang rendah (BPS, 1996; Rachman, HPS, 2001).

Konsumsi (yaitu pengeluaran untuk konsumsi) tergantung dari pendapatan tetapi kita juga harus mengetahui bahwa pendapatan sebaliknya juga tergantung pada pengeluaran.

Seakan-akan kita melihat sebuah lingkaran yang tidak berujung pangkal. Maka akan timbul pertanyaan : apakah kita perlu mengetahui besarnya konsumsi agar dapat menghitung besarnya pendapatan (Sudarsono, 1991). Pengeluaran konsumsi pertama-tama ditentukan oleh tingkat pendapatan, tetapi banyak lagi faktor lain yang mempangaruhi tingkat konsumsi yaitu jumlah anggota keluarga, tingkat usia mereka dan faktor-faktor lainnya seperti harga-harga nisbi berbagai jenis barang konsumsi juga berarti penting sebagai penentu (Sicat dan Arndt, 1991).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen tunggal terbesar dari pengeluaran keseluruhan aktual, tetapi ada yang menentukan jumlah yang ingin dibelanjakan oleh rumah tangga untuk membeli barang dan jasa untuk konsumsinya dan berapa banyak yang ingin mereka tabung, salah satu faktor yang paling menentukan adalah pendapatan sisa rumah tangga. Dengan meningkatnya pendapatan sisa, rumah tangga mempunyai lebih banyak uang untuk dibelanjakan sebagai konsumsi. Penelitian empiris tentang perubahan pendapatan sisa dari tahun ke tahun dan konsumsi untuk suatu periode selama sepuluh tahun telah menemukan hubungan yang erat antara keduanya. Umumnya, tahun dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi biasanya juga merupakan tahun-tahun dengan tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada rata-rata (Lipsey dan Steiner, 1991). Pengeluaran konsumsi atau private consumption expenditure meliputi semua pengeluaran rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga-lembaga swasta bukan perusahaan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang langsung dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembelian barang-barang tahan lama yang baru seperti mobil, pesawat televisi dan sebagainya selain bangunan rumah termasuk variable ekonomi pengeluaran konsumsi (Soediyono, 1984).

III. METODOLOGI PENELITIAN