• Tidak ada hasil yang ditemukan

Luka tekan adalah cedera pada kulit dan jaringan lain yang berada dibawahnya, biasanya di atas penonjolan tulang, akibat tekanan atau tekanan akibat gaya gesek. Saat ini luka tekan merupakan suatu penderitaan sekunder yang banyak dialami oleh pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi tirah baring.

Pasien yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi tirah baring merupakan suatu intervensi dimana klien dibatasi untuk tetap berada di tempat tidur untuk tujuan terapeutik. Tujuan utama tirah baring yaitu mengurangi aktivitas fisik, mengurangi nyeri, memungkinkan klien sakit atau lemah untuk beristirahat mengembalikan kekuatan, dan memberi kesempatan pada yang lebih untuk beristirahat tanpa gangguan (Potter & Perry 2010). Tetapi pada keadaan tirah baring dalam jangka waktu lama itu dapat menyebabkan risiko gangguan integritas kulit. Gangguan tersebut dapat diakibatkan oleh tekanan yang lama, iritasi kulit atau imobilisasi dan berdampak akhir timbulnya luka tekan. Luka tekan biasanya berkembang pada 2 minggu pertama perawatan dirumah sakit (Longemo et al.,1989 dalam Potter & Perry, 2010).

Wound, Ostomy, and Continence Nurses Society (2003 dalam Potter & Perry, 2010) menyatakan bahwa lebih dari satu juta individu mengalami luka tekan setiap tahun. National Pressure Ulcer Advisory Panel (2001 dalam Erfandi, 2013) menjelaskan Angka kejadian luka tekan tiap tahun makin

perawatan kronis dari 23% menjadi 28%, dan home care dari 0% menjadi 29%. Seongsook et al (2004 dalam Yusuf, 2010) menyatakan bahwa prevalensi luka tekan di ASEAN berkisar 21%–31,3% sedangkan angka kejadian luka tekan di Indonesia lebih tinggi mencapai 33,3% .

Timbulnya luka tekan dapat meningkatkan durasi lamanya tinggal dirumah sakit sehingga hal ini akan meningkatkan beban terutama biaya rawat inap akan meningkat seiring dengan lamanya waktu tinggal di rumah sakit (The Agency for Health Care Policy and Research, 1994 dalam Potter & Perry, 2010).

Menurut Maklebust ( 1987 dalam Potter & Perry, 2010) mengatakan munculnya luka tekan mengakibatkan meningkatnya biaya asuhan keperawatan sebesar 50% dan sulit untuk menentukan biaya pengobatan yang diperlukan pasien. Tingginya biaya asuhan keperawatan ini diperkirakan antara $5000-$27000 perorang, tergantung tingkat keparahan luka tekan yang dialami (Maklebust, 1987; Stotts, 1988; Bryant, 1992 dalam Potter & Perry, 2010).

Menurut AHCPR (1994 dalam dalam Potter & Perry, 2010) luka tekan hampir 95% dapat di cegah melalui tindakan keperawatan, sisanya lebih kurang 5% pasien immobilisasi tetap akan mengalami luka tekan. Asosiasi ini juga menekankan bahwa pencegahan menjadi sangat penting yang harus

Livesley, 1987; Hibbs, 1988 dalam Morison (2015) juga menjelaskan bahwa Insiden luka tekan dapat secara nyata diturunkan bila penanggung jawab di bidang kesehatan atau rumah sakit telah mengembangkan suatu kebijakan tentang pencegahan dan pengobatan luka tekan yang diketahui dan dilaksanakan oleh semua karyawan.

Berdasarkan penelitian Widodo (2007) menunjukkan bahwa penilaian risiko luka tekan menggunakan skala Braden dan skala norton yang dilakukan pada waktu yang berbeda memberikan hasil yang tidak sama. skala Norton mendeteksi 40 pasien tirah baring dengan rata-rata pada hari ketiga 3,15, pada hari keenam 3,08, dan pada hari ke-sembilan 2,75. Sedangkan skala Braden mendeteksi 40 pasien tirah baring rata-rata pada hari ke-tiga 2,70, pada hari ke-enam 2,35, dan pada hari ke-sembilan 2,10. Hal ini dapat diakibatkan beberapa faktor, salah satunya adalah keberhasilan praktek perawatan dalam mengantisipasi risiko luka tekan, sehingga sangat diharapkan peran perawat dalam melakukan upaya pencegahan agar risiko luka tekan pada pasien tirah baring dapat dikurangi.

Wound, Ostomy, and Continence Nurses society (2003 dalam Potter & Perry, 2010) menjelaskan bahwa pencegahan luka tekan merupakan prioritas dalam perawatan klien dan tidak dibatasi pada klien dengan retriksi mobilisasi. Gangguan integritas kulit mungkin tidak menjadi masalah bagi individu yang sehat dan dapat melakukan mobilisasi, tetapi menjadi masalah yang serius dan berpotensi mengancam kehidupan pada klien lemah dan sakit. Pencegahan

Ada tiga area intervensi keperawatan utama mencegah terjadinya luka tekan yaitu; perawatan kulit yang meliputi higienis dan perawatan kulit topikal; pencegahan mekanik dan pendukung untuk permukaan yang meliputi pemberian posisi dan penggunaan tempat tidur serta kasur terapeutik; dan pendidikan kesehatan (Potter & Perry, 2010). Upaya pencegahan terjadinya luka tekan dilakukan sedini mungkin sejak pasien teridentifikasi berisiko mengalami luka tekan.

Sebagai tenaga kesehatan, perawat memiliki sejumlah peran di dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenangan yang ada (Asmadi, 2008). peran perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan, Peran sebagai advokat, Peran edukator, Peran koordinator, Peran kolaborator , Peran konsultan, Peran pembaharu (Hidayat, 2007). Ada dua peran perawat dalam pencegahan luka tekan yaitu peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan yaitu meliputi perawatan kulit dan pencegahan mekanik; dan peran perawat sebagai edukator yaitu meliputi pendidikan kesehatan. Peran perawat ini harus dilaksanakan secara komprehensif atau menyeluruh, tidak hanya berfokus pada tindakan promotif tetapi juga pada tindakan preventif seperti pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dan peran perawat sebagai edukatordalam pencegahan luka tekan ini akan lebih dominan apabila dilaksanakan pada

Penelitian Suheri (2009) pada pasien tirah baring menyatakan bahwa dari 45 orang pasien tirah baring yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sebanyak 88,8% mengalami luka tekan derajat 1 pada hari kelima perawatan dengan diagnosa yang paling banyak adalah pasien stroke sebanyak 33,3%, head injury 11,1%, fraktur 15,6%, sisanya adalah pasien bedrest yang memerlukan perawatan lama.

Samsinar (2014) melakukan penelitian tentang risiko luka tekan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan menunjukkan bahwa terdapat 13 orang pasien (27,1%) berada pada kategori resiko tinggi, 13 orang pasien (27,1%) berada pada kategori resiko sedang dan 13 orang pasien (27,1%) berada pada kategori tidak ada risiko/ normal.

Melihat permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peran perawat dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.2Rumusan Masalah

Tirah baring adalah suatu intervensi untuk tindakan terapeutik. Tetapi pada pasien tirah baring dalam jangka waktu lama itu dapat menyebabkan risiko gangguan integritas kulit. Gangguan tersebut dapat diakibatkan oleh tekanan yang lama, iritasi kulit atau imobilisasi dan berdampak akhir timbulnya luka tekan. Di RSUP Haji Adam Malik Medan 88,8% pasien tirah baring mengalami dekubitus derajat 1 pada hari ke lima perawatan. Seharusnyaluka tekan dapat di cegah melalui tindakan perawat. Untuk itu peneliti ingin

1.3Pertanyaan penelitian

1. Bagaimanakah peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring di RSUP Haji Adam Malik Medan?

2. Bagaimanakah peran perawat sebagai edukator dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring di RSUP Haji Adam Malik Medan? 1.4Tujuan

1.4.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perawat dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring lama di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.4.2 Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Untuk mengetahui peran perawat sebagai edukator dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.5Manfaat

1. Bagi pendidikan keperawatan

Dapat memberikan bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar mengenai peran perawat dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring.

2. Bagi pelayanan keperawatan

Dapat memberikan masukan dan evaluasi dalam melaksanakan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada pencegahan luka tekan.

3. Bagi penelitian keperawatan

Dapat menambah wawasan dalam memperdalam peran perawat dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4. Bagi pasien

Judul Penelitian : Peran Perawat dalam Pencegahan Luka Tekan pada Pasien Tirah Baring di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Diana Ulfa Sari NIM : 121101139

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Ajaran : 2015/2016

ABSTRAK

Luka tekan adalah cedera pada kulit dan jaringan lain yang berada dibawahnya, biasanya di atas penonjolan tulang, akibat tekanan atau tekanan akibat gaya gesek. Luka tekan dapat dicegah dengan tindakan keperawatan. Peran perawat dalam pencegahan ini meliputi peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dan peran perawat sebagai edukator. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran perawat dalam pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring lama di RSUP Haji Adam Malik Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden dan accidental sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner peran perawat. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa lebih dari setengah total responden mempersepsikan peran perawat kategori kurang (58%). perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam kategori kurang (76%), dan perawat sebagai edukator dalam kategori kurang (52%). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah total responden mempersepsikan peran perawat dalam pencegahan luka tekan kurang. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan khususnya perawat agar dapat meningkatkan kinerja serta pelayanan keperawatan dapat memfasilitasi pelatihan perawat dalam pencegahan luka tekan agar peran perawat dapat terlaksana dengan baik.

Dokumen terkait