• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup yang sehat (Depkes RI 2008). Perilaku hidup sehat dapat menjadi salah satu modal utama seseorang menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas.

Pola makan yang sehat dan seimbang dapat menunjang kesehatan seseorang secara optimal. Sebaliknya, pola makan yang tidak sehat dapat memicu timbulnya berbagai macam penyakit. Salah satu pola makan yang tidak sehat yaitu pola makan yang tidak mengacu pada gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh, diantaranya adalah pola konsumsi sayuran dan buah- buahan yang rendah. Sebuah survey yang dilakukan tahun 2004 menunjukkan bahwa hanya 15% penduduk Indonesia yang mengonsumsi sayuran dan buah- buahan dalam jumlah yang mencukupi, yang berarti 85% penduduk Indonesia kurang mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. Hasil Riskesdas 2007 juga menunjukkan tingginya prevalensi kurang makan sayur dan buah untuk usia >10 tahun yaitu sebanyak 93.6%. Hal ini sangat disayangkan karena sayuran dan buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral yang berfungsi sebagai zat pengatur dalam tubuh dan sebagai zat antioksidan yang mampu menangkal efek buruk dari radikal bebas (Astawan & Kasih 2008).

Radikal bebas merupakan suatu senyawa atau molekul yang sangat reaktif karena mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas dalam jumlah berlebih di dalam tubuh sangat berbahaya, oleh karena itu tubuh memerlukan suatu substansi penting yaitu antioksidan yang mampu menangkal efek radikal bebas tersebut sehingga tidak dapat menginduksi suatu penyakit (Winarsi 2011).

Rendahnya asupan vitamin, mineral sebagai zat gizi dalam tubuh dan zat antioksidan dari bahan pangan alami, direspon oleh industri dengan memproduksi suplemen vitamin, multivitamin mineral dan antioksidan. Peter dan Olson (1996) menyatakan bahwa konsumsi produk suplemen cenderung meningkat dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi dan peningkatan kesehatan. Kondisi ini merupakan peluang bagi produsen suplemen untuk memasarkan aneka produk suplemen dengan berbagai promosi yang disertai klaim kesehatan.

Seiring dengan rendahnya asupan vitamin dan mineral, asupan akan zat antioksidan pun rendah. Hal ini dapat dipengaruhi salah satunya karena kurangnya pengetahuan mengenai antioksidan itu sendiri, namun saat ini berbagai media informasi banyak memuat perilaku konsumen terhadap suplemen antioksidan. Hasil penelitian Siahaan (2007) menunjukkan bahwa sebanyak 88.3% contoh mahasiswa TPB IPB tahun 2007 biasa mengonsumsi suplemen vitamin C, dan hanya sebagian kecil yang mengkonsumsi suplemen antioksidan vitamin E dan multivitamin mineral, yaitu sebanyak 8.3%.

Terbatasnya penelitian tentang konsumsi suplemen antioksidan pada remaja khususnya remaja awal membuat peneliti tertarik untuk melihat lebih jauh mengenai konsumsi suplemen antioksidan pada remaja. Remaja merupakan Sumberdaya Manusia (SDM) yang paling potensial, generasi penerus serta penentu masa depan bangsa. Remaja dapat menjadi SDM yang berkualitas jika sejak dini kebutuhan zat gizinya terpenuhi dengan baik (WKNPG 2004). Pemenuhan gizi pada remaja tidaklah mudah mengingat remaja merupakan golongan rawan gizi, dimana pada usia remaja anak mulai menentukan sendiri makanannya tanpa memperhitungkan aspek gizi bahkan menyalahi kaidah- kaidah ilmu gizi (Sediaoetama 2006).

Konsumsi sumber antioksidan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh dan akan berdampak pada tingkat kesakitan seseorang (morbiditas). Kurangnya konsumsi pangan sumber antioksidan pada remaja dapat mengakibatkan sistem daya tahan tubuh seseorang atau zat pembentuk antibodi menjadi menurun. Apabila konsumsi sumber antioksidan tidak dipenuhi maka tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi. Hasil penelitian Siahaan (2007) menyebutkan jenis penyakit infeksi yang paling sering terjadi di kalangan remaja akhir adalah influenza sebesar 64.2%, diare sebesar 31.7% dan batuk 30%.

Survey konsumen yang dilakukan Puslitbang Farmasi Depkes RI tahun 2000 di tiga kota besar Indonesia menunjukkan bahwa sebanyak 78,1% wanita mengkonsumsi suplemen untuk menjaga kesehatan, dan stamina 59,4% untuk mencegah penuaan dan menghaluskan kulit (Depkes RI dalam Ramadani 2005). Studi menunjukkan bahwa pengguna dari suplemen makanan berasal dari golongan dan tingkat pendidikan dan ekonomi yang tinggi dan profil gaya hidup yang lebih sehat. Pendidikan seseorang juga merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang, karena dengan

tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik (William 2002).

Masyarakat perkotaan umumnya memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Pendapatan masyarakat Kota Bogor per kapita pada tahun 2007 sebesar Rp. 6522028 lebih besar dibandingkan pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Bogor sebesar Rp. 4633470 (BPS Jawa Barat 2009). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan antara konsumsi suplemen antioksidan yang erat kaitannya dengan aktivitas fisik seseorang serta kaitannya pula dengan morbiditas pada remaja SMP di wilayah kabupaten yang diwakili oleh SMPN 1 Leuwiliang dan SMPN 4 Bogor yang mewakili Kota Bogor.

Tujuan

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mempelajari konsumsi suplemen antioksidan serta kaitannya dengan pengetahuan gizi, aktivitas fisik dan morbiditas siswa SMPN 1 Leuwiliang dan SMPN 4 Bogor.

Tujuan khusus:

1. Mengukur pengetahuan mengenai antioksidan, aktivitas fisik, dan morbiditas contoh di kedua sekolah

2. Menilai tingkat kecukupan energi dan zat gizi (protein, vitamin C, vitamin E, seng, tembaga, dan selenium) contoh di kedua sekolah

3. Mengidentifikasi pola konsumsi sayur dan buah contoh di kedua sekolah 4. Mengidentifikasi pola konsumsi suplemen antioksidan contoh di kedua

sekolah

5. Menganalisis hubungan antara konsumsi suplemen antioksidan dan pengetahuan gizi terkait antioksidan

6. Menganalisis hubungan antara konsumsi suplemen antioksidan antara aktivitas fisik

7. Menganalisis hubungan antara konsumsi suplemen antioksidan dan morbiditas contoh

Hipotesis

Terdapat perbedaan antara pengetahuan gizi mengenai antioksidan, konsumsi suplemen antioksidan serta aktivitas fisik dan morbiditas siswa SMPN 1 leuwiliang dan SMPN 4 Bogor.

Terdapat hubungan antara konsumsi suplemen antioksidan dengan pengetahuan gizi mengenai antioksidan, aktivitas fisik dan morbiditas siswa SMPN 1 leuwiliang dan SMPN 4 Bogor.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah informasi mengenai kebiasaan konsumsi suplemen antioksidan siswa dan siswi SMP di Kabupaten dan Kota Bogor, serta keterkaitannya dengan aktivitas fisik dan kejadian morbiditas, dan informasi mengenai hubungan dari konsumsi suplemen antioksidan dengan kesehatan.

TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen terkait