• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ikan nila merupakan salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di masyarakat (Gustiano et al. 2008). Penyebaran budidaya ikan nila hampir meliputi seluruh wilayah Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan memasukkan ikan nila sebagai komoditas unggulan perikanan budidaya untuk mencapai visi produksi perikanan 2009-2014. Produksi ikan nila yang ditargetkan Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2014 sebesar 1.242.900 ton dengan kenaikan produksi pertahun rata-rata 27%. Untuk mendukung target tersebut maka diperlukan beberapa input produksi salah satunya pakan (Azwar dan Rostika 2010).

Ketersediaan pakan ikan yang efektif, efisien, ramah lingkungan, dan dengan harga yang terjangkau perlu diperhatikan. Pakan mempengaruhi aspek biologis maupun aspek ekonomis karena biaya produksi terbesar adalah untuk pengadaan pakan (Suprayudi 2010). Pembudidaya mengharapkan memperoleh pakan yang relatif murah sesuai dengan kemampuan daya belinya. Data Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) menunjukkan bahwa hampir seluruh komponen bahan pakan ikan masih diimpor. Hal ini berdampak pada tingginya harga pakan ikan di dalam negeri (Indradjaja 2010).

Untuk mencapai hal ini perlu diusahakan peningkatan penggunaan bahan baku lokal asal nabati antara lain jagung. Jagung memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan bahan pakan lain diantaranya diproduksi sepanjang tahun dengan jumlah produksi yang cukup tinggi serta diproduksi hampir diseluruh wilayah Indonesia (Widowati et al. 2005). Produksi jagung Indonesia pada tahun 2010 mencapai hampir 20 juta ton (Kementerian Pertanian 2010). Daerah produksi jagung meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia dengan sentra produksi terbesar berada di propinsi Lampung, Gorontalo, dan Jawa Timur (Suarni dan Firmansyah 2005). Kandungan gizi utama jagung adalah pati (72-73%) dengan nisbah amilosa dan amilopektin 25-30% dan 70-75% (Suarni dan Widowati 2009). Selain pati, jagung juga mengandung protein (8-11%), asam lemak linoleat (omega-6), vitamin A, vitamin E, dan beberapa mineral esensial.

Namun jagung memiliki beberapa kelemahan diantaranya proteinnya berkisar antara 6-11% (Widowati et al. 2005), kecernaan tepung jagung berkisar 58-72 % (Suhenda et al. 2010). Jagung juga memiliki zat anti nutrisi seperti asam fitat (Baruah et al. 2004) dimana asam fitat membentuk kompleks dengan protein dan asam amino, sehingga akan mengurangi kecernaan protein (Ravindran 2000). Karbohidrat merupakan sumber energi yang relatif murah namun informasi penggunaannya dalam proses metabolisme dan pencernaannya pada ikan nila sedikit tersedia (NRC 1977). Selain itu, kecernaan karbohidrat pada ikan relatif rendah (Halver 1976). Selanjutnya, kulit ari jagung mengandung serat kasar yang tinggi, yaitu 86,7% yang terdiri dari hemiselulosa (67%), selulosa (23%), dan lignin 0,1 % (Burge dan Duensing 1989).

Untuk meningkatkan mutu jagung maka diperlukan pengolahan baik menggunakan proses fisik maupun biologis. Proses pengolahan secara fisik (perendaman, perebusan, dan pengukusan) mampu meningkatkan nilai kecernaan tepung jagung (Suarni 2005; Zinn et al. 2008). Pengolahan secara biologis melalui fermentasi merupakan proses yang relatif murah dan proses ini dengan cara dan dosis yang sesuai mampu menyederhanakan karbohidrat kompleks, membentuk protein sehingga nilai gizi bahan pakan yang difermentasi lebih tinggi dari bahan asalnya (Winarno et al. 1980). Organisme yang banyak digunakan untuk fermentasi bahan yang mengandung karbohidrat tinggi adalah kapang dari jenis

Rhizopus oligosporus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan

R. oligosporus mampu meningkatkan protein substrat, mengurangi kandungan asam fitat, serta meningkatkan kecernaan bahan yang difermentasi (Suhenda et al. 2009). Sejak ikan nila diketahui mampu memanfaatkan nutriea yang berasal dari bahan nabati (Olvera-Novoa et al. 1997; Fagbenro 1998; Twibell and Brown 1998; El-Sayed 1999; Fontainhas-Fernandes 1999; Ogunji and Wirth 2000; Maina et al. 2002; Gonzales Jr. et al. 2007) diharapkan jagung yang telah melalui pengolahan secara fisik dan biologis/fermentasi dapat digunakan dengan baik oleh ikan nila. Akhir penelitian diharapkan diperoleh pakan yang dapat menekan biaya produksi ikan nila.

Perumusan Masalah

Jagung merupakan salah satu bahan baku yang dapat digunakan dalam pakan ikan. Secara umum jagung memiliki ketersediaan yang cukup tinggi, tersedia sepanjang tahun serta memiliki kelimpahan yang hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Permasalahan yang ada saat ini jagung yang memiliki kandungan protein yang rendah, adanya anti nutrisi (asam fitat), serta tingkat kecernaan jagung secara umum lebih rendah dibandingkan beberapa bahan baku pakan lainnya. Berdasarkan permasalahan yang ada maka diperlukan teknik pengolahan baik secara fisik (perendaman, perebusan, dan pengukusan) serta biologis (fermentasi) untuk meningkatkan kualitas jagung sebagai bahan baku pakan ikan. Hasil penelitian Suarni (2005) menunjukkan melalui proses fisik, fraksi serat kasar pada jagung dapat berubah sehingga mampu meningkatkan kecernaan tepung jagung. Suhenda et al. (2010) menunjukkan bahwa penggunaan proses fermentasi pada jagung mampu meningkatkan kandungan protein, menurunkan kandungan asam fitat, serta meningkatkan kecernaan pakan pada ikan mas. Oleh karena itu, penggunaan mekanisme fisik (rendam, rebus, kukus) dan biologi (fermentasi menggunakan R.oligosporus) pada jagung diharapkan dapat meningkatkan protein bahan, mengurangi zat anti nutrisi, serta meningkatkan kecernaan jagung. Pada penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan penggunaan jagung dalam pakan ikan nila dan akhirnya dapat menekan biaya produksi budidaya ikan nila.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui dan menguji mekanisme fisik (rendam, rebus, kukus) yang terbaik untuk mengurangi zat anti nutrisi serta meningkatkan kecernaan jagung

2. Mengetahui kombinasi mekanisme fisik yang dilanjutkan dengan fermentasi

R. oligosporus untuk meningkatkan kualitas jagung.

3. Mengetahui dan menguji penggunaan kadar jagung yang optimal hasil perlakuan fisik dan fermentasi dengan R. oligosporus terhadap kualitas pakan dan kinerja pertumbuhan ikan nila.

Manfaat penelitian

Keberhasilan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peningkatan kualitas jagung melalui proses fisik dan biologis serta kadar yang optimal dalam pakan untuk memberikan laju pertumbuhan dan efisiensi pakan yang maksimal pada ikan nila.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penggunaan tepung jagung hasil pengolahan fisik dan biologis yang optimal dalam pakan dapat memberikan laju pertumbuhan dan efisiensi pakan yang maksimal pada ikan nila.

Ruang Lingkup

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap penggunaan mekanisme fisik dalam pengolahan jagung, tahap kombinasi penggunaan mekanisme fisik yang dilanjutkan dengan fermentasi dan tahap pengujian pengaruh penggunaan jagung hasil tahap satu dan dua terhadap kualitas pakan dan kinerja pertumbuhan ikan nila.

TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen terkait