Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Dorongan atau motif sosial pada manusia, mendorong manusia mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau interaksi sehingga memungkinkan terjadi interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lain. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya.
Penyesuaian diri yang baik ialah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga remaja merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkungan. Penyesuaian diri yang baik akan menjadi salah satu bekal penting karena akan membantu remaja pada saat terjun dalam masyarakat luas. Meskipun demikian, tampaknya penyesuaian diri yang baik bukanlah hal yang mudah (Hurlock, 1999).
Proses penyesuaian itu dibutuhkan waktu yang cukup untuk remaja dapat menemukan jati dirinya. Penyesuaian tersebut dapat mempengaruhi proses pergaulannya di tempat dia bergaul. Cara penyesuaianya pun berbeda-beda tiap individunya. Karena salah satu tahap pertumbuhan dalam siklus hidup manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan salah satu tahapan penting dalam masa pertumbuhan seseorang karena kecepatan pertumbuhan fisik masa ini adalah kedua tercepat setelah masa bayi. Kira-kira 20% tinggi badan (TB) dan 50% berat badan (BB) dicapai selama periode ini. Oleh sebab itu diperlukan asupan gizi yang cukup untuk menjamin pertumbuhan yang optimal (Khomsan 2004). Selain itu juga remaja cenderung membatasi asupan makanannya karena ingin memiliki tubuh yang ideal. Hal tersebut merupakan pengaruh yang berasal dari lingkunganya karena tubuhnya tersebut dianggap tidak ideal atau terlalu kurus dan terlalu gemuk. Hal tersebut yang dapat mempengaruhi salah satu bentuk penyesuaian remaja terhadap lingkungannya yaitu cara bergaul dan persepsi remaja tersebut terhadap bentuk tubuh. Persepsi remaja terhadap bentuk tubuhnya itu dikenal juga dengan istilah body image.
Body image bagi remaja merupakan suatu hal yang penting, karena pada masa remaja seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Perubahan pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya. Menurut Conger dan Peterson dalam Sarafino (1998) bahwa pada masa remaja biasanya
mulai memperhatikan penampilan fisik mereka dan ingin mengubah penampilan mereka. Keinginan ini disebabkan karena remaja sering merasa tidak puas terhadap penampilan dirinya.
Body image dapat juga didefinisikan sebagai derajat kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk, dan penampilan umum (Cash dan Deagle dalam Jones 2002). Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian dan cara individu memandang dirinya memiliki dampak terhadap perkembangan psikologisnya. Banyak remaja sering merasa tidak puas dengan penampilan dirinya sendiri, mereka ingin memiliki postur tubuh sempurna.
Pencapaian tubuh ideal dapat dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan aktivitas fisik. Kebiasaan makan sehari-hari sangat mempengaruhi terhadap pencapaian tubuh yang ideal, misalnya saja pembatasan asupan makanan agar berat badan tidak berlebih. Menurut Sediaoetama (1991), pada usia remaja, seorang remaja cenderung memperhatikan bentuk tubuhnya. Hal ini menyebabkan remaja putri membatasi konsumsi pangannya demi mendapatkan bentuk tubuh yang ideal dan indah menurut persepsinya. Selain itu juga kebiasaan makan yang dipengaruhi oleh gaya hidup dan pengetahuan gizi yang kurang. Gaya hidup berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan seperti mengikuti pergaulan remaja saat ini dengan mengkonsumsi fast food yang lebih praktis dan harganya pun mudah dijangkau oleh uang saku anak sekolah. Sedangkan pengetahuan gizi yang kurang itu akan mempengaruhi perilaku makannya dengan makan yang tidak teratur untuk mencapai tubuh yang ideal.
Hal lainnya yang dapat mempengaruhi yaitu aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang dilakukan harus sesuai dengan keadaan tubuh remaja itu sendiri. Asupan makanan yang biasa dikonsumsi oleh para remaja khususnya siswa biasanya akan mempengaruhi kegiatannya di sekolah, seperti kegiatan belajar ataupun kegiatan lainnya. Aktivitas fisik tersebut akan ditunjang oleh banyaknya energi yang dikonsumsi untuk memaksimalkan aktivitasnya tersebut. Jika asupan makannya lebih rendah dibandingakan dengan pengeluaran energinya maka aktivitas fisik remaja tersebut akan terganggu, dan juga sebaliknya jika asupan makannya seimbang dengan pengeluaran energinya maka aktivitas fisik remaja tersebut akan optimal.
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian, persepsi yang salah tentang
makan akan dilakukan dengan harapan mereka memperoleh dan mempertahankan bentuk tubuh sesuai dengan yang mereka inginkan. Berdasarkan penelitian Rosen dan Gross di US dalam Dacey & Kenny (1997) yang meliputi 1.373 putra dan putri sekolah menengah atas dalam ras, daerah dan latar belakang ekonomi yang berbeda-beda menunjukkan bahwa remaja putri menghabiskan waktu mereka 4 kali lebih banyak dibandingkan pria untuk mencoba mengurangi berat badan mereka. Cara mereka untuk mengurangi berat badannya yaitu biasanya dengan melakukan diet.
Diet yang dilakukan oleh remaja merupakan hal yang serius. Saat umur remaja adalah saat ketika tubuh tersebut sedang berkembang pesat dan sudah seharusnya mendapatkan nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Kebiasaan diet pada remaja dapat membatasi asupan nutrisi yang mereka butuhkan untuk pertumbuhannya.
Diet yang berlebihan akan mengakibatkan berat badan tubuh menurun dan pertumbuhan pun terhambat. Perilaku diet ini akan berpengaruh terhadap perubahan status gizi remaja itu sendiri. Karena dengan perubahan perilaku makan mereka akan mengakibatkan pertumbuhan yang terhambat dan menurunnya status gizi mereka. Status gizi yang rendah pada remaja akan mempengaruhi produktivitas dan performa seorang remaja dalam jangka panjang yang akan berdampak pada masa dewasanya nanti.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji persepsi body image pada atlet senam dan renang di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta, dan sejauh mana hubungannya dengan kebiasaan makan dapat mempengaruhi status gizi mereka.
Tujuan Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan antara persepsi body image dan kebiasaan makan dengan status gizi atlet senam dan atlet renang Sekolah Atlet Ragunan Jakarta.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengkaji karakteristik responden dan karakteristik keluarga.
2. Mengkaji body image remaja pada atlet senam dan atlet renang Sekolah Atlet Ragunan Jakarta.
4. Mengkaji status gizi responden.
5. Mengkaji hubungan karakteristik individu dengan persepsi body image. 6. Mengkaji hubungan karakteristik keluarga dengan persepsi body image
dan status gizi.
7. Mengkaji hubungan antara persepsi body image dan kebiasaan makan dengan status gizi responden.
Hipotesis
Adanya hubungan antara persepsi body image dan kebiasaan makan dengan status gizi atlet senam dan atlet renang Sekolah Atlet Ragunan Jakarta.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan informasi mengenai berbagai hal yang terkait dengan body image dan kebiasaan makan serta pengaruhnya terhadap status gizi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para remaja untuk memilih cara yang tepat untuk memperoleh tubuh yang ideal.