• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Luka tekan

FRIKSI DAN

GESEKAN Terbatas total (1) Kelembab an kulit yang konstan (1) Tirah baring (1) Imobilisas i total (1) Sanga t buruk (1) Masalah (1) Sangat terbatas (2) Sangat lembab (2) Diatas kursi (2) Sangat terbatas (2) Mung kin kuran g (2) Masalah yang berpotensi (2) Sedikit terbatas (3) Kadang-kadang lembab (3) Kadang-kadang berjalan (3) Agak terbatas (3) Cuku p (3) Tidak ada masalah (3) Tidak ada gangguan (4) Jarang lembab (4) Sering berjalan (4) Tidak terbatas (4) Baik (4)

Potter & Perry (2010) menjelaskan bahwa mengubah dan menentukan posisi tubuh klien minimal setiap 2 jam. Saat melakukan perubahan posisi, alat Bantu untuk posisi harus digunakan untuk melindungi tonjolan tulang. ketika mengubah posisi, lebih baik diangkat daripada diseret.

Menurut WHO (2005, dalam Sari dan Sitorus, 2013) Adapun posisi yang dapat dilakukan untuk pasien tirah baring untuk mencegah dekubitus yaitu Posisi miring 30 derajat Posisi telentang, Posisi setengah duduk (semi fowler), Posisi miring kiri/ sim kiri, Posisi miring kanan/ sim kanan, Posisi menekuk dan meluruskan sendi bahu, dan Posisi menekuk dan meluruskan siku.

2.3 Peran Perawat

Menurut Hutahaean (2010) peran adalah keadaan dari tingkah laku yang diharapkan orang lain terhadap seseorang, sesuai dengan kedudukannya dalam suatu lingkungan.

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Undang-Undang Kesehatan No.23,1992). Dalam Permenkes RI No. 1239 tahun 2001, dijelaskan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri .

Peran perawat menurut Hidayat (2007), merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang konstan.Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan terdiri dari:

1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan.

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar dapat direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

2. Peran sebagai advokat.

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberian pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya. Hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien sesudah dilakukan pendidikan kesehatan. 4. Peran koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Peran kolaborator

Peran perawat disini dilakukan kerana perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

6. Peran konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informais tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

7. Peran pembaharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

2.4Peran perawat dalam pencegahan luka tekan

Tahap pertama pencegahan adalah mengkaji faktor-faktor resiko klien. Kemudian perawat mengurangi faktor-faktor lingkungan yang mempercepat terjadinya dekubitus, seperti suhu ruangan panas (penyebab diaporesis), kelembaban, atau linen tempat tidur yang berkerut.

Identifikasi awal pada klien beresiko dan faktor-faktor resikonya membantu perawat mencegah terjadinya luka tekan. Pencegahan meminimalkan akibat dari faktor-faktor resiko atau faktor yang member kontribusi terjadinya luka tekan. Tiga area intervensi keperawatan utama mencegah terjadinya luka tekan adalah perawatan kulit, yang meliputi higienis dan perawatan kulit topikal, pencegahan mekanik dan pendukung untuk permukaan, yang meliputi pemberian posisi, penggunaan tempat tidur dan kasur terapeutik, dan pendidikan.

Potter & Perry (2010), menjelaskan tiga area intervensi keperawatan dalam pencegahan luka tekan, yaitu :

1. Perawatan kulit

Higiene dan Perawatan Kulit topikal, Perawat harus menjaga kulit klien tetap bersih dan kering. Pada perlindungan dasar untuk mencegah kerusakan kulit, maka kulit klien dikaji terus-menerus oleh perawat minimal 1 kali sehari. Pengkajian dan higiene kulit adalah dua pertahanan awal untuk mencegah kelrusakan kulit. Menurut Cammen (1991 dalam Pranarka, 1999) bahwa pada dekubitus Stadium I, kulit yang tertekan dan kemerahan harus dibersihkan menggunakan air hangat dan sabun 2-3 kali sehari agar luka tekan dapat dihindari.

membersihkan kulit dan memastikan kering dengan sempurna, berikan pelembab agar epidermis terlubrikasi dengan baik. Perawat menggunakan lapisan yang dapat menyerap keringat untuk mencegah kerusakan kulit.

2. pencegahan mekanik dan pendukung untuk permukaan

pencegahan mekanik berupa pengaturan posisi, pengaturan posisi diberikan untuk mengurangi takanan dan gaya gesek pada kulit. Membatasi tinggi kepala tempat tidur setinggi 30 derajat atau kurang akan mengurangi kesempatan terjadinya luka tekan akibat gaya dorong. Lakukan perubahan posisi pada klien imobilisasi berdasarkan tingkat aktivitas, kemampuan perseptual, dan rutinitas harian (Braden, 2001). Oleh karena itu standar perubahan posisi dengan interval 1 ½ sampai 2 jam mungkin tidak dapat mencegah terjadinya dekubitus pada beberapa klien. Telah direkomendasikan penggunaan jadwal tertulis untuk mengubah dan menentukan posisi tubuh klien minimal setiap 2 jam, ketika mengubah posisi, lebih baik diangkat daripada diseret untuk mencegah cidera akibat friksi. Saat melakukan perubahan posisi, alat Bantu unuk posisi harus gunakan alat yang membantu posisi untuk melindungi kulit dibawah tonjolan tulang. Petunjuk WOCN (2003 dalam Potter and Perry 2010) Merekomendasikan posisi lateral 30 derajat. Posisi lateral 30 derajat mencegah posisi tepat diatas penonjolan tulang. Perhatikan alas tidur pasien bersih dan tidak kusut. Pada klien yang mampu duduk,pastikan jumlah waktu yang digunakan oleh klien untuk

pendukung untuk permukaan berupa Alas pendukung (kasur dan tempat tidur terapeutik). Berbagai jenis alas pendukung, termasuk kasur dan tempat tidur khusus, telah dibuat untuk mengurangi bahaya immobilisasi pada sistem kulit dan muskuloskeletal. Tidak ada satu alatpun yang dapat menghilangkan efek tekanan pada kulit. Pentingnya untuk memahami perbedaan antara alas atau alat pendukung yang dapat mengurangi tekanan dan alat pendukung yang dapat menghilangkan tekanan. Alat yang menghilangkan tekanan dapat mengurangi tekanan antar permukaan (tekanan antara tubuh dengan alas pendukung) dibawah 32 mmHg (tekanan yang menutupi kapiler. Alat untuk mengurangi tekanan juga mengurangi tekanan antara permukaan tapi tidak di bawah besar tekanan yang menutupi kapiler.

3. Pendidikan kesehatan

pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2005). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan kesehatan adalah kegiatan di bidang penyuluhan kesehatan umum dengan tujuan menyadarkan dan mengubah sikap serta perilaku masyarakat agar tercapai tingkat kesehatan yang diinginkan.

Pendidikan yang diberikan pada pasien resiko luka tekan adalah dengan mengedukasi tentang cara pencegahan luka tekan. Materi tertulis tersedia dalam berbagai topik, meliputi cara untuk mengukur luka tekan, cara untuk memosisikan

mengurangi kelembaban pada kulit. Perawat menjelaskan pada pasien siapa yang bisa dihubungi klien jika terjadi tanda-tanda kerusakan kulit, perawat merencanakan intervensi yang dapat memenuhi kebutuhan psikososial klien dan orang yang mendukung mereka (Potter & Perry, 2010).

Pemahaman dan pengkajian pengalaman klien dan orang pendukung merupakan dimensi penting terapi klien dengan luka tekan (WOCN, 2003 dalam Potter & Perry2010). Klinisi juga hanya melakukan eksplorasi melalui penelitian perpekstif pemberi asuhan terhadap masalah dan perhatian yang berhubungan perawatan yang dilakukan oleh lansia pada pasangannya yang mengalami luka tekan.

BAB 1

PENDAHULUAN

Dokumen terkait